BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG SANTIKA HOTEL BEKASI DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

Perencanaan Struktur Tangga

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN

BAB I. Perencanaan Atap

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERUSAHAAN DAERAH PASAR SURYA SURABAYA DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR

Gambar Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping. Ukuran antrede = 2 optrede + 1antrede = 65 A = 65-2(17,5)

TUGAS AKHIR RC

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

PERENCANAAN STRUKTUR STADION MIMIKA MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH DENGAN STRUKTUR ATAP SPACE FRAME

3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh

BAB III METODOLOGI III-1 PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BPS PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB V PERANCANGAN STRUKTUR. Perhitungan tulangan lentur diambil dari momen 3-3 B15 pada lantai 5. Momen tumpuan positif = 0,5. 266,624 = 133,312 KNm

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung kampus

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS

Gambar 5.1 Struktur Portal Balok dan Kolom

Perhitungan Penulangan Kolom Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar :

BAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG. Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

PERENCANAAN STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN BANK DANAMON JL PEMUDA-JEPARA

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Balok-Rusuk (Joist) 9 BAB 3. ANALISIS DAN DESAIN Uraian Umum Tinjauan Terhadap Lentur 17

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL LARAS ASRI SALATIGA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh :

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beban angin. Menurut PPI 1983, pengertian dari beban adalah: lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah.

Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D)

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KEPANJEN MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS UNTUK DIBANGUN DI ACEH

xxiv r min Rmax Rnv Rnt

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Struktur Bab IV

DAFfAR NOTASI. = Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi ( batang. = Luas dari tulangan geser dalam suatu jarak s. atau luas dari tulangan

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

(SNI , pasal ) Rasio tulangan minimum dibatasi sebesar : 3.3 Perhitungan Penulangan Berdasar Hasil Analisa

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

PERHITUNGAN GEDUNG 10 LANTAI DENGAN PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI JALAN SEPAKAT II KOTA PONTIANAK

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Jl. Banyumas Wonosobo

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

Yogyakarta, Juni Penyusun

PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

Reza Murby Hermawan Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

Transkripsi:

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : Pada perhitungan Struktur Gedung Fakultas Teknik Informatika, terdapat kesalahan pada perhitungan Sloof. Secara pemodelan struktur juga mengalami kesalahan. Sehingga perhitungan sloof dilakukan dengan perhitungan secara manual, karena sloof bukan merupakan struktur utama gedung yang dihitung dengan menggunakan bantuan program SAP 2000 versi 14.2. Gaya gaya dalam yang terjadi pada sloof seperti M,D dan N akan ditambahkan dengan gaya aksial dan momen yang terjadi pada kolom (output SAP) untuk digunakan dalam perhitungan Pondasi. a. Struktur Sekunder 1. Pelat Tebal pelat - Pelat lantai 2, 3, dan 4 12 cm - Pelat atap 10 cm Tulangan pelat lantai dan atap - Tulangan utama tumpuan arah X 10 100 lapangan arah X 10 100 tumpuan arah Y 10 100 lapangan arah Y 10 100 - Tulangan susut tumpuan arah X 8 200 tumpuan arah Y 8 200 2. Tangga 405

406 Dimensi tangga - Injakan tangga 30 cm - Tanjakan tangga 17 cm - Tebal pelat tangga dan bordes 12 cm Tulangan pelat tangga - Tulangan utama arah X 10 100 - Tulangan susut arah Y 8 100 Tulangan pelat bordest - Tulangan utama arah X 10 100 - Tulangan susut arah Y 8 100 Tulangan balok bordest - Tulangan tumpuan 5D22 - Tulangan lapangan 2D22 - Tulangan Puntir 4D16 3. Atap - Profil gording Light Lip Channels 150 x 65 x 20 x 3,2 dengan jumlah 8 buah - Penggantung gording 16 mm - Ikatan Angin 10 mm - Profil kuda-kuda Double Siku L 75 x 75 x 7 - Profil kolom pendek WF 250 x 125 x 5 x 8 b. Struktur Pimer 1. Balok - Dimensi 50 x 80 untuk balok induk melintang - Dimensi 40 x 60 untuk balok induk memanjang - Dimensi 30 x 50 untuk balok anak melintang - Dimensi 30 x 40 untuk balok anak memanjang 2. Kolom - Dimensi kolom (KL) 60 x 60

