BAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-2 dan memperoleh keahlian dalam bidang Patologi Klinik

BAB I PENDAHULUAN. (DM) sangat tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang utama di dunia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada tikus Diabetes Melitus yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Norvegicus) berkelamin jantan galur Sprague-Dawley berjumlah 30 ekor. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1) DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Adanya kerusakan sel β pancreas akibat autoimun yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kilomikron dirakit dalam sel mukosa usus dan membawa triasilgliserol makanan, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak, dan Choles - ester teryl

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. empat terbesar dari jumlah penderita DM dengan prevalensi 8,6% dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

Marianne, S.Si., M.Si., Apt.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan rancangan penelitian. pretest postest randomized controlled group design. Dua kelompok penelitian

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

Obat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide

BAB IV HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus novergicus) berkelamin jantan galur Sprague dawley

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global,

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Setiap jenis lipoprotein mempunyai Apo tersendiri. Sebagai contoh

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Asupan Makanan dan Minuman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB VI PEMBAHASAN. Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing kelompok dapat dilihat pada tabel 11. Peningkatan kadar glukosa darah ini dikarenakan pemberian STZ yang merupakan glukosamin dari derivat N- nitro, sebagai antibiotik broadspectrum dan sitotoksik pada sel beta pankreas tempat produksi insulin. Pemindahan gugus metil dari STZ ke molekul DNA menjadi faktor penyebab kerusakan DNA. Kerusakan DNA akibat STZ dapat mengaktivasi poly (ADP-ribose) polymerase (PARP) yang kemudian mengakibatkan penekanan nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+) seluler, selanjutnya menimbulkan penurunan jumlah adenosine triphospate (ATP), dan akhirnya terjadi nekrosis sel ß pankreas. Tabel 11. Besar peningkatan kadar glukosa setelah Kelompok Glukosa darah puasa sebelum Glukosa darah puasa setelah Besar Pening katan C 70,50 ± 5,24 84,50± 9,69 14 X0 287,40±42,37 443,00±122,56 158,6 X1 256,00±83,59 463,83±116,77 207,83 X2 357,00±55,07 362,80± 76,93 5,8 X3 264,00±29,25 373,00±126,74 109 Hasil penelitian ini pada kelompok X1 terjadi perbedaan bermakna sebelum dan sesudah, berarti penyuntikan STZ 40 mg mempengaruhi peningkatan kadar glukosa dan dengan pemberian folat 2 ppm (dosis kecil) peningkatan kadar glukosa lebih besar dibandingkan X2 (folat 4 ppm) dan X3

(folat 8 ppm). Hal ini dikarenakan pada DM terjadi defisiensi folat, sedangkan pada kelompok X1 dengan pemberian folat paling kecil dan peningkatan kadar gula darah lebih besar yang mana seharusnya pada DM membutuhkan folat lebih besar untuk mengeseimbangkan kekurangan folat. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa injeksi STZ intravaskuler pada tikus membuat pankreas bengkak dan berakibat terjadinya degenerasi pada sel beta langerhans dan terjadi diabetes melitus. 15,26 Pengaruh pemberian folat selama 30 hari terjadi penurunan kadar Hcy pada masing-masing kelompok meskipun tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok X1 (2ppm) dan X2 (4ppm) dengan p>0,05 sedangkan pada kelompok X3 (8ppm) didapatkan perbedaan bermakna dengan p=0,043. Melihat hasil tersebut dikatakan bahwa pemberian folat dengan dosis yang besar (8ppm) menghasilkan penurunan kadar Hcy lebih besar. Penelitian ini sama dengan penelitian oleh Huang RF dkk yang mengatakan bahwa setelah 4 minggu pemberian folat, peningkatan kadar Hcy berhubungan dengan penurunan pemberian dosis folat. Kadar Hcy paling tinggi dijumpai pada kelompok yang tidak mendapatkan folat dan kadar Hcy terendah pada kelompok folat 8 ppm (r = -0,90; p = 0,0001). 10 Hal ini disebabkan pada DM dapat terjadi peningkatan aktivitas glycine N-methyltransferase (GNMT), phosphatidylethanolamin N-methyltransferase (PEMT), bethainehomocysteine S-methyltransferase (BNMT) dan terjadi defisiensi folat yang menyebabkan meningkatnya aktivitas GNMT. 19 Proses remetilasi yang membutuhkan folat, betain, serin, kolin diharapkan dapat menyeimbangkan

