Mosharafa Jurnal Pendidikan Matematika Volume 5, Nomor 1, April 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF- CONFIDENCE SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CYCLE 7E

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA SISWA SMP

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR LAMPIRAN...

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

Jaya Dwi Putra. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Korespondensi:

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 2 No.1 Mei 2016

Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia Vol. 2 No. 2 Tahun 2017

Mosharafa Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3, Nomor 3, September 2014

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Nurul Fajri 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan

Jurnal SAP Vol. 1 No. 3 April 2017 p-issn: X e-issn: PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN SISWA

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

P 34 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

ASOSIASI ANTARA KONEKSI MATEMATIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP. Oleh : Abd. Qohar

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1. Nonequivalent Groups Pretest-Posttets

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMK DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THREE STEP INTERVIEW

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

Keterkaitan antara tingkat kemampuan siswa (KAM) dengan pembelajaran yang diberikan disajikan pada rancangan ANOVA yang digunakan di bawah ini.

Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus III

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MAHASISWA DALAM MATA KULIAH PROGRAM LINIER

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN CONNETED MATHEMATICS PROJECT (CMP)

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dengan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MAHASISWA PGSD DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kelomprok kontrol pretes-postes (pre-test post-test control group

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

Kontribusi Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA SMP KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN. Berangkat dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

PENERAPAN ACCELERATED LEARNING DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE-MEANINGFUL INSTRUCTIONAL DESIGN (C-MID) Oleh: TENI SRITRESNA Abstrak Penelitian ini didasarkan pada permasalahan rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa dalam belajar matematika. Cooperative-Meaningful Instructional Design (C-MID) merupakan salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Cooperative-Meaningful Instructional Design (C-MID) dengan yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di salah satu SMP di Kabupaten Garut. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan koneksi matematis. Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Analisis koneksi matematis dilakukan dengan uji nonparametrik Mann-Whitney U untuk pretes dan uji t untuk N-gain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Cooperative- Meaningful Instructional Design (C-MID) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Kata kunci: Kemampuan Koneksi Matematis, Model Pembelajaran Cooperative- Meaningful Instructional Design (C-MID) A. Latar Belakang Berdasarkan penelitian Ruspiani (2000), hasil belajar matematika siswa selama ini masih belum menggembirakan khususnya dalam aspek koneksi matematis. Ruspiani (2000) menjelaskan bahwa hal ini disebabkan antara lain karena model pembelajaran matematika kurang mendorong siswa berinteraksi dengan sesama siswa dalam belajar, dan kurang mendorong siswa dalam melihat keterkaitan antara topik-topik dalam matematika. Kemampuan mengaitkan konsep-konsep matematika baik antar konsep dalam matematika itu sendiri maupun mengaitkan konsep matematika dengan konsep dalam bidang lainnya disebut dengan kemampuan koneksi matematis (Ruspiani, 2000). Permana dan Sumarmo (2007) menyimpulkan bahwa pemahaman siswa tentang koneksi antar konsep atau ide-ide matematika akan memfasilitasi kemampuan siswa untuk memformulasi dan memverifikasi konjektur secara induktif dan deduktif. Selanjutnya konsep, ide, dan prosedur matematika yang baru dikembangkan dapat diterapkan untuk menyelesaikan ISSN 2086-4299 38

