KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki panjang garis pantai

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Identifikasi Sebaran Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Di Pesisir Muara Perancak-Bali Menggunakan Data Citra Satelit ALOS AVNIR-2 Dan SPOT-4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA SUNGAI PORONG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA PERANCAK BALI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

ANALISA PENGINDERAAN JARAK JAUH UNTUK MENGINDENTIFIKASI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PANTAI TIMUR SURABAYA. Di susun Oleh : Oktovianus Y.S.

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMETAAN PARTISIPATIF BATAS KEPEMILIKAN

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

TATA LOKA VOLUME 14; NOMOR 1; FEBRUARI 2012, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Perubahan Garis Pantai Di Kabupaten Indramayu Dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multi Temporal

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI TENTANG DINAMIKA MANGROVE KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

DINAMIKA PANTAI (Abrasi dan Sedimentasi) Makalah Gelombang Yudha Arie Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTI TEMPORAL DI DAERAH PESISIR SUNGAI BUNGIN MUARA SUNGAI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

kebutuhannya, masyarakat merambah hutan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian. Konversi hutan dan lahan juga dilakukan oleh kegiatan pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh aktivitas sungai. Dalam kamus Oceanografi (Setiyono,1996) dijelaskan bahwa delta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan Januari hingga Desember 2010,

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

TINJAUAN PUSTAKA. Status administrasi dan wilayah secara administrasi lokasi penelitian

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemantauan perubahan profil pantai akibat

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

BAB 4. METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

Nursyamsi Junus Komp.Perikanan Prop.Sul.Sel. Hartono dan Sukwardjono Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

I. PENDAHULUAN Permasalahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PEMANFAATAN DELTA BARITO BERDASARKAN PETA BENTUKLAHAN. Oleh: Deasy Arisanty 1 ABSTRAK

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

PERUBAHAN DELTA DI MUARA SUNGAI PORONG, SIDOARJO PASCA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

ANALISA SEL SEDIMEN SEBAGAI PENDEKATAN STUDI EROSI DI TELUK LAMPUNG, KOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembangkitan Gelombang oleh Angin

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

ANALISIS KONVERSI HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

PEMANTAUAN GARIS PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT. oleh. Bambang Hermanto 1 ) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

KAJIAN DINAMIKA PANTAI SELATAN BANYUWANGI BERDASARKAN HASIL PENAFSIRAN CITRA SATELIT LANDSAT TM

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PESISIR KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4

Pola Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Jakarta Sebelum dan Sesudah Reklamasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4 Andi Panguriseng 1, Muh. Altin Massinai 1, Paharuddin 1 1

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya. perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU Tjaturahono Budi Sanjoto Mahasiswa Program Doktor Manajemen Sumberdaya Pantai UNDIP Abstrak Perubahan Spasial wilayah pantai Delta di kabupaten Kendal cukup dinamis dan hingga kini masih berlangsung sebagai akibat pengaruh proses sedimentasi dan aktivitas gelombang. Di wilayah kajian terdapat daerah yang mengalami abrasi dan sedimentasi, tetapi secara keseluruhan proses sedimentasi cenderung lebih luas. Proses sedimentasi yang tinggi merupakan indikasi bahwa pengelolaan DAS kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Model Perubahan Spasial Pantai Delta Kabupaten Kendal secara multi waktu (1910 2009) dengan teknik penginderaan jauh. Bahan penelitian yang digunakan adalah peta topografi skala 1:50.000 tahun 1910, dan citra Landsat hasil pemotretan tahun 1972, 1992, 2002, dan 2009. Software pengolahan data menggunakan ER Mapper 7.0. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perubahan wilayah pantai Delta kabupaten Kendal berlangsung cukup dinamis. Ada empat model perkembangan garis pantai yang berlangsung di pantai Delta kabupaten Kendal, yaitu Model I, wilayah pantai yang cenderung berkurang ke arah daratan. Model II, wilayah pantai yang cenderung bertambah ke arah lautan. Model III, wilayah pantai yang semula bertambah kemudian mengalami pengurangan. Model IV, wilayah pantai yang cenderung bertambah ke arah lautan namun kemudian mengalami kestabilan pantai. Kata kunci: Perubahan spasial, delta, dinamis PENDAHULUAN Ekosistem delta memiliki peranan besar terhadap keseimbangan lingkungan. Ekosistem ini mempunyai manfaat sangat besar karena sifat fisiknya yang sangat subur sebagai hasil proses sedimentasi alluvial yang membawa unsur hara tinggi sehingga merupakan kawasan yang sangat sesuai untuk berbagai aktifitas mulai dari konservasi lahan (mangrove), pertambakan, dan eksploitasi lainnya seperti untuk permukiman dan kawasan industri. Hal inilah yang menyebabkan hampir keseluruhan permasalahan delta di seluruh dunia mengalami gangguan lingkungan karena tekanan aktivitas manusia yang sampai saat ini masih bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam (Habib Subagio, 2007). Delta sungai Bodri berada di sebelah barat kota Semarang dan secara administratif berada di Kabupaten Kendal. Berdasarkan interpretasi citra LANDSAT 7 ETM tahun 2001 dapat diketahui bahwa bentuklahan Delta sungai Bodri ini mendominasi wilayah pesisir kabupaten Kendal. Oleh karena dapat dikatakan pantai Kendal merupakan Pantai Delta. Jurnal Geografi 103