meningkatnya Hcy dalam sirkulasi menjadi menurun. Nieman et al melaporkan bahwa Insulin yang tidak cukup pada tikus yang diberi STZ meningkatkan BHMT dan menurunkan methionine synthase (MS). Peningkatan konsentrasi insulin menyebabkan menurunnya aktifitas MTHFR pada hepatosit. Hcy dipengaruhi oleh adanya vitamin B6, vit B12, asam folat dalam makanan dan total metionin dalam protein. Hcy dimetabolisme melalui dua jalur: remetilasi dan transsulfurasi. 7,11,34,35 Kadar Hcy pada DM tergantung dengan fungsi ginjal, sel parenkim ginjal yang normal berperan pada metabolisme Hcy. Kadar Hcy yang tinggi akan diubah menjadi sistine dan dikeluarkan lewat urin. Kerusakan fungsi ginjal menyebabkan gangguan metabolisme dan clearence Hcy yang akan menyebabkan peningkatan kadar Hcy dalam sirkulasi. Hasil penelitian ini pada fungsi ginjal tikus dengan melihat kadar kreatinin sebelum dan sesudah memperlihatkan tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada awal penelitian antara kelompok kontrol negatif (C), berarti pada awal (kelompok kontrol negative) penelitian fungsi ginjal tikus dalam keadaan baik dengan ditandai kadar kreatinin yang normal. Penelitian ini didapatkan pengaruh pemberian folat terhadap kadar trigliserid, kolesterol, LDL sebelum dan setelah pada masing-masing kelompok didapatkan hasil tidak ada perbedaan bermakna antara sebelum dan sesudah pada semua kelompok (P>0,05). Trigliserid pada kelompok X1 terjadi peningkatan lebih besar dibandingkan kelompok X2 dan X3, hal ini diperkirakan karena terjadinya peningkatan glukosa darah pada X1 (207

mg/dl) lebih besar dibandingkan kelompok X2 (5 mg/dl) dan X3 (109 mg/dl) setelah. Peningkatan glukosa darah yang tinggi mempengaruhi peningkatan trigliserid karena kurangnya insulin, dimana insulin berperan dalam pengaturan metabolisme lipid. Insulin menghambat lipolisis dengan mengaktifkan lipoprotein lipase yaitu mengkatabolisme lipoprotein kaya trigliserid dalam menghambat produksi VLDL oleh hepar. Sehingga trigliserid akan terjadi peningkatan. Sedangkan untuk HDL pada kelompok X1 dengan nilai p= 0,04 berarti terdapat perbedaan rerata kadar HDL yang bermakna sebelum dan sesudah satu bulan pemberian folat 2 ppm, yang seharusnya pada DM dengan dislipidemi (peningkatan trigliserid, LDL dan penurunana HDL). Kelompok X1 dengan kenaikan glukosa darah yang tinggi, dengan pemberian folat 2 ppm tidak mampu meningkatkan HDL dikarenakan dengan kurangnya insulin akan mengganggu metabolisme HDL dengan cara menghambat LCAT dan lipase hepar. Hasil HDL setelah pemberian folat 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm tergantung pada kenaikan kadar glukosa darah. Dimana pada X1 terjadi kenaikan kadar gula darah yang besar ( +207,83 mg/dl) dengan pemberian folat dosis kecil (2 ppm) sehingga terjadi penurunan HDL, pada X2 dengan kenaikan kadar gula darah kecil (+5,8mg/dl) dengan pemberian folat 4 ppm dapat menaikkan HDL sedangkan pada X3 dengan kenikan kadar gula darah (+109 mg/dl) dengan pemberian folat 8 ppm menurunkan HDL. Memperhatikan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa

kadar HDL dengan pemberian folat selain terpengaruh dengan dosis juga perlu diperhatikan atau dikendalikan kadar glukosa darah. Tabel12. Besar peningkatan kadar HDL setelah Kelompok Peningkatan Glukosa darah Setelah 14 HDL sebelum 18,26± 2,87 HDL setelah 38,11± 7,64 Kenaikan HDL C X0 158,6 31,50±10,31 35,10±12,85 +19,85 +3,6 X1 207,83 39,70±15,57 23,56± 8,76-16,14 X2 5,8 32,46±21,29 43,74±18.25 +11,28 X3 109 35,34±17,16 30,66± 5,50-4,68 Penelitian pada tikus yang dinduksi STZ menunjukkan semua hiperlipidemia, diakibatkan oleh peningkatan absorbsi lemak lewat usus, perubahan peningkatan abnormal aktivasi A-cholesterol acyltransferase (ACAT) dalam usus kecil. 21 Hiperglikemi kronik menyebabkan disfungsi endotel melalui berbagai mekanisme antara lain glikosilasi non enzimatik, meningkatkan sintesis diacylglyserol (DAG) melalui jalur glikolitik, peningkatan terjadinya stres oksidatif dan peningkatan oxidized lipoprotein, 25 penurunan produksi nitric oxide (NO), penurunan aktivitas fibrinolitik dan aktivasi koagulasi yang berulang. 28,29 Olatunji dalam penelitiannya menyatakan pemberian folat di hubungkan dengan metabolisme lipid dan mengganggu toleransi glukosa pada tikus. 20 Efek menguntungkan pemberian asam folat dapat dihubungkan dengan kemampuan mereduksi modifikasi oksidatif LDL kolesterol-hiperhomosisteinemia dan kemampuan meningkatkan HDL

kolesterol. Penelitian pada tikus SD kadar plasma LDL kolesterol meningkat sementara HDL kolesterol menurun yang di beri kontrasepsi oral dibandingkan dengan tikus kontrol yang diberi asam folat cukup. Wilmink et al (2000) menyebutkan pemberian folat oral dosis tinggi akan mencegah disfungsi endotel dihubungkan dengan fat load. 13 Kasus DM sering disertai adanya perubahan profil lipid yang abnormal, dimana terjadi peningkatan trigliserid, kolesterol, LDL dan penurunan HDL. Perubahan abnormal profil lipid tersebut sebagai risiko terjadinya kelainan vaskuler pada penderita DM. Pemberian folat dapat mempengaruhi profil lipid secara tidak langsung pada DM. Penderita DM dimana insulin dapat mengaktifkan lipoprotein lipase, yang meningkatkan katabolisme lipoprotein kaya trigliserid dalam menghambat produksi VLDL oleh hepar. Insulin meningkatkan clearance LDL, dengan cara merangsang aktivitas reseptor Apo B/E (reseptor LDL) dan mempertinggi degradasi LDL lewat jalur reseptor LDL. Insulin juga bekerja pada metabolisme HDL dengan cara mengaktifkan LCAT dan aktivitas lipase hepar. 49 Hiperlipidemia (lipotoksisitas) dapat mengakibatkan akumulasi lipid yang abnormal dalam sel beta sehingga menginduksi apoptosis sel beta. Asam lemak melalui produksi long chain acyl-coa (LC Acyl-CoA) intraseluler, dapat mengaktivasi protein kinase C (PKC) yang mengakibatkan fosforilasi serine/threonine pada molekul IRS dalam sel beta dan memicu degradasi IRS-2 serta mengakibatkan apoptosis sel beta. 25