BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

Lampiran 1. Surat Pernyataan. 1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan data untuk skripsi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. semua persyaratan akademik yang ditentukan oleh perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi merupakan istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Adam Iqbal Makasuci, 2014

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, perubahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia menyebabkan tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

Hubungan Antara..., Devita, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sampai pada hari ini masyarakat Indonesia belum terlepas dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENYELESAIAN STUDI MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK UPI

MANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM MAHASISWA JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN menjadi kurikulum KKNI (kerangka kualifikasi nasional Indonesia) (Dinas

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan suatu jenjang pendidikan yang dapat dijalani

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1. Disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu lembaga yang memfasilitasi proses pencapaian tujuan sistem pendidikan nasional tersebut adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, atau kesenian yang diselenggarakan oleh sekolah tinggi, institut, dan universitas. Sedangkan, individu yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi disebut mahasiswa. Mahasiswa merupakan kalangan muda yang biasanya berumur antara 19 sampai 24 tahun. Dalam usia tersebut mereka mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Selain itu sosok mahasiswa kental dengan nuansa kedinamisan, sistematik, rasional dan sedang berupaya untuk mempersiapkan diri dalam keahlian tertentu pada tingkat pendidikan tinggi. 1

2 Kehidupan mahasiswa dalam lingkungan perguruan tinggi tidak pernah lepas dari proses pengembangan potensi dan kemampuan dalam dirinya. Melalui berbagai aktivitas belajar, baik itu di bangku perkuliahan ataupun di luar jam perkuliahan, mahasiswa dilibatkan dalam upaya peningkatan dan pengembangan wawasan, pengetahuan, sikap serta keterampilan yang menyangkut bidang akademis, keprofesian, sosial dan keorganisasian. Kegiatan akademis di bangku perkuliahan yang diterima oleh mahasiswa adalah salah satu bentuk pengembangan potensi dan kemampuannya. Dalam hal ini mahasiswa difasilitasi untuk belajar dan memperoleh wawasan serta pengetahuan baru yang bertujuan untuk melatih, mengembangkan, mengasah potensi serta kemampuan yang dimiliki, dan diharapkan memunculkan perubahan perilaku. Sebagai mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, mereka memiliki tugas akademik yang harus dilaksanakan diantaranya adalah pembuatan tugas laporan setiap mata kuliah yang diberikan oleh dosen, tugas praktikum, membaca buku textbook, ikut menjadi peserta ujian baik itu ujian tengan semester (UTS) ataupun ujian akhir semester (UAS) dan menyelesaikan skripsi yang menjadi evaluasi akhir bagi mahasiswa selama melaksanakan pendidikan di perguruan tinggi. Dalam proses penyusunan skripsi mahasiswa dituntut agar dapat memiliki kemampuan, keahlian, pemahaman tentang konsep teori, metode penelitian yang akan digunakan, serta ketelitian dalam menyusun. Hal tersebut dimaksudkan agar penulisan skripsi dapat berjalan dengan lancar. Selain itu juga, mahasiswa diharapkan memiliki keteraturan dalam mengerjakan dan juga keyakinan terhadap kemampuan diri untuk dapat

3 mengarahkan dirinya, sehingga dalam menghadapi kesulitan yang terjadi tidak akan menimbulkan perasaan mudah menyerah, putus asa, ataupun perasaan ketidakmampuan diri untuk dapat menyelesaikannya dengan baik. Apabila perasaan-perasaan tersebut tetap ada di dalam diri mahasiswa, maka mahasiswa akan mengalami hambatan dalam mengendalikan kesulitan yang terjadi pada saat sedang mengerjakan skripsi. Sebagai bahan evaluasi akhir, skripsi memiliki bobot sistem kredit semester yang besar yaitu sekitar 4-6 SKS (Satuan Kredit Semester). Skripsi merupakan tugas akhir yang merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar kesarjanaan, sehingga ketika mahasiswa tidak dapat menyelesaikan skripsinya maka banyak resiko yang akan dialami oleh mahasiswa tersebut. Resiko yang dapat terjadi diantaranya adalah akan mendapatkan surat peringatan dari lembaga dan yang paling parah adalah akan mengalami DO (Drop Out). Hal tersebut terjadi apabila skripsi tersebut tidak selesai dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh lembaga yang bersangkutan dan melewati batas masa perkuliahan yaitu selama 14 (empat belas) semester. Kenyataan yang ada untuk menyelesaikan studi tidaklah mudah, hal ini yang terjadi di Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI). Proses penyelesaian skripsi yang direncanakan oleh pihak fakultas dapat ditempuh dalam 1 semester, yaitu pada semester ke delapan (tahun ke empat). Tetapi pada kenyataannya banyak mahasiswa yang masih mengerjakan dan belum menyelesaikan skripsinya. Terdapat banyak mahasiswa yang melebihi dari satu semester bahkan ada yang sampai menjelang batas masa studi (14 semester).