Perkembangan morfologi pantai Delta Bodri di kabupaten Kendal terus berlangsung hingga kini. Berdasarkan buku tulisan Eric C. F. Bird dan Otto S. R. Ongkosongo (1980) berjudul Environmental changes on the coasts of Indonesia digambarkan perkembangan garis pantai delta Bodri mulai tahun 1864 1973. Dalam kurun waktu tersebut delta sungai Bodri mengalami perkembangan yang cenderung bergerak ke arah timur. Selama periode waktu 1864-1973 ( 109 tahun) garis pantai delta Bodri mengalami pertambahan yang bervariasi. Faktor yang paling penting terjadinya perkembangan Pesisir Delta adalah pemasokan material dan aktivitas pada wilayah pengendapan. Reineck dan Singh (1975) menyatakan bahwa kenampakan Pesisir Delta terkontrol oleh morfologi pantai, arah dan intensitas gelombang, tingkat pengangkutan sedimen pantai, serta julat pasang surut. Perkembangan wilayah pesisir Delta di samping berkaitan dengan pengelolaan DAS hulu, juga dipengaruhi oleh proses hidrodinamika yang meliputi Gelombang (wave), Pasang Surut (tidal), dan arus sepanjang pantai (longshore current). Ketiga proses tersebut akan mengangkut dan mendistribusikan material sedimen ke sebelah kanan ataupun kiri muara sungai (John Pethick, 1983; Masselink & Russel, 2007). Jadi secara teoritis bentuk perkembangan pantai pesisir di samping dipengaruhi oleh besaran asupan material sedimen juga dipengaruhi oleh besaran tenaga hidrodinamika yang bekerja di sepanjang pantai. Secara garis besar ada dua sedimen yang ditransportasikan yaitu Cohesive dan Non Cohesive (Pratikto, dkk., 1997). Transport sedimen cohesive sering diistilahkan menjadi Suspended Load Transport karena kebanyakan sifatnya yang melayang di air, sedangkan transport sedimen non kohesif disebut Bed Load Transport. Dalam kenyataan di lapangan, material yang termasuk Suspended Load Transport adalah material lumpur (mud/siltation), sedangkan Bed Load Transport adalah material littoral. Gerakan air yang mempengaruhi hanyutan sedimen bukan saja berupa gelombang (wave), tetapi juga arus sepanjang pantai (longshore current) atau gabungan dari keduanya. Arus sepanjang pantai (longshore current) itu sendiri terjadi karena gelombang yang menuju pantai berlangsung tidak sejajar dengan garis pantai, sehingga resultan tenaga gelombang menghasilkan arus sepanjang pantai. Tenaga arus sepanjang pantai sangat tergantung dari gelombang, sedangkan gelombang sendiri dipengaruhi oleh kedalaman dan pasang surut (Eric C.F. Bird, 2006). Proses hanyutan sedimen sepanjang pantai berlangsung dinamik, terus menerus terjadi dan akan berpengaruh terhadap bangunan-bangunan pantai seperti pelabuhan, Industri, obyek wisata, maupun pertambakan. Akibat yang ditimbulkan bisa berupa abrasi, akresi, dan pendangkalan. Dengan mempelajari arah gerakan hanyutan sedimen akan dapat diperkirakan kemungkinan terjadinya perubahan garis pantai. Saat ini di wilayah pesisir kabupaten Kendal sedang terjadi peningkatan aktifitas pembangunan. Aktifitas pemanfaatan lahan di wilayah pesisir kabupaten Kendal bukan saja untuk pelabuhan jasa 104 Volume 7 No. 2 Juli 2010

