Erlinda Damayanti, Gatot Mudjiono, Sri Karindah

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN HAMA TERPADU DAN KONVENSIONAL TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI DAN MUSUH ALAMI PADA TANAMAN PADI

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

Claudya Siktiani Eva Gunawan, Gatot Mudjiono, Ludji Pantja Astuti

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

HUBUNGAN POPULASI NGENGAT PENGGEREK BATANG PADI YANG TERTANGKAP PERANGKAP LAMPU DENGAN INTENSITAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI DI SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

III. METODE PENELITIAN

PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TERHADAP WERENG BATANG COKLAT NILAPARVATA LUGEN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

SKRIPSI KEBERADAAN PREDATOR WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA BERBEDA. Oleh SULISTIYO DWI SETYORINI H

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

MENGELOLA LEDAKAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH PADA AGROEKOSISTEM YANG FRAGIL DENGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU BIOINTENSIF

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGENDALIAN TERPADU HAMA PENGGEREK BATANG PADI DI KELURAHAN PENATIH, KECAMATAN DENPASAR TIMUR, KOTA DENPASAR

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

J. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: ISSN

Hanafi Ansari*, Jamilah, Mukhlis

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

commit to users I. PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

PENGARUH PENERAPAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) TERHADAP POPULASI PENGGEREK BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas Wlk.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi.

SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT TERHADAP KEBERADAAN WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI. Oleh SIDIQ DWI WARSITO H

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI BIOMASSA TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG KEDELAI Agromyza sojae Zehntn

SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

Nurjaya, Ibrahim Adamy, dan Sri Rochayati

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

Studi Musuh Alami (Spodoptera Exigua Hbn) pada Agroekosistem Tanaman Bawang Merah. Study of Natural Enemy Spodoptera Exigua on Onion Agroecosystem

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni Permata yang diproduksi PT East West Seed Indonesia, gula aren, dedak

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

Keragaan Produksi Padi, Serangan Opt, dan Kondisi Mineral Tanah Pada Lahan Sawah pada Penerapan Budidaya Konsep Leisa dan Konvensional

RAKITAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA KEONGMAS PENDAHULUAN

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

TINGKAT SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BEBERAPA VARIETAS INPARI DI BEBERAPA WILAYAH PENGEMBANGAN PADI DI SULAWESI UTARA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT

UJI DAYA TUMBUH BIBIT TEBU YANG TERSERANG HAMA PENGGEREK BATANG BERGARIS (Chilo sacchariphagus Bojer.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

e-j. Agrotekbis 4 (3) : , Juni 2016 ISSN :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

PREFERENSI PENGGEREK BATANG PADI PUTIH Scirphopaga innotata Walker (Lepidoptera : Pyralidae) PADA TIGA VARIETAS PADI GOGO

Transkripsi:

