PERBEDAAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI ANTARA PRIMIPARA DAN MULTIPARA. Siti Aisyah



dokumen-dokumen yang mirip
KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB II. Tinjauan pustaka. Jhon (2007) dalam buku 26 keys of happines menyebutkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

PENELITIAN ANEMIA DAN KONTRAKSI RAHIM DALAM PROSES PERSALINAN. Novita Rudiyanti*, Diana Metti*

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny P GII P 1001 PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI. Ida Susila* dan Puji Wandayanti** ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara berkala untuk menjaga keselamatan ibu dan janin (Saifuddin,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002, hlm. 180). Menurut Mochtar, 1998, jenis persalinan terbagi :

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

102 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB II KAJIAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Referat Fisiologi Nifas

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015


ISSN No Media Bina Ilmiah 29

Mekanisme Persalinan Normal. Dr. Iskandar Syahrizal SpOG

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB ΙΙ TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp

Istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

BAB I PENDAHULUAN. mendukung MDG di Denpasar, Bali pada Rabu pagi (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1. yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

1. ATONIA UTERI. A. Pengertian

PENGARUH PENDAMPINGAN SUAMI, SAUDARA/IBU, DAN TEMAN TERHADAP KELANCARAN PROSES PERSALINAN DI PUJON KABUPATEN MALANG

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DI RUJUK DENGAN KASUS KETUBAN PECAH

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

HUBUNGAN KELAINAN LETAK JANIN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA DI KAMAR BERSALIN RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

HUBUNGAN POLA SEKSUAL IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA. Endang Wahyuningsih, Saifudin Zukhri 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

REFRESHING Persalinan Normal Stase Obstetri Ginekologi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

Analisis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Bahteramas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. sebelum ada tanda tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum ada. tanda dimulainya persalinan. Ada beberapa penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

HUBUNGAN ANTARA SENAM HAMIL DENGAN PROSES PERSALINAN NORMAL DI RUMAH BERSALIN AS SYIFA UL UMMAH GROBOGAN

NASKAH PUBLIKASI ANALISA MASALAH KETUBAN PECAH DINI TERHADAP PARITAS DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN LETAK LINTANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD dr. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2008

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO LINDA FITRIANTI

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPLIKASI PASSENGER PADA IBU BERSALIN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. Yayuk Norazizah, Ristitiati, Ummu Latifah

PENGARUH KARAKTERISTIK HIS DENGAN LAMA PERSALINAN KALA II DI BPS SAHABAT PEREMPUAN GUNUNG ANYAR SURABAYA. Fauziyatun Nisa

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila :

HUBUNGAN ANTARA KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KETEPATAN WAKTU PROSES PERSALINAN KALA II DI KLINIK AS SYIFA SURADADI KABUPATEN TEGAL

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

STUDI DESKRIPTIF PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN LETAK SUNGSANG. Oleh : Emi Sutrisminah Staf Pengajar Prodi D III Kebidanan FK Unissula Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun 2009

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung.

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu (Depkes, 2002).

Transkripsi:

PERBEDAAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI ANTARA PRIMIPARA DAN MULTIPARA Siti Aisyah Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu kasus obstetri yang menjadi penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Salah satu faktor predisposisi terjadinya KPD adalah multipara. Penelitian analitik komparatif dengan pendekatan case control. Populasinya adalah ibu bersalin sebanyak 100 orang. Sampel yang diambil dengan menggunakan tehnik non probability sampling secara purporsive sampling sebanyak 80 orang. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh ibu bersalin multipara (80%) mengalami KPD. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi- square, dan didapatkan nilai p = 0,000 dimana nilai α = 0,05 maka h 0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan kejadian KPD pada ibu bersalin primipara dan multipara. Kesimpulan ada perbedaan kejadian KPD pada ibu bersalin primipara dan multipara, oleh karena itu ibu hamil harus memeriksakan kehamilan secara efektif untuk mencegah komplikasi yang menyertai kehamilan dan persalinannya Kata Kunci : Ketuban Pecah Dini, Primipara,multipara 1