masalah lain dalam matematika atau disiplin ilmu lainnya. Koneksi matematis akan membuat matematika dimengerti dan bermakna, karena membantu siswa mempelajari konsep yang baru dan membantu siswa dalam melihat bahwa matematika merupakan sesuatu yang masuk akal. Selain itu, koneksi matematis juga membantu siswa mengingat suatu konsep dan menggunakannya secara tepat dalam situasi pemecahan masalah, serta memungkinkan siswa untuk menerapkan matematika dalam mata pelajaran lain atau dalam kehidupan sehari-hari. Menurut NCTM (2000) ketika siswa dapat melihat keterkaitan antara seluruh komponen yang berbeda dalam matematika, pandangan mereka akan berkembang menjadi matematika sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Siswa belajar konsep baru dengan membangun pemahaman matematika sebelumnya, sehingga mereka akan menjadi sadar akan hubungan antara berbagai topik matematika. Gagne dan Berliner (Wena, 2009:39) mengungkapkan jika dalam kegiatan pembelajaran, isi pembelajaran dikaitkan dengan sesuatu yang telah dikenal atau yang telah dipelajari sebelumnya, maka siswa akan lebih termotivasi dalam belajarnya. Selain itu, pengetahuan siswa tentang matematika dan kemampuan siswa dalam menggunakan berbagai representasi matematis, serta koneksi yang mereka buat dengan disiplin ilmu lainnya, pada akhirnya akan memberikan siswa kekuatan matematika yang lebih besar. Oleh karena itu siswa harus dibimbing dan didorong untuk mengembangkan kemampuan koneksi matematis. Berdasarkan penjelasan di atas, salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa adalah model pembelajaran Cooperative-Meaningful Instructional Design (C-MID). Meaningful learning merupakan strategi dasar dari pembelajaran konstruktivistik. Ausubel (Dahar, 1996:112) menjelaskan bahwa meaningful learning (belajar bermakna) merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Proses belajarnya mengutamakan kebermaknaan, agar peserta didik mudah mengingat kembali materi-materi yang telah disampaikan oleh guru ataupun materi yang baru disampaikan. Instruction (pengajaran) dalam hal ini tidak hanya merujuk kepada konteks pembelajaran formal di ruang kelas yang tujuan utamanya pemerolehan keterampilan dan konsep tertentu, tetapi juga memperhatikan sikap dan emosi siswa. Design (rancangan) ialah proses analisis dan sintesis yang dimulai dengan suatu masalah dan diakhiri dengan rencana solusi operasional. Jadi model pembelajaran C-MID adalah pembelajaran yang mengutamakan efektivitas dan kebermaknaan belajar dengan cara membuat kerangka kerja aktivitas secara konseptual kognitifkonstruktivistik. Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa melalui Model Pembelajaran Cooperative-Meaningful Instructional Design (C-MID). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ISSN 2086-4299 39

peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Cooperative- Meaningful Instructional Design (C- MID) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional? C. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya sebagai berikut. 1. Membantu meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. 2. Model pembelajaran C-MID bisa menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. 3. Bagi peneliti melalui penelitian ini dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai penerapan model pembelajaran C-MID untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. D. Landasan Teori 1. Kemampuan Koneksi Matematis Brunner (Ruseffendi, 2006:52) mengemukakan bahwa dalam matematika setiap konsep itu berkaitan dengan konsep lain. Begitu pula antara yang lainnya, misalnya antara dalil dan dalil, antara teori dan teori, antara topik dan topik, antara cabang matematika (aljabar dan geometri misalnya). Oleh karena itu, agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan itu. NCTM (2000:64) menyebutkan bahwa ketika siswa dapat menghubungkan ide-ide matematika, pemahaman mereka lebih dalam dan lebih tahan lama. Siswa dapat melihat hubungan antara topik matematika, antara matematika dengan mata pelajaran yang lain, dan antara matematika dengan kehidupannya sehari-hari. Melalui pengajaran yang menekankan keterkaitan ide-ide matematika, siswa tidak hanya belajar matematika, mereka juga belajar tentang kegunaan matematika. NCTM (1989) menyatakan ada dua tipe umum koneksi matematis yaitu modeling connection dan mathematical connection. Modeling connection merupakan hubungan antara situasi masalah yang muncul di dalam dunia nyata atau dalam disiplin ilmu lain dengan representasi matematisnya, sedangkan mathematical connection adalah hubungan antara dua representasi yang ekuivalen, dan antara proses penyelesaian dari masing-masing representasi. Sementara itu, Harnisch (Ramdani, 2013) mengemukakan tiga macam koneksi yang harus dikembangkan sebagai berikut. a. Data connection, yaitu ide-ide matematis yang dikoneksikan dengan ide dalam science, misalkan log dalam matematika dihubungkan dengan ph dalam kimia. b. Language connection yaitu bahasa yang umum digunakan dalam matematika dikaitkan dengan bahasa yang digunakan dalam sains, misalnya penggunaan satuan panjang cm, cm 2, dan lain-lain. c. Life connection yaitu matematika dan science dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Sumarmo (2012) mengemukakan bahwa koneksi matematis disusun dalam indikatorindikator yang relevan, diantaranya: ISSN 2086-4299 40

a. mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur; b. memahami hubungan antar topik matematika; c. menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari; d. memahami representasi ekuivalen konsep atau prosedur yang sama; e. mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen; f. menggunakan koneksi antar topik matematika, dan antara topik matematika dengan topik yang lain. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis, diantaranya dijelaskan dalam NCTM (2000) bahwa pembelajaran matematika harus diarahkan pada pengembangan kemampuan berikut. a. Memperhatikan serta menggunakan koneksi matematis antar berbagai ide matematis. b. Memahami bagaimana ide-ide matematis saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga terbangun pemahaman yang menyeluruh. c. Memperhatikan serta menggunakan matematika dalam konteks di luar matematika. Mousley (Qohar, 2010) menerangkan tentang hal-hal yang harus ditekankan pada pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan koneksi matematis sebagai berikut. a. Meluaskan cakupan dari isi matematika yang dipelajari untuk memberi suatu siswa pengertian yang luas dari matematika dan aplikasi-aplikasinya. b. Menekankan koneksi antar ide-ide matematika. c. Mengeksplorasi matematika dengan memperkaya situasi kehidupan nyata. d. Memberikan arahan pada siswa untuk menemukan solusi yang lebih dari satu dan menemukan koneksi antar solusi-solusi tersebut. e. Membuat beragam representasi terhadap suatu ide matematika. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, yang dimaksud dengan kemampuan koneksi matematis pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami hubungan antar topik matematika, menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari, mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen, menggunakan koneksi antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik yang lain. 2. Model Pembelajaran Cooperative- Meaningful Instructional Design (C-MID) Model C-MID merupakan model pembelajaran yang mengutamakan efektifivitas dan kebermaknaan belajar dengan cara membuat kerangka kerja aktivitas secara konseptual kognitifkonstruktivistik. Model pembelajaran C-MID terdiri atas beberapa komponen, yaitu: (1) tujuan, (2) materi/bahan ajar, (3) sumber belajar,(4) prosedur, yaitu: (a) lead in, (b) reconstruction, (c) production dan (5) evaluasi. Model ini dipilih sebagai alternatif pembelajaran matematika agar pembelajaran matematika menjadi lebih menarik dan penuh makna, sehingga siswa dapat merasakan manfaat mempelajari matematika dan lebih mudah menguasai konsep-konsep matematika, karena dikaitkan dengan ISSN 2086-4299 41

