1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa Kelas XI SMK Negeri Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Peneliti dalam kegiatan penelitian didampingi oleh guru penjas dan Kepala Sekolah. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap pelaksanaan siklus dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi ditetapkan langkah kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan hasil penelitian. 4.1.2 Deskripsi Hasil Tindakan 4.1.2.1 Observasi Awal Kegiatan obervasi awal dilaksanakan tanggal 8 Maret 2013. Kegiatan ini difokuskan pada meningkatkan kemampuan smash back hand pada permainan tenis meja. Kegiatan yang telah dilaksanakan selama observasi awal di paparkan sebagai berikut: a. Kegiatan Awal 1) Persiapan 2) Presensi 3) Straching 40
2 4) Pemanasan a. Kegiatan Inti 1) Melatih siswa melakukan gerakan smash back hand pada permainan tenis meja b. Kegiatan Penutup 1) Pelemasan 2) Menyimpulkan cara melakukan smash back hand pada permainan tenis meja Berdasarkan hasil observasi awal ditemukan hasil belajar siswa baik dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja disajikan sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Observasi Awal Kemampuan Siswa Melakukan Smash Back Hand Aspek Yang Diamati No Nama Anak Posisi Kaki Posisi Badan Posisi Lengan Jumlah Skor 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Nilai Kategori 1 Arkam Udoki 6 50 KB 2 Arman Jufri 3 25 TB 3 Abd Rahman 4 33.33 TB 4 Cuplis Taingo 4 33.33 TB 5 David Dango 5 41.67 KB 6 Dahlan Lasihi 3 25 TB 7 Firman Djano 3 25 TB 8 Frangky Ahmad 6 50 KB 9 Moh. Taufiq 3 25 TB 10 Rizki Palada 3 25 TB 11 Anggraini Ham 5 41.67 KB 12 Delavika Abuka 5 41.67 KB 13 Hasna Gani 3 25 TB 14 Larasati Lestari 3 25 TB 15 Meylan Samani 5 41.67 KB
3 16 Novianti Diko 4 33.33 TB 17 Susanti Utiarah 3 25 TB 18 Virawati Hamal 3 25 TB 19 Yulandasari Asd 4 33.33 TB 20 Yulifanasari Igiri 4 33.33 TB Keterangan: Jumlah Skor x 100 = Jumlah Nilai 12 1. Nilai 76 100. kategori Baik ( B ). 2. Nilai 56 75. kategori Cukup ( C ). 3. Nilai 40 55. kategori Kurang Baik ( KB ). 4. Nilai < dari 40. kategori Tidak Baik ( TB ). Hasil observasi awal menunjukkan bahwa terdapat 30% siswa atau 6 siswa yang memiliki kategori kurang dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja, dan sisanya 70% siswa atau 14 siswa yang memiliki kategori tidak baik dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Hasil observasi awal ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 2 Hasil Observasi Awal No Rentang Nilai Kriteria Aspek Aspek Penilaian Jumlah Persentase 1 Baik 76 100 0 0 2 Cukup 56 75 0 0 3 Kurang 40 55 6 30 4 Tidak Baik < dari 40 14 70 Jumlah - 20 100 Hasil observasi awal yang dilakukan tersebut jelas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang ada di Kelas XI SMK 1 Negeri Suwawa belum memiliki
4 kemampuan yang baik dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Tingkat capaian rata-rata kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja sangat rendah. Dari tiga indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja menunjukkan bahwa ketiga indikator tersebut berada pada angka yang kurang memuaskan. Indikator tersebut adalah a) posisi kaki: kaki kanan di depan kaki kiri di belakang, b) posisi badan: badan miring ke kiri hingga pundak kanan menghadap meja, dan c) posisi lengan: Lengan bawah di tarik ke kiri ke belakang lebih tinggi dari meja. Setelah bola mental mencapai titik teratas, lengan bawah diayun ke depan arah kanan memukul bola. Pada saat itu pergelangan tangan membantu menekan bola dan mengatur arah, berat badan pindah dari kaki kiri ke kaki kanan. Dari tiga indikator tersebut menunjukkan bahwa ketiga indikator itu berada pada posisi yang kurang optimal. Terkait dengan hal ini maka dilakukan kegiatan pembelajaran melalui siklus I untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan anak dalam smash back hand pada permainan tenis meja. Dari kegiatan refleksi yang dilakukan secara bersama-sama pada observasi awal dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Sebagian besar siswa belum mampu melakukan gerakan smash back hand pada permainan tenis meja.
