ISKANDAR HASAN Pengawas Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kota Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

BAB I PENDAHULUAN. guna menciptakan mutu pendidikan yang baik. Undang-Undang RI. Nomor 14 tentang Guru dan Dosen, Bab I pasal 1 menyatakan bahwa:

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

PEDOMAN DIKLAT TUTOR INTI

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK NEGERI 5 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

Jualdi Kepala SDN No 17 Singkawang Selatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

BAB I PENDAHULUAN. didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Mutu Pendidikan Nasional secara umum harus ditingkatkan, baik dari proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus

I. PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. ideal yang terlihat ketika guru berinteraksi dengan peserta didik melalui

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini penulis laksanakan pada SMP Negeri 1 Mootilango Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

Variasi : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, Volume 9, Nomor 3, September 2017 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN ADMINISTRASI PENILAIAN DI SD LABORATORIUM UKSW

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

I. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Konsep Pesawat Sederhana Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas V SD Inpres 2 Langaleso

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur dalam. manusia (human development index) yang dikembangkan oleh United Nations

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. C. Landasan

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan evaluatif melalui model Goal

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

MEMAHAMI STANDAR PENILAIAN BSNP

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan secara bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB V PENUTUP Simpulan

PENGEMBANGAN MODEL PPL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL MAHASISWA. Choirul Huda, Djoko Adi Susilo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior

Refungsi Penjaminan Mutu di Satuan Penddikan. Oleh: Alif Noor Hidayati

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Transkripsi:

Jaenuddin, Hubungan Kecerdasan Interpersonal dan. PENERAPAN TEKNIK PENAMPINGAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU KIMIA DALAM PENILAIAN HASIL BELAJAR SISWA ISKANDAR HASAN Pengawas Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kota Gorontalo Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus dengan Teknik Pendampingan melalui Supervisi Akadmik yang diawali dengan pemantauan, pembinaan dan penilaian. Untuk melihat efektifitas tindakan maka dilakukan observasi terhadap rancangan dan pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar dengan indikator keberhasilan guru memiliki administrasi penilaian hasil belajar sesuai ketentuan yang berlaku dalam Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian dan memperoleh nilai minimal baik. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kompetensi guru dalam penilaian hasil belajar yaitu secara kuantitas pada siklus I rata-rata guru menyususn administrasi penilaian 82 %, pada siklus 2 menjadi 100%. Kualitas pelaksanaan penilaian hasil belajar pada siklus 1 rata-rata 76,50 menjadi 84,25 pada siklus 2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kegiatan Pendampingan melalui Supervisi Akademik dapat meningkatkan kompetensi Guru KIMIA di SMA Kota Gorontalo dalam Penilaian Hasil Belajar. Kata Kunci: Pendampingan, Supervisi Akademik, Kompetensi Guru, Penilaian Hasil Belajar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, khususnya Pasal 63 ayat 1 menyatakan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Pasal 64 ayat 1 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat 1 butir (a) dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kedua peraturan tersebut mengamanatkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru mempunyai kewajiban untuk melakukan penilaian hasil belajar peserta didik dengan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kemajuan hasil belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Guru dituntut agar mempunyai kompetensi dalam penyusunan instrumen penilaian sehingga instrumen tersebut dapat berfungsi secara optimal. 1