PENDAHULUAN Ketuban pecah dini saat preterm (usia kehamilan < 37 minggu) kejadiannya 2-4% dari kehamilan tunggal dan 7-10% dari kehamilan kembar. Ketuban pecah dini saat aterm (usia kehamilan > 37 minggu) kejadiannya 8-10% dari semua persalinan (Yeyeh, 2010). Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua pesalinan sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4%. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu kasus obstetri yang menjadi penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD prematur adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 1 jam sebelum waktunya melahirkan. Mekanisme ketuban pecah dini yaitu terjadinya pembukaan prematur serviks dan membran terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi dan nekrosis serta dapat diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim proteolitik, enzim kolagenase (Ayu, 2008). Penyebab terjadinya ketuban pecah dini yaitu infeksi genitalis, servik inkompeten, overdistensi abdomen, grande multipara, disproporsi sefalopelvik, kehamilan letak lintang / sungsang, kelainan bawaan dari selaput ketuban (Manuaba, 2002). Dampak ketuban pecah dini bisa terjadi pada ibu dan janin. Ketuban pecah dini sangat berpengaruh pada janin, walaupun ibu belum menunjukkan infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi karena infeksi intrauterin terjadi lebih dulu sebelum gajala pada ibu dirasakan. Sedangkan pengaruh pada ibu karena jalan lahir telah terbuka maka akan dijumpai infeksi intrapartal, infeksi puerpuralis, peritonitis dan septikemi serta dry-labor. Selain itu terjadi kompresi tali pusat dan lilitan tali pusat pada janin. Hal ini akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ketuban pecah dini yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil tentang kehamilan, persalinan dan juga menganjurkan agar ibu hamil secara rutin melakukan ANC (Ante Natal Care) ke tempat pelayanan kesehatan selama kehamilan berlangsung, disamping itu ibu perlu hati-hati dalam beraktifitas seharihari sehingga persalinannya nanti bisa berjalan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apabila ibu ada di rumah sakit maka petugas harus merawat dengan baik dan mengupayakan agar tidak terjadi infeksi yang membahayakan. Dalam penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi dan komplikasi pada ibu dan janin atau tanda-tanda persalinan (Saifudin, 2002). Pada ketuban pecah dini jalan lahir sudah terbuka sehingga tidak boleh terlalu sering diperiksa dalam karena pada ketuban pecah dini dapat terjadi infeksi intrapartum (pada ketuban pecah 6 jam resiko infeksi meningkat satu 2

kali, ketuban pecah 24 jam resiko infeksi meningkat dua kali lipat). Selain itu dapat dijumpai juga infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis, septicemia dan dry labor atau partus kering (Mochtar, 2008). Solusi lain yang bisa dilakukan oleh Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya ketuban pecah dini adalah menjalin kerjasama lintas program dengan bidan desa agar lebih optimal dan lebih intensif dalam pelaksanaan Ante Natal Care pada ibu hamil sehingga bisa mengurangi resiko terjadinya Ketuban Pecah Dini. TUJUAN PENELITIAN Menganalisis perbedaan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin primipara dan multipara. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ada tandatanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan pretem sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. Penyebab Ketuban Pecah Dini 1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban. 2. Inkompetensi serviks. 3. Overdistensi Uterus. 4. Kelainan Letak Janin. 5. Paritas. 6. Trauma. 7. Usia ibu yang kurang dari 20 tahun. 8. Usia Kehamilan Patofisiologi Faktor yang menyebabkan pecahnya selaput ketuban menurut Taylor ada hubungannya dengan adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah, kelainan ketuban yaitu selaput ketuban terlalu tipis, faktor presdiposisi seperti multipara, malposisi, disproporsi, serviks inkompetensi dan ketuban pecah dini artifisial. Yang menyebabkan kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi dalam selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban Cara menentukan KPD Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum, apabila pembukaan kanalis serviks belum ada atau kecil, cara menentukannya : 1. Adanya cairan berisi dan mekonium, verniks caseosa, rambut lanugo dan kadang-kadang berbau kalau sudah infeksi. 2. Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah air ketuban keluar dari kanalis servikalis dan bagian yang sudah pecah. 3. Lakmus (Limus) a. Jadi biru (basa) berarti air ketuban b. Jadi merah (asam) berarti air kemih (urine) 4. Pemeriksaan Ph forniks posterior, pada PROM atau KPD Ph adalah basa (air ketuban) 5. Pemeriksaan histopatologi air (ketuban) 6. Abrization dan sitologi air ketuban Prinsip ketuban pecah dini : a. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung b. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obtetrik berkaitan dengan penyakit kelahiran preamtur dan terjadi yang karioamnionity sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan 3

mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. c. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut, berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Konsep Dasar Persalinan Menurut Sarwono P. (2001) persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Menurut Syaifudin (2009), persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia dan diluar rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan jalan lain. Sedangkan menurut Benson (2009), persalinan merupakan proses normal, berupa kontraki uterus involunter yang efeketif dan terkoordinasi yang menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks secara progresif serta penurunan dan kelahiran bayi dan plasenta. Berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah pengeluaran janin dan uri yang cukup bulan atau hampir cukup bulan dand apat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan a. Power 1. His atau kontraksi otot rahim 2. Kontraksi otot dinding perut 3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan 4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum b. Passage Jalan lahir lunak dan jalan lahir keras c. Passanger Janin dan plasenta Pembagian Tahap Persalinan adalah sebagai berikut : a. Kala I atau Kala Pembukaan Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah atau blood show, karena serviks mulai membuka atau dilatasi dan mendatar efficement. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikaslis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu : 1. Fase laten. Pembukaan serviks berlangsung lambat, sapai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam. 2. Fase aktif. Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase : a. Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4cm. b. Periode dilatasi maksimal atau steady : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. c. Periode deselerasi : berlangsung lambat, waktu 2 jam, pembukaan jadi 10 cm atau lengkap. b. Kala II atau kala pengeluaran janin. Pada pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan otot dasar panggul yang secara reflekstoris menimbulkan mengedan. Karena tekanan pada rektum, Ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan. Vulva membuka dan perinium menegang dengan his, mengedan yang terpimpin akan lahilah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1 ½ - 2 jam dan pada multi ½ - 1 jam. c. Kala III atau Kala pengeluaran uri. Setelah bayi lahi, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran 4

uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri seluruh proses biasanya berlangsung 5-10 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kirakira 100-200 cc. d. Kala IV atau Kala pengawasan. Adalah kala selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum (Mochtar, 2002). Pada saat proses persalinan berlangsung, ada beberapa faktor yang harus diamati, diawasi oleh tenaga kesehatan (bidan dan dokter) yaitu nyeri, lama pembukaan, lama meneran, robekan perinium, lama pelepasan plasenta dan volume perdarahan. Konsep Dasar Paritas Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) Manuaba (2002), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Klasifikasi Paritas a. Primipara. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar. b. Multipara. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawiroharjo, 2001). Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan viabel (hidup) beberapa kali ( Manuaba, 2002). Multigravida adalah wanita yang sudah hamil dua kali atau. c. Grandemultipara. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2002). Garandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan 6 kali atau lebih baik hidup ataupun mati (Rustam, 2002). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih. Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Primipara dan Multipara. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Faktor yang menyebabkan pecahnya selaput ketuban ada hubungannya dengan adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah, kelainan ketuban yaitu selaput ketuban terlalu tipis, faktor presdiposisi seperti multipara, malposisi, disproporsi, serviks inkompetensi dan ketuban pecah dini artifisial. Yang menyebabkan kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi dalam selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban (Manuaba, 2000). Faal air ketuban saat kehamilan berlangsung adalah memberi kesempatan berkembangnya janin dengan bebas ke segala arah, menyebarkan tekanan bila terjadi trauma, sebagai penyangga terhadap panas dan dingin, saat inpartu air ketuban dapat menyebarkan kekuatan his sehingga serviks dapat membuka, membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan sebagai disinfektan, dan sebagai pelicin. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obtetrik berkaitan dengan penyakit kelahiran preamtur dan terjadi yang karioamnionity sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. HIPOTESIS 5

