Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam

Surjit Singh Instalasi/SMF Kedokteran Forensik dan Medicolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan/FK-USU Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan

Manipulasi Bahan Cetak Alginat

PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa. makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah

Ilmu Forensik? Ruang Lingkup. Kriminalistik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Identifikasi manusia adalah hal yang sangat. penting di bidang forensik karena identifikasi

Perobahan dimensi hasil cetakan alginat berbentuk balok

Persentase Keakuratan Identifikasi Bite Mark oleh Mahasiswa Profesi RSGM UMY Angkatan Tahun 2016 (Kajian di RSGM UMY)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat

Suci Rahmasari UNAND Abstrak. Kata kunci : Dental Record, Pengetahuan, Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi

Aplikasi String Matching dalam Analisis Cap Bibir

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI)

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYELIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1

Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet

BAB III METODE PENCIPTAAN

Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. Rekam medis harus memuat informasi yang cukup dan akurat tentang identitas

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

PERAN REKAM MEDIK GIGI SEBAGAI SARANA IDENTIFIKASI

Identifikasi Individu dan Jenis Kelamin Berdasarkan Pola Sidik Bibir

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap berbagai bencana alam karena secara geologis Indonesia terletak di pertemuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Forensic Identification Based on Both Primary and Secondary Examination Priority in Victim Identifiers on Two Different Mass Disaster Cases

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : IOTN, Dental Health Component, Aesthetic Component, Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodontik

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN POLA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE MINUTIAE

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dijumpai di bidang kedokteran gigi. Restorasi pengganti gigi setelah pencabutan

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN PADA BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE TIPE LIGHT BODY DAN HEAVY BODY

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN DAN EKSISTENSI FORENSIC CYBER DALAM HUKUM PEMBUKTIAN TERHADAP CYBER CRIME DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae

BAB V PAMERAN A. DESAIN FINAL. Gambar 65. Diecast display tema jalan pegunungan 01 (Sumber: Dokumentasi pribadi)

2011, No Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Kedokteran Kepolisian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepo

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DIHUBUNGKAN DENGAN MALPRAKTIK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk;

ABSTRAK. Kata kunci : OJK, klasula baku, perjanjian kredit, perlindungan konsumen.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

I. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012).

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Pengertian sticker dan jenisnya

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PENGANIAYAAN. Zulaidi, S.H.,M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI

BAB I PENDAHULUAN. kesan, orang "berkuasa" merekam moment berkelanjutan di dalam kehidupan ke

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1

BPSL BLOK ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI SEMESTER II TAHUN AKADEMIK BUKU PETUNJUK SKILLS LAB NAMA : NIM : KLP

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASILCETAKAN PADA BAHAN CETAKELASTOMER POLYVINYLSILOXANETIPE LIGHTBODY DAN MEDIUM BODY

Indra. Seni Ebru: Melukis Di Atas Air

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

METODE PERANCANGAN. No. Judul dan Nama Penulis Ulasan Novel ini bercerita tentang hal-hal yang mungkin disembuyikan dari

Fungsi Sidik Jari Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG KEDOKTERAN KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS PENERAPAN PENGGUNAAN GRAPHIC EDITOR PADA PEMBUATAN OBJEK 3 DIMENSI

3. Bahan cetak elastik. -Reversible hidrokolloid (agaragar).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baik masih hidup ataupun telah mati, dari yang masih utuh dan belum mengalami

Definisi Forensik Kedokteran Gigi

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Media Informasi Pemanfaatan Daun...(Ni Ketut Kertiasih & Ni Made Indah Yunitha)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

TATA CAHAYA. Arah Cahaya ( Direction of Light ) 1. Frontlight

Sablon MUDAH. Mendesain membuat. Kain Kertas Besi lastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik

Universitas Kristen Maranatha

BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE. Perubahan Dimensi Hasil Cetakan

Transkripsi:

Vol. 62, No. 3, September-Desember l 2013, Hal. 64-70 ISSN 0024-9548 64 64 Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu (Lip print taking methods for the benefit of individual identification) M.Atmaji, 1 Mindya Yuni, 1 dan Atmadja D.S 2 1 Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2 Departemen Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta - Indonesia Korespondensi (correspondence): M.Atmaji, Departemen Biologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jl. Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430, Indonesia. E-mail: adji88cakjie@yahoo.com ABSTRACT Background: At this time in Indonesia the criminal cases and natural disasters increased, and sometimes they make the identification process more difficult. Lip prints have a different pattern on each individual, so it can be used in individual identification because it unique and stable. Purpose: The role of lip prints on the field of forensic odontology is important to support the process of individual identification, so it is still necessary to develop some method of taking lip prints to get a proper lip print. Review: Several methods of taking lip print are lipstick method, taking impression with alginate and elastomeric materials, fingerprint powder and photography methods. Conclusion: Each method has advantages and disadvantadges, and selection of the appropriate methods would obtain a better lip prints for individual identification. Key words: Lip print, taking method, identification PENDAHULUAN Angka kejadian bencana massal di Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir, baik yang disebabkan oleh alam maupun faktor kelalaian manusia. Kejadian bencana alam seperti tsunami di Aceh dan di Jawa Barat, gempa di Padang, serta meletusnya Gunung Merapi, di Jawa Tengah telah banyak merenggut banyak korban jiwa. Selain itu beberapa kecelakaan kapal tenggelam, pesawat jatuh, dan kasus terorisme seperti kasus bom bali, kasus bom di hotel JW Mariot, dan beberapa kasus kriminal lainnya turut memberikan kontribusi atas meningkatnya angka bencana di Indonesia. 1 Banyaknya korban jiwa pada bencana dan kasuskasus tersebut menyebabkan peran identifikasi menjadi penting. Identifikasi merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk menentukan identitas seseorang. Pentingnya peran identifikasi telah diatur dalam peraturan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 pasal 118 ayat pertama, bahwa setiap dokter harus bersedia membantu proses identifikasi korban jika diminta oleh penyidik. 2 Penentuan identitas personal dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode identifikasi, yaitu identifikasi primer seperti pemeriksaan sidik jari, DNA, gigi dan metode identifikasi sekunder seperti, pemeriksaan visual, fotografi, properti, medis, termasuk pemeriksaan sidik bibir. Dalam dunia kedokteran gigi forensik, peran dokter gigi selain menjadi peran utama pada pemeriksaan gigi juga dapat berperan dalam pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan sidik bibir. 2,3

Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu 65 Sidik bibir merupakan suatu pola berupa celah atau fisur yang terdapat pada permukaan mukosa bibir. Ilmu yang mempelajari tentang pola sidik bibir disebut Cheiloscopy. Sidik bibir digunakan untuk identifikasi individu karena memiliki sifat unik dan stabil. 4 Dalam suatu kasus kriminal, sidik bibir dapat tertinggal, pada gelas kaca, jendela kaca, sedotan limun, dan beberapa objek lain yang terdapat pada TKP. Sidik bibir yang terdapat pada permukaan objek tersebut dapat dibandingkan dengan sidik bibir dari tersangka ataupun korban, sehingga hasil analis dari sidik bibir tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu alat bukti untuk kepentingan identifikasi. Pemeriksaan sidik bibir pernah digunakan pada 85 kasus di Polandia antara tahun 1985-1997. Dari seluruh kasus tersebut 34 kasus berhasil dipecahkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa sidik bibir dapat dijadikan alat bantu identifikasi individu dalam kasus kriminal. 5,6 Pada kasus kriminal sidik bibir dapat berupa sidik bibir tampak maupun sidik bibir laten. Sidik bibir harus dapat ditampilkan dan dapat disimpan dalam waktu yang lama, sehingga dapat dianalisis di kemudian hari. Prabhu 7 mengatakan bahwa gambaran sidik bibir dapat ditampilkan dan dianalisa dengan menggunakan beberapa metode seperti metode lipstik, fotografi, dan bahan cetak kedokteran gigi. Sedangkan untuk menampilkan gambaran sidik bibir laten dapat menggunakan bubuk sidik jari, maupun lysocrhome dye. Metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir telah dikembangkan dari waktu ke waktu sejak tahun 1970. Suzuki mengembangkan tehnik pengambilan sidik bibir dengan menggunakan lipstik, Tsucihashi 9 mengembangkan tehnik fotografi, lalu kemudian seiring kemajuan teknologi, Munakhir 10 dan Vorghese 1 1 mengembangkan tehnik pengambilan sidik bibir dengan menggunakan bahan cetak kedokteran gigi. 8 Berbagai metode pengambilan sidik bibir yang telah dikembangkan saat ini memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Diharapkan dokter gigi maupun tenaga medis lain dapat memilih metode yang paling sesuai untuk mendapatkan hasil sidik bibir yang optimal sehingga dapat menunjang proses identifikasi individu. Sidik bibir Sidik Bibir dapat dijadikan sebagai salah satu metode potensial untuk identifikasi individu diungkapkan pertama kali oleh R.Synder pada tahun 1950, kemudian kriminolog terkenal asal prancis E. Locard mendukung dan membuktikan bahwa sidik bibir dapat digunakan sebagai metode penunjang dalam proses identifikasi. 12 Sidik bibir dapat digunakan sebagai salah satu metode penunjang dalam proses identifikasi karena memiliki pola tekstur mukosa bibir yang stabil. Domiaty 13 melaporkan bahwa sidik bibir bersifat stabil dan tidak berubah meskipun usia bertambah. Pernyataan ini juga didukung oleh Tsucihashi 10 yang berpendapat bahwa sidik bibir bersifat tetap. Selain stabil, sidik bibir juga memiliki sifat yang unik. Adamu dan Toura 14 berpendapat bahwa pola sidik bibir antar individu tidak ada yang sama dan dapat dipengaruhi oleh variasi ras. Sifat unik dan stabil sidik bibir dapat menjadi suatu alat bukti dalam identifikasi individu. Meskipun tingkat kejahatan dengan menggunakan mulut atau bibir lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan tangan, namun tidak tertutup kemungkinan pada kasus-kasus tertentu seperti perkosaan dan perampokan, pelaku meninggalkan jejak berupa sidik bibir pada makanan, alat makan ataupun benda lainnya. 4,10-12 Jenis sidik bibir Prinsip Locard mengatakan bahwa apabila dua benda bersentuhan maka, masing-masing benda akan meninggalkan bekas atau jejas pada benda lain yang disentuhnya. Prinsip ini merupakan prinsip yang dianut dalam pemeriksaan barang bukti tindak pidana dalam hal persentuhan bibir dengan benda lain yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja. 16 Pada kasus kriminal, ditemukannya sidik bibir pada suatu benda menunjukkan bahwa bibir seseorang telah menyentuh benda lain yang dapat dikaitkan dengan kemungkinan orang tersebut terkait dengan kasus kriminal tersebut. Bibir tanpa lipstik yang menyentuh benda lain dapat meninggalkan bekas atau jejas pada benda yang disentuhnya namun tidak dapat terlihat secara kasat mata, sidik bibir ini disebut sidik bibir laten. Untuk membuktikan adanya sidik bibir tersebut maka harus digunakan beberapa alat bantu supaya sidik bibir tersebut dapat terlihat dan nantinya dapat dianalisis polanya. 17 Sedangkan sidik bibir yang tertinggal pada suatu benda dan dapat terlihat disebut sidik bibir tampak, sidik bibir ini sering tertinggal jika bibir orang yang memakai lipstick menyentuh benda lain. Hal ini disebabkan lipstick mengandung substansi kompleks yang mengandung beberapa komponen,