407 Kode Balok BI.1 (500x800) BI.2 (500x800) BI.3 (400x600) BA.1 (300x500) BA.2 (300x400) BA.3 (300x400) Wilayah Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan atas bawah geser torsi Tumpuan 9D22 3D22 312-100 4D19 Lapangan 3D22 5D22 312-150 4D19 Tumpuan 12D22 5D22 312-100 4D19 Lapangan 3D22 7D22 312-150 4D19 Tumpuan 7D22 3D22 212-100 2D19 Lapangan 2D22 3D22 212-100 2D19 Tumpuan 5D19 2D19 212-100 2D16 Lapangan 2D22 3D22 212-100 2D19 Tumpuan 3D19 2D19 212-80 2D16 Lapangan 2D19 2D19 212-80 2D19 Tumpuan 5D19 2D19 212-80 - Lapangan 2D19 3D19 212-80 - KL (600x600) Tumpuan 16D22 210-150 - Lapangan - c. Struktur Bawah - Dimensi poer P-1, adalah 2,75 m x 2,75 m x 0,85 m, Dengan dimensi tiang pancang Ø 50 cm Tulangan Poer Arah X : D22-140 Tulangan Poer Arah Y : D22-140 - Dimensi poer P-2, adalah 2,75 m x 1,5m x 0,85 m, Dengan dimensi tiang pancang Ø 50 cm Tulangan Poer Arah X : D22-100 Tulangan Poer Arah Y : D22-140

408 A P1 2.75 2.75 0.85 A' 2.75 P2 A 2.75 1.50 0.85 A' 1.50 d. Displacement Untuk displacement gedung A&B dalam perhitungan di dapat sebesar 31 mm. Sedangkan displcement untuk Gedung C&E sebesar 53 mm. Dan displacement untuk Gedung D sebesar 29 mm. 7.2 SARAN Untuk bangunan yang berada pada wilayah gempa 1,2,3 dan 4 direncanakan menggunakan metode SRPMM sesuai dengan SNI-03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002.

409 REVISI Perhitungan Sloof Pada perhitungan Sloof digunakan perhitungan manual, karena sloof bukan merupakan struktur utama gedung yang dihitung dengan menggunakan bantuan program SAP 2000 versi 14.2. Gaya gaya dalam yang terjadi pada sloof seperti M,D dan N akan ditambahkan dengan gaya aksial dan momen yang terjadi pada kolom (output SAP) untuk digunakan dalam perhitungan Pondasi. Kolom 60/60 M P Ma Mb Ha A B Hb Va 9,6 m Vb Berikut perhitungan sloof secara manual Data data perencanaan : Dimensi sloof : 50 / 80 Bentang sloof : 9,6 m Mutu beton (fc ) : 30 Mpa Mutu baja (fy) : 400 Mpa

410 Mutu baja geser (fy) : 240 Mpa Diameter tulangan utama (D) : 22 mm Tulangan geser ( Ø ) : 12 mm Selimut beton : 50 mm [SNI 03-2847-2002 psl. 9.7.1] Sloof yang ditinjau

411 Pemodelan Mekanika Sloof Ma A L q B Mb Ma A q 9,6 m B Mb Ha Ma Perhitungan beban : Beban mati (qd) Berat sendiri sloof : 0,5 x 0,8 x 2400 960 kg/m Beban hidup (ql) Beban hidup perkuliahan : 250 x 7 1.750 kg/m Va A q Q 9,6 m B Vb Mb Hb q(ult) 1,2.qd + 1,6.ql (1,2 x 960) + (1,6 x 1750) 3.952 kg/m Q(ult) q(ult) x l 3.952 x 9,6 37.939,2 kg Menghitung momen ujung jepit Mu a + 30.351,36 kg.m

412 Mu b - 30.351,36 kg.m Mu (lapangan) +15.175,68 kg.m Menghitung gaya vertikal pada joint A dan B Va Vb ½ Q ½ x 37.939,2 18.969,6 kg ( ) Menghitung gaya horizontal pada joint A dan B Ha Hb 0 (gaya yang bekerja sejajar pada bidang) 30.351,36 kg.m 30.351,36 kg.m A 18.969,6 kg 37.939,2 kg B 18.969,6 kg 9,6 m 30.351,36 kg.m 30.351,36 kg.m A - + 15.175,68 kg.m PERHITUNGAN TORSI SLOOF Luasan penampang dibatasi sisi luar : Acp b x h 500 x 800 400.000 mm 2 - B