5 b. Siswa belum dapat memahami teknik gerakan smash back hand pada permainan tenis meja yang dilatihkan guru. c. Siswa kurang memperhatikan posisi kaki dalam melakukan gerakan smash. Dalam konteks ini posisi kaki kanan dan kaki kiri kurang sesuai dengan yang diharapkan d. Siswa kurang memiliki pemahaman yang memadai tentang cara melakukan gerakan smash back hand pada permainan tenis meja. e. Penempatan posisi badan siswa salah, dalam konteks ini posisi badan tidak miring ke kiri sehingga poisis pundak kanan tidak menghadap meja secara utuh. f. Posisi lengan siswa juga kurang tepat sehingga ketika melakukan pukulan smash back hand tidak dapat dilakukan dengan tepat. Hasil analisis yang diperoleh pada observasi awal tersebut menjadi bahan masukan untuk dilaksanakan pada siklus I. 4.1.2.2 Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar A. Siklus I Kegiatan siklus I dilaksanakan tanggal 20 April 2013. Kegiatan siklus I dilaksanakan secara bersama-sama oleh peneliti, guru mitra dan kepala sekolah. Kegiatan siklus I ini dilakukan mengacu pada langkah-langkah yang ada pada Rencana Peksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan siklus I dilaksanakan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
6 a. Kegiatan Awal 1) Persiapan 2) Presensi 3) Straching 4) Pemanasan b. Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan teknik dasar smash backhand 2) Siswa memperhatikan materi yang di jelaskan oleh guru 3) Guru mempraktekkan teknik dasar smash backhand 4) Siswa memperhatikan gerakan yang di praktekkan oleh guru 5) Guru memerintahkan siswa melakukan gerakan yang di praktekkan guru 6) Siswa melakukan gerakan teknik dasar smash backhand 7) Guru mengadakan evaluasi c. Kegiatan Penutup 1) Pelemasan 2) Menyimpulkan cara melakukan smash back hand pada permainan tenis meja Dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I diperoleh gambaran tentang kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja sebagaimana yang ditampilkan pada tabel berikut:
7 No Nama Anak Tabel 3 Hasil Pengamatan Siklus I Kemampuan Siswa Melakukan Smash Back Hand Aspek Yang Diamati Posisi Kaki Posisi Badan Posisi Lengan Jumlah Skor Nilai Kategori 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Arkam Udoki 9 75 C 2 Arman Jufri 5 41.67 KB 3 Abd Rahman 8 66.67 C 4 Cuplis Taingo 8 66.67 C 5 David Dango 8 66.67 C 6 Dahlan Lasihi 9 75 C 7 Firman Djano 5 41.67 KB 8 Frangky Ahmad 9 75 C 9 Moh. Taufiq 5 41.67 KB 10 Rizki Palada 5 41.67 KB 11 Anggraini Hami 9 75 C 12 Delavika Abuka 9 75 C 13 Hasna Gani 5 41.67 KB 14 Larasati Lestari 5 41.67 KB 15 Meylan Samani 9 75 C 16 Novianti Diko 8 66.67 C 17 Susanti Utiarah 5 41.67 KB 18 Virawati Hamal 8 66.67 C 19 Yulandasari Asd 8 66.67 C 20 Yulifanasari Igiri 8 66.67 C Keterangan: Jumlah Skor x 100 = Jumlah Nilai 12 1. Nilai 76 100. kategori Baik ( B ). 2. Nilai 56 75. kategori Cukup ( C ). 3. Nilai 40 55. kategori Kurang Baik ( KB ). 4. Nilai < dari 40. kategori Tidak Baik ( TB Hasil rekapan terkait capaian hasil belajar siswa pada siklus I ditampilkan sebagai berikut:
8 Tabel 4 Hasil Siklus I No Rentang Nilai Kriteria Aspek Aspek Penilaian Jumlah Persentase 1 Baik 76 100 0 0 2 Cukup 56 75 13 65 3 Kurang 40 55 7 35 4 Tidak Baik < dari 40 0 0 Jumlah - 20 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 13 siswa (65%) yang telah dapat melakukan smash back hand pada permainan tenis meja dengan kategori cukup dan terdapat 7 siswa atau 35% yang dapat melakukan smash back hand pada permainan tenis meja dengan kategori kurang. Realitas ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari kemampuan siswa untuk melakukan smash back hand pada permainan tenis meja setelah dikenai tindakan dengan menggunakan metode discovery. Dalam konteks ini tidak terdapat lagi siswa yang memiliki kemampuan kurang dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Namun demikian tingkat kemampuan siswa lebih didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan cukup sedangkan hanya sebagian kecil siswa yang memiliki kemampuan baik. Dari hasil analisis dan refleksi yang dilakukan secara bersama-sama pada siklus I dapat disimpulkan sebagai berikut :