penumpang dan barang, tetapi juga untuk wisata pantai, pelabuhan ikan, pertambakan, dan permukiman. Lokasi wisata pantai ada di bagian barat Pesisir, lokasi pertambakan banyak tersebar di bagian tengah, dan permukiman berada di beberapa tempat di pantai Pesisir tersebut. Melihat semakin tinggi aktivitas perekonomian di wilayah Pesisir kabupaten Kendal, sedangkan di sisi lain proses perkembangan fisik pesisir juga terus berlangsung, maka diperlukan upaya pemantauan perubahan morfologi (morphodynamic) pantai agar aktifitas perekonomian yang saat ini sedang berlangsung menjadi tidak terganggu. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah model perubahan pantai delta di Kabupaten Kendal? Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Model Perubahan Spasial Pantai Delta Kabupaten Kendal secara multi waktu (1910 2009) dengan teknik penginderaan jauh. METODE PENELITIAN Variabel penelitian yang dikaji adalah bentuk spasial Garis Pantai Delta kabupaten Kendal meliputi sub variabel: 1) Bentuk spasial Garis Pantai Delta kabupaten Kendal mulai tahun 1910, 1972, 1992, 2002 dan tahun 2009. 2) Model Perubahan spasial Delta kabupaten Kendal. Untuk mengetahui perubahan garis pantai Delta, dibutuhkan bahan penelitian yang berupa peta Topografi Tahun 1910 skala 1: 50.000, Peta Rupa Bumi skala 1: 25.000 tahun 2000 dan Citra Landsat akuisi 1972, 1992, 2002, dan tahun 2009. Spesifikasi citra Landsat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Spesifikasi Citra Landsat yang digunakan No Scene ID Tgl Akuisisi Resolusi Spasial Jumlah Band 1 Anchor scene ID: Mei dan Juni 2009 30 x 30 m 9 L71120065_06520090605 Filler scene 1 ID: L71120065_06520090504 2 LE71120065_06520020821 21-8-2002 30 x 30 m 9 3 P120r65_5t19920716. TM-EartSat-Orthocorectified 16-7-1992 30 x 30 m 7 4 LM112806519722AAA03 28-9-1972 80 x 80 m 4 Sumber : Data LAPAN, Januari 2010 Jurnal Geografi 105

Untuk mengetahui perubahan spasial garis pantai Delta Sungai Bodri dengan deret waktu tahun 1910, tahun 1977, tahun 1989, tahun 2002, dan tahun 2009 digunakan metode overlay time series data dengan software ER Mapper7.0 (Agus Hartoko, 2009). Digunakannya metode ini karena pengolahan datanya relative sederhana dan dapat di melibatkan seluruh data sekaligus, sehingga perubahan garis pantai antar waktu dapat di amati secara interface. Sebagai contoh hasil interface perubahan garis pantai delta Bodri antar waktu tahun 1910, dengan tahun 1972, tahun 1992, tahun 2002, dan tahun 2009 dapat dilihat gambar, di samping. Dari tampilan hasil pengolahan data tersebut di atas maka akan dapat dilakukan analisis lebih lanjut berkaitan dengan perubahan penutup lahan serta ekosistem daerah setempat. Daerah yang mengalami abrasi dan sedimentasi dapat di identifikasi sebaran spasialnya serta intensitasnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Kendal Tahun 1910 Sumber informasi bentuk pantai Delta kabupaten Kendal tahun 1910 diperoleh dari hasil Gambar 1. Contoh Perubahan Spasial Garis Pantai Delta Bodri Tahun 1910, 1977, dan 1989 dengan metode Overlay 106 Volume 7 No. 2 Juli 2010