413 Keliling penampang dibatasi sisi luar : Pcp 2 x (b + h) 2 x (500 + 800) 2.600 mm Luasan penampang dibatasi as tulangan sengkang : Aoh (b balok 2. t decking geser ) x (h balok 2. t decking geser ) (500 2. 50 12) x (800 2. 50 12)) 266.944 mm 2 Keliling penampang dibatasi as tulangan sengkang : Ph 2 x((b balok 2. t decking geser ) + (h balok 2. t decking geser )) ((500 2. 50 12) + (800 2. 50 12)) 2.152 mm Momen Puntir Ultimate 2 fc' Acp Tu 3 Pcp Gambar luasan Aoh dan keliling Ph. 2 0,75 30 400.000 3 2.600 84.265.008,85 N.mm

414 Momen Puntir Nominal Tn 112.353.345,1 N.mm Cek Pengaruh Tulangan Puntir Tu min fc' Acp 12 Pcp 2 0,75 30 12 400.000 2.600 2 Syarat 21.066.252,21 N.mm : Tu min Tu tulangan puntir diabaikan Tu min Tu tulangan puntir ditinjau Kontrol : 21.066.252,21 N.mm 84.265.008,85 N.mm Maka : Direncanakan tulangan puntir Cek Dimensi Penampang : Vu 16.598,4 kg 165.984 N Vc 331.828,58 N 2 Vu Tux Ph 2 b x d 1,7 x Aoh 2 Vc b x d 2 x [SNI 03-2847-2002 psl. 13.6.3).(1).a)] fc' 3 165.984 500 x 727 2 2 84.265.008,85 x 2.152 331.828,58 2 x 30 0,75 2 1,7 x 266.944 500 x 727 3 1,56 3,42

415 Syarat : Pers. kiri Pers. kanan penampang tidak OK Pers. kiri Pers. kanan penampang OK Maka : Dimensi penampang OK Tulangan puntir untuk geser : 2 x Ao x At x fyv Tn x cot θ s [SNI 03-2847-2002 psl. 13.6.3).(6)] At s At s Tn 2 x Ao x fyvx cot θ Tn 2 x 0,85 x Aoh x fyvx cot θ 112.353.345,1 2 x 0,85 x 266.944 x 240 x cot 1,03 mm 2 /mm Ao 0,85 x Aoh 45 Tulangan puntir untuk lentur : A l At fyv x Phx x cot 2 θ s fyt 1,03 x 2.152 x 240 x cot 2 45 400 1.329,94 mm 2 5x fc xacp A l min At fyv ( ) ( xphx ) 12xfyt s fyt 5x 30x400.000 240 ( ) (1,03x2.152x ) 12x400 400 952,24 mm 2

416 Luasan tulangan puntir untuk lentur didistribusikan merata ke 4 sisi balok : A l > A l min, maka dipakai A l Al 1.329,94 4 4 332,485 mm 2 Maka : Luasan tambahan puntir longitudinal untuk tulangan lentur Al 332,485 mm 2 4 Luasan tambahan puntir transversal untuk tulangan geser At s 1,03 mm 2 /mm PERHITUNGAN LENTUR SLOOF Tinggi efektif balok : d h decking sengkang ½ tul lentur 800 50 12 22/2 727 mm d decking + sengkang + ½ tul lentur 50 + 12 + 22/2 73 mm ρ dalam keadaan seimbang (ρ,bal) (SNI 03-2847-2002 pasal 10.4.3) ρ,bal 0,85 fc' β1 600 fy 600 fy

417 0,85 30 0,85 600 400 600 400 0,0325 ρ maksimum (ρ,maks) (SNI-03-2847-2002 psl. 12.3.3) ρ,maks 0,75. ρ,bal 0,75. 0,0325 0,0244 ρ minimum (ρ,min) (SNI-03-2847-2002 psl. 12.5.1) 1, 4 ρ,min fy 1, 4 400 0,0035 ρ minimum (ρ,min) fy m 0,85.fc' 400 0,85.30 15,69 a. Daerah Tumpuan Kiri dan Kanan Mu 30.351,36 kg.m 303.513.600 N.mm Mn Xb 379.392.000 N.mm

418 436,2 mm Xmax 0,75 x Xb 0,75 x 436,2 327,15 mm Xrencana 130 mm Asc Mnc Mns tekan) 3.522,2 mm 2 946.415.140 Nmm Mn Mnc 379.392.000 946.415.140-567.023.140 Nmm < 0 (tidak perlu tulangan Lentur tulangan tunggal Rn 1,44 N/mm 2 ρ perlu 0,0037