struktur kognitif siswa itu sendiri. Adapun penjelasan mengenai prosedur MID (Madjid dalam Pramudiani dalam Gunawan, 2013) sebagai berikut. a. Lead in Secara umum konsep lead in sama dengan concrete experience dalam arti keduanya mencoba mengaitkan skemata siswa pada awal pembelajaran dengan konsep-konsep, fakta, dan atau informasi yang akan dipelajari. Kegiatan itu dilakukan guru melalui: (1) penciptaan situasi dalam bentuk kegiatan yang terkait dengan pengalaman siswa; (2) pertanyaan atau tugas-tugas agar siswa merefleksi dan menganalisis pengalaman-pengalaman masa tertentu masa lalu; (3) pertanyaan mengenai konsep-konsep, ide dan informasi tertentu walaupun hal-hal tersebut belum diketahui oleh siswa. b. Reconstruction Reconstruction adalah sebuah fase dengan guru memfasilitasi dan memediasi pengalaman belajar yang relevan, misalnya dengan menyajikan input berupa konsep atau informasi melalui kegiatan menyimak dan membaca teks untuk dielaborasi, didiskusikan, dan kemudian disimpulkan oleh siswa. Kegiatan dilakukan melalui pemberian pertanyaan atau tugas-tugas yang mengarahkan siswa mencari, menemukan konsep atau fakta (observation and reflection), kemudian membangun hipotesis sementara (hypothesizing atau formation of abstract concept) tentang konsep atau informasi tertentu, dan menarik kesimpulan. c. Production Production adalah fase terakhir dari model yang dikembangkan. Kontrol kegiatan lebih bertumpu pada siswa untuk mengekspresikan diri sendiri melalui tugas-tugas komunikatif yang bertujuan, jelas, dan terarah. Pada fase ini terdapat mediasi guru yang lebih terstruktur pada model yang dikembangkan. Ciri model pembelajaran MID, yaitu: a. Menggunakan pengalaman dan pengetahuan awal siswa untuk menerima informasi, memproses, dan menyimpan informasi untuk dipanggil kembali (retrieval) bilamana dibutuhkan. b. Mempertimbangkan materi, kompleksitas tugas-tugas yang berhubungan dengan matematika yang melekat pada kebutuhan, minat, dan perkembangan kognitif siswa. Dalam bentuk draft awal, implementasi dikemukakan sebagai berikut. a. Draw on experience and knowledge Guru melibatkan siswa dalam kegiatan yang memanfaatkan pengalaman nyata dan pengetahuan yang terkait dengan pengalaman dan pengetahuan baru yang diperoleh pada kegiatan inti (fase input). b. Input stage Penyajian input baru melalui aktivitas yang berfokus pada siswa, eksplorasi dan diskusi dengan tugastugas terbimbing, menyimak, membaca pemahaman melalui fasilitas dan mediasi guru. c. Reinforcement stage Siswa mengerjakan tugas yang bersifat replikasi relatif berkenaan dengan tema dan kompleksitas tugas dari tugas sebelumnya pada fase input. d. Application stage Siswa menerapkan pengetahuan, informasi, dan atau keterampilan baru dalam memecahkan persoalan-persoalan ISSN 2086-4299 42

pedagogik atau autentik melalui tugastugas berbicara dan menulis dalam kontrol siswa dan guru. Desain model pembelajaran C- MID secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai berikut. Model Pembelajaran C-MID 1. Tujuan Pembelajaran Meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. 2. Materi Pembelajaran Terkait dengan kehidupan nyata dan bermakna bagi siswa. 3. Sumber/Media Belajar Buku, lingkungan sosial siswa, dan media-media lain yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran. 4. Prosedur Pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran terdiri dari: a. Kegiatan awal - Guru memberi apersepsi dengan mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya. - Guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang pentingnya materi yang akan dipelajari. - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai. b. Kegiatan inti Fase Lead in - Membagi siswa secara heterogen menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. - Melalui tanya jawab guru menggali pengalaman dan pengetahuan siap siswa sebagai bahan asosiasi (draw on experience and knowledge). Fase Reconstruction - Guru membagikan bahan ajar kepada setiap kelompok. - Guru mempersilakan setiap kelompok mempelajari bahan ajar sehingga siswa menerima input informasi dan konsep-konsep matematika melalui proses asimilasi dan akomodasi dan mereview pengetahuan sebelumnya melalui mediasi guru (input stage). - Untuk mengembangkan pemahaman baru maka siswa melakukan eksplorasi melalui tugas penyelesaian masalah matematis (reinforcement stage). Fase Production - Menerapkan informasi dan konsepkonsep matematika yang baru diperoleh ke dalam kegiatan komunikatif, yaitu berdiskusi, presentasi dan masing-masing kelompok saling menanggapi permasalahan yang sedang dipelajari (application stage). c. Kegiatan akhir - Siswa dengan bimbingan guru membuat rangkuman materi yang telah dipelajari secara bersamasama. - Siswa dan guru melaksanakan refleksi. 5. Evaluasi a. Tujuan Evaluasi - Mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. - Sebagai dasar perbaikan efektivitas pembelajaran. b. Sasaran Evaluasi - Kemampuan koneksi matematis siswa. c. Prosedur Evaluasi - Evaluasi proses dilakukan ketika berlangsung pembelajaran. - Evaluasi hasil belajar dilakukan pada akhir sebuah segmen pembelajaran. d. Alat/ Teknik Evaluasi ISSN 2086-4299 43