interpretasi peta topografi skala 1: 50.000 910 Blad XXIC yang diterbitkan oleh Pemerintah Belanda tahun 1910. Pengolahan peta topografi ini dimulai dari koreksi geometrik dengan pedoman koreksi pada peta RBI tahun 2000. Hasil koreksi geometrik pada 16 titik (GCP) diperoleh nilai RMS bervariasi mulai dari 0,60 hingga 3,07. Berdasarkan peta topografi ini, arah sungai Bodri menuju ke utara berbelok ke arah barat laut. Bagian hilar sungai Bodri ini juga becabang ke arah utara timur laut. Secara keseluruhan pantai Delta kabupaten Kendal saat itu masih berbentuk Cuspate. Menurut Hehanusa (1975), bila Delta masih berbentuk Cuspate maka tenaga pembentuk yang dominan hádala prose marin. Distribusi permukiman masih tersebar di dekat dan di sepanjang sungai. Tidak ada area permukiman yang berada di tepi pantai. Lahan Tambak sudah ada dan banyak tersebar di bagian timur wilayah pantai. Untuk bagian barat dan tengah pantai Delta masih belum dimanfaatkan penduduk. Untuk maksud analisis perkembangan Delta, maka luas delta tahun 1910 ini dijadikan data awal perkembangan delta sehingga batas Area of Interest (AOI) akan sama pada batas selatan, barat, timur, sedangkan untuk batas utara (batas garis pantai) tidak sama antar tahun kajian. Berdasarkan AOI, luas delta Bodri tahun 1910 diperoleh data seluas 15813,18 hektar. Kabupaten Kendal Tahun 1972 Informasi garis pantai delta kabupaten Kendal tahun 1972 didasarkan pada hasil interpretasi citra Gambar 2. Bentuk Delta Bodri tahun 1910 Jurnal Geografi 107

Landsat tahun 1972. Landsat pada tahun tersebut merupakan satelit generasi pertama, sehingga resolusi spasialnya mempunyai ukuran 60 mx60 m. Hasil koreksi geometrik pada 10 titik GCP diperoleh nilai RMS bervariasi mulai dari 0,19 hingga 0,84. Berdasarkan interpretasi Citra landsat-1 ini diperoleh gambaran bahwa bentuk Delta Bodri pada tahun 1972 sudah berkembang gemuk cenderung membentuk Lobate. Dengan demikian diperkirakan sudah terjadi pergeseran tenaga pembentuk delta yang semula lebih pada tenaga Marin menjadi dominan pada tenaga Fluvial. Alur sungai Bodri (hilir) juga mengalami pergeserán ke arah timur kemudian berbelok ke arah utara sejajar dengan bekas aliran tahun 1910. Kalau lebih dicermati, pangkal alur yang bergeser menunjukan adanya pelurusan alur sungai terlebih dahulu ke arah utara timur laut. Hal ini mengindikasikan adanya dorongan tenaga runoff sungai yang besar, dengan volume dan tenaga yang besar sehingga mengubah bentuk delta yang semula Cuspate menjadi Lobate. Arah pengendapan di wilayah pantai juga cenderung ke bagian timur, sehingga perkembangan wilayah delta bagian timur lebih cepat ketimbang wilayah bagian barat. Pemanfaatan lahan pesisir untuk pertambakan sudah banyak dilakukan di bagian tengah dan barat wilayah pesisir. Berdasarkan AOI, luas delta Bodri tahun 1972 diperoleh data seluas 18651,69 hektar. Kabupaten Kendal Tahun 1992 Informasi garis pantai delta kabupaten Kendal tahun 1992 didasarkan pada hasil interpretasi citra Landsat tahun 1992. Landsat pada tahun tersebut merupakan satelit generasi ke lima (Landsat 5 TM), sehingga resolusi spasialnya mempunyai ukuran 30 mx30 m. Berdasarkan hasil Interpretasi dapat Gambar 3. Bentuk Delta Bodri tahun 1972 108 Volume 7 No. 2 Juli 2010