66 Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu seperti minyak dan malam (wax), sehingga dapat terlihat. 18 Metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir Tersangka yang diduga sebagai orang yang meninggalkan sidik bibir, harus diperiksa dan dianalisis sidik bibirnya. Pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dapat dilakukan secara langsung. Untuk mendapatkan hasil yang optimal pemilihan metode pengambilan sidik bibir harus dilakukan dengan benar. Metode lipstik Metode pendokumentasian dan pengambilan sidik bibir menggunakan lipstick dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode single motion dan metode Prabhu. Dalam metode single motion dibutuhkan beberapa alat dan bahan antara lain, lipstik berwarna merah, selotif transparan lebar 0,9 cm, gunting, kertas putih polos, kaca pembesar dan kertas tissue. 5 Sedangkan pada metode Prabu diperlukan alat dan bahan antara lain kertas putih, lipstick, glass plate, dan kaca pembesar. 6,7 Gambar 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam metode lipstik. 5 Gambar 2. Prosedur tehnik pengambilan sidik bibir dengan menggunakan metode lipstik. 5 Perbedaan antara metode single motion dan metode prabu terletak pada cara penempelan selotif ke bibir subjek, jika pada metode single motion selotip ditempelkan searah dari arah kanan ke kiri atau sebaliknya kemudian selotif dilepas searah, akan tetapi jika metode prabu, selotif ditempelkan pada bibir bagian tengah kemudian baru selotif ditekankan pada bibir bagian kanan dan kiri. 5,6 Metode pengambilan sidik bibir dengan menggunakan bahan cetak gigi Pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dapat dilakukan dengan menggunakan bahan cetak kedokteran gigi seperti alginat, dan elastomer (polyvinyl siloxane). Munakhir (1995) melaporkan bahwa hasil cetakan sidik bibir dengan menggunakan alginat memberikan hasil yang cukup detail sehingga mudah dianalisa dan dapat bertahan lama. Dalam metode ini dibutuhkan alat dan bahan antara lain, mangkuk karet, spatula, alginat, dan sendok cetak perorangan (custom tray). 5,10 Tahapan pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan metode lipstik yaitu, lipstik dioleskan pada bibir subyek secara merata, kemudian selotif ditempelkan pada bibir yang telah diolesi lipstik, lalu ditekan secara perlahan setelah itu selotif ditarik satu arah, dari kanan ke kiri atau kiri ke kanan. Gambar 3. Alat dan Bahan yang digunakan dalam metode bahan cetak alginat. 5

Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu 67 Tahapan pencetakan sidik bibir dengan menggunakan alginat dilakukan dengan cara pertamatama bibir pasien diolesi vaselin kemudian, adonan alginat diaduk dan dituangkan ke seluruh permukaan bibir kemudian ditekan dengan menggunakan sendok cetak perorangan yang telah disesuaikan dengan ukuran bibir subjek, setelah alginat agak mengeras, sendok cetak diangkat dan akhirnya didapatkan cetakan negatif dari sidik bibir. Setelah itu cetakan tersebut diisi dengan menggunakan gips biru. body, kemudian ditunggu sampai 15-20 menit, setelah agak mengeras sendok cetak diangkat dan akhirnya didapatkan cetakan negatif sidik bibir setelah itu cetakan tersebut diisi dengan menggunakan dental plaster. Gambar 6. Prosedur pencetakan sidik bibir dengan menggunakan polyvinyl siloxane. 5 Gambar 4. Prosedur pencetakan sidik bibir dengan menggunakan alginat. 5 Pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dapat dilakukan dengan bahan cetak lain yaitu polyvinyl siloxane. Vorghese 11 melaporkan bahwa dengan menggunakan bahan cetak elastomer, dapat dihasilkan hasil cetakan sidik bibir yang sangat detail. Dalam metode ini dibutuhkan alat dan bahan antara lain mangkuk karet, spatula, polyvinyl siloxane, dan sendok cetak perorangan (custom tray), vaselin dan aplicating gun. 5 Metode pengambilan sidik bibir dengan menggunakan fotografi Sidik bibir dapat didokumentasikan secara langsung dengan menggunakan foto konvensional maupun foto digital. Pemanfaatan foto digital lebih sering digunakan karena hasilnya dapat dilihat langsung sehingga pengambilan foto dapat diulang jika hasilnya kurang bagus. Selain itu hasil foto dapat dilakukan perbaikan kualitas gambar dengan menggunakan beberapa bantuan software seperti Adobe Photoshop. Tsucihasi 9 merupakan salah satu peneliti yang mengembangkan metode fotografi untuk pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan kamera medical Nikkor F200. Gambar 5. Alat dan bahan yang digunakan dalam metode pencetakan dengan menggunakan polyvinyl siloxane. 5 Tahapan pencetakan sidik bibir dengan menggunakan polyvinyl siloxane dilakukan pertamatama bibir pasien diolesi vaselin, kemudian bahan light body dioleskan keseluruh permukaan bibir dengan menggunakan alat bantu aplicating gun, lalu sendok cetak perorangan yang telah isi dengan menggunakan heavy body ditekankan ke bibir yang telah terolesi light Metode pengambilan sidik bibir dengan menggunakan bahan bubuk sidik jari Sidik bibir dapat tertinggal pada sebuah benda seperti pada kain atau kemeja yang tidak dapat terlihat oleh mata. Dalam kasus ini sidik bibir dapat divisualisasikan dengan menggunakan bantuan bahan bubuk sidik jari serta bahan pewarna seperti lysochorme dye. Penggunaan bahan lysocrome dye akan sangat optimal jika diaplikasikan pada bahan yang memiliki porusitas, seperti kain, kertas tissue. Beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan dalam metode ini adalah kuas, bubuk sidik jari atau bahan pewarna lysocrome dye. 7,17,19