9 a. Sebagian besar siswa belum mampu melakukan gerakan smash back hand pada permainan tenis meja. b. Siswa mulai dapat memahami teknik gerakan smash back hand pada permainan tenis meja yang dilatihkan guru. c. Siswa mulai memperhatikan posisi kaki dalam melakukan gerakan smash. Dalam konteks ini posisi kaki kanan dan kaki kiri kurang sesuai dengan yang diharapkan d. Siswa mulai memiliki pemahaman yang memadai tentang cara melakukan gerakan smash back hand pada permainan tenis meja. e. Penempatan posisi badan mulai dipahami siswa sehingga memberikan, dalam konteks ini posisi badan tidak miring ke kiri sehingga poisis pundak kanan tidak menghadap meja secara utuh. f. Posisi lengan siswa mulai berada pada posisi yang tepat sehingga ketika melakukan pukulan smash back hand tidak dapat dilakukan dengan tepat. Berdasarkan hasil analisis dan refeleksi yang dilakukan pada siklus I maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian akan dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II berbagai kelemahan siswa dalam memahami serta mengaktualisasikan kemampuan untuk gerakan smash back hand pada permainan tenis meja akan diperbaiki atau dituntaskan.
10 B. Siklus II Kegiatan siklus II dilaksanakan tanggal 02 Mei 2013. Sebagaimana pelaksanaan Kegiatan siklus I, kegiatan pada siklus II ini dilaksanakan secara bersama-sama oleh tim peneliti yang terdiri dari peneliti, kepala sekolah dan guru Kelas XI. Tahapan kegiatan yang dilakukan pada siklus II dilakukan dengan memperhatikan berbagai kelemahan dalam pelaksanaan siklus I serta mengacu pada langkah-langkah yang ada pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang sebelumnya. Tahapan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II sebagai berikut: a. Kegiatan Awal 1) Persiapan 2) Presensi 3) Straching 4) Pemanasan b. Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan teknik dasar smash backhand 2) Siswa memperhatikan materi yang di jelaskan oleh guru 3) Guru mempraktekkan teknik dasar smash backhand 4) Siswa memperhatikan gerakan yang di praktekkan oleh guru 5) Guru memerintahkan siswa melakukan gerakan yang di praktekkan guru 6) Siswa melakukan gerakan teknik dasar smash backhand
11 7) Guru mengadakan evaluasi c. Kegiatan Penutup 1) Pelemasan 2) Menyimpulkan cara smash back hand pada permainan tenis meja Dari langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II tersebut telah memberikan hasil yang sangat memuaskan. Dalam konteks ini terjadi perubahan kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Deskripsi tentang perubahan kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja ditampilkan pada tabel berikut: No Nama Anak Tabel 5 Hasil Pengamatan Siklus II Kemampuan Siswa Melakukan Smash Back Hand Aspek Yang Diamati Posisi Kaki Posisi Badan Posisi Lengan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Jumlah Skor Nilai Kategori 1 Arkam Udoki 12 100 B 2 Arman Jufri 10 83.33 B 3 Abd Rahman 11 91,67 B 4 Cuplis Taingo 10 83.33 B 5 David Dango 12 100 B 6 Dahlan Lasihi 10 83.33 B 7 Firman Djano 11 91,67 B 8 Frangky Ahmad 10 83.33 B 9 Moh. Taufiq 12 100 B 10 Rizki Palada 10 83.33 B 11 Anggraini Ham 9 75 C 12 Delavika Abuka 9 75 C 13 Hasna Gani 12 100 B 14 Larasati Lestari 9 75 C 15 Meylan Samani 12 100 B 16 Novianti Diko 11 91,67 B 17 Susanti Utiarah 9 75 C
