MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional*

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA INDONESIA DALAM APBN

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah alokasi (transfer)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

PENGELOLAAN ENERGI SECARA TEPAT SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN STABILITAS EKONOMI NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

PENDAHULUAN. bangsa agar salah satu tujuan Negara Indonesia tercapai. Berdasarkan visi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat menuntut setiap negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan

PENDIDIKAN GRATIS DUNIA KETIGA, KENAPA TIDAK? Peringatan 54 tahun Universitas Gajah Mada (UGM) Jumat, 19 Desember 2003 diwarnai aksi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 58/PUU-X/2012

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

REVIEW ARTIKEL TENTANG KEPENDIDIKAN

PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI ERA OTONOMI DAERAH: MASALAH DAN PROSPEK 1. Edy Priyono 2

KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu pekerjaan atau perencanaan. Mentri dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perlukah Nasionalisasi Freeport Indonesia? Luqmannul Hakim

PENINGKATAN KESADARAN PAJAK DALAM PENDIDIKAN TINGGI

TABEL MEKANISME ALUR DATA DJPK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya

TREND DAN ESTIMASI ANGGARAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA BIDANG PENDIDIKAN DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

BAB I PENDAHULUAN. bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Gagasan lahirnya UU BPJS itu karena keinginan asing mengambil alih pangsa pasar industri asuransi sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH

BAB V PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

Forum Pemuda FPKE Tuntut Pemerintah Ambil Alih MIGAS. Oleh : Arifin Selasa, 29 Oktober :22

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

KAJIAN KAPASITAS KABUPATEN SEMARANG DALAM MELAKUKAN PINJAMAN (STUDI KASUS : PEMDA DAN PDAM KABUPATEN SEMARANG) TUGAS AKHIR

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

Ekonomi Bisnis dan Financial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan komponen penting dalam perekonomian Indonesia. Pajak. penerimaan negara terbesar adalah pajak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Salah Kaprah Subsidi BBM Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah

BAB III GAMBARAN UMUM DANA PERIMBANGAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan adalah upaya mewujudkan amanat pembukaan UUD 1945,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PENDIDIKAN BAGI ORANG KURANG MAMPU SEBAGAI SOLUSI PEMBANGUNAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

Oleh : Dr. Hempri Suyatna FISIPOL UGM

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah diberikan wewenang untuk

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

Kajian Kebijakan Privatisasi Pendidikan dan Kebijakan Relevansinya Dengan Ketimpangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

PEREKONOMIAN INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional* O. Nurhilal, M.Si Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Alamat email : o.nurhilal@unpad.ac.id Abstrak Pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Oleh karena itu negara berwajiban untuk menyediakan fasilitas pendidikan yang layak yang bisa diakses oleh setiap orang. Pada faktanya pendidikan belum bisa dinikmati oleh seluruh warga negara, hal itu dibuktikan dengan adanya siswa-siswi yang putus sekolah dan siswa-siswi yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi disebabkan biaya yang tinggi. Kemudian adanya kontradiksi antara konsep pendidikan dengan kenyataan dilapangan mengharuskan pemerintah meninjau kembali paradigma pendidikan yang dijalankan. Untuk memenuhi pembiayaan pendidikan negara harus mencari dana dengan mengoptimalkan pendapatan dari sektor Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki. Langkah privatisasi pendidikan bukanlah solusi yang tepat. Tulisan ini mencoba untuk mengevaluasi dan memberikan paradigma baru problem pendidikan yang ada di Indonesia. Kata kunci : Pendidikan, negara, privatisasi. Pendahuluan Pendidikan di Indonesia telah diamanatkan dalam UUD 45 (hasil amandemen) pasal 31. Dengan amanat tersebut pemerintah atau negara berkewajiban untuk memberikan dan menyelenggarakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan ini diselenggarakan dalam rangka mendidik dan mencerdaskan rakyat agar dengan pendidikan yang telah ditempuhnya bisa digunakan untuk mencari dan mewujudkan taraf kehidupan yang layak, makmur dan sejahtera. Untuk terwujudnya tujuan tersebut undang-undang sistem pendidikan nasional (UU Sisdiknas) telah menetapkan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Harapannya dengan anggaran sebesar 20 % tersebut seluruh kebutuhan pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi dapat dipenuhi, demikian pula dengan gaji para pengajar bisa ditingkatkan. Setelah berjalan beberapa tahun sejak UU Sisdiknas tersebut disahkan oleh DPR ternyata pemerintah belum mampu memenuhi anggaran pendidikan sebesar 20%. Hal ini disebabkan karena pemerintah hingga saat ini (tahun 2008) masih disibukan dengan menutupi difisit APBN yang disebabkan terus naiknya harga minyak mentah dunia yang telah mencapai harga psikologis yaitu 126 US Dollar per barel. Alih-alih memenuhi anggaran pendidikan 20% untuk menutupi difisit APBN saja pemerintah mengalami kesulitan. 1

