I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup adalah bangsa itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini sering disebut sebagai itik pegunungan karena adaptif dengan daerah yang bersuhu dingin, dengan tempat diketinggian 378 m diatas permukaan laut. Itik Cihateup ini terbiasa dengan kolam air untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap stabil dan normal. Hal tersebut menyebabkan bahwa kemampuan thermoregulasi itik Cihateup rendah dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayamayam lokal. Kondisi minim air adalah suatu keadaan dimana ternak tidak menerima air dalam kondisi optimal, misalnya pada ternak itik kondisi optimal dalam mempergunakan air adalah untuk kebutuhan minum dan berenang. Apabila ternak tidak mempergunakan air secara optimal, maka kondisi tubuh ternak dapat mengalami stres atau dibawah kondisi Thermoneutral Zone (TNZ). Kondisi Thermoneutral Zone (TNZ) yang sesuai dengan kondisi tubuh itik adalah dibawah 25 0 C ( 25). Jika kondisi tersebut diatas 25 0 C (>25) maka terjadinya gangguan fungsi metabolisme dalam tubuh seperti konsumsi pakan (feed intake) yang menurun dan gangguan sistem hormon. Seterusnya, hormon kortisol muncul dan pada proses anabolisme seperti glukoneogenesis menyebabkan lysin menjadi turun dan neutrofil darah menjadi naik. Hal ini menyebabkan banyak gangguan pada sistem pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan terutama pada bagian usus halus, antara lain penurunan fungsi sel-sel goblet.
2 Proses pencernaan dan penyerapan zat-zat nutrisi pada sistem pencernaan adalah salah satu indikator efisiensi penggunaan pakan dan kondisi yang nyaman atau Thermoneutral Zone yang dirasakan oleh ternak. Organ yang berfungsi dan menyerap dan mencerna zat-zat makanan tersebut salah satunya adalah usus halus. Proses penyerapan yang sangat besar berada pada bagian ileum pada usus. Ileum memiliki banyak lekukan-lekukan yang disebut dengan vili usus. Vili usus merupakan tempat penyerapan zat-zat makanan, sehingga apabila vili tersebut semakin banyak, maka permukaannya akan semakin luas dan penyerapan tersebut akan lebih sempurna. Terdapat sel-sel yang membantu dalam sekresi mucus pada vili usus, yakni sel-sel goblet. Sel goblet mensekresikan mucus untuk membantu sel-sel mengabsorpsi proses penyerapan zat-zat makanan dalam ileum. Peran sel goblet sangat penting dalam membantu proses penyerapan zat makanan pada usus halus. Semakin luas permukaan vili usus maka sel goblet akan semakin banyak, dan sekresi mucus akan semakin meningkat. Kemampuan thermoregulasi itik Cihateup yang rendah dan berdampak pada proses metabolisme akan mengurangi efisiensi penggunaan zat-zat makanan, seperti penurunan fungsi vili-vili usus. Peran penggunaan tambahan pakan aditif memungkinkan dapat memperbaiki laju metabolisme dalam tubuh menjadi lebih baik. Fruktooligosakarida adalah salah satu zat aktif yang dipakai untuk mengurangi stres panas penyebab kondisi yang tidak nyaman pada ternak. Fruktooligosakarida memiliki efek untuk menstimulasi mikrobiota usus yang menghasilkan peningkatan berat vili-vili usus (Spencer dkk., 1997). Fruktooligosakarida juga merangsang aktivitas enzim pencernaan (protease, tripsin, dan amilase) yang menguntungkan bagi penyerapan nutrisi dari usus, sehingga meningkatkan efisiensi pakan dan pertumbuhan yang lebih cepat.
3 Ternak akan lebih toleran terhadap stres dan dapat beradaptasi dalam kondisi diatas Thermoneutral Zone, sehingga proses penyerapan zat-zat makanan dapat optimal. Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Profil Sel Goblet Itik Cihateup (Anas platyrhynchos javanica) yang diberi Fruktooligosakarida (FOS) dalam Kondisi Pemeliharaan Minim Air. 1.2 Identifikasi Masalah 1) Adakah pengaruh pemberian fruktooligosakarida (FOS) pada itik Cihateup terhadap profil sel goblet dalam kondisi pemeliharaan minim air. 2) Pada tingkat pemberian berapa fruktooligosakarida (FOS) dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap profil sel goblet itik Cihateup dalam kondisi pemeliharaan minim air. 1.3 Maksud dan Tujuan 1) Mengetahui pengaruh pemberian fruktooligosakarida (FOS) pada itik Cihateup terhadap profil sel goblet dalam kondisi pemeliharaan minim air. 2) Mengetahui tingkat pemberian fruktooligosakarida (FOS) yang dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap profil sel goblet itik Cihateup dalam kondisi pemeliharaan minim air. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumber ilmu pengetahuan baru tentang kondisi pemeliharaan itik Cihateup pada kondisi minim air dan