Berdasarkan hasil supervisi dan evaluasi keterlaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Gorontalo, ditemukan permasalahan dalam penilaian hasil belajar peserta didik. Beberapa kelemahan guru dalam melaksanakan penilaian antara lain: (1) Hanya terfokus pada aspek kognitif, kurang memperhatikan aspek afektif dan psikomotor; (2) Guru kurang mengembangkan teknik penilaian otentik. (3); Guru kurang optimal dalam melaksanakan analisis daya serap maupun analisis butir soal untuk menyempurnakan rancangan dan proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru kurang memahami prinsip, mekanisme dan prosedur penilaian hasil belajar sesuai permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian. Kondisi ini, tentu saja tidak dapat dibiarkan terus menerus, tetapi harus ada solusi atau tindakan nyata dari kalangan para pengawas dan kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar dengan menerapkan teknik pendampingan melalui supervisi akademik. Pendampingan merupakan bagian dari kegiatan supervisi, karena fokus pendampingan adalah membantu meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, bukan menilai guru. Kegiatan pendampingan menjadi kewajiban pengawas dan kepala sekolah. Mereka dapat memanfaatkan pihak lain (guru, fasilitator, orang lain yang dipandang mampu untuk menjadi mitra kerja). Pendampingan adalah sebuah bentuk hubungan yang memungkinkan terjadinya proses berbagi keterampilan dan pengalaman baik profesional, maupun personal yang mendorong proses tumbuh dan berkembang sepanjang proses yang terjadi. Pendampingan merupakan bentuk hubungan antar personal antara seseorang yang dipandang lebih berpengalaman atau lebih professional dan seseorang yang diposisikan masih kurang berpengalaman atau kurang professional. Proses pendampingan didasarkan pada pemberian dorongan, komentar dan saran yang bersifat membangun, terlaksana dalam suasana keterbukaan, saling percaya dan saling menghargai, serta keinginan yang kuat untuk berbagi dan belajar satu sama lain. Keseluruhan proses dan semua aspek pendampingan terjadi karena hubungan yang terjalin antara pihak yang terlibat dalam pendampingan adalah hubungan yang sudah lama terbangun. Dalam wujudnya yang paling efektif, pendampingan adalah kemitraan pembelajaran yang melibatkan kerjasama dan peluang untuk menghadapi tantangan dan melakukan refleksi berkelanjutan oleh kedua belah pihak yang terlibat. Hubungan pendampingan bisa juga berupa kemitraan sejawat yang di dalamnya posisi dan peran pendamping dan yang terdampingi bisa saja bertukar berdasarkan konteks tertentu. Kegiatan pendampingan yang baik dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1) Tahap awal (membuat kesepakatan antara guru dengan pendamping tentang fokus, waktu, dan cara melakukan pendampingan). 2) Tahap pelaksanaan (mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, pencatatan). 3) Tahap pasca pendampingan (melakukan refleksi, konfirmasi temuan pendamping, diskusi untuk melakukan perbaikan, dan membuat kesepakatan baru untuk pendampingan berikutnya). Semua tahapan dilakukan dengan 2

prinsip: kepercayaan, kesejawatan, keterbukaan, terarah, dan antusias. Untuk memberikan nuansa kesetaraan, kemitraan dan kebersamaan sebagai landasan bagi proses pendampingan yang harmonis, maka perlu dibangun etika pendampingan sebagai berikut: 1) Menjelaskan dengan cara yang menyenangkan tujuan dilaksanakannya pendampingan (rutin / paska pelatihan). 2) Bersikap ramah dan mau menerima/menampung segala saran dan sebagainya. 3) Mengutamakan mengemukakan pada kekuatan dan kelebihan serta mengajukan pertanyaan cara mengatasi atau solusi yang bisa dilakukan oleh guru. 4) Cobalah untuk tidak merasa bahwa anda berada di posisi yang lebih tinggi/lebih baik dibandingkan orang yang anda dampingi, posisi diri anda sebagai rekan kerja atau teman (team teaching). 5) Tunjukkan niat anda untuk membantu, dan bukan untuk mendikte ataupun menghakimi seseorang. 6) Berlakulah Sopan dan akrab dengan guru yang akan didampingi, sehingga guru yang didampingi merasa aman selama kita proses pendampingan. 7) Bangunlah rasa percaya diri /kebanggan diri dari guru yang didampingi. 8) Bangun rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan oleh guru 9) Beri kepercayaan kepada guru untuk merefleksi dan mengevaluasi diri untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. 10) Beri motivasi dan kepercayaan kepada guru untuk melakukan perbaikan secara terus menerus dalam rangka pengembangan profesi. 11) Siapkan waktu dan diri anda untuk berkonsultasi dengan guru yang anda dampingi. 12) Biasakan memberikan penghargaan setiap inovasi atau ide-ide yang anda lihat dari guru yang anda dampingi. 13) Buatlah kesepakatan untuk pertemuan/pendampingan berikutnya, sesuaikan dengan kebutuhan guru. Undang undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (UU No. 14 Pasal 1 Ayat 10). Selanjutnya pada pasal 8 dijelaskan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sebagai tenaga profesional seorang guru wajib meningkatkan kompetensinya sesuai standar yang ditetapkan. Standar kompetensi guru ini dikembangkan dari empat kompetensi utama yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Pembahasan selanjutnya difokuskan pada kompetensi yang lebih dominan terkait dengan penilaian hasil belajar siswa yaitu kompetensi peda gogik dan kompetensi profesional. 3

