BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3. METODE PENELITIAN

Gambar 3. Karakter morfometrik dan meristik Kryptopterus spp. yang diukur

II. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari April hingga September

Abstract Keywords : Osteochilus wandersii, Rokan Kiri River, morphometric, meristic, growth patterns

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

- Keterkaitan faktor fisika-kimia perairan terhadap karakter morfometrik tubuh. spp. dari bebcrapa lokasi penelitian di sungai Kampar dan sungai

STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

Status taksonomi ikan laut lokal Tarakan, Kalimantan Utara sebagai langkah awal upaya konservasi

METODE PENELITIAN. penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar 12. dengan bulan Juli 2016, dapat dilihat Lampiran 6 Tabel 5.

BAB 2 BAHAN DAN METODE

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN IKAN PARANG PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) DI PERAIRAN BENGKALIS

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Kampus Universitas Indonesia, Depok. Pengambilan sampel dilakukan pada

Analisis Morfologi Ikan Puntius binotatus Valenciennes 1842 (Pisces: Cyprinidae) dari beberapa Lokasi di Sumatera Barat

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI IKAN WADER ( FAMILI Cyprinidae) DI KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Skripsi

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL HIJAU (Tetraodon nigroviridis, Marion de Procé (1822)) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS PROVINSI RIAU

BAB 2 BAHAN DAN METODA

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan. Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. 59. mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menginventarisasi.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

II. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS MORFOMETRIK IKAN NILA ( Oreochromis niloticus L.) DI KELURAHAN SAYANG-SAYANG KOTA MATARAM SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH TAKSONOMI HEWAN II

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

4. METODA PENELITIAN. 4.1 Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni - Oktober 2008 yang dilaksanakan di su

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

III. MATERI DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

MORFOMETRIK IKAN TAPAH (Wallago leeri Bleeker, 1851) DARI SUNGAI SIAK DAN SUNGAI KANDIS PROVINSI RIAU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Seruai Desa Namu Suro Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli Serdang

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Metode Kerja Bahan dan peralatan pada pengamatan morfometri

3. METODE PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

JENIS-JENIS IKAN YANG TERTANGKAP DI SUNGAI BATANG TUPANGAN KECAMATAN KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN :

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

BAB 2 BAHAN DAN METODA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011,

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

MORFOMETRIK IKAN SELAIS PANJANG LAMPUNG (Kryptopterus apogon) DI SUNGAI KAMPAR KIRI DAN SUNGAI TAPUNG, PROVINSI RIAU

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Benih ikan patin siam di

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

MERISTIK, MORFOMETRIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG RIAU

Abstract. Keywords : Thynnichthys thynnoides, Pinang Luar Oxbow Lake, morphometric, meristic, growth patterns

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

BAB 2 BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dua bulan yaitu dari bulan Maret sampai bulan Mei Tanah, Pasir dan pupuk kandang sebagai media tanam

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

A. Tinjauan Pustaka. wader yang ditemukan di Kabupaten Bantul yaitu Rasbora, Puntius, dan. (Okeyo, 1999 dalam Widiyani, 2007).

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014. Pengambilan sampel ikan wader dilakukan di 5 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta yaitu Kecamatan Bantul, Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Piyungan, Kecamatan Pajangan, dan Kecamatan Srandakan. Titik lokasi sampling dipilih berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, yang di lokasi tersebut masih banyak terdapat ikan wader. Identifikasi jenis-jenis ikan wader dan analisis morfometriknya dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA UNS. Gambar 3. Titik Lokasi Sampling (A: Kecamatan Bantul, B: Kecamatan Piyungan, C: Kecamatan Banguntapan, D: Kecamatan Pajangan, E: Kecamatan Srandakan) commit (Badan to user Pusat Statistik, 2013). 16