419 min < perlu < max, maka dalam perhitungan selanjutnya digunakan. perlu As ρ perlu x b x d 0,0037 x 500 x 727 1.344,95 mm 2 Luasan tulangan perlu lentur tarik + luasan tambahan puntir longitudinal sisi atas balok (top) As perlu As + 4 Al 1.344,95 + 332,485 1.677,435 mm 2 Luasan tulangan : Luasan tulangan lentur D 22 ¼. π. d 2 ¼. π. 22 2 380,13 mm 2 Luasan tulangan puntir 19 ¼. π. d 2 ¼. π. 19 2 283,53 mm 2 Jumlah tulangan pasang : Jumlah tulangan pasang lentur tarik (top) As luasan D perlu lentur 1.677,435 380,13 4,4 5 buah 5 D 22 Jumlah tulangan pasang lentur tekan (bottom) 2 buah 2 D 22

420 Jumlah tulangan pasang puntir longitudinal (web) Asperlupuntir luasan 664,97 283,53 puntir 2,3 4 buah 4 19 Luasan tulangan pasang : Luasan tulangan pasang lentur tarik (top) As pasang n pasang x luasan D lentur 5 x 380,13 1.900,65 mm 2 > 1.677,435 mm 2 Luasan tulangan pasang lentur tekan (bottom) As pasang n pasang x luasan D lentur 2 x 380,13 760,26 mm 2 Luasan tulangan pasang puntir longitudinal (web) As pasang puntir n pasang x luasan puntir 4 x 283,53 1.134,12 mm 2 > 664,97 mm 2 Spasi tulangan puntir longitudinal : 300 mm S puntir [SNI 03-2847-2002 psl. 13.6.6).(3)] Cek Jarak Spasi Tulangan :

421 Cek jarak spasi tulangan dari jarak spasi tulangan sejajar pada TUMPUAN penampang sloof Spasi tulangan tarik b S max 500 2 x tdecking 2 x geser jml tul x Dlentur jml tul 1 2 x 50 2 x 12 5x 22 5 1 66,5 mm Syarat : S max S sejajar max susun 1 lapis S max S sejajar max susun 2 lapis Kontrol : 66,5 mm > 25 mm Maka : Tulangan lentur tarik susun 1 lapis Cek Syarat SRPMM untuk kekuatan lentur pada sloof Kuat momen lentur positif balok pada muka kolom tidak boleh lebih kecil sepertiga kuat momen lentur negatif balok pada muka kolom.

422 1 M lentur tumpuan ( ) x M lentur tumpuan ( ) 3 [SNI 03-2847-2002 psl. 23.10.4).(1)] Maka pada hal ini pengecekan dilakukan dengan meninjau tulangan pasang. As pasang 1.900,65 mm 2 As pasang 760,26 mm 2 1 M lentur tumpuan ( ) x M lentur tumpuan ( ) 3 760,26 mm 2 1 2 x 1.900,65mm 3 760,26 mm 2 633,55 mm 2 (memenuhi) Cek Kemampuan Penampang Tulangan Pasang Cek kemampuan penampang tulangan dari jarak spasi tulangan antar lapis pada penampang sloof. TUMPUAN x 1 t decking + geser (½ x D lentur ) 50 + 12 + (½ x 22) 73 mm

423 y n Dlentu x luasan Dlentur x X1 n Dlentur x luasan Dlentur 5 x 380,13x 73 5 x 380,13 73 mm Tinggi efektif penampang : d h balok y 800 73 727 mm d h balok d 800 727 73 mm Tinggi blok gaya tekan beton : A s pasang f y a 0,85 f ' c b 1.900,65x400 0,8530500 59,63 mm Gaya tekan beton : Cc 0,85 x fc x b x a 0,85 x 30 x 500 x 59,63 760.282,5 N Cek Momen Nominal Pasang : Mn a Cc ' d 2 59,63 760.282,5 727 2 530.057.554,8 Nmm Syarat : Mn pasang Mn perlu perencanaan OK Mn pasang Mn perlu perencanaan tidak OK

424 Kontrol : 530.057.554,8 N.mm 379.392.000 N.mm Maka : Penulangan lentur memenuhi b. Daerah Lapangan Mu 15.175,68 kg.m 151.756.800 N.mm Mn 189.696.000 N.mm Xb 436,2 mm Xmax 0,75 x Xb 0,75 x 436,2 327,15 mm Xrencana 130 mm Asc 3.522,2 mm 2 Mnc Mns 946.415.140 Nmm Mn Mnc