Berdasarkan uraian diatas maka, yang dimaksud dengan peningkatan kompetensi guru adalah upaya perbaikan seperangkat pengetahuan, ketrampialan dan prilaku yang dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh pendidik profesional dalam melaksanakan tugas menyusun Rancangan dan Pelaksanaan penilaian hasil belajar. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik, dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment), sedangkan diselenggarakan oleh pemerintah merupakan penilaian eksternal (external assessment). Penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh pendidik pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan mutu melalui perbaikan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Kegiatan penilaian dilakukan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah yang dilakukan pada guru-guru kima di SMA Kota Gorontalo. Sebagai sasaran atau subyek dalam penelitian ini adalah kompetensi guru Kimia di SMA Negeri Kota Gorontalo sebanyak 10 orang dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yakni bulan Desember 2013 sampai bulan Pebruari 2014. Penelitian ini berlangsung 2 siklus dan masing masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. HASIL PENELITIAN Pelaksanaan penelitian mengacu pada rencana sebelumnya yakni dalakukan pada 10 orang guru kimia SMA di Kota Gorontalo. Sebelum melaksanakan pendampingan, diawali dengan pemantauan terhadap ketersedian administrasi penilaian hasil belajar yang dimiliki oleh guru sebagai subyek penelitian. Data awal yang diperoleh adalah sebagai berikut: 4

Buku/ Daftar Nilai Melaksankan Tes(UH, Mid, Sem, UAS Penugasan Terstruktur Kegiatan Mandiri (KMTT) Penilaian Psikomotor Penilaian Akhlak Mulia Penilaian Kepribadian Analisis UH Program dan pelaksanaan Remedial Bang Soal /Instrumen Tes Skor Persentasi Iskandar Hasan, Penerapan Teknik Penampingan. Tabel 1. KUANTITAS ADMINISTRASI PENILAIAN NO NAMA GURU 1 A 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 5 50 2 B 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 5 50 3 C 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 5 50 4 D 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 5 E 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 6 F 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 6 60 7 G 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 5 50 8 H 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 80 9 I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 10 J 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 70 JUMLAH SKOR 10 10 10 10 3 3 3 10 6 1 NILAI 100 100 100 100 30 30 30 100 60 10 66 KATEGORI A A A A D D D A C D C Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata rata kompetensi guru dalam merancang administrasi penilaian hasil belajar secara kuantitatif baru mencapai 66 %, atau kategori cukup (C). Sedangkan secara kualitas pelaksanaan penilaian hasil belajar adalah: Tabel 2. Data Kualitas pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar NO NAMA GURU NAMA SEKOLAH NILAI KATEGORI 1 A SMAN 1 55,00 C 2 B SMAN 1 57,50 C 3 C SMAN 1 57,50 C 4 D SMAN 1 65,00 C 5 E SMAN 1 75,00 B 6 F SMAN 2 55,00 C 7 G SMAN 2 62,50 C 8 H SMAN 3 77,50 B 9 I SMAN 3 70,00 B 10 J SMAN 3 62,50 C Rata-Rata 63,75 C 5