12 18 Virawati Hamal 12 100 B 19 Yulandasari Asd 10 83.33 B 20 Yulifanasari Igiri 12 100 B Keterangan: Jumlah Skor x 100 = Jumlah Nilai 12 1. Nilai 76 100. kategori Baik ( B ). 2. Nilai 56 75. kategori Cukup ( C ). 3. Nilai 40 55. kategori Kurang Baik ( KB ). 4. Nilai < dari 40. kategori Tidak Baik ( TB) Hasil rekapan siklus II ditampilkan pada tabel di bawah ini: Tabel 6 Hasil Siklus 2 No Rentang Nilai Kriteria Aspek Aspek Penilaian Jumlah Persentase 1 Baik 76 100 16 80 2 Cukup 56 75 4 20 3 Kurang 40 55 0 0 4 Tidak Baik < dari 40 0 0 Jumlah - 20 100 Analisis yang ditunjukkan Tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Hal ini ditunjukkan dari tingkat capaian kemampuan siswa untuk melakukan smash back hand pada permainan tenis meja yang berada pada kategori baik sebanyak 80% atau 16 siswa, sedangkan 4 siswa 20% siswa yang memiliki kemampuan cukup dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada umumnya telah
13 memiliki kemampuan yang optimal dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja setelah dikenai tindakan pada siklus II dengan menggunakan metode discovery. Dalam konteks ini tidak terdapat lagi siswa yang memiliki kemampuan kurang dan tidak baik dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja ini karena adanya upaya sistematis yang dilakukan guru untuk mengoptimalkan kemampuan siswa melalui penggunaan metode discovery. Dalam penggunaan metode ini guru, secara proaktif membimbing siswa untuk melakukan gerakan smash dengan memperhatikan posisi kaki dimana posisi kaki kanan di depan kaki kiri di belakang. Demikian juga posisi badan juga di atur badan miring ke kiri hingga pundak kanan menghadap meja, dan c) posisi lengan: Lengan bawah di tarik ke kiri ke belakang lebih tinggi dari meja. Setelah bola mental mencapai titik teratas, lengan bawah diayun ke depan arah kanan memukul bola. Pada saat itu pergelangan tangan membantu menekan bola dan mengatur arah, berat badan pindah dari kaki kiri ke kaki kanan Pada siklus II ini pula setiap tahapan kegiatan yang dilakukan guru memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ditunjukkan siswa. Mengacu pada kelemahan yang ditunjukkan siswa tersebut guru melakukan pendampingan serta memberikan bimbingan yang optimal, sehingga semua siswa memahami teknik dasar dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Jika semua siswa
14 sudah menguasainya maka tahap selanjutnya guru melanjutkan dengan teknik lainnya yaitu smash back hand pada permainan tenis meja. Prosedur yang sama juga dilakukan dalam membimbing siswa untuk melaukan smash back hand pada permainan tenis meja. Teknik ini pun pada siklus ke II ternyata mampu meningkatkan kemampuan siswa, sehingga secara optimal semua siswa dapat melakukan smash back hand dengan optimal. Dari hasil analisis dan refleksi yang dilakukan secara bersama-sama pada siklus II dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sebagian besar siswa yang sudah mampu melakukan gerakan smash back hand pada permainan tenis meja dengan kategori baik dan sangat baik 2. Siswa pada umumnya sangat memahami teknik gerakan smash back hand pada permainan tenis meja yang dilatihkan guru. 3. Siswa telah mampu memperhatikan posisi kaki dalam melakukan gerakan smash. Dalam konteks ini posisi kaki kanan dan kaki kiri sangatsesuai dengan yang diharapkan 4. Siswa pada umumnya memiliki pemahaman yang memadai tentang cara melakukan gerakan smash back hand pada permainan tenis meja. 5. Penempatan posisi badan mulai dipahami siswa sehingga memberikan kelenturan badan untuk melakukan smash, dalam konteks ini posisi badan