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015 ISSN : 2338-4336 PERKEMBANGAN POPULASI LARVA PENGGEREK BATANG DAN MUSUH ALAMINYAPADA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PHT Erlinda Damayanti, Gatot Mudjiono, Sri Karindah Program studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia ABSTRACT Rice stem borer is a pest that caused yield loss in rice production. The conventional farmer usually only apply insecticide to control rice stemborer attack. Therefore, the farmer need to realize the negative impact from the usage of insecticides. Then the research about the increasing of rice stem borer larvae population and its natural enemies on IPM system of rice plant (Oryza sativa L.) was conducted at Sepanjang village, Glenmore district, Banyuwangi. Counting rice stem borer larvae population, attack intensity of rice stem borer, predator and parasitoid on IPM and conventional field were held from Maret 2014 until June 2014. Results of the research showed that the rice stem borer larvae population and the intensity of stem borer attack changed every week. The highest rice stem borer larvae population at convensional field was 1,45 per hill at 7 WAP. While on the IPM field, the highest larvae population at 11 WAP was 1,64 per hill. The highest stem borer attacks intensity on both field were 6 WAP, on convensional field was 6,73% per hill and on the IPM field was 9,04% per hill. The parasitoid found in the both field were Telenomus rowani, T. podisi, Scelionid and Eulophid. While predator which have been found were Paederus fuscipes, P. tamulus, Menochilus sexmaculatus, Clubiona japonicola, Pardosa sp., Berosus sp., Calosoma semilaeve and Carabid. Keywords: Rice stem borer, parasitoid, predator ABSTRAK Penggerek batang padi adalah hama yang dapat menimbulkan kehilangan hasil dalam produksi padi. Pada sistem konvensional petani menggunakan insektisida untuk mengendalikan serangan penggerek batang padi. Oleh karena itu, terdapat dampak negatif dari penggunaan insektisida. Maka dilakukan penelitian tentang perkembangan populasi larva penggerek batang dan musuh alaminya pada tanaman padi (Oryza sativa L.) PHT qdi Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. Penelitian ini mengamati populasi larva penggerek batang padi, intensitas serangan penggerek batang padi, predator dan parasitoid di pertanaman padi dengan sistem PHT dan konvensional yang dilakukan sejak bulan Maret sampai Juni 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan populasi larva dan intensitas serangan penggerek batang padi mengalami perubahan setiap minggunya. Populasi larva penggerek batang padi paling tinggi pada lahan konvensional sebesar 1,45 ekor per rumpun pada 7 MST, sedangkan pada lahan PHT populasi larva tertinggi pada 11 MST sebesar 1,64 ekor per rumpun. Intensitas serangan penggerek batang padi paling tinggi pada kedua lahan terjadi pada 6 MST, pada lahan konvensional intensitas serangannya sebesar 6,73% per rumpun dan pada lahan PHT 9,04% per rumpun. Parasitoid yang ditemukan pada kedua lahan yaitu Telenomus rowani, T. podisi, Scelionid dan Eulophid. Sedangkan predator yang ditemukan Paederus fuscipes, P. tamulus, Menochilus sexmaculatus, Clubiona japonicola, Pardosa sp., Berosus sp., Calosoma semilaeve dan Carabid. 18

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015 Kata kunci : Penggerek batang padi, parasitoid, predator PENDAHULUAN Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Untuk mengatasi kebutuhan beras yang terus meningkat maka diperlukan upaya dalam peningkatan produksi beras (Misnaheti, et al., 2010). Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produksi padi adalah kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan penggeret batang padi. Kehilangan hasil setiap tahun yang disebabkan oleh penggerek batang padi dapat mencapai 10-30%, bahkan dapat menyebabkan tanaman padi menjadi puso (Idris, 2008). Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan mengandalkan satu komponen pengendalian, terutama pestisida, berpotensi merusak lingkungan. Dikaitkan dengan upaya peningkatan produksi, pendapatan petani, daya saing produksi, dan pelestarian lingkungan maka sistem pengendalian OPT tetap harus mengarah dan berpegang pada prinsip bahwa sistem pengendalian pada suatu wilayah adalah efektif dan efisien serta berwawasan lingkungan. Konsepsi pengendalian yang dikombinasikan dari berbagai cara dan dikembangkan secara lebih luas yaitu sebagai suatu sistem pengelolaan populasi hama yang menggunakan semua tehnik yang sesuai dan kompatibel (saling mendukung) untuk menurunkan populasi sampai dibawah ambang kerugian ekonomi dan konsep ini dikenal dengan konsep Pengendalian hama Terpadu (PHT) (Khalid dan Yusuf, 2009). PHT merupakan cara pendekatan tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangkan pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan (Untung, 2007). Di Indonesia sudah dikembangkan PHT sejak tahun 1992 sesuai dengan penetapan Pemerintah sebagai kebijakan dasar bagi setiap program perlindungan tanaman (Sembiring, 2007). Namun, sampai saat ini masih ada beberapa daerah yang belum menerapkan PHT seperti di Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang perkembangan populasi larva penggerek batang padi, intensitas serangan penggerek batang padi dan musuh alaminya pada lahan PHT dibandingkan dengan lahan konvensional. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi dan di Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Maret sampai Juni 2014. Metode Sampel tanah diambil secara diagonal dari lahan seluas 168 m 2 (17,5mx9,5m) sebanyak 1 (satu) kg dan dimasukkan dalam kantung plastik. Lalu tanah tersebut dikering aginkan selama 1 (satu) minggu. Kemudian dilakukan analisa tanah di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Hasil analisis tanah menunjukan sifat reaksi masam (ph 4,5-4,9), kadar C-organik rendah (1,63%) dan N-total rendah (0,13%), nilai rasio C/N sedang (13), kadar P-tersedia sangat rendah (3,96 mg/kg), K-tersedia sedang (0,42 me/100g), Na-tersedia sedang (0,42 me/kg), Ca-tersedia sedang (7,45 me/kg) dan kadar Mg-tersedia tinggi (2,15 19