Buku/ Daftar Nilai Melaksankan Tes(UH, Mid, Sem, UAS Penugasan Terstruktur Kegiatan Mandiri (KMTT) Penilaian Psikomotor Penilaian Akhlak Mulia Penilaian Kepribadian Analisis UH Program dan pelaksanaan Remedial Bang Soal /Instrumen Tes Skor Persentasi Iskandar Hasan, Penerapan Teknik Penampingan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kualitas penilaian hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru Kimia di SMA Kota Gorontalo masih rendah. Dari 10 orang guru yang dokumen penilaiannya dianalisa oleh peneliti, baru memperoleh nilai rata-rata 63,75 kategori Cukup. Guru yang melaksanakan penilaian secara baik baru 30%. Hal ini masih jauh dari target capaian yaitu nilai rata-rata minimal 85 dan jumlah guru yang memperoleh nilai dengan kategori minimal Baik sebanyak 80%. Analisis Hasil Tindakan dan Refleksi pada Siklus I Kegiatan pendampingan pada siklus I diawali dengan meminta guru untuk menyusun adminstrasi penilaian dengan mengacu pada permendiknas tentang tandar Penilaian. Selanjutnya rancangan penilaian yang telah disusun dipantau dan dinilai. Hasil penilaian terhadap rancangan penilaian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 3. Data Kuantitas Administrasi Penilaian Hasil Belajar Siklus 1 KUANTITAS ADMINISTRASI PENILAIAN NO NAMA GURU 1 A 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 2 B 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 3 C 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 4 D 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 5 E 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 6 F 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 70 7 G 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 70 8 H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 9 I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 10 J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 JUMLAH SKOR 10 10 10 10 5 8 8 10 10 1 NILAI 100 100 100 100 50 80 80 100 100 10 82 KATEGORI A A A A D B B A A D B Dari data jumlah guru yang menyiapkan administrasi penilaian pada awal siklus 1, terlihat bahwa dengan informasi adanya supervise akademik terhadap guru dapat meningkatkan kuantitas administrasi penilaian hasil belajar yang sebelumnya hanya 66 % (kategori C), mengalami peningkatan kuantitas menjadi 82 % (kategori B). Masih terdapat 4 komponen penilaian hasil belajar yang belum dilaksanakan oleh seluruh guru. Keempat komponen tersebut 6

adalah; Penilaian psikomotor 50%, Penilaian Akhlak Mulia 20%, Penilaian Kepribadian 20%, dan Bank Soal 90%. Setelah melaksanakan pemantauan terhadap administrasi penilaian hasil belajar secara kuantitas, dilanjutkan dengan bimbingan secara individu maupun kelompok untuk melengkapi dan menyempurnakan hal-hal yang masih kurang. Kegiatan selanjutnya adalah menilai pelaksanaan penilaian hasil belajar secara kualitatif, hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4. Data Kualitas pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Siklus 1 NO NAMA GURU NAMA SEKOLAH NILAI KATEGORI 1 A SMAN 1 75,00 B 2 B SMAN 1 77,50 B 3 C SMAN 1 77,50 B 4 D SMAN 1 75,00 B 5 E SMAN 1 77,50 B 6 F SMAN 2 65,00 C 7 G SMAN 2 65,00 C 8 H SMAN 3 90,00 A 9 I SMAN 3 82,50 B 10 J SMAN 3 80,00 B Rata-Rata 76,50 B Berdasarkan data pada siklus 1, dijelaskan bahwa kualitas penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru-guru mengalami peningkatan dari sebelumnya. Nilai rata-rata mengalami peningkatan dari 63,75 (sebelum pendampingan) menjadi 76,50 setelah pendampingan (siklus 1). Rincian peningkatan kualitas penilaian hasil belajar berdasarkan kategori adalah sebagai berikut: Analisis Hasil Tindakan dan Refleksi pada Siklus II Kegiatan pada siklus 2 difokuskan pada guru yang belum lengkap komponen administrasi penilaian dan menyempurnakan beberapa komponen yang sudah dilaksanakan namun secara kualitas masih kurang. Sebagai tindak lanjut dari refleksi pada siklus 1 maka dilakukan pemantauan terhadap 10 komponen administrasi penilaian. Hasil pantauan sebagai berikut. 7

Buku/ Daftar Nilai Melaksankan Tes(UH, Mid, Sem, UAS Penugasan Terstruktur Kegiatan Mandiri (KMTT) Penilaian Psikomotor Penilaian Akhlak Mulia Penilaian Kepribadian Analisis UH Program dan pelaksanaan Remedial Bang Soal /Instrumen Tes Skor Persentasi Iskandar Hasan, Penerapan Teknik Penampingan. Tabel 5. Data Kuantitas Administrasi Penilaian Hasil Belajar Siklus 2 KUANTITAS ADMINISTRASI PENILAIAN NO NAMA GURU 1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 3 C 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 4 D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 5 E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 6 F 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 7 G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 8 H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 9 I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 10 J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 JUMLAH SKOR 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 NILAI 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 KATEGORI A A A A A A A A A A A Dari data administrasi penilaian pada siklus 2, menunjukkan bahwa hasil refleksi pada siklus 1 serta pelaksanaan tahapan supervisi akademik secara berkelanjutan memberi dampak positif terhadap peningkatan kuantitas pelaksanaan penilaian hasil belajar. Pada siklus 1 secara kuantitas baru mencapai 74%, pada siklus 2 mengalami peningkatan yakni mencapai 100% dalam arti bahwa seluruh guru telah melaksanakan 10 komponen penilaian hasil belajar. Setelah melaksanakan pemantauan terhadap hasil revisi komponen administrasi penilaian, selanjutnya melaksanakan pembimbingan secara bertahap dan berkelanjutan yang difokuskan pada masalah yang masih ditemukan. Kegiatan selanjutnya adalah menilai pelaksanaan penilaian hasil belajar secara kualitatif, hasilnya adalah sebagai berikut: 8