17 B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat untuk koleksi sampel ikan wader terdiri dari jaring ikan, gill net (jaring insang) dengan ukuran 0,25 inchi, jala, ice box, kertas label, kantong plastik, dan freezer. Alat untuk pengukuran parameter fisika dan kimia perairan meliputi termometer, ph meter, DO meter, turbidimeter, bola pingpong, meteran dan stopwatch. Alat untuk identifikasi jenis ikan wader menggunakan Buku Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi karangan Maurice Kottelat dan Anthony J. Whitten tahun 1993. Alat untuk analisis morfometrik meliputi jangka sorong digital (ketelitian 0,01 cm), mistar (ketelitian 0,1 cm), mikroskop stereo, kertas millimeter blok, kamera, alat tulis, dan gelas arloji. 2. Bahan yang digunakan Ikan wader (Famili Cyprinidae) yang diperoleh dari 5 kecamatan di Kabupaten Bantul, D. I. Yogyakarta yaitu Kecamatan Bantul, Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Piyungan, Kecamatan Pajangan, dan Kecamatan Srandakan. Ikan wader diambil paling sedikit 10 ekor dari masing-masing spesies yang ditemukan di 5 kecamatan.

18 C. Cara Kerja 1. Koleksi Sampel Ikan Wader Pengambilan sampel ikan wader akan dilakukan 5 kali, untuk masingmasing kecamatan dilakukan 1 kali sampling. Sampling dilakukan satu kali dalam seminggu pada siang hari jam 10.00 sampai 14.00. Sampling ikan dapat dilakukan dengan berbagai metode pengambilan yaitu menggunakan jaring ikan, gill net (jaring insang), jala, atau mengambil dari hasil tangkapan nelayan setempat (Langer et al., 2013; Arora and Julka, 2013; Engdaw et al., 2013). Sampel ikan diawetkan dengan cara dibekukan menggunakan freezer (Silva, 2013; Benmessaoud et al., 2013). 2. Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan Selama sampling dilakukan, pengukuran parameter fisika dan kimia perairan pada setiap titik lokasi sampling ikan wader. Parameter yang diukur adalah suhu, ph, kadar oksigen yang terlarut dalam air (DO), kecepatan arus, dan kekeruhan. 3. Identifikasi Jenis-Jenis Ikan Wader Identifikasi jenis-jenis ikan wader dilakukan dengan menggunakan buku Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi karangan Maurice Kottelat dan Anthony J. Whitten tahun 1993. 4. Analisis Morfometrik Analisis morfometrik ikan wader dilakukan dengan metode morfometrik baku yang meliputi 22 pengukuran (Haryono, 2006; Zamroni, 2011) seperti yang tertera pada Gambar 4 dan Tabel 1. Pengukuran dilakukan menggunakan

19 mistar dengan ketelitian 0,1 cm dan jangka sorong digital dengan ketelitian 0,01 cm. Untuk ikan yang berukuran relatif kecil, pengukuran dilakukan di bawah mikroskop stereo dengan perbesaran lemah. Gambar 4. Topografi ikan wader dan skema pengukuran morfometrik (Haryono, 2006). Keterangan : 1. PT : Panjang Total 2. PB : Panjang Baku 3. PK : Panjang Kepala 4. PSSD : Panjang Sebelum Sirip Dorsal 5. PSSV : Panjang Sebelum Sirip Ventral 6. PSSA : Panjang Sebelum Sirip Anal 7. TK : Tinggi Kepala 8. LBBD : Lebar Badan Bagian Depan 9. LBBB : Lebar Badan Bagian Belakang 10. LE : Lebar Ekor 11. PDM : Panjang Depan Mata 12. DM : Diameter Mata 13. PBM : Panjang Belakang Mata 14. PRA : Panjang Rahang Atas 15. PSD : Panjang Sirip Dada 16. PDSD : Panjang Dasar Sirip Dorsal 17. PDSV : Panjang Dasar Sirip Ventral 18. PDSA : Panjang Dasar Sirip Anal 19. PBSA : Panjang Belakang Sirip Anal 20. PEBD : Panjang Ekor Bagian Dorsal 21. PEBV : Panjang Ekor Bagian Ventral 22. PTE : Panjang Tengah Ekor