4 Berikut adalah data yang diperoleh dari pihak akademik fakultas Psikologi UNJANI mengenai mahasiswa yang mengalami keterlambatan dalam mengerjakan skripsi. Pada mahasiswa angkatan 2005 terdapat 42 (62%) orang mahasiswa yang telah lulus. Jumlah total mahasiswa angkatan 2005 adalah 68 orang. Artinya sampai semester ke 14 ini masih ada 26 (38%) orang mahasiswa yang belum menyelesaikan skripsinya. Dari 26 tersebut masih ada 15 (22%) orang mahasiswa yang belum melakukan seminar usulan penelitian. Hal ini disebabkan mereka banyak menunda untuk menyelesaikan tugas akhirnya tersebut. Pada mahasiswa angkatan 2006 terdapat 45 (55%) orang mahasiswa yang telah lulus. Jumlah total mahasiswa angkatan 2006 ini adalah 82 orang, artinya tersisa 37 (45%) orang mahasiswa yang belum lulus meraih gelar sarjana. Dari 37 orang mahasiswa tersebut terdapat 31 (38%) orang yang belum melakukan seminar usulan penelitian. Sama halnya yang terjadi pada mahasiswa angkatan 2005, pada mahasiswa angkatan 2006 pun terjadi keterlambatan kelulusan hingga semester ke 12 ini dikarenakan mereka selalu ditolak ide penelitiannya dan tidak ada usaha untuk mencoba menjelaskan atau mencari ide penelitian lain. Sedangkan yang terjadi pada mahasiswa angkatan 2007 yang saat ini masuk semester ke 10 baru 54 (68%) mahasiswa yang lulus. Dari keseluruhan mahasiswa 2007, tersisa 26 (32%) mahasiswa yang belum menyelesaikan skripsinya. Dari 26 orang mahasiswa tersebut terdapat 22 (28%) orang yang belum melakukan seminar usulan penelitian. Masalah yang terjadi di angkatan 2007 ini tidak berbeda dengan mahasiswa angkatan 2005 dan 2006.

5 Dari data diatas memberikan informasi bahwa masih banyak mahasiswa yang belum menyelesaikan tugas skripsinya. Padahal sudah lewat dari semester ke delapan. Bahkan masih terdapat mahasiswa yang masuk semester ke 10, 12 dan 14 yang belum melewati seminar usulan penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak menjalani proses penyelesaian skripsi sebagaimana mestinya. Berdasarkan informasi dari mahasiswa yang belum melewati masa seminar usulan penelitian diperoleh informasi bahwa mereka selalu mengalami kendala ketika memulai bimbingan. Mereka mengalami penolakan topik penelitian, sulit menemui dosen pembimbing, tidak yakin dengan ide penelitian yang akan diajukan dan merasa tidak mampu untuk memulai mengerjakan skrispi. Hal ini menjadi faktor yang menyebabkan mereka tidak yakin pada kemampuan dan bekal yang dimilikinya selama menjalani perkuliahan untuk dapat menyelesaikan skripsi. Oleh karena itu aktivitas yang dipilih adalah dengan magang part time, main game, mengontrak mata kuliah semester bawah. Selain itu ada mahasiswa perempuan yang memutuskan untuk menikah dan menunda menyelesaikan skrispinya. Skripsi sebagai salah satu tugas akademik yang wajib dikerjakan mahasiswa dirasakan sulit dan tidak mungkin dapat diselesaikan dalam satu semester. Kesulitan dan perasaan tidak mungkin menyelesaikan skripsi dalam satu semester yang dirasakan mahasiswa membuat mereka mempersepsikan skripsi sebagai beban atau sumber masalah dalam menyelesaikan studi. Fenomena ini dapat berimplikasi pada munculnya berbagai macam reaksi mahasiswa terhadap

