BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

Perspektif Jender Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. makin besar dengan adanya anemia 51%, nifas 45%.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikandungnya. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN Dari hasil survei yang telah dilakukan, AKI telah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. apabila seorang ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsinya. secara sempurna. Kehamilan yang sehat dapat diwujudkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

PENDAHULUAN. Sebagian besar kasus kematian ibu di dunia terjadi di negara- negara. bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Berdasarkan Survei

BAB I PENDAHULUAN. orangan, keluarga maupun masyarakat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

ALI SADIKIN NIM : J

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB I PENDAHULUAN. negara lainnya di dunia hampir sama yaitu akibat. pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian ibu di dunia pada tahun 2000 disebabkan kehamilan

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB 1 PENDAHULUAN. lambat untuk mencapai tujuan target Milenium (millenium development goals. 5, adalah penurunan 75% rasio kematian maternal.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan penurunan gizi mikro. Pada kebanyakan negara berkembang, perubahan ini dapat diperburuk oleh kekurangan gizi dalam kehamilan yang berdampak pada defisiensi gizi mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu hamil dan bayi baru lahir (Sibagariang, dkk, 2010). Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia pada wanita yang tidak hamil 30,2% sedangkan untuk ibu hamil 47,40%. Kejadian anemia bervariasi dikarenakan perbedaan kondisi sosial ekonomi, gaya hidup, dan perilaku mencari kesehatan dalam budaya yang berbeda. Anemia memengaruhi hampir separuh dari semua wanita hamil di dunia; 52% terdapat di negara berkembang sedangkan untuk negara maju 23% yang umumnya disebabkan kekurangan gizi mikro, malaria, infeksi cacing, dan schistosomiasis; infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan kelainan haemoglobin sebagai faktor tambahan. Prevalensi anemia meningkat sebesar 15-20% dengan kehamilan, yang disebabkan karena sebelum wanita mengalami kehamilan mereka telah jatuh pada keadaan anemia. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia ibu hamil di Indonesia. Anemia akan meningkatkan

risiko terjadi kematian ibu 3,7 kali lebih tinggi jika dibandingkan ibu yang tidak anemia (Depkes RI, 1996). Pengumpulan data nasional pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, mencatat bahwa 63,5% perempuan hamil menderita anemia. Angka ini menurun pada Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1995, menjadi 50,5% dan menjadi 40,1% pada tahun 2001 (Depkes, 2007). Prevalensi anemia pada ibu hamil sangat tinggi, di Propinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil survei tahun 1999 adalah sebesar 78,65%. Pada tahun 2002 menurun menjadi 53,8%. Namun angka ini masih tetap tinggi. Secara nasional, untuk kategori kelompok anemia pada wanita, anemia ibu hamil menduduki urutan kedua setelah anemia pada remaja putri (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2004). Dari hasil penelitian Harahap (2011) di wilayah kerja Puskesmas Rumbio Jaya Kabupaten Kampar ditemukan prevalensi anemia pada ibu hamil sebanyak 64,6%. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes, 2010). Berdasarkan data rekapitulasi anemia ibu hamil di Kabupaten Langkat tahun 2011, didapatkan angka anemia terbanyak di Puskesmas Pantai Cermin sebesar 68,62% dari 1431 ibu hamil baru (Dinkes Kab. Langkat, 2011). Dari data diatas terlihat masih tingginya kejadian anemia pada ibu hamil, hal ini menunjukkan keadaan gizi ibu hamil yang kurang baik. Anggapan bahwa kehamilan adalah

keadaan yang biasa dan hanya menjadi urusan perempuan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya status kesehatan ibu hamil itu sendiri. Tingginya prevalensi anemia gizi besi antara lain disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak cukup, penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang secara fisiologis berlangsung pada masa pertumbuhan, masa pubertas, masa kehamilan dan menyusui (Arisman, 2009). Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah (Soejoenoes, 1983). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium (MDGs) tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu, dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah menurunkan hingga 75% resiko kematian ibu dari jumlah AKI pada tahun 1990. AKI Indonesia secara nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup (Makarao, 2009). Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10% sampai hampir 60%. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah penyakit yang mungkin telah terjadi sebelum kehamilan tetapi diperburuk oleh kehamilan seperti penyakit jantung, anemia, hipertensi esensial, diabetes mellitus dan hemoglobinopati (Royston dan Amstrong, 1994). Faktor-faktor penyebab masih tingginya AKI, pada dasarnya dapat disebabkan karena banyak masalah sosial yang terkait dengan kesejahteraan perempuan yang bermuara pada kultur patriarki. Secara tidak langsung posisi sosial perempuan yang masih mengalami subordinasi di masyarakat, memberikan sumbangan dalam kesehatan reproduksi ibu. Di banyak masyarakat dunia sudah lazim bagi perempuan dan anak perempuan makan setelah laki-laki dan anak laki-laki, sekalipun perempuan sedang hamil dan menyusui. Hal tersebut menyebabkan mereka kekurangan makan, yang menjurus kepada anemia dan kekurangan gizi. Masalah-masalah tadi bermuara dari ketidakadilan dan ketimpangan gender di masyarakat. Pemahaman pentingnya perencanaan kehamilan, pencegahan kekerasan dan pembagian peran gender dalam rumah tangga sangat berkontribusi terhadap keselamatan dan kesehatan mental dan