425 189.696.000 Nmm 946.415.140 Nmm -756.719.140Nmm<0 (tidak perlu tulangan tekan) Lentur tulangan tunggal Rn ρ perlu 0,717 N/mm 2 0,0018 min perlu max, maka perlu dinaikkan 30% sehingga 0,0018 x 1,3 0,0023. Jadi untuk perhitungan selanjutnya digunakan. As ρ min x b x d 0,0023 x 500 x 727 836,05 mm 2 Luasan tulangan perlu lentur tarik + luasan tambahan puntir longitudinal sisi atas balok (top) min As perlu As + 4 Al 836,05 + 332,485 1 168,535 mm 2 Luasan tulangan : Luasan tulangan lentur D 22 ¼. π. d 2

426 ¼. π. 22 2 380,13 mm 2 Luasan tulangan puntir 19 ¼. π. d 2 ¼. π. 19 2 283,53 mm 2 Jumlah tulangan pasang : Jumlah tulangan pasang lentur tarik (top) As luasan D perlu 1168,535 380,13 lentur 3,07 5 buah 5 D 22 Jumlah tulangan pasang lentur tekan (bottom) 2 buah 2 D 22 Jumlah tulangan pasang puntir longitudinal (web) Asperlupuntir luasan 664,97 283,53 puntir 2,3 4 buah 4 19 Luasan tulangan pasang : Luasan tulangan pasang lentur tarik (top) As pasang n pasang x luasan D lentur 5 x 380,13 1.900,65 mm 2 > 1.859,19 mm 2

427 Luasan tulangan pasang lentur tekan (bottom) As pasang n pasang x luasan D lentur 2 x 380,13 760,26 mm 2 Luasan tulangan pasang puntir longitudinal (web) As pasang puntir n pasang x luasan puntir 4 x 283,53 1.134,12 mm 2 > 664,97 mm 2 Spasi tulangan puntir longitudinal : S puntir 300 mm [SNI 03-2847-2002 psl. 13.6.6).(3)] Cek Jarak Spasi Tulangan : x s Gambar 5.2.6 Cek jarak spasi tulangan dari jarak spasi tulangan sejajar pada penampang balok

428 Spasi tulangan tarik S max Syarat b 500 66,5 mm 2 x tdecking 2 x geser jml tul x Dlentur jml tul 1 2 x 50 2 x 12 5x 22 5 1 : S max S sejajar max susun 1 lapis S max S sejajar max susun 2 lapis Kontrol : 66,5 mm > 25 mm Maka : Tulangan lentur tarik susun 1 lapis Cek Syarat SRPMM untuk kekuatan lentur pada balok Kuat momen lentur positif balok pada muka kolom tidak boleh lebih kecil sepertiga kuat momen lentur negatif balok pada muka kolom. 1 M lentur tumpuan ( ) x M lentur tumpuan ( ) 3 [SNI 03-2847-2002 psl. 23.10.4).(1)] Maka pada hal ini pengecekan dilakukan dengan meninjau tulangan pasang. As pasang 1.900,65 mm 2 As pasang 760,26 mm 2 1 M lentur tumpuan ( ) x M lentur tumpuan ( ) 3

429 760,26 mm 2 1 2 x 1.900,65mm 3 760,26 mm 2 633,55 mm 2 (memenuhi) Cek Kemampuan Penampang Tulangan Pasang x s Gambar 5.2.7 Cek kemampuan penampang tulangan dari jarak spasi tulangan antar lapis pada penampang sloof. x 1 t decking + geser (½ x D lentur ) 50 + 12 + (½ x 22) 73 mm y n Dlentu x luasan Dlentur x X1 n Dlentur x luasan Dlentur 5 x 380,13x 73 73 mm 5 x 380,13 Tinggi efektif penampang : d h balok y

430 800 73 727 mm d h balok d 800 727 73 mm Tinggi blok gaya tekan beton : A s pasang f y a 0,85 f ' c b 1.900,65x400 0,8530500 59,63 mm Gaya tekan beton : Cc 0,85 x fc x b x a 0,85 x 30 x 500 x 59,63 760.282,5 N Maka Cek Momen Nominal Pasang : a Cc ' d 2 Mn 59,63 760.282,5 727 2 530.057.554,8 Nmm Syarat: Mn pasang Mn perlu perencanaan OK Mn pasang Mn perlu perencanaan tidak OK Kontrol: 530.057.554,8 N.mm 331.968.000 N.mm : Penulangan lentur memenuhi