6 skripsi, seperti cemas, sulit berkonsentrasi, menghindar dan ketidakyakinan terhadap kemampuan yang dimilikinya. Hasil penelitian Pandu Occesar (2009) pada mahasiswa Univesitas Negeri Malang mengenai pengaruh efikasi diri terhadap stress mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menyatakan bahwa ketika derajat self efficacy mahasiswa yang sedang menyusun skripsi tinggi maka ia akan mampu meregulasi stress dan tetap berusaha melanjutkan untuk menyelesaikan skripsi bagaimanapun sulitnya dalam proses penyelesaian skripsi tersebut. Sedangkan mahasiswa yang memiliki derajat self efficacy yang rendah, mereka lebih rentan mengalami stress yang pada akhirnya menunda mengerjakan skripsi dan menghindar untuk melanjutkan proses penyelesaian skripsi tersebut. Selain itu rendahnya derajat self efficacy pada mahasiswa dapat berakibat penurunan kepercayaan diri, perhatian mudah beralih ke objek yang tidak relevan, memilih aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya, penurunan konsentrasi, dan penurunan kemampuan individu untuk mempelajari hal baru. Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap proses penyelesaian tugas akademiknya (Aniek Susilowati, 2009). Keyakinan mahasiswa terhadap kemampuan dirinya untuk mengatasi kesulitan dalam hal akademik khususnya, menurut Pajares dan Urdan ( 2006 ) dapat dipengaruhi oleh derajat self efficacy yang dimilikinya. Self efficacy membantu menentukan seberapa besar usaha, seberapa lama bisa bertahan dan seberapa kuat daya resiliensi ketika dihadapkan pada tantang atau rintangan yang tidak menguntungkan (Pajares & Schunk, 2001). Pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, mahasiswa yang memiliki self efficacy rendah cenderung

7 menghindar, menunda bahkan tidak mengerjakan skrispinya. Mereka menganggap skrispi sesuatu yang sulit dan tidak mungkin diselesaikan dengan kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan mahasiswa yang yakin pada kemampuannya akan terus berusaha untuk menyelesaikan skripsinya meskipun banyak rintangan dan tuntutan dari dosen pembimbing. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti melakukan proses FGD (Focus Group Disccusion) dan interview awal terhadap 20 orang mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi di Fakultas Psikologi UNJANI. Dari proses penggalian data awal tersebut diperoleh informasi bahwa 16 (80%) orang dari 20 mahasiswa merasa tidak yakin dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu, sedangkan 4 (20%) orang mahasiswa lainnya merasa yakin dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu. Hal yang membuat 16 orang mahsiswa tidak yakin dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu adalah karena mereka merasa takut untuk bertemu dengan dosen pembimbing. Mereka mengalami ketakutan untuk bertemu dan selalu merasa tidak yakin pada kemampuannya dapat menjelaskan mengenai topik penelitan yang akan diangkat. Akibatnya mereka lebih memilih untuk tidak melakukan bimbingan dan melakukan aktivitas lain. 14 (88%) orang dari 16 mahasiswa yang tidak yakin untuk menyelesaikan skripsi tepat waktu merasa bahwa mereka takut untuk menemui dosen pembimbing untuk melakukan bimbingan. Perasaan takut ini muncul karena mereka belum memiliki topik penelitian. Walaupun sudah berusaha menemui dosen pembimbing untuk menyampaikan bahwa mereka belum memiliki ide peneltian namun perasaan

8 takut dan cemas membuat mereka tidak jadi bertemu dan bimbingan. Mereka tidak berusaha untuk mencari ide penelitian karena merasa masih bingung dan belum mengerti apa yang harus mereka teliti. Ketika diberi tugas untuk mencari fenomena yang terjadi di lapangan mereka cenderung bingung apa yang harus diamati dan tidak yakin apa yang diamatinya bisa diangkat menjadi sebuah permasalahan skripsi. Mereka mudah menyerah dan tidak berusaha lebih keras untuk mendapatkan permasalahan yang bisa diangkat menjadi sebuah topik penelitian. Selain itu ketika diminta untuk mencari literatur atau referensi mereka mengalami hambatan karena buku text book sulit didapatkan dan berisi bahasa inggris. Mereka selalu mengeluhkan bahwa mengalami hambatan dalam mendapatkan buku text book yang diperlukan untuk penelitiannya. Padahal usaha yang dilakukan hanya sebatas mencari di perpustakaan fakultas dan univeritas UNJANI, artinya belum mencoba untuk mencari di fakultas psikologi pada universitas lain selain UNJANI. Selain itu materi bacaan yang bahasa inggris membuat mereka sulit untuk memahami tanpa pernah mau mencoba membaca dan memahaminya. Kalaupun mencoba untuk menterjemahkan mereka cukup dengan menterjemahkan melalui perangkat komputer tanpa berusaha untuk memahami lebih mendalam. Hal ini yang membuat dosen kesal karena mahasiswa tersebut tidak memahami masalah dan teori yang diajukan. Ide penelitian yang dituangkan dalam naskah usulan penelitian dinilai dosen belum terarah dan belum jelas permasalahannya. Oleh karenanya mereka mengalami penolakan ide penelitian. Mereka berulang kali mengganti judul