diketahui bahwa proses sedimentasi masih dominan di bagian timur pantai Delta, Namun Proses abrasi juga dominan di bagian timur dekat Muara sungai Bodri dan wilayah pantai Mororejo. Alur sungai utama Bodri relatif stabil, tidak mengalami perubahan alur. Endapan sedimen di sekitar Muara telah dimanfaatkan untuk lahan pertambakan. Sementara itu bekas alur sungai Bodri tahun 1910 sudah berubah fungsi, sebagian untuk permukiman penduduk dan lainnya untuk lahan pertanian. Namun disayangkan pertambakan di wilayah ini masih terbuka, Belum ada tanaman pelindung dari empasan gelombang, seperti mangrove, sehingga lahan tambak ini sangat rentan terhadap abrasi. Luas lahan delta Bodri tahun 1992, berdasarkan AOI adalah seluas 18404.91 hektar. Kabupaten Kendal Tahun 2002 Informasi garis pantai delta kabupaten Kendal tahun 2002 didasarkan pada hasil interpretasi citra Landsat akuisisi tahun 2002. Landsat pada tahun tersebut merupakan satelit generasi generasi ke tujuh (Landsat 7 ETM), sehingga resolusi spasialnya mempunyai ukuran 30 mx30 m. Berdasarkan hasil interpretasi citra dapat diketahui bahwa proses sedimentasi masih dominan di bagian timur pantai Delta daerah pantai yang semula berbentuk teluk telah tersedimentasi berubah menjadi daerah pertambakan. Endapan di muara sungai Blorong terus meluas membentuk bentuklahan cups. Proses pendangkalan di perairan Delta bagian timur ini cenderung meluas. Gambar 4. Bentuk Delta Bodri tahun 1992 Jurnal Geografi 109

Proses abrasi terlihat di wilayah pantai Delta di bagian timur dekat muara sungai Bodri dan materialnya cenderung diendapkan di bagian timur pantai Delta. Sedangkan sedimen dari muara sungai Bodri banyak diendapkan ke bagian barat pantai Delta. Gerakan arus di muara ini juga terlihat ke arah barat. Hal ini terlihat dari bentuk gerakan endapan sedimen melayang yang berbelok ke arah barat. Arah hanyutan sedimen di Delta Bodri ini tampaknya tidak mengikuti pola satu arah, tetapi terpisah ke arah timur dan barat pantai Delta. Luas delta Bodri tahun 2002 berdasarkan AOI seluas 18451.89 hektar. Kabupaten Kendal Tahun 2009 Informasi garis pantai delta kabupaten Kendal tahun 2009 didasarkan pada hasil interpretasi citra Landsat akuisisi tahun 2009. Landsat pada tahun tersebut merupakan satelit generasi generasi ke tujuh (Landsat 7 ETM), sehingga resolusi spasialnya mempunyai ukuran 30 mx30 m. Berdasarkan hasil interpretasi citra tahun 2009, dapat diketahui bahwa sedimen melayang bagiantimur pantai Delta berkurang dan semakin menyebar hampir merata di sepanjang pantai. Beberapa lokasi pantai sudah mulai ada reboisasi berupa penanaman mangrove. Perubahan garis pantai antara tahun 2002 hingga 2009 tidak begitu jelas, oleh karena rentang waktu yang pendek (7 tahun) dan pesisir Kendal mulai agak stabil. Untuk tahun 2009 luas delta Bodri, berdasarkan AOI, adalah seluas 18576.45 hektar. Perubahan Spasial Garis Pantai Delta kabupaten Kendal Data yang digunakan untuk mengetahui perubahan Delta adalah peta topografi tahun 1910, Gambar 5. Bentuk Delta Bodri tahun 2002 110 Volume 7 No. 2 Juli 2010