431 PERHITUNGAN GESER SLOOF Dari perhitungan tulangan lentur diatas didapat : Mn-kiri (Mnl) 530.057.554,8 N.mm (momen pasang) Mn-kanan(Mnr) 530.057.554,8 N.mm (momen pasang) V (muka kolom) 165.984 N Gaya geser pada ujung perletakkan diperoleh dari : Mnl Mnr Wu x λn Vu1 λn 2 MnL MnR Vu Ln 530.057.554,8 530.057.554,8 165. 984 9000 283.774,57 N Syarat kuat tekan beton : fc' 3 25 Mpa [SNI 03-2847-2002 psl. 13.1.2).(1)] 30 3 25 Mpa 5,48 8,33 Mpa Kuat geser beton : 1 Vc x fc' x b x d 6 [SNI 03-2847-2002 psl. 13.3.1).(1)] 1 x 30 x 500 x 727 331.828,58 N 6

432 Kuat geser tulangan geser : Vs min 1 x b x d 3 1 x 500 x 727 3 121.166,67 N Vs max 1 x 3 fc' x b x d 1 x 3 30 x 500 x 727 663.657,17 N 2Vs max 2 x 3 fc' x b x d 2 x 3 30 x 500 x 727 1.327.314,3 N Pembagian Wilayah Geser Balok Wilayah balok dibagi menjadi 3 wilayah yaitu; 1. Wilayah 1 sejarak dua kali tinggi balok dari muka kolom (SNI 03-2847-2002 ps 23.10.4.2), 2. Wilayah 2 dimulai dari akhir wilayah 1 sampai ke ¼ bentang balok. 3. Wilayah 3 dimulai dari akhir wilayah 2 sampai ke ½ bentang balok.

433 Penulangan Geser Balok Wilayah 1 Vu1 283.774,57 N Cek Kondisi : Syarat : Kondisi 1 Vu 0,5 x x Vc Kondisi 2 0,5 x x Vc Vu x Vc Kondisi 3 x Vc Vu (Vc + Vs min ) Kondisi 4 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + Vs max ) Kondisi 5 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + 2Vs max ) Kontrol : Kondisi 3 x Vc Vu (Vc + Vs min ) 0,75(331.828,58) 283.774,57 0,75(331.828,58+121.166,67) 248.871,44 283.774,57 339.746,44 Maka : Penulangan geser pada kondisi 3 Tulangan geser : Vu Vn [SNI 03-2847-2002 psl. 13.1.1)] Vu Vc + Vs Vs Vu - Vc Vs 283.774,57 N Luasan tulangan geser : Av Vs x s fy x d

434 A s v Vs 283.774,57 fyd 240727 Spasi maksimum adalah : 1,63 mm 2 / mm Smax 2 d 600mm 727 363,5 mm atau 600 mm 2 Digunakan sengkang 3 kaki : 12 mm A v 3 x As 3 x 0,25 x π x (12) 2 339,29 mm 2 Luasan tulangan geser + luasan tambahan puntir transversal : Atot s Av At 2 s s 1,63 + 2 x 1,03 3,69 mm 2 / mm Maka didapatkan nilai : Av S perlu Atot / s 339,29 92 mm 3,69 Cek Spasi Tulangan Geser : S rencana : 90 mm Syarat : [SNI 03-2847-2002 psl. 23.10.4).(2)] S pakai S pakai S perlu d/4 pada daerah tumpuan

435 S pakai 8 D lentur S pakai 24 geser S pakai 300 mm Kontrol : 90 mm 92 mm (memenuhi) 90 mm 180 mm (memenuhi) 90 mm 176 mm (memenuhi) 90 mm 288 mm (memenuhi) 90 mm 300 mm (memenuhi) Maka : Dipasang 12 90 mm (dengan sengkang 3 kaki) Sengkang pertama dipasang 90 mm dari muka kolom. [SNI 03-2847-2002 psl. 23.10.4).(2)] Wilayah 2 1 Vu1 x Ln 2h Vu2 2 1 Ln 2 1 283.774,57 x.9000 2.800 2 1 x9000 2 182.876,95 N