Damayanti et al., Perkembangan Populasi Larva Penggerek Batang. me/kg). Nilai kapasitas tukar kation (KTK) sedang yaitu 20,59 me/kg dan presentase kejenuhan basa (KB) tinggi yaitu 51%. Tekstur tanah Lempung berpasir, ringan, mudah diolah dan drainase cepat. Rekomendasi pupuk yang digunakan untuk padi sawah berdasarkan hasil analisis tanah yaitu pupuk kandang 10 ton/ha dan SP-36 150 kg/ha yang diberikan pada pengolahan tanah, serta pupuk Urea 100 kg/ha yang diberikan sebelum tanam/pelumpuran terakhir, umur 14 HST dan umur 42 HST. Benih yang digunakan adalah varietas Inpari-4. Benih direndam dengan PGPR. Saat persemaian dilakukan penyemprotan PGPR untuk mempercepat pertumbuhan bibit. Bibit yang dipindah tanamkan berumur 20 hss dan dicelupkan kedalam Corynebacterium sp. dahulu sebelum dipindah tanam ke lahan. Aplikasi Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae dilakukan untuk untuk menekan populasi hama lain, terutama serangan wereng dan dilakukan dengan cara disemprotkan. Pengamatan populasi larva penggerek batang padi dilakukan setiap seminggu sekali dimulai saat 15 HST sampai 92 HST. Pengamatan dilakukan dengan mengamati tanaman contoh yang menunjukan gejala serangan kemudian diambil dan dihitung jumlah larva yang ditemukan dari tanaman contoh. Kemudian dilakukan pengamatan tingkat serangan penggerek batang dengan menghitung anakan yang terserang. Intensitas serangan (I) dihitung dengan rumus (Kusdiaman dan Nia, 2007) : I= anakan terserang x 100% total anakan Penentuan tanaman contoh berdasarkan metode sistematis satu arah (zigzag). Ditentukan 11 titik pengamatan dengan 2 tanaman per titik, sehingga terdapat 22 tanaman contoh. Pengamatan populasi predator dan parasitoid menggunakan 3 (tiga) perangkap panci yang diletakkan didalam plot dekat pematang. Pemasangan dilakukan dengan interval waktu satu minggu sekali dan pengambilan dilakukan setelah perangkap panci dipasang selama 24 jam. Perangkap dipasang pagi hari pukul 06.00 WIB sejak 15 HST sampai 92 HST. Kemudian serangga yang yang ditemukan didalam perangkap diidentifikasi. Produksi tanaman padi dilakukan dengan menghitung hasil panen secara ubinan yang berukuran 2,5 x 2,5 m dan berat gabah yang masih dalam kg dikalikan 1600 untuk mengonversikan kedalam hektar (ha) dengan satuan berat dalam ton. Berat gabah dalam gabah kering panen (GKP). Analisis Data Data dianalisis menggunakan Uji-T dengan taraf kesalahan 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Penggerek Batang yang ditemukan Penggerek batang padi yang ditemukan di lahan yaitu penggerek batang padi kuning Schirpophaga incertulas Walker (Lepidoptera: Pyralidae). Hal ini sesuai dengan ciri-ciri imago penggerek batang padi kuning menurut Goot (1925) yaitu ngengat penggerek batang padi kuning mudah diidentifikasi yang ditandai oleh sayap berwarna kuning dengan titik hitam. Populasi Larva Penggerek Batang Padi Hasil uji-t terhadap rerata populasi larva penggerek batang padi pada lahan PHT dan konvensional menunjukkan hasil berbeda nyata (p=0,009). Nilai rerata populasi larva penggerek batang padi pada lahan konvensional lebih rendah daripada lahan PHT yaitu sebesar 0,58 ekor/rumpun 20