Format penilaian proses dan tes hasil belajar. E. Metode dan Desain Penelitian Penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Desain penelitiannya menggunakan desain kelompok kontrol non-ekuivalen. O X O (Ruseffendi, 2005 : 53 )... O O Keterangan: O : Tes kemampuan koneksi matematis siswa X : Model pembelajaran Cooperative-Meaningful Instructional Design (C-MID)... : Pengambilan sampel tidak secara acak F. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP di Kabupaten Garut. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober sampai November 2014. G. Hasil Penelitian Hasil data yang diperoleh dari pretes, postes, dan N-Gain diolah dengan software SPSS 17 dan disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1 Statistik Deskriptif Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Kelas C-MID N S Pretes 41 1,219 1,943 Postes 41 22,829 3,748 N-Gain 41 0,703 0,121 Skor maksimum ideal: 32 Kelas KNV N S Pretes 40 1,350 2,304 Postes 40 18,575 4,338 N-Gain 40 0,564 0,131 Skor maksimum ideal: 32 Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa ada kenaikan kemampuan koneksi matematis siswa setelah mendapat perlakuan. Siswa pada kelas C-MID memperoleh rataan yang lebih besar dari kelas KNV. Rataan postes kelas C-MID sebesar 22,829 (71,34% dari skor ideal), sedangkan rataan postes kelas KNV sebesar 18,575 (58,05% dari skor ideal). Secara sepintas, gambaran tersebut menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas C-MID lebih baik dari kelas KNV. Selain itu, jika dilihat dari peningkatannya, N-gain kelas C-MID lebih besar dari kelas KNV, dengan kelas C-MID diinterpretasikan dalam kategori tinggi, dan kelas KNV dalam kategori sedang. 1. Uji Normalitas Tabel 2 Data Hasil Uji Normalitas SkorPretes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Hasil Kelas Shapiro-Wilk Satistic Df Sig Pretes C-MID 0,684 41 0,000 KNV 0,638 40 0,000 Tabel 2 memperlihatkan hasil pretes kelas C-MID memiliki nilai sig = 0,000 < 0,05 dan kelas KNV juga memiliki nilai sig = 0,000 < 0,05, sehingga untuk keduanya H 0 ditolak. Hal ini berarti skor pretes kemampuan ISSN 2086-4299 44

koneksi matematis siswa kelas C-MID dan kelas KNV tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, selanjutnya pengujian hipotesis menggunakan uji nonparametrik yaitu uji Mann Whitney- U. 2. Uji Kesamaan Rataan Pretes Kemampuan Koneksi Matematis Tabel 3 Data Hasil Uji Kesamaan Rataan Skor Pretes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Statistik Nilai Mann Whitney-U 818,500 Z -0,017 Asymp. Sig. (2-0,987 tailed) Berdasarkan Tabel 3 diperoleh nilai sig.(2-tailed) = 0,987 > 0,05 artinya H 0 diterima. Hal ini berarti secara signifikan tidak terdapat perbedaan rataan skor pretes kemampuan koneksi matematis siswa di kelas C-MID dan kelas KNV. 3. Analisis Skor N-gain Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Tabel 4 Rataan dan Klasifikasi N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Kelas Rataan Klasifikasi N-Gain C- 0,703 Tinggi MID KNV 0,564 Sedang a. Uji Normalitas Tabel 5 Data Hasil Uji Normalitas Skor N- gain Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Kelas Shapiro-Wilk Statistic Df Sig C-MID 0,972 41 0,402 KNV 0,976 40 0,549 Tabel 5 memperlihatkan bahwa N-gain kelas C-MID memiliki nilai sig = 0,402 > 0,05 dan kelas KNV memiliki nilai sig = 0,549 > 0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini berarti skor N-gain kemampuan koneksi matematis siswa kelas C-MID dan kelas KNV berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Tabel 6 Data Hasil Uji Homogenitas Skor N- gain Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Statistik Nilai Levene s Test 0,390 Sig 0,534 Berdasarkan Tabel 6 diperoleh nilai sig = 0,534 > 0,05, sehingga H0 diterima. Hal ini berarti varians skor N- gain kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas C-MID dan kelas KNV homogen. c. Uji Perbedaan Rataan Skor N- Gain Tabel 7 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ISSN 2086-4299 45