9 penelitiannya, mereka menyatakan bahwa awalnya mereka mengajukan judul penelitian yang sesuai dengan minatnya namun setelah melakukan bimbingan mereka menjadi ragu dengan kemampuannya dapat menyelesaikan penelitiannya sehingga mereka memutuskan untuk mengganti judul penelitiannya. Ketika ide penelitiannya berulang-ulang ditolak oleh dosen pembimbing mereka merasa bingung untuk memperbaiki naskah yang disusunnya, menjadi kurang yakin terhadap kemampuannya mampu menyelesaikan penelitian yang disusunnya. Selain itu mereka menjadi mudah cemas dan stress karena tidak ada kemajuan dalam penyusunan skripsinya. Demikian pula ketika mereka diminta untuk merevisi naskah usulan penelitian dengan cara menghayati lebih mendalam permasalahan yang akan diangkat, kembali membaca dan memahami teori yang akan digunakan maka mereka memilih untuk menghindar dan tidak coba untuk mengerjakan revisi atau masukan dari dosen. Mereka tidak mencoba untuk berusaha mengerjakan dengan tekun dan serius. Sebaliknya mereka menghayati bahwa pengalaman tersebut adalah hal yang membuat dirinya merasa tidak yakin dapat menyelesaikan skripsi. Sedangkan 2 (12%) orang lainnya terus mencoba untuk menemui dosen pembimbing meskipun dalam diri mereka merasa takut dan khawatir akan kembali ditolak ide penelitiannya. Mereka berusaha untuk berdiskusi dan mencari informasi kepada teman dan kakak tingkat yang pernah dibimbing oleh dosen tersebut mengenai kebiasaan dosen tersebut ketika membimbing mahasiswanya. Meskipun tidak yakin dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu dan takut untuk menemui dosen pembimbing namun ketika ada tugas dari dosen pembimbing

10 mereka tetap berusaha untuk memenuhi tugas yang diminta seperti membaca buku dan mencoba untuk menterjemahkan agar mudah dipahami. Mereka menggunakan jasa penterjemah dan setelah diterjemahkan mereka mencoba untuk menyesuaikan dengan buku text book nya agar tidak salah memahami. Setelah selesai menterjemahkan mereka berusaha untuk menuangkan ide penelitian kedalam bentuk tulisan. Walaupun tidak yakin apakah idenya sudah teruraikan jelas dalam tulisan dan akan diterima oleh dosen pembimbing mereka tetap berusaha menuliskan ide penelitiannya tersebut. Walaupun ketika bimbingan ide penelitiannya ditolak tidak lantas membuat mereka menyerah untuk mengerjakan. Mereka terus memperbaiki dan melengkapi data untuk penelitiannya, mereka menyatakan akan terus berusaha waluapun mendapatkan koreksi yang banyak dari dosen pembimbing, dan akan berusaha untuk menyelesaikan penelitiannya tersebut. Perasaan takut untuk bertemu pembimbing mereka atasi dengan cara mengerjakan apa yang dosen minta seperti membaca dan memahami buku dan mengerjakan revisi yang diminta. Fenomena yang terjadi diatas, menunjukkan bahwa mahasiswa fakultas Psikologi UNJANI yang sedang menyusun skripsi memiliki perasaan tidak yakin pada kemampuannya dapat menyelesaikan skripsi dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Pada saat menyusun skripsi, mereka dihadapkan pada hal-hal yang membuat mereka menjadi merasa tidak mampu dalam mengerjakan skripsinya. Beberapa hal tersebut, misalnya ketika mengajukan judul penelitian mereka mengalami penolakan judul atau topik penelitian oleh dosen pembimbing karena fenomena yang diangkat tidak jelas dan belum spesifik, dinilai tidak memahami