436 Cek Kondisi : Syarat : Kondisi 1 Vu 0,5 x x Vc Kondisi 2 0,5 x x Vc Vu x Vc Kondisi 3 x Vc Vu (Vc + Vs min ) Kondisi 4 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + Vs max ) Kondisi 5 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + 2Vs max ) Kontrol : Kondisi 2 0,5 x x Vc Vu x Vc 0,5 x 0,75x 31.828,58 182.876,95 0,75 x 31.828,58 124.435,72 182.876,95 248.871,44 Maka : Penulangan geser pada kondisi 2 Tulangan geser : Vu Vn [SNI 03-2847-2002 psl. 13.1.1)] Vu Vc + Vs Vs Vu - Vc Vs 182.876,95 N Luasan tulangan geser : Av Vs x s fy x d A s v Vs 182.876,95 1,05 mm 2 / mm fyd 240727 Dan spasi maksimum adalah :

437 Smax 2 d 600mm 737 368,5 mm atau 600 mm 2 Digunakan sengkang 3 kaki : 12 mm A v 3 x As 3 x 0,25 x π x (12) 2 339,29 mm 2 Luasan tulangan geser + luasan tambahan puntir transversal : Atot s Av At 2 s s 1,05 + (2 x 1,03) 3,11 mm 2 / mm Maka didapatkan nilai : S perlu Av Atot / s 339,29 109 mm 3,11 Cek Spasi Tulangan Geser : S rencana : 100 mm Syarat : [SNI 03-2847-2002 psl. 23.10.4).(2)] S pakai S pakai S pakai S pakai S pakai S perlu d/4 pada daerah tumpuan 8 D lentur 24 geser 300 mm

438 Kontrol : 100 mm 109 mm (memenuhi) 100 mm 180 mm (memenuhi) 100 mm 176 mm (memenuhi) 100 mm 288 mm (memenuhi) 100 mm 300 mm (memenuhi) Maka : Dipasang 12 100 mm (dengan sengkang 3 kaki) Wilayah 3 1 Vu1 x Lx Vu3 1 4 Ln 2 1 283.774,57 x x9600 4 1 x9000 2 151.346,44 N Cek Kondisi : Syarat : Kondisi 1 Vu 0,5 x x Vc Kondisi 2 0,5 x x Vc Vu x Vc Kondisi 3 x Vc Vu (Vc + Vs min ) Kondisi 4 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + Vs max ) Kondisi 5 (Vc + Vs min ) Vu (Vc + 2Vs max )

439 Kontrol : Kondisi 2 0,5 x x Vc Vu x Vc 0,5x0,75 x 31.828,58 151.346,44 0,75 x 31.828,58 124.435,72 151.346,44 248.871,44 Maka : Penulangan geser pada kondisi 2 Luasan tulangan geser : bw x s Av min 3fy A v min s 3 bw xfy 500 0,694 mm 2 / mm 3240 Dan spasi maksimum adalah : Smax 2 d 600mm 727 363,5 mm atau 600 mm 2 Digunakan sengkang 3 kaki : 12 mm A v 3 x As 3 x 0,25 x π x (12) 2 339,29 mm 2 Luasan tulangan geser + luasan tambahan puntir transversal : Atot s Av At 2 s s 0,694 + (2 x 1,03)

440 2,754 mm 2 / mm Maka didapatkan nilai : Av S perlu Atot / s Cek Spasi Tulangan Geser : S rencana : 100 mm Syarat : 339,29 123,4 mm 2,75 [SNI 03-2847-2002 psl. 23.10.4).(2)] S pakai S pakai S pakai S pakai S pakai S perlu d/2 pada daerah lapangan 8 D lentur 24 geser 300 mm Kontrol : 100 mm 123,4 mm (memenuhi) 100 mm 364 mm (memenuhi) 100 mm 176 mm (memenuhi) 100 mm 288 mm (memenuhi) 100 mm 300 mm (memenuhi) Maka : Dipasang 12 100 mm (dengan sengkang 3 kaki)