Tabel 1. Rerata populasi larva penggerek batang padi pada lahan PHT dan konvensional di Desa Sepanjang Populasi Larva (ekor/rumpun) Konvensional 0,58 ± 0,46 PHT 0,95 ± 0,63 Gambar 1. Rerata populasi larva penggerek batang padi pada lahan PHT dan konvensional di Desa Sepanjang sedangkan pada lahan PHT nilai reratanya sebesar 0,95 ekor per rumpun (Tabel 1). Rerata populasi larva penggerek batang padi pada lahan PHT relatif lebih tinggi dibanding lahan konvensional (Gambar 1). Populasi larva penggerek batang padi paling tinggi pada lahan konvensional sebanyak 1,45 ekor per rumpun saat 7 MST, sedangkan pada lahan PHT populasi larva tertinggi pada 11 MST yaitu sebanyak 1,64 ekor per rumpun. Pada lahan konvensional, populasi larva penggerek batang padi menurun mulai 8 MST, sedangkan pada lahan PHT populasi larva penggerek batang padi mulai menurun pada 12 MST. Intensitas Serangan Penggerek Batang Padi. Hasil uji-t terhadap rerata intensitas serangan penggerek batang padi pada lahan konvensional dan PHT menunjukkan hasil berbeda nyata (p=0,003). Pada lahan konvensional rerata intensitas serangan penggerek batang padi lebih rendah daripada lahan PHT yaitu sebesar 2,77% per rumpun, sedangkan lahan PHT nilai reratanya sebesar 3,77% per rumpun (Tabel 2). Rerata intensitas serangan penggerek batang padi pada lahan PHT relatif lebih tinggi dibanding lahan konvensional (Gambar 2). Intensitas serangan penggerek batang padi paling tinggi pada lahan konvensional sebesar 6,73% per rumpun pada 6 MST, sedangkan pada lahan PHT intensitas serangan tertinggi pada 6 MST sebesar 9,04% per rumpun. Intensitas serangan pada lahan PHT mulai menurun mulai minggu-10. Sedangkan pada lahan konvensional, penurunan intensitas serangan terjadi mulai minggu ke-7 (Gambar 2). 1.1 Populasi Predator dan Parasitoid Predator yang ditemukan dari kedua lahan yaitu P. fuscipes (Coleoptera: Staphylinidae), P. tamulus (Coleoptera: Staphylinidae), M. sexmaculatus (Coleoptera: Coccinelidae), C. japonicola 21

(Araneae: Clubionidae), Pardosa sp. (Araneae: Lycosidae), Berosus sp. (Coleoptera: Hydrophilidae), C. semilaeve (Coleoptera: Carabidae), dan Carabid (Coleoptera). Parasitoid yang ditemukan dari kedua lahan adalah T. rowani (Hymenoptera: Scelionidae), T. podisi (Hymenoptera: Scelionidae), Scelionid (Hymenoptera) dan Eulophid (Hymenoptera). Rerata populasi predator pada lahan PHT sedikit lebih tinggi dibandingkan pada lahan konvensional yaitu sebanyak 1,06 ekor pada lahan PHT, sedangkan pada lahan konvensional 0,96 ekor (Tabel 3). Uji-t yang dilakukan pada populasi predator tidak berbeda nyata (p=0,06). Rerata populasi predator tertinggi pada lahan PHT sebanyak 1,53 ekor pada 9 MST, sedangkan pada lahan konvensional 1,33 ekor pada pengamatan 9 MST. Populasi terendah kedua lahan terjadi saat pengamatan pertama yaitu pada 3 MST sebanyak 0,63 pada lahan PHT dan 0,56 pada lahan konvensional (Gambar 3). Berdasarkan hasil uji-t diketahui rerata populasi parasitoid pada lahan PHT lebih tinggi dibanding lahan konvensional yaitu 1,23 ekor dan pada lahan konvensional 0,86 ekor (Tabel 4). Hasil uji-t menunjukan bahawa populasi parasitoid antara kedua lahan berbeda nyata (p=0,007). Rerata populasi parasitoid tertinggi pada lahan PHT sebanyak 2,00 ekor pada pengamatan ke-4 dan lahan konvensional 1,08 ekor pada pengamatan ke-7. Rerata populasi parasitoid terendah pada lahan PHT sebanyak 0,80 pada pengamatan ke-3, sedangkan pada lahan konvensional 0,50 ekor pada pengamatan ke-6. Pada pengamatan terakhir rerata populasi parasitoid pada kedua lahan mengalami kenaikan. Parasitoid yang ditemukan di lahan PHT dan konvensional yaitu T. rowani, T. podisi, Scelionid dan Eulophid. T. rowani adalah salah satu parasitoid telur penggerek batang. Menurut Susiawan dan Netti (2006) spesies Telenomus yang paling sering ditemukan muncul dari telur-telur penggerek batang padi secara bersamasama adalah T. rowani dan T. dignus. Jika dibandingkan dengan yang lain, kedua spesies tersebut ternyata juga lebih mampu menyebar dan beradaptasi pada ekosistem pertanian di berbagai wilayah. Tabel 2. Rerata intensitas serangan penggerek batang padi pada lahan PHT dan konvensional di Desa Sepanjang Intensitas Serangan (%) Konvensional 2,77 ± 2,65 PHT 3,77 ± 2,98 Gambar 2. Rerata intensitas serangan penggerek batang padi pada lahan PHT dan konvensional di Desa Sepanjang 22