4 pemberian fruktooligosakarida (FOS) terhadap profil sel goblet, sehingga memaksimalkan tingkat efisiensi penyerapan nutrisi. 1.5 Kerangka Pemikiran Ternak akan mampu melakukan metabolisme secara optimal jika lingkungan hidup ternak tersebut berada pada kondisi Thermoneutral Zone (TNZ). Proses metabolisme pada sistem pencernaan membutuhkan kondisi yang sesuai agar enzim dan sel bisa bekerja dengan baik. Proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan dalam usus halus membutuhkan cairan yang disebut dengan mucus. Mucus merupakan cairan hasil sekresi sel goblet untuk membantu sel-sel dalam mengabsorpsi zat-zat makanan pada vili-vili usus, sehingga akan terjadi peningkatan konversi ransum. Proses pencernaan dalam tubuh ternak membutuhkan bantuan mikroorganisme hidup (probiotik) untuk menjaga kestabilan sistem penyerapan nutrisi zat makanan. Menurut FAO/WHO (2006), probiotik adalah mikroorganisme hidup yang jika diberikan dalam jumlah memadai akan memberikan manfaat kesehatan bagi inangnya, sedangkan prebiotik sebagai sumber energi untuk hidup probiotik. Prebiotik merupakan pati yang tidak dapat dicerna langsung tubuh melainkan harus dicerna dahulu oleh mikroba probiotik. Contoh prebiotik yaitu fruktooligosakarida (FOS), galaktooligosakarida (GOS), dan laktosa. Fruktooligosakarida memiliki efek untuk menstimulasi mikrobiota usus yang menghasilkan peningkatan berat vili-vili usus pada babi (Spencer dkk., 1997). Fruktooligosakarida juga merangsang aktivitas enzim pencernaan (protease, tripsin, dan amilase) dalam usus kecil pada babi (Xu dkk., 2002), yang menguntungkan bagi penyerapan nutrisi di usus, sehingga meningkatkan efisiensi
5 pakan. Oleh karena itu, daya cerna meningkat ketika babi diberi Fructan pada level 0,10%. Pertumbuhan bakteri probiotik (seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli) dirangsang oleh suplementasi FOS menghasilkan asam lemak rantai pendek (SCFA), mengakibatkan pengasaman saluran pencernaan (Yu Wang dkk., 2010). Asam lemak rantai pendek berperan dalam stimulan pembentuk sel-sel usus contohnya sel goblet, karena asam lemak merupakan komponen fosfolipid membran sel. ph asam di saluran pencernaan, seperti pada ventriculus, duodenum, jejunum, dan ileum, memberikan efek menguntungkan untuk kelarutan mineral serta aktivitas fitase (Selle dkk., 2009). Oleh karena itu, FOS berpotensi meningkatkan fitase dan menghidrolisis fitat, dengan demikian dapat meningkatkan pemanfaatan mineral pada tubuh. Kondisi asam pada sistem pencernaan tersebut juga membunuh sebagian bakteri patogen dan menggesernya keluar dari usus halus, karena bakteri patogen dapat merusak dinding-dinding usus seperti vili, sehingga bakteri non patogen dapat hidup pada kondisi baik dan peningkatan vili usus dapat terjadi. Stres dapat relatif cepat menyebabkan perubahan mukosa usus pada permukaan dan isi usus. Perubahan morfologi usus seperti memendeknya vili dan dampak lebihnya meningkatkan radikal bebas (Yason dkk., 1987). Ketika vili usus memendek maka luas permukaan akan berkurang, begitu juga dengan sel-sel goblet yang terdapat pada permukaan tersebut. Hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan perbaikan jaringan usus dan perbaikan efisiensi ransum pada ternak yang diberi FOS, antara lain dapat meningkatkan berat vili-vili pada pakan babi (Z.R.Xu dkk., 2002) dan pada ayam (K.S.Shim dkk., 2006) dan meningkatkan konversi ransum pada broiler (Fesler dan Peterson, 2013) dan pada layer
6 (Suksombat dkk., 2006). Perbaikan ini karena kemampuan FOS sebagai prebiotik dan media untuk meningkatkan kestabilan mikroflora usus. Hasil penelitian F.Y.Long dkk. (2012) juga menunjukkan peningkatan bakteri non patogen terutama dari kelompok bacillus dengan pemberian FOS. Hal ini berdampak terhadap perbaikan ekosistem usus yang dapat memacu pertumbuhan vili dalam periode pertumbuhan ternak. Hasil penelitian K.S.Shim dkk. (2006) menunjukkan pertambahan dimensi vili dan usus secara keseluruhan dengan penambahan FOS. Lebih lanjut dilaporkan bahwa FOS menyebabkan peningkatan keasaman usus dalam kisaran normal ph usus menyebabkan peningkatan absorpsi mineral mikro dan makro serta kinetika enzim, yang mampu menyebabkan pertumbuhan sel-sel (penambahan ukuran sel) vili. Hasil penelitian F.Y.Long dkk. (2012) menunjukkan peningkatan kadar insulin dengan pemberian FOS, ini menunjukkan indikasi laju pertumbuhan jaringan meningkat karena diketahui bahwa insulin merupakan kelompok hormon anabolisme. Terlihat beberapa perbaikan menjelaskan pada kenaikan berat badan dan konversi pakan dengan FOS. FOS menunjukkan dapat membantu proses pencernaan dalam usus halus, dengan membantu jalur metabolisme dengan peningkatan vili-vili dan mikroflora usus, sehingga bertambahnya sel-sel goblet dan pengeluaran mucus. Hasil-hasil penelitian yang telah dilaporkan oleh F.Y.Long dkk. (2011; 2012); K.S.Shim dkk. (2006); Fesler dan Peterson (2013); Suksombat dkk. (2006); dan J.H.Kim dkk. (2007) menunjukkan adanya pertumbuhan jaringan usus dan perbaikan efisiensi ransum, indikasi ini ditandai dengan peningkatan densitas
7 vili dengan pemberian 0,5 ml maupun dengan pemberian hingga 0,5% dari bobot ternak. Berdasarkan uraian hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka penulis menarik hipotesis bahwa pemberian fruktooligosakarida (FOS) pada level 100 µl dapat meningkatkan jumlah sel goblet dan luas sekret mucus sel goblet ileum itik Cihateup. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kandang percobaan Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dan dianalisis di Laboratorium Mikroteknik Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2015.