Statistik Nilai T 4,925 df 79 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 Berdasarkan Tabel 7 diperoleh nilai sig = 0,000. Karena penelitian ini menggunakan uji satu pihak, sehingga nilai sig(1-tailed) = 0,000 < 0,05, artinya H0 ditolak. Hal ini berarti secara signifikan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran C- MID lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. H. Penutup 1. Kesimpulan Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa di kelas C- MID berada pada level tinggi, sedangkan di kelas konvensional berada pada level sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Cooperative-Meaningful Instructional Design (C-MID) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. 2. Saran a. Model pembelajaran Cooperative- Meaningful Instructional Design (C-MID) dapat digunakan sebagai model pembelajaran di tingkat SMP dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. b. Perlu dilakukan penelitian lanjutan, untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Cooperative- Meaningful Instructional Design Daftar Pustaka Dahar. (1996). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga. (C-MID) pada materi ataupun level sekolah yang berbeda. c. Penelitian ini hanya mengkaji peningkatan kemampuan koneksi dan matematis secara keseluruhan. Oleh karena itu, diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengkaji peningkatan kemampuan koneksi dan matematis berdasarkan kemampuan awal siswa baik pada kategori tinggi, sedang, maupun rendah. d. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji penerapan model pembelajaran Cooperative- Meaningful Instructional Design (C-MID) pada indikator-indiktor kemampuan koneksi matematis lainnya yang tidak dibahas pada penelitian ini. e. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji penggunaan model pembelajaran Cooperative- Meaningful Instructional Design (C-MID) dalam meningkatkan kemampuan kognitif yang lainnya. Gunawan, R. P. (2013). The Meaningful Instructional Design Model. [Online]. Tersedia: http://proposalmatematika23.blo gspot.com/2013/06/ themeaningfullinstructionaldesign_7275.html# more. [5 Oktober 2013]. NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics. [Online]. Tersedia:http://www.mathcurric ulumcenter.org?pdfs/ccm? ISSN 2086-4299 46

summaries/ standars_summary.pdf. [20 Desember 2013].. (2000). Principles and Standars for School Mathematics. [Online]. Tersedia:http://www.nctm.org/u ploadedfiles/math_standards/12 752_exec_pssm.pdf. [26 Desember 2013]. Permana, Y. dan Sumarmo, U. (2007). Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Maatematik Siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Educationist: Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikan. Vol 1 No.2, 2007. Ruspiani. (2000). Kemampuan dalam Melakukan Koneksi Matematika. Tesis. SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan. Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Riwayat Hidup TENI SRITRESNA Dosen Tetap STKIP Garut. Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi, dan Komunikasi Matematis serta Kemadirian Belajar Matematika Siswa SMP melalui Reciprocal Teaching. Disertasi. SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan. Ramdani, Y. (2013). Pembelajaran dengan Scientific Debate untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi, Penalaran, dan Koneksi Matematis Mahasiswa dalam Konsep Integral. Disertasi. SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan. Ruseffendi, H. E. T. (2005). Dasardasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito. ISSN 2086-4299 47