20 Tabel 1. Karakter morfometri yang diukur NO Karakter Morfometrik Keterangan 1 Panjang total (PT) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip ekor yang paling belakang 2 Panjang baku (PB) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan sampai pelipatan sirip ekor 3 Panjang kepala (PK) Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung terbelakang dari bagian operculum 4 Panjang sebelum sirip dorsal Jarak antara ujung terdepan mulut bagian atas (PSSD) dengan ujung terdepan dari sirip dorsal 5 Panjang sebelum sirip ventral Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah (PSSV) dengan ujung terdepan dari sirip ventral 6 Panjang sebelum sirip anal Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah (PSSA) dengan ujung terdepan dari sirip anal 7 Tinggi kepala (TK) Jarak antara pangkal kepala bagian atas dengan pangkal kepala bagian bawah 8 Lebar badan bagian depan (LBBD) Jarak terbesar antara bagian sirip dorsal dan sirip 9 Lebar badan bagian belakang ventral Jarak terbesar antara bagian setelah sirip dorsal dan (LBBB) sebelum sirip anal 10 Lebar ekor (LE) Jarak terbesar pada bagian pelipatan sirip ekor 11 Panjang depan mata (PDM) Jarak antara ujung kepala terdepan dengan rongga depan mata 12 Diameter mata (DM) Panjang garis tengah rongga mata 13 Panjang belakang mata (PBM) Jarak antara sisi belakang rongga mata dengan pinggiran belakang selaput operculum 14 Panjang rahang atas (PRA) Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terbelakang tulang rahang atas 15 Panjang sirip dada (PSD) Jarak antara dasar sirip dada hingga ke ujung sirip dada yang terpanjang 16 17 Panjang dasar sirip dorsal (PDSD) Panjang dasar sirip ventral (PDSV) 18 Panjang dasar sirip anal (PDSA) 19 20 21 Panjang belakang sirip anal (PBSA) Panjang ekor bagian dorsal (PEBD) Panjang ekor bagian ventral (PEBV) 22 Panjang tengah ekor (PTE) Jarak antar pangkal jari-jari pertama dan tempat selaput belakang sirip, di belakang jari-jari terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip dorsal Jarak antar pangkal jari-jari pertama dan tempat selaput belakang sirip, di belakang jari-jari terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip ventral Jarak antar pangkal jari-jari pertama dan tempat selaput belakang sirip, di belakang jari-jari terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip anal Jarak antara ujung dasar sirip ekor dengan pangkal jari-jari tengah sirip ekor Jarak antara bagian atas dari pelipatan sirip ekor dengan ujung terbelakang jari-jari sirip ekor bagian dorsal Jarak antara bagian bawah dari pelipatan sirip ekor dengan ujung terbelakang jari-jari sirip ekor bagian ventral Jarak antara bagian pelipatan sirip ekor dengan pangkal jari-jari tengah sirip ekor

21 D. Analisis Data 1. Analisis Morfometrik Analisis morfometrik mengacu pada metode Ariyanto (2003). Dalam analisis harus bebas dari bias yang disebabkan oleh perbedaan ukuran (Imron dkk., 2000). Upaya untuk meminimalkan pengaruh keragaman ukuran adalah dengan mengikuti prosedur Edge et al. (1991). Seluruh data hasil pengukuran distandarisasi dengan panjang baku (PB), kemudian ditransformasikan ke logaritma natural. Untuk mengidentifikasi pola-pola keragaman antar jenis dilakukan analisis komponen utama (Principal Component Analysis) (Strauss and Bond, 1990). Analisis PCA dilakukan dengan program pengolah statistik R versi 3.1.1. 2. Analisis Hubungan Kekerabatan Analisis hubungan kekerabatan dilakukan dengan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Method Aritmatic Average) menggunakan program NTSYSpc Ver.2.02i. Semua data morfometrik yang telah diukur dirasiokan dengan parameter panjang baku (PB) untuk memperoleh data dengan distribusi normal (Fanani et al., 2012).