Kondisi APBN seperti ini tentu saja tidak menguntungkan bagi dunia pendidikan. Pasalnya tanpa anggaran yang memadai beban pendidikan yang akan ditanggung masyarakat akan sangat berat. Meskipun pemerintah telah memberi bantuan pendidikan berupa bantuan operasi sekolah (BOS) sebagai kompensasi kenaikan bahan bakar minyak (BBM) tetapi dampak signifikan dari dana BOS tersebut belum dirasakan. Buktinya akses pendidikan yang berkualitas tetap jauh dari jangkauan masyarakat secara mayoritas. Sementara sebagian anggota masyarakat yang dapat mengakses pendidikan yang bermutu harus mengeluarkan dana yang besar karena sekolah-sekolah yang bermutu telah menjual sistem pendidikannya juga dengan harga yang mahal baik sekolah negeri maupun swasta. Dengan demikian pendidikan yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara merata masih jauh dari kenyataan. Secara fisik banyak bangunan sekolah yang rusak sehingga tidak layak untuk digunakan bahkan ada kejadian atap sekolah tiba-tiba ambruk pada saat kegiatan proses belajar berlangsung. Sekitar 4,5 juta siswa harus putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya sekolah. Bagi siswa yang bisa menyelesaikan hingga sekolah menengah atas tidak sedikit yang terpaksa harus memilih menganggur atau bekerja apa adanya karena tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi karena biaya kuliah yang sangat mahal. Tentu saja dengan tingkat pendidikan yang rendah akibatnya ketika terjun dalam persaingan kerjapun tidak mampu berkompetisi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Lulusan perguruan tinggi juga ternyata belum tentu menjamin dapat pekerjaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia mencapai sekitar 385.000 orang pada tahun 2005 dan 500.000 orang pada tahun 2007. Kemudian hasil survey UNDP tahun 2002, kualitas SDM Indonesia menduduki peringkat 110 dari 179 negara dunia, hanya satu tingkat diatas Vietnam [1]. Selain kondisi fisik yang memprihatinkan, hasil pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi masih jauh dari kenyataan.tidak sedikit para siswa di berbagai kota yang sering terlibat perkelaian antar sekolah yang bisa terjadi kapan saja. Perilaku asusila dan pergaulan siswa siswi yang bebas menghiasi mereka dimana-mana. Hal ini tentu saja semakin menambah beban moral pemerintah dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Kalau demikian kondisinya, mana yang salah dari sistem pendidikan kita apakah para pelaku-pelaku pendidik yang salah atau memang sistemya yang tidak beres. Disinilah perlunya mencari paradigma baru untuk membangun sistem pendidikan yang baik. 2

Pendidikan Tanggungjawab Pemerintah Pendidikan merupakan kebutuhan primer sebagaimana kesehatan yang harus dirasakan oleh manusia dalam hidupnya. Oleh karenanya setiap warga negara berhak untuk mendapatkan akses pendidikan yang mudah dan berkualitas. Untuk itu negara berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana pendidikan bagi seluruh rakyat dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi [2]. Pemerintah sama sekali tidak dibenarkan untuk melepaskan tanggungjawab pendidikan dengan cara menyerahkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat ataupun pihak swasta. Meskipun keberadaan sekolahsekolah swasta yang dikelola masyarakat turut membantu menyediakan sarana dan prasarana pendidikan tetapi tetap harus diperhatikan bahwa tugas utama penyelenggara pendidikan adalah pemerintah. Untuk mewujudkan tanggungjawab tersebut pemerintah harus mengusahakan pembiayaan pendidikan. Pemerintah bisa mendapatkan biaya untuk pendidikan dari sektor berikut : (1) Sektor pajak yang diambil dari orang-orang kaya bukan dari seluruh masyarakat, (2) Sektor kepemilikan umum (bersama) atau sumber daya alam (SDA) seperti tambang emas, tembaga, perak dan timah serta tambang minyak, gas, hasil hutang, hasil laut dan hasil bumi lainnya. Jika kedua sumber tersebut ternyata tidak mencukupi, dan dikhawatirkan akan timbul efek negatif jika terjadi pembiayaan, maka negara harus mencukupinya dengan cara berhutang. Hutang ini kemudian dilunasi oleh negara dengan dana dari pajak yang diambil dari masyarakat yang mampu. Untuk memperoleh biaya yang besar dari sektor SDA pemerintah harus melakukan nasionalisasi perusahaan yang selama ini di kuasai oleh perusahaan asing atas nama penanaman modal asing (PMA). Jika nasionalisasi tersebut dilakukan maka pemerintah akan mendapatkan : 1. Potensi hasil hutan berupa kayu. 2. Potensi hasil hutan berupa sektor tumbuhan dan satwa liar. 3. Potensi pendapatan emas dan tembaga seperti di Papua yang dikuasai PT Freeport. 4. Potensi pendapatan minyak dan gas seperti dari blok Cepu, dan lain-lain. Jika mengambil contoh APBN 2007, anggaran untuk sektor pendidikan adalah sebesar Rp. 90.10 triliun atau 11,8% dari total nilai anggaran sebesar Rp. 763.6 triliun. Angka Rp. 90.10 triliun itu belum termasuk untuk pengeluaran gaji guru yang menjadi bagian dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk bidang pendidikan dan anggaran kedinasan. Jika nasionalisasi dilakukan terhadap sektor SDA diperkirakan pemerintah akan mendapatkan biaya sebesar Rp. 90 triliun (www.tempointeraktif.com 8-1-2007). 3