441 Panjang Penyaluran Tulangan Gaya tarik dan tekan pada tulangan di setiap penampang komponen struktur beton bertulang harus disalurkan pada masing-masing sisi penampang melalui penyaluran tulangan. Adapun perhitungan penyaluran tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002 psl.14. Penyaluran Tulangan Dalam Kondisi Tarik Penyaluran tulangan dalam kondisi tarik dihitung berdasarkan SNI 03-2847-2002 psl.14.2. Panjang penyaluran tidak boleh kurang dari 300 mm [SNI 03-2847-2002 psl. 14.2.1)] d d b panjang penyaluran tulangan kondisi tarik diameter tulangan faktor lokasi penulangan 1 [SNI 03-2847-2002 psl. 14.2.4)] faktor pelapis 1,5 [SNI 03-2847-2002 psl. 14.2.4)] faktor digunakannya agregat ringan 1 [SNI 03-2847-2002 psl. 14.2.4)] λ d d b 3 x fy x α x β x λ 300 mm 5 x fc' [SNI 03-2847-2002 psl. 14.2.2)] d 3 x fy x α x β x λ x db 300 mm 5 x fc' 3 x 400x 1 x 1,5 x 1 x 22 5 x 30 300 mm

442 d reduksi 1.445,99 mm 300 mm As As perlu pasang x d [SNI 03-2847-2002 psl. 14.2.5)] 4.388,25 x 1.445,99 4.561,59 1.391,04 mm 1400 mm Maka panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tarik 1400 mm Penyaluran Tulangan Berkait Dalam Kondisi Tarik Penyaluran tulangan berkait dalam kondisi tarik dihitung berdasarkan SNI 03-2847-2002 psl.14.5. Panjang penyaluran tidak boleh kurang dari 150 mm [SNI 03-2847-2002 psl. 14.5.1)] Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 14.5.2 panjang penyaluran dasar untuk suatu batang tulangan tarik pada penampang tepi atau yang berakhir dengan kaitan adalah : hb 100x db 8 x db fc' 100x 22 30 8 x 22 mm 401,67 mm 176 mm hb reduksi F modifikasi x hb 150 mm

443 As As perlu pasang x hb 150 mm SNI 03-2847-2002 psl. 14.5.3).(2)] 1.677,435 x 401,67 150 mm 1.900,65 354,5 mm 150 mm 400 mm Maka panjang penyaluran tulangan berkait dalam kondisi tarik 400 mm Penyaluran Tulangan Dalam Kondisi Tekan Penyaluran tulangan dalam kondisi tekan dihitung berdasarkan SNI 03-2847-2002 psl.14.3. Panjang penyaluran tidak boleh kurang dari 200 mm [SNI 03-2847-2002 psl. 14.3.1)] db db 4 x x fy fc' 0,04 x d b x fy [SNI 03-2847-2002 psl. 14.3.2)] 22 x 400 4 x 30 0,04 x 22 x 400 401,7 mm 352 mm db reduksi F modifikasi x db 200 mm As' As' perlu pasang x db 200 mm [SNI 03-2847-2002 psl. 14.3.3).(2)]

444 760,26 x 401,7 200 mm 760,26 401,7 mm 200 mm Maka dipasang sepanjang 410 mm Maka panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tekan 410 mm 5.2.5 Kontrol Retak SNI-03-2847-2002 ps.12.6 z fs 3 d c A d c 30MN/m untuk struktur didalam ruangan 25MN/m untuk penampang yang dipengaruhi cuaca luar decking + 0,5 tulangan 50 + (0,5 x 22) 61 mm 2 61 500 A 15.250 mm 2 4 3 Z 0,6 400 6115. 250 23.428,5 N/mm 23,4 MN/mm 30MN/m (OK) Sebagai alternatif terhadap perhitungan nilai z, dapat dilakukan perhitungan lebar retak yang diberikan oleh: ω 11 x 10-6 x β x fs 3 A d c

445 6 3 1110 0,850,6 400 61 15.250 0,22 mm Nilai lebar retak yang diperoleh tidak boleh melebihi 0,4 mm untuk penampang didalam ruangan dan 0,3 mm untuk penampang yang dipengaruhi cuaca luar, dimana β 0.85 untuk fc 30 Mpa 5.2.6 Gambar Penulangan Sloof Panjang kait ditentukan sejarak 6d 6x 12mm 72mm 80mm (PBBI 1971, Bab 8.2) 5 D22 4 D19 3 Ø12-90 3 D22 TUMPUAN

446 3 D22 4 D19 3 Ø12-100 5 D22 LAPANGAN Sketsa Penampang sloof 50-80 As B joint 10-11 50 Sketsa Pembengkokan tulangan pada tulangan geser

447 400 5 D22 3 Ø12-90 4 D19 3 D22 3 Ø12-100 410 3 D22 5 D22 wilayah 1 wilayah 2 wilayah 3 1600 650 2250 TUMPUAN LAPANGAN 600 1/2 Ln 4500 Sketsa penulangan lentur dan geser pada sloof