Tabel 6. Data Kualitas pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Siklus 2 NO NAMA GURU NAMA SEKOLAH NILAI KATEGORI 1 A SMAN 1 82,50 B 2 B SMAN 1 87,50 A 3 C SMAN 1 82,50 B 4 D SMAN 1 82,50 B 5 E SMAN 1 87,50 A 6 F SMAN 2 77,50 B 7 G SMAN 2 82,50 B 8 H SMAN 3 92,50 A 9 I SMAN 3 85,00 B 10 J SMAN 3 82,50 B Rata-Rata 84,25 B Data pada siklus 2 menunjukan bahwa kualitas penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru guru mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 1. Nilai rata-rata mengalami peningkatan dari 76,50 menjadi 84,25. Rincian peningkatan kualitas penilaian hasil belajar sebagai berikut: Gambar 2. KESIMPULAN Berdasarkan data hasil penelitian dan hasil analisis data pada bab IV maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Pelaksanaan pendampingan melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi guru kimia dalam merancang penilaian hasil belajar. Secara kuantitas terjadi peningkatan dari sebelum penelitian rata rata 66%, pada siklus 1 rata-rata 82% dan siklus 2 rata rata 100 %. 2. Kualitas pelaksanaan penilaian hasil belajar mengalami peningkatan dari sebelum penelitian rata rata 63,75 (kategori C), pada siklus 1 rata-rata 76,50 (kategori B) dan pada siklus 2 rata rata 84,25 (kategori B). 3. Secara umum kompetensi guru kimia di SMA Kota Gorontalo yang terkait dengan penilaian hasil belajar rata rata sudah baik. 4. Terdapat 4 komponen penilaian yang masih kurang difahami dan diimplementasikan oleh guru. Keempat komponen tersebur adalah; penilaian psikomotor/keterampilan, penilaian sikap, pemanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan program dan penyiapan bank soal. SARAN 1. Disarankan kepada kepala sekolah supaya memprogramkan kegiatan supervisi akademik pada setiap semester. 2. Kepala sekolah lebih mengefektifkan pelaksanaan pendampingan melalui supervisi akademik baik secara internal sekolah maupun melibatkan pengawas secara terpadu. 9

3. Pengawas sekolah supaya lebih meningkatkan frekuensi pelaksanaan pendampingan melalui supervisi akademik dan dilakukan ecara berkelanjutan melalui tahapan tahapan sesuai teknik dan metode yang digunakan. Disarankan kepada guru guru agar dijadikan kegiatan pendampingan sebagai suatu kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berkonsultasilah dengan kepala sekolah maupun pengawas sekolah sebagai mitra kerja untuk mencari solusi dalam menyelesaikan masalah masalah pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2014. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Materi diklat Narasumber Nasional. Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan. Anonimous. 2010. Supervisi Akademik. Materi diklat Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. LPMP Provinsi Gorontalo. Anonimous. 2010. Pedoman Pelaksanaan Kinerja Guru. Jakarta: Dirjen PMPTK. Anonimous. 2007. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Anonimous. 2008. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 Tentang Standar Penilaian. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Anonimous. 2006. Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: CV. Laksana Mandiri. Asrori. 2002. Sistem Pengawasan Terhadap Inventarisasi Prasarana dan Sarana Pendidikan Pada sekolah Dasar Negeri di Kota Bandung. Tesis pada PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi Cetakan Keduapuluh Tiga. Bandung: Remaja Rosdakaya. Mulyati S. Yati. 2010. Pengembangan Kompetensi Mengajar Guru dalam Implementasi MBS. (online), (http://wijayalabs.com, diakses 11 Oktober 2010). 10