Privatisasi Pendidikan Bukan Solusi Yang Tepat dan Adil Maraknya undang-undang (UU) dalam sektor ekonomi dan industri seperti UU migas, UU kelistrikan, UU sumber daya air, dan UU penanaman modal asing telah mendorong pemerintah untuk memiliki UU pendidikan dalam bentuk RUU-BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang direncanakan akan disahkan sebagai UU pada tahun 2010. Ini merupakan salah satu indikator proyek DIKTI, Higher Education for Competitiveness Project (HECP) yang kemudian menjadi Indonesian Managing Higher Education For Relevance and Efficiency (IMHERE). Pendanaannya dibiayai melalui pinjaman (Loan) dari Bank Dunia baik dari dana IBRD maupun dana dari IDA, dengan Loan Agreement (IBRD) no. 4789-IND dan Development Credit Agreement (IDA) no. 4077-IND schedule 4. Beberapa proyek kompetitif lain seperti QUE, DUE-Like, TPSDP, A2 dan A3 merupakan proyek-proyek pemanasan yang mengarah kepada privatisasi perguruan tinggi (PT). Pembahasan RUU Badan Hukum Pendidikan (BHP) telah selesai dan siap diujipublikan akhir 2007. Privatisasi pendidikan melalui BHMN/BHP membawa konsekuensi berupa pengelolalan lembaga/instansi pendidikan yang lebih otonom. Jika sebelumnya pengelolaan lembaga/instansi pendidikan khususnya negeri didominasi oleh pemerintah, maka dengan adanya privatisasi lembaga/instansi pendidikan memiliki kewenangan yang lebih dalam mengelola lembaganya. Anggaran pendidikan yang ditetapkan 20%, pada 2007 hanya Rp 90.10 triliun (11.8% dari APBN). Kini, peran pemerintah dalam pendidikan terus dikurangi, termasuk masalah dana. Konsekuensinya dana diambil dari masyarakat (SPP dan non-spp). Sebagai contoh, ITB tahun 2007 butuh Rp 392 miliar, untuk itu diberlakukan SPP reguler 2006/2007 Rp 3.25 juta/semester; Sekolah Bisnis Manajemen di kenakan 625.000,00/SKS. Fakultas Kedokteran salah satu PT di Jawa Barat memungut Rp. 250 juta 1 milyar. Kalau ini terus berlanjut maka orang miskin dilarang sekolah. Kapitalisasi dan liberalisasi ini berlaku mulai Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Kalaupun diterapkan subsidi silang, berapa banyak orang kaya yang dapat menanggung? Bukankah ini sebuah diskriminasi? Prakteknya, tidak menunjukkan hal tersebut. Ketika dana dari pemerintah minim, kampus dijadikan alat untuk menghasilkan uang, atau dana berasal dari pinjaman asing. Akibatnya, terjadi ketergantungan dana pada pihak asing, khususnya Bank Dunia dan ADB. Hal ini menciptakan penjajahan kurikulum, kultur, dan isi otak. Akibatnya, rakyat menjadi kuli di negerinya sendiri. Rp 4

Kapitalisasi pendidikan merupakan wujud nyata penjajahan. Akibat biaya sekolah yang tinggi, pendidikan yang bermutu hanya bisa diakses oleh orang-orang yang berduit saja, orang miskin dilarang sekolah yang layak. Sejatinya, pendidikan gratis untuk semua. Kurikulum berbasis pada kultur/tsqafah yang sesuai dengan Islam; sains dan teknologi disesuaikan dengan perkembangan; otonomi dilakukan dalam administrasi, pendidikan dan research oleh satuan pendidikan untuk meningkatkan kualitas, dan untuk mewujudkan akuntabilitas, transparansi, penjaminan mutu, layanan prima, non-diskriminasi, dan lain-lain dilaksanakan tanpa perlu kapitalisasi atau komersialisasi. Referensi 1. Majalah al waie no. 81, 2007 2. Abdul Aziz Al Badri, Hidup Sejatera dibawah naungan Islam, 1995 3. www.tempointeraktif.com 8-1-2007 5