fisik ibu hamil serta janin dalam kandungannya, karena sesungguhnya kehamilan bukanlah tanggungjawab dari perempuan semata dan tidak ada pandangan bahwa kehamilan merupakan bagian yang alami karena menjadi perempuan. (Haryani, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Zaluchu (2005) secara kualitatif di Tanjung Balai, ditemukan ibu hamil dilarang makan ikan laut dan udang juga tidak boleh makan banyak, karena dikhawatirkan bayinya besar terlebih pada ibu yang hamil pertama sekali. Sumber pengetahuan ini didapatkan dalam daur kehidupan dan umumnya berlangsung secara turun temurun yang kebanyakan berasal dari mereka yang dianggap panutan, semisal orangtua atau dukun. Hasil penelitian Harahap (2011) di wilayah kerja puskesmas Rumbio Jaya Kabupaten Kampar mengenai ketimpangan gender dalam keluarga, ditemukan bahwa ada pengaruh antara distribusi makanan dalam keluarga dan beban ganda ibu hamil dalam keluarga terhadap anemia dalam kehamilan. Kebijakan pelaksanaan program Kementrian Kesehatan dalam rangka menurunkan kematian ibu dan angka kematian bayi salah satunya Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang memperkecil kendala dalam pelayanan kesehatan reproduksi perempuan. Tujuan utama dari Gerakan Kesejahteraan Ibu tersebut adalah menurunkan jumlah kematian ibu secara nyata dan memastikan setiap ibu di Indonesia mendapat kesempatan untuk melahirkan bayi sehat dan selamat. GSI melibatkan beberapa komponen sebagai pelaku programnya. Pertama adalah melihat responsivitas ibu hamil pada terhadap kesehatan kandungannya sendiri, dalam GSI

para ibu hamil diharuskan untuk memeriksaan kehamilan minimal 4 kali; mengetahui dan mengenali kelainan kehamilan, tahu cara pencegahan dan penanggulangannya; mengupayakan persalinan di tempat/fasilitas kesehatan yang memadai; dan mengetahui kebutuhan gizi yang diperlukan; serta mampu mengambil keputusan. Kedua, adalah faktor suami dimana suami dan keluarga lain memberikan perhatian lebih kepada istri/ibu hamil dan selalu SIAGA (Siap, Antar, Jaga), mengenali kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai; dan mempratekkan kesetaraan keadilan gender serta tidak ada kekerasan dalam rumah tangga (Depkes, 1996). Pada Konferensi Perempuan Sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995, WHO menyatakan pendekatan gender dalam kesehatan menunjukkan bahwa faktor sosialbudaya, serta hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, merupakan faktor penting yang berperan dalam mendukung atau mengancam kesehatan seseorang (Makarao, 2009). Ideologi gender yang berlaku di masyarakat mengakibatkan telah terjadi dominasi oleh satu pihak dengan yang lain sehingga menimbulkan diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Kesenjangan perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan merupakan isu gender, seperti keterbatasan perempuan mengambil keputusan yang menyangkut kesehatan dirinya, sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki, dan tuntutan untuk tetap bekerja meskipun dalam keadaan hamil (Sibagariang dkk, 2010).

Kesetaraan gender (gender equality) merupakan keadaan tanpa diskriminasi pada laki-laki dan perempuan dalam memperoleh kesempatan, pembagian sumbersumber dan hasil pembangunan, serta akses terhadap pelayanan. Kapasitas perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukkan bahwa mereka memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Perempuan memerlukan kemampuan untuk mengendalikan fertilitas dan melahirkan dengan selamat, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas sepanjang siklus hidupnya sangat menentukan kesejahteraan dirinya (Makarao, 2009). Aksesbilitas pelayanan kesehatan adalah peluang atau kesempatan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ada. Perbedaan gender sering menyebabkan terjadinya perbedaan akses terhadap sumber-sumber tersebut yang akan berpengaruh terhadap kesejahteraan kaum perempuan seperti status kesehatan yang buruk. Pembedaan gender terhadap akses pelayanan kesehatan menyebabkan ibu memutuskan tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sehingga ibu tidak mendapat nasehat dari tenaga kesehatan tentang kehamilannya. Ketidakmampuan perempuan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kesehatan dirinya antara lain berapa jumlah anak yang diinginkannya, kapan mau hamil, jarak kehamilannya, kapan memeriksakan kehamilannya, siapa yang akan menolong persalinan, dan persiapan dana untuk persalinan dianggap tidak penting, karena kedudukan perempuan yang lemah dan rendah dalam keluarga (Sibagariang dkk, 2010). Hasil penelitian Nurhayati di Rumah Bersalin Sari Simpang Limun

Medan ditemukan 66% pengambilan keputusan dalam kehamilan dilakukan oleh suami. Dalam perawatan selama kehamilan (antenatal) diperlukan peran suami untuk mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, serta menyediakan transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Dalam konsultasi pada pemeriksaan antenatal suami dapat diharapkan dapat menemani istri dalam berkonsultasi sehingga suami dapat juga mempelajari gejala dan komplikasikomplikasi kehamilam yang mungkin dialami (Royston dan Amstrong, 1994). Hasil wawancara pada studi awal dengan bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat menunjukkan adanya beberapa perilaku yang menyangkut kesehatan pada ibu hamil seperti ibu biasanya melakukan kunjungan kehamilan setelah kehamilan memasuki trimester kedua, rata- rata jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dan masih kurangnya partisipasi suami dalam perawatan kehamilan seperti menemani istri saat memeriksakan kehamilannya. Berdasarkan beberapa masalah di atas, perlu dilakukan penelitian perspektif gender terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat dan diduga mempunyai kaitan dengan masalah

perspektif gender (akses pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami dalam perawatan kehamilan). 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh perspektif gender (akses pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami dalam perawatan kehamilan) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat tahun 2012. 1.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh perspektif gender (akses pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami dalam perawatan kehamilan) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat tahun 2012. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, sebagai data dan bahan masukan dalam merumuskan perencanaan kebijakan dan program kerja dalam upaya mengurangi ketidaksetaraan gender dalam bidang kesehatan.