Ada perbedaan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin primipara dan multipara. METODE PENELITIAN Penelitian analitik komparatif dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin sebanyak 100 orang. Sampel dalam penelitian ini dilakukan pada sebagian ibu bersalin sebesar 80 responden. Teknik sampling non probability sampling secara purposive sampling. menggunakan uji Chi Square. HASIL DAN PENELITIAN Hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan rumus Chi-Square didapatkan bahwa nilai p = 0,000 dengan tingkat kepercayaan 95% (CI = 0,95) berarti taraf kesalahannya adalah 5% ( α = 0,05 ). Apabila didapatkan nilai p < α maka H o ditolak dan H 1 diterima yang artinya terdapat perbedaan secara signifikan antara kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin primipara dan ibu bersalin multipara. PEMBAHASAN Kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin primipara. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar (65 %) responden pada ibu bersalin primipara tidak mengalami kejadian ketuban pecah dini (KPD). menunjukkan bahwa kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin primipara angka kejadiannya hanya sedikit. Hal tersebut dikarenakan Ibu bersalin primipara belum pernah mengalami trauma akibat riwayat persalinan yang lalu sehingga tidak terjadi inkompetensia serviks,suatu kondisi dimana mulut rahim mengalami pembukaan dan penipisan sehingga tidak bisa menahan janin dan selaput ketuban. Ibu yang baru pertama kali hamil dan sangat mengharapkan kehadiran seorang anak dalam pernikahannya dia akan sangat menjaga kehamilannya agar selalu sehat, keadaan ini juga dipengaruhi juga oleh beberapa faktor seperti: usia dan pekerjaan. Kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin multipara. Hasil penelitian didapatkan data bahwa hampir seluruh (80 %) responden pada ibu bersalin multipara mengalami kejadian ketuban pecah dini (KPD). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu bersalin multipara hampir seluruhnya mengalami ketuban pecah dini; Pada multipara sebelumnya sudah terjadi persalinan lebih dari satu kali yang dapat mempengaruhi berkurangnya kekuatan otot uterus dan abdomen; keadaan ini mempengaruhi kekuatan membrane untuk menahan cairan ketuban sehingga tekanan intra uterin meningkat dan menyebabkan selaput cairan ketuban lebih rentan untuk pecah. KPD pada multipara juga disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu pendidikan, usia dan pekerjaan atau aktifitas. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan dengan pengetahuan yang dimiliki, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pengetahuan yang dimiliki sehingga semakin muda pula petugas kesehatan agar dapat memberikan informasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk antisipasi resiko tinggi. Dengan responden yang hampir seluruhnya berpendidikan menengah maka agak sedikit kesulitan bagi petugas kesehatan dalam memberikan motifasi untuk pemeriksaan kehamilan secara rutin, karena pada masa sekolah mereka sedikit sekali menerima informasi seputar kehamilan, dan mereka menganggap kehamilan adalah sesuatu yang alami dan tidak perlu dikhawatirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden berusia produktif, sehingga responden mempunyai banyak sekali kegiatan atau aktifitas. dalam hal ini erat kaitannya dengan pekerjaan responden, jika responden mempunyai pekerjaan diluar rumah atau 6

bekerja dikantor maka responden akan lebih banyak mendapatkan wawasan tentang kehamilan dari teman sekantornya. Berbeda dengan responden yang hanya sebagai ibu rumah tangga, mereka akan lebih banyak dirumah dan kurang informasi tentang kesehatan ibu hamil; disamping itu pekerjaan rumah tangga yang tidak ada hentinya akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis ibu, ibu bisa kecapekan dan jenuh. Perbedaan Kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin primipara dan multipara. Berdasarkan analisa dari tabulasi silang antara kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin primipara dan multipara menunjukkan bahwa responden dengan persalinan primipara sebagian besar (65 %) tidak mengalami kejadian ketuban pecah dini. Sedangkan responden dengan persalinan multipara hampir seluruhnya (80 %) mengalami kejadian ketuban pecah dini. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan rumus Chi-Square didapatkan bahwa H o ditolak dan H 1 diterima yang artinya terdapat perbedaan secara signifikan antara kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin primipara dan ibu bersalin multipara. Berdasarkan hasil uji statistik diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian ketuban pecah dini lebih sering terjadi pada ibu bersalin multipara, hal ini disebabkan karena secara anatomi sebagian besar kondisi serviks ibu bersalin multipara memang sudah membuka akibat proses persalinannya yang lalu sehingga tidak bisa menahan dan melindungi selaput ketuban baik terhadap trauma maupun terhadap infeksi, seiring dengan tuanya kehamilan selaput ketuban akan mengalami pematangan dan penipisan, keadaan ini akan menyebabkan selaput ketuban mudah pecah. Disamping itu jika usia kehamilan sudah mendekati aterm ibu hamil sering mengalami kontraksi uterus atau yang disebut his pengiring, dalam hal ini ibu bersalin multipara yang kondisi serviksnya sudah membuka akan lebih mudah terjadi ketuban pecah dini dibandingkan dengan ibu bersalin primipara yang kondisi serviksnya masih menutup SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ada perbedaan yang signifikan antara kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin primipara dan ibu bersalin multipara. Saran Ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin sesuai jadwal untuk antisipasi adanya resiko pada saat persalinan, menjaga kesehatan dengan istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi seimbang. 7

DAFTAR PUSTAKA Ai Yeyeh, (2010), Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : TIM Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Benson, (2009), Buku Saku Obsetri Dan Ginekologi. Jakarta : EGC Ida Ayu, (2008), Gawat Darurat Obstetric Ginekologi Untuk Profesi Bidan, Jakarta : EGC Manuaba, (2002), Ilmu Kebidanan, Penykit Kandungan Dan KB, Jakarta : EGC Prawirohardjo S, (2001), Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP Saifudin (2002), Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal Dan Neonatal, Jakarta : YBP-SP Syaifudin, (2009), Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC 8