1.2 Produksi Padi Pada lahan PHT dan konvensional mempunyai hasil produksi padi yang berbeda. Produksi padi pada lahan PHT lebih rendah dibandingkan lahan konvensional. Lahan PHT menghasilkan 4,56 ton/ha, sedangkan pada lahan konvensional 5,12 ton/ha (Tabel 6). Hal ini dikarenakan intensitas serangan dan populasi larva penggerek batang padi pada lahan PHT lebih tinggi dibangdingkan lahan konvensional. Tabel 3. Rerata populasi predator pada lahan PHT dan konvensional di Desa Sepanjang Populasi Predator (ekor) Konvensional 0,96 ± 0,24 PHT 1,06 ± 0,26 Gambar 3. Rerata populasi predator pada lahan PHT dan konvensional di Desa Sepanjang Tabel 4. Rerata populasi parasitoid pada lahan PHT dan konvensional di Desa Sepanjang Populasi Parasitoid (ekor) Konvensional 0,86 ± 0,17 PHT 1,23 ± 0,36 Tabel 4. Rerata populasi parasitoid pada lahan PHT dan konvensional di Desa Sepanjang 23

KESIMPULAN Perkembangan populasi larva penggerek batang padi pada lahan PHT mengalami penurunan mulai 12 MST dan pada lahan konvesional penurunan terjadi mulai 8 MST. Rerata populasi larva penggerek batang padi pada lahan PHT lebih tinggi (0,63 ekor/rumpun) dibandingkan dengan lahan konvensional (0,46 ekor/rumpun). Rata-rata intensitas serangan penggerek batang padi pada lahan PHT lebih tinggi (3,77 %) dibandingkan dengan lahan konvensional (2,77%). Musuh alami yang ditemukan pada kedua lahan terdiri dari predator dan parasitoid. Predator yang ditemukan pada kedua lahan yaitu P. fuscipes, P. tamulus, M. sexmaculatus, C. japonicola, Pardosa sp., Berosus sp., C. semilaeve dan Carabid. Produksi padi pada lahan PHT lebih rendah (4,56 ton/ha) dibandingkan dengan lahan konvensional (5,12 ton/ha). Tanaman di Sulawesi Selatan. Hlm. 410-415. Sembiring, H. 2007. Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Hlm. 39-59. Susiawan, E dan Netti Y. 2006. Distribusi dan Kelimpahan Parasitoid Telur, Telenomus spp. Di Sumatera Barat: Status dan Potensinya Sebagai Agens Hayati Pengendali Hayati. Perhimpunan Entomologi Indonesia. Jurnal Entomologi Indonesia. September 2006. 3(2): 104-113. Untung, K. 2007. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hlm. 35-52. DAFTAR PUSTAKA Goot, V. D. 1925. Levenswijze en Bestrijding Van Den Witten Rijstbooeder op Java. Meeded Inst. Plantenz. Buitenzorg. 66: 277-299. Idris. 2008. Fluktuasi Populasi Spesies Penggerek Batang Padi di Kabupaten Konawe. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tenggara. Hlm. 1-5. Khalid, J., dan Yusuf A. 2009. Modul Pelatihan 4. Pengendalian Hama Terpadu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Nanggroe Aceh Darussalam. 35 hlm. Misnaheti, Baco, dan Aisyah. 2010. Tren Perkembangan Penggerek Batang pada 24