11 metodologi penelitian, dan tidak memahami konsep teori yang akan digunakan sebagai landasan penelitian. Selain itu dalam jangka waktu yang cepat, mereka diminta untuk dapat melakukan perbaikan dari laporan tersebut, namun mereka merasa bingung untuk mengerjakannya karena kecewa dengan sikap dosen dan tidak tahu harus melakukan perbaikan seperti apa terhadap naskah skripsinya. Kemudian pemahaman mengenai maksud penelitian yang diinginkan oleh mahasiswa kadang tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh dosen. Hal ini menjadi salah satu kendala bagi mahasiswa dan menjadikan mahasiswa tidak yakin pada kemampuannya untuk menyelesaikan skripsi. Keadaan-keadaan seperti itu yang membuat mahasiswa menganggap bahwa skripsi merupakan tugas yang sulit dan membutuhkan kemampuan yang tinggi didalam dirinya untuk dapat menyelesaikannya dengan baik. Kepercayaan atau persepsi akan kemampuan diri dalam menghadapi dan melaksanakan tugas atau tuntutan dikenal dengan istilah self efficacy (Bandura, 1986) atau juga dikenal dengan istilah keyakinan diri mampu. Self efficacy untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Albert Bandura dalam Theories Of Developmental Psychology yaitu, People s perception of their competence in dealing with their environment. Self efficacy ini ternyata menjadi kontributor yang penting untuk membentuk intensi dan aksi dari perilaku (Smet, 1994; Glanz, Lewis, Rimer, 1997). Self efficacy dinyatakan sebagai kepercayaan seseorang bahwa dia dapat menjalankan sebuah tugas pada sebuah tingkat tertentu dan menjadi salah satu

12 dari faktor yang mempengaruhi aktivitas pribadi terhadap pencapaian tugas (Bandura,1986). Selanjutnya menurut Bandura, seseorang yang memiliki selfefficacy yang tinggi akan membangun lebih banyak kemampuan-kemampuan melalui usaha-usaha mereka secara terus-menerus, sedangkan self-efficacy yang rendah akan menghambat dan memperlambat perkembangan dari kemampuankemampuan yang dibutuhkan seseorang. Self efficacy yang baik menyebabkan keterlibatan aktif dalam kegiatan, mendorong perkembangan kompetensi, sebaliknya self efficacy yang rendah yang mengarahkan individu untuk menghindari lingkungan dan kegiatan, memperlambat perkembangan potensi dan melindungi persepsi diri yang negatif dari perubahan yang membangun (Bandura, 1986). Penilaian self efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang dikeluarkan dan seberapa lama individu bertahan dalam menghadapi rintangan dan pengalaman yang menyakitkan. Semakin kuat persepsi self efficacy semakin giat dan tekun usaha-usahanya. Ketika menghadapi kesulitan, individu yang mempunyai keraguan diri yang besar tentang kemampuannya akan mengurangi usaha-usaha atau menyerah sama sekali. Sedangkan mereka yang mempunyai perasaan efficacy yang kuat menggunakan usaha yang lebih besar untuk mengatasi tantangan (Bandura, 1986). Pajares (2000) menemukan bahwa self efficacy individu mempengaruhi performanya lewat pilihan perilaku dan tindakan yang diambilnya. Begitupun pada mahasiswa, derajat self efficacy yang dimilikinya akan mempengaruhi performanya dalam menyelesaikan skripsi. Mahasiswa secara selektif akan memilih untuk terlibat dalam pengerjaan skripsi dengan segala tuntutannya atau

