BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014. Pengambilan sampel ikan wader dilakukan di 5 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta yaitu Kecamatan Bantul, Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Piyungan, Kecamatan Pajangan, dan Kecamatan Srandakan. Titik lokasi sampling dipilih berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, yang di lokasi tersebut masih banyak terdapat ikan wader. Identifikasi jenis-jenis ikan wader dan analisis morfometriknya dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA UNS. Gambar 3. Titik Lokasi Sampling (A: Kecamatan Bantul, B: Kecamatan Piyungan, C: Kecamatan Banguntapan, D: Kecamatan Pajangan, E: Kecamatan Srandakan) commit (Badan to user Pusat Statistik, 2013). 16
17 B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat untuk koleksi sampel ikan wader terdiri dari jaring ikan, gill net (jaring insang) dengan ukuran 0,25 inchi, jala, ice box, kertas label, kantong plastik, dan freezer. Alat untuk pengukuran parameter fisika dan kimia perairan meliputi termometer, ph meter, DO meter, turbidimeter, bola pingpong, meteran dan stopwatch. Alat untuk identifikasi jenis ikan wader menggunakan Buku Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi karangan Maurice Kottelat dan Anthony J. Whitten tahun 1993. Alat untuk analisis morfometrik meliputi jangka sorong digital (ketelitian 0,01 cm), mistar (ketelitian 0,1 cm), mikroskop stereo, kertas millimeter blok, kamera, alat tulis, dan gelas arloji. 2. Bahan yang digunakan Ikan wader (Famili Cyprinidae) yang diperoleh dari 5 kecamatan di Kabupaten Bantul, D. I. Yogyakarta yaitu Kecamatan Bantul, Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Piyungan, Kecamatan Pajangan, dan Kecamatan Srandakan. Ikan wader diambil paling sedikit 10 ekor dari masing-masing spesies yang ditemukan di 5 kecamatan.
18 C. Cara Kerja 1. Koleksi Sampel Ikan Wader Pengambilan sampel ikan wader akan dilakukan 5 kali, untuk masingmasing kecamatan dilakukan 1 kali sampling. Sampling dilakukan satu kali dalam seminggu pada siang hari jam 10.00 sampai 14.00. Sampling ikan dapat dilakukan dengan berbagai metode pengambilan yaitu menggunakan jaring ikan, gill net (jaring insang), jala, atau mengambil dari hasil tangkapan nelayan setempat (Langer et al., 2013; Arora and Julka, 2013; Engdaw et al., 2013). Sampel ikan diawetkan dengan cara dibekukan menggunakan freezer (Silva, 2013; Benmessaoud et al., 2013). 2. Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan Selama sampling dilakukan, pengukuran parameter fisika dan kimia perairan pada setiap titik lokasi sampling ikan wader. Parameter yang diukur adalah suhu, ph, kadar oksigen yang terlarut dalam air (DO), kecepatan arus, dan kekeruhan. 3. Identifikasi Jenis-Jenis Ikan Wader Identifikasi jenis-jenis ikan wader dilakukan dengan menggunakan buku Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi karangan Maurice Kottelat dan Anthony J. Whitten tahun 1993. 4. Analisis Morfometrik Analisis morfometrik ikan wader dilakukan dengan metode morfometrik baku yang meliputi 22 pengukuran (Haryono, 2006; Zamroni, 2011) seperti yang tertera pada Gambar 4 dan Tabel 1. Pengukuran dilakukan menggunakan
19 mistar dengan ketelitian 0,1 cm dan jangka sorong digital dengan ketelitian 0,01 cm. Untuk ikan yang berukuran relatif kecil, pengukuran dilakukan di bawah mikroskop stereo dengan perbesaran lemah. Gambar 4. Topografi ikan wader dan skema pengukuran morfometrik (Haryono, 2006). Keterangan : 1. PT : Panjang Total 2. PB : Panjang Baku 3. PK : Panjang Kepala 4. PSSD : Panjang Sebelum Sirip Dorsal 5. PSSV : Panjang Sebelum Sirip Ventral 6. PSSA : Panjang Sebelum Sirip Anal 7. TK : Tinggi Kepala 8. LBBD : Lebar Badan Bagian Depan 9. LBBB : Lebar Badan Bagian Belakang 10. LE : Lebar Ekor 11. PDM : Panjang Depan Mata 12. DM : Diameter Mata 13. PBM : Panjang Belakang Mata 14. PRA : Panjang Rahang Atas 15. PSD : Panjang Sirip Dada 16. PDSD : Panjang Dasar Sirip Dorsal 17. PDSV : Panjang Dasar Sirip Ventral 18. PDSA : Panjang Dasar Sirip Anal 19. PBSA : Panjang Belakang Sirip Anal 20. PEBD : Panjang Ekor Bagian Dorsal 21. PEBV : Panjang Ekor Bagian Ventral 22. PTE : Panjang Tengah Ekor