15 tidak miring ke kiri sehingga poisis pundak kanan tidak menghadap meja secara utuh. 6. Posisi lengan siswa pada umumnya berada pada posisi yang tepat sehingga ketika melakukan pukulan smash back hand dapat dilakukan dengan tepat. Berdasarkan hasil analisis dan refeleksi yang dilakukan pada siklus II maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian tidak dilanjutkan ke siklus III, karena secara umum siswa telah mampu melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. 4.2 Pembahasan Smash back hand pada permainan tenis meja merupakan salah satu teknik yang sangat diperlukan dalam permainan tenis meja.untuk memberikan pemahaman yang memadai tentang Smash back handdapat dilakukan dengan menggunaan metode discovery. Penggunaan metode discovery didasaran pada pertimbangan bahwa metode discovery sangat efektif dilakukan, ketika siswa diperhadapkan dengan melakukan atau memperaktekkan teknik-teknik dasar yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi, sehingga dengan penerapan metode ini siswa dapat dengan mudah memahami strategi smash back hand pada permainan tenis meja serta mempraktekkannya dengan baik. Dalam konteks yang bersamaan metode discovery merupakan salah satu cara yang tepat untuk diterapkan, karena siswa lebih dapat berkonsentrasi pada suatu aspek (teknik) terlebih pada teknik dasar yang mempunyai
16 tingkat kesulitan yang tinggi seperti untuk melakukan smash back hand pada permainan tenis meja Dalam implementasinya penggunaan metode discovery dilakukan dengan memberikan tugas-tugas belajar secara sistematis yang terdiri dari seperangkat tindakan guru, penyediaan kondisi belajar yang efektif serta bimbingan yang difokuskan pada penguasaan isi dari pengalaman belajar yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui strategi ini maka siswa akan memiliki pemahaman yang memadai tentang cara melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja setelah dikenai tindakan dengan menggunakan teknik metode discovery. Dari kegiatan observasi awal jelas menunjukkan bahwa dari 20 siswa di Kelas XI SMK Negeri 1 Suwawa hanya 6 siswa (30%) yang kurang dapat melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Sedangkan 14 siswa lainnya (70%) siswa yang tidak baik melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Hasil observasi awal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja sangat rendah. Dari hasil refleksi jelas ditemukan bahwa sebagian besar siswa belum mampu melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Hal tersebut dapat dilihat dari posisi badan siswa yang
17 cenderung sangat kaku dan smash back hand pada permainan tenis meja yang belum optimal. Pada siklus I terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Realitas pada siklus I menunjukkan bahwa 13 siswa (65%) telah dapat melakukan smash back hand pada permainan tenis meja dengan kategori cukup, bahkan 7 siswa lainnya (35%) telah melakukan smash back hand pada permainan tenis meja dengan kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah mampu melakukan smash back hand pada permainan tenis meja setelah dikenai tindakan dengan menggunakan metode discovery. Namun demikian hasil yang dicapai dalam siklus I ini belum optimal karena tingkat capaian kemampuan siswa dalam kategori baik belum mencapai standar atau indikator kinerja yang diharapkan. Oleh karenanya penelitian dilanjutkan ke siklus II Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Kondisi yang ada menunjukkan bahwa tingkat capaian kemampuan siswa untuk melakukan smash back hand pada permainan tenis meja yang berada pada kategori baik sebanyak 16 siswa atau 80%, bahkan terdapat 20% atau 4 siswa yang memiliki kemampuan cukup dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa dalam melakukan smash back hand pada permainan tenis meja setelah dikenai
18 tindakan pada siklus II dengan menggunakan metode discovery telah meningkat secara optimal. Indikator kinerja yang telah ditetapkanpun telah tercapai. Hasil penelitian ini sekaligus menunjukkan bahwa metode discovery sangat tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk melakukan smash back hand pada permainan tenis meja. Terkait dengan temuan ini maka metode discovery dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan metode karena secara empiris mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan belajar terutama dalam permainan tenis meja.