13 menghindar dan bahkan tidak mengerjakan. Sebagai hasilnya, self efficacy memiliki pengaruh yang besar dalam usaha dan upaya penyelesaian skripsi. Oleh karena itu kalangan pendidik mencoba mencari suatu intervensi yang dapat mempengaruhi dan mengembangkan self efficacy mahasiswa agar yakin dapat mencapai prestasi yang maksimal. Salah satu bentuk intervensi yang dapat digunakan untuk mempengaruhi dan mengembangkan self efficacy mahasiswa adalah melalui pelatihan. Pelatihan yang diberikan adalah merupakan suatu bentuk pengalaman langsung atau experiential learning, dimana pelatihan ini merupakan suatu model pembelajaran yang dimulai dengan mendapatkan pengalaman secara langsung yang kemudian diikuti dengan suatu pemikiran, diskusi, berbagi pengalaman, analisa dan evaluasi dari aktivitas yang telah dilakukan selama pelatihan. Hasil penelitian Cassandra Heriputri tahun 2009 pada siswa kelas VII Unggulan di SMP Negeri X Bandung, mengenai perancangan dan evaluasi modul pelatihan self efficacy dalam menghadapi proses belajar di sekolah, yang mana bentuk intervensi yang diberikan adalah pelatihan self efficacy disimpulkan bahwa, pelatihan self efficacy dapat meningkatkan derajat self efficacy siswa tersebut dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Drs. Setyono mengenai pelatihan self efficacy pada mahasiswa semester 5 Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani, dinyatakan bahwa pelatihan self efficacy dapat meningkatkan derajat self efficacy. Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada mahasiswa fakultas Psikologi UNJANI yaitu tentang perasaan tidak yakin pada kemampuan diri yang

14 dimiliki untuk menyelesaikan skripsi. Maka dibutuhkan suatu bentuk intervensi yang bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya self efficacy dalam menghadapi tuntutan menyelesaikan skripsi. Salah satu bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah pelatihan self efficacy. Setelah mengikuti pelatihan diharapkan mahasiswa selain paham dapat pula menerapkan secara aplikasi pemahaman tersebut sehingga dapat meningkatkan derajat self efficacy nya Berdasar pada pertimbangan tersebut dan melihat fakta yang ditunjang dengan teori bahwa keyakinan diri mampu pada mahasiswa cukup menentukan usaha dan pilihan perilaku yang akan diambil untuk mencapai prestasi yang maksimal dalam hal ini penyelesaian skripsi agar tidak berlarut-larut. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menyusun rancangan modul pelatihan dan melakukan pelatihan self efficacy pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNJANI yang sedang menempuh skripsi. 1.2. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, peneliti menguji coba rancangan modul pelatihan self efficacy pada mahasiswa fakultas Psikologi UNJANI yang sedang mengerjakan skrispi. Hal ini ditujukan untuk mengetahui apakah rancangan modul pelatihan self efficacy yang disusun tersebut dapat meningkatkan derajat self efficacy pada mahasiswa fakultas Psikologi UNJANI yang sedang mengerjakan skrispi?

15 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji coba rancangan modul pelatihan self efficacy pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNJANI yang sedang mengerjakan skripsi. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menyusun dan melakukan uji coba terhadap rancangan modul pelatihan self efficacy sehingga diperoleh modul pelatihan yang dapat meningkatkan derajat self efficacy. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Ilmiah a. Sebagai bahan masukan bagi ilmu Psikologi Pendidikan mengenai suatu program pelatihan self efficacy mahasiswa, terutama pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skrispi. b. Sebagai landasan informatif bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan suatu program pelatihan self efficacy, khususnya pada pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skrispi.

16 1.4.2. Kegunaan Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi : a. Pihak fakultas psikologi, khususnya bidang kemahasiswaan untuk mengembangkan pelatihan self efficacy dalam rangka meningkatkan derajat self efficacy mahasiswanya. Sehingga dapat membantu mahasiswa untuk membantu dirinya agar yakin pada kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi proses belajar, khususnya penyelesaian studi untuk menyelesaikan skripsi. b. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi mahasiswa Fakultas Psikologi UNJANI yang memiliki derajat self efficacy rendah bahwa pelatihan self efficacy dapat dijadikan suatu cara untuk membantu meningkatkan derajat self efficacy. 1.5. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyusun rancangan modul pelatihan self efficacy dan melihat pengaruhnya terhadap peningkatan derajat self efficacy mahasiswa dalam menghadapi tuntutan penyelesaian skripsi sebelum dan sesudah pelatihan. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNJANI yang sedang menempuh skrispi. Adapun rancangan penelitian ini digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

17 Bagan 1.1 Bagan Rancangan Penelitian Penyusunan rancangan modul pelatihan Self Efficacy Pre Test Self Efficacy Pelatihan Self Efficacy Mahasiswa Fak. Psikologi UNJANI yang sedang menyusun Skripsi Post Tes Self Efficacy Evaluasi Modul Pelatihan Self Efficacy