20 Tabel 1. Karakter morfometri yang diukur NO Karakter Morfometrik Keterangan 1 Panjang total (PT) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip ekor yang paling belakang 2 Panjang baku (PB) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan sampai pelipatan sirip ekor 3 Panjang kepala (PK) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung terbelakang dari bagian operculum 4 Panjang sebelum sirip dorsal Jarak antara ujung terdepan mulut bagian atas (PSSD) dengan ujung terdepan dari sirip dorsal 5 Panjang sebelum sirip ventral Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah (PSSV) dengan ujung terdepan dari sirip ventral 6 Panjang sebelum sirip anal Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah (PSSA) dengan ujung terdepan dari sirip anal 7 Tinggi kepala (TK) Jarak antara pangkal kepala bagian atas dengan pangkal kepala bagian bawah 8 Lebar badan bagian depan (LBBD) Jarak terbesar antara bagian sirip dorsal dan sirip 9 Lebar badan bagian belakang ventral Jarak terbesar antara bagian setelah sirip dorsal dan (LBBB) sebelum sirip anal 10 Lebar ekor (LE) Jarak terbesar pada bagian pelipatan sirip ekor 11 Panjang depan mata (PDM) Jarak antara ujung kepala terdepan dengan rongga depan mata 12 Diameter mata (DM) Panjang garis tengah rongga mata 13 Panjang belakang mata (PBM) Jarak antara sisi belakang rongga mata dengan pinggiran belakang selaput operculum 14 Panjang rahang atas (PRA) Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terbelakang tulang rahang atas 15 Panjang sirip dada (PSD) Jarak antara dasar sirip dada hingga ke ujung sirip dada yang terpanjang 16 17 Panjang dasar sirip dorsal (PDSD) Panjang dasar sirip ventral (PDSV) 18 Panjang dasar sirip anal (PDSA) 19 20 21 Panjang belakang sirip anal (PBSA) Panjang ekor bagian dorsal (PEBD) Panjang ekor bagian ventral (PEBV) 22 Panjang tengah ekor (PTE) Jarak antar pangkal jari-jari pertama dan tempat selaput belakang sirip, di belakang jari-jari terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip dorsal Jarak antar pangkal jari-jari pertama dan tempat selaput belakang sirip, di belakang jari-jari terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip ventral Jarak antar pangkal jari-jari pertama dan tempat selaput belakang sirip, di belakang jari-jari terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip anal Jarak antara ujung dasar sirip ekor dengan pangkal jari-jari tengah sirip ekor Jarak antara bagian atas dari pelipatan sirip ekor dengan ujung terbelakang jari-jari sirip ekor bagian dorsal Jarak antara bagian bawah dari pelipatan sirip ekor dengan ujung terbelakang jari-jari sirip ekor bagian ventral Jarak antara bagian pelipatan sirip ekor dengan pangkal jari-jari tengah sirip ekor
21 D. Analisis Data 1. Analisis Morfometrik Analisis morfometrik mengacu pada metode Ariyanto (2003). Dalam analisis harus bebas dari bias yang disebabkan oleh perbedaan ukuran (Imron dkk., 2000). Upaya untuk meminimalkan pengaruh keragaman ukuran adalah dengan mengikuti prosedur Edge et al. (1991). Seluruh data hasil pengukuran distandarisasi dengan panjang baku (PB), kemudian ditransformasikan ke logaritma natural. Untuk mengidentifikasi pola-pola keragaman antar jenis dilakukan analisis komponen utama (Principal Component Analysis) (Strauss and Bond, 1990). Analisis PCA dilakukan dengan program pengolah statistik R versi 3.1.1. 2. Analisis Hubungan Kekerabatan Analisis hubungan kekerabatan dilakukan dengan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Method Aritmatic Average) menggunakan program NTSYSpc Ver.2.02i. Semua data morfometrik yang telah diukur dirasiokan dengan parameter panjang baku (PB) untuk memperoleh data dengan distribusi normal (Fanani et al., 2012).