68 Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu Tahapan pengambilan sidik bibir dengan menggunakan bubuk sidik jari yaitu subjek diinstruksiikan untuk menempelkan bibir ke sebuah kertas, Kemudian kertas yang telah terdapat sidik bibir laten tersebut, ditaburkan bubuk sidik jari, lalu diratakan dengan menggunakan kuas sampai terlihat sidik bibir yang menempel pada kertas tersebut. Keunggulan dan kelemahan beberapa metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir Untuk kepentingan identifikasi sidik bibir harus dapat ditampilkan dan didokumentasikan dengan baik sehingga mudah dianalisis. Hasil dokumentasi dan analisis sidik bibir yang baik, akan dapat menjadi alat bukti di persidangan. Dari beberapa metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir masing-masing terdapat keunggulan dan kelemahan. 7 lipstik Pengambilan sidik bibir pada tersangka atau korban yang terlibat suatu kasus kriminal dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu lipstick. Keunggulan dari metode lipstik adalah alat dan bahan yang digunakan sederhana, tidak mahal, mudah dan praktis dalam aplikasinya karena tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Kelemahan dari metode lipstik ini adalah belum terdapat standard warna baku dari lipstik yang digunakan dan tidak semua subjek mau diaplikasikan lipstik, terutama laki-laki. 5 dengan menggunakan bahan cetak alginat Pengambilan sidik bibir dari korban atau tersangka dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu jenis bahan cetak yaitu alginat. Keunggulan metode dengan menggunakan alginat adalah dapat menghasilkan cetakan tiga dimensi, sehingga memudahkan proses analisis, hasil cetakan tahan lama, dan bahan alginate mudah didapatkan. Kelemahan dari metode dengan menggunakan bahan cetak alginate adalah, kurang praktis, waktu pencetakan yang lama, kurang lebih 30 menit, dan tidak optimal jika subjek yang akan diambil sidik bibirnya banyak atau masal. 5,10 dengan menggunakan bahan cetak elastomer (polyvinyl siloxane) Pengambilan sidik bibir dari korban atau tersangka dapat dilakukan dengan menggunakan bahan cetak gigi seperti elastomer. Keunggulan metode dengan menggunakan elastomer adalah dapat menghasilkan cetakan tiga dimensi yang sangat akurat, hasil cetakan tahan lama. Kelemahan dari metode ini adalah, Kurang praktis, biaya mahal, waktu pencetakan teralu lama, kurang lebih 45 menit, dan tidak optimal jika diaplikasikan pada subjek yang banyak (masal). 5,10 cetakaan sidik bibir dengan menggunakan bubuk sidik jari dan reagen pewarna Pengambilan sidik bibir laten dapat dilakukan dengan menggunakan bahan bubuk, seperti bubuk sidik jari, bubuk aluminum, cobalt oxide, dan bubuk magnetic. Penelitian mengenai efektifitas bubuk sidik jari dan lysocrome dye pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Neeti Kapor 17 melaporkan bahwa reagen lysocrome dye lebih efektif dari pada bubuk sidik jari dalam memvisualisasikan sidik bibir latent. Pada penelitian yang dilakukan Castelo 19 pada sebuah kertas tisu melaporkan bahwa perbedaan antara penggunaan bahan bubuk dan reagen pada pengambilan sidik bibir laten pada suatu benda, dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain porositas dan ketahanan dari sidik bibir yang diambil dan hasil yang didapatkan dengan menggunakan reagen lysocrome lebih efektif dan lebih tahan lama, daripada penggunaan bubuk sidik jari. Keunggulan metode ini adalah dapat memvisualisasikan sidik bibir laten, sehingga dapat didokumeentasikan dan dianalisis, namun kekurangan metode ini, bahan yang digunakan baik bubuk sidik jari maupun lysocrome dye relatif mahal, dan kurang praktis. dan pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan fotografi Dalam metode fotografi ini diperlukan skill dari fotografer, dan juga beberapa aspek dalam fotografi seperti cahaya, fokus, dan jarak. Metode ini direkomendasikan pertama kali oleh Tsucihasi. 9 Keunggulan dari metode ini antara lain hasil dokumentasi sidik bibir tahan lama sehingga dapat

Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu 69 digunakan untuk second opinion di kemudian hari, proses pengambilan yang praktis dan tidak membutuhkan waktu yang lama, dan dapat diaplikasikan pada subjek masal. Beberapa kelemahan dalam metode ini antara lain, masih belum adanya standard baku SOP dari tehnik fotografi, jika hasil foto kurang maksimal akan menyulitkan dalam proses analisa, alat dan bahan yang digunakan mahal. 9 PEMBAHASAN Sidik bibir memiliki sifat unik, stabil sehingga dapat digunakan sebagai metode identifikasi personal. Sidik bibir dapat dianalisis dengan optimal jika hasil pencetakan juga maksimal. Banyaknya metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir akan bermanfaat untuk mendapatkan hasil cetakan sidik bibir yang paling optimal. Metode pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan lipstick, dapat diaplikasikan jika tidak terdapat suatu penyakit pada bibir seperti stomatitis acute recurent (SAR), Herpes, Cheilitis. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pencetakan sidik bibir dengan menggunakan metode lipstick antara lain ketebalan lipstik yang diaplikasikan, warna lipstik yang digunakan dan tekanan pada saat melakukan pencetakan sidik bibir. Metode lipstik merupakan metode yang sederhana, dan dapat diaplikasikan pada subjek masal, karena proses pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan lipstik tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. 5,15 Selain metode lipstik, metode pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan fotografi dapat diaplikasikan untuk subjek masal. Metode ini akan optimal pada kasus sidik bibir yang dapat terlihat secara visual. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan fotografi antara lain, pencahayaan, fokus objek, dan detail gambar yang didapatkan. Sidik bibir akan dapat dengan mudah dianalisis jika gambar yang dihasilkan optimal. 9 Dalam dunia kedokteran gigi bahan alginat dan elastomer merupakan bahan yang tidak asing lagi bagi dokter gigi, alginat dan elastomer merupakan bahan cetak yang sering digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari rahang atau gigi. Dalam kasus sidik bibir, bibir yang dicurigai sebagai tersangka dapat diambil dan didokumentasikan dengan menggunakan kedua bahan tersebut. Beberapa peneliti antara lain Munakhir 10 dan Vorghese 5 telah berhasil melaporkan hasil penelitian pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan bahan cetak kedokteran gigi. Munakhir 10 melakukan pencetakan bibir dengan menggunakan alginate untuk mendapatkan detail fisur pada permukaan bibir. kemudian Vorghese 5 melakukan perbandingan pencetakan sidik bibir dengan menggunakan polyvinyl siloxane dan alginate untuk mendapatkan cetakan sidik bibir. Vorghese 5 melaporkan bahwa hasil cetakan sidik bibir dengan menggunakan polyvinyl siloxane fisur-fisur pada permukaan bibir tampak lebih detail. Akan tetapi beberapa kekurangan dalam metode ini adalah biaya bahan polyvinyl siloxane yang relatif mahal dan juga waktu pencetakan yang lama, menjadi catatan tersendiri yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode ini. Metode pendokumentasian dengan menggunakan bubuk sidik jari atau bahan pewarna akan sangat optimal untuk kasus-kasus sidik bibir yang laten atau tidak kasat mata. Metode ini dapat bermanfaat pada kasus kriminal, dimana sidik bibir yang tertinggal pada suatu benda atau substrat tertentu merupakan sidik bibir laten. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil dalam melakukan metode ini adalah jenis benda atau substrat yang akan dilakukan pencetakan. Castelo 19 melaporkan bahwa substrat atau benda yang memiliki tingkat porositas tinggi maka akan sulit untuk ditampilkan dengan menggunakan bubuk sidik jari dan lebih dianjurkan untuk menggunakan reagent seperti lysochrome dye, dan sebaliknya jika benda tersebut memiliki tingkat porositas rendah maka lebih dianjurkan untuk menggunakan bahan bubuk sidik jari supaya dapat menghasilkan cetakan sidik bibir yang optimal. 17 Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir yang optimal akan memudahkan proses identifikasi. Terdapat beberapa metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir, dan masing-masing metode tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Dengan mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing metode, maka dapat dipilih metode pengambilan sidik bibir yang paling tepat sehingga dapat memberikan sumbangan data yang berguna untuk membantu proses identifikasi individu. DAFTAR PUSTAKA 1. Prawestiningyas E, Algozi AM. Forensic identification based on both primary and secondary examination priority in victim identifiers on two different mass disaster cases. J Kedokteran Brawijaya 2009; XXV(2): 87-94.

70 Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu 2. Henky OS. Identifikasi korban bencana massal: praktik DVI antara teori dan kenyataan. J Indonesian Legal and Forensic Sci 2012; 2(1): 5-7. 3. Singh S. Penatalaksanaan identifikasi korban mati bencana massal. Majalah Kedokteran Nusantara 2008; 41(4): 254-8. 4. Rachana VP. A study of lip print pattern in goan dental students-a digital approach. J Forensic and Legal Medicine 2012; 19: 390-5. 5. Vorghese DJ. Application of cheiloscophy in determining individuality-a crossectional study: Rajiv Gandhi University. 2005. 6. Reddy LVK. Lip prints: An overview in forensic denstistry. J Adv Dent Res 2011; 2(1): 18-20. 7. Prabhu RV. Collection of lip prints as a forensic evidence at the crime scene an insight. J Oral Health Research 2010; 1(4). 8. Prashant K, Shankargouda P. Cheiloscopy: efficacy of flouroscent dye over lysochrome dye in developing invisible lip prints. Int J Contemporary Dentistry 2010; 3(1). 9. Tsuchihashi Y. Studies on personal identification by means of lip prints. J Forensic Sci 1974; 3: 233-48.