BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGARUH MUTUAL INDUCTANCE TERHADAP SETTING RELE JARAK PADA SALURAN TRANSMISI DOUBLE CIRCUIT 150 kv ANTARA GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

STUDI PENGARUH UPRATING SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 kv TERHADAP SETTING RELE JARAK ANTARA GI KAPAL GI PADANG SAMBIAN GI PESANGGARAN

BAB III RELAI JARAK. untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang

STUDI PENGARUH MUTUAL INDUCTANCE TERHADAP SETTING RELE JARAK PADA SALURAN TRANSMISI DOUBLE CIRCUIT 150 kv ANTARA GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD

EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

Teknologi Elektro, Vol. 15, No.2, Juli - Desember

Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP KERJA DASAR RELAI JARAK PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

STUDI PERHITUNGAN RELAY JARAK PADA SALURAN DOUBLE CIRCUIT

STUDI KEANDALAN DISTANCE RELAY JARINGAN 150 kv GI TELLO - GI PARE-PARE

STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

BAB 2 KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI DAN PROTEKSINYA

Studi Koordinasi Rele Proteksi Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kv GI. Payakumbuh GI. Koto Panjang

Kata Kunci : Saluran UdaraTeganganTinggi, Rele Jarak, Scanning Setting Rele Jarak, Mathcad 14.

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 3 KONSEP ADAPTIF RELE JARAK

BAB IV. ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RELE. Klasifikasi Rele

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

JARINGAN GARDU INDUK DISTRIBUSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam segi peningkatan kualitas sistem tenaga listrik, banyak aspek yang bisa

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

ABSTRAK Kata Kunci :

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

Koordinasi Proteksi Saluran Udara Tegangan Tinggi pada Gardu Induk Mliwang Tuban Akibat Penambahan Penghantar Pltu Tanjung Awar-Awar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

EVALUASI SETTING RELE JARAK GARDU INDUK UNGARAN JARINGAN 150kV ARAH KRAPYAK-2

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RELE JARAK SEBAGAI PROTEKSI SALURAN TRANSMISI

GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 4 KOORDINASI SETELAN RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA PULOMAS

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELAI JARAK SUTET 500. kv KRIAN - GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

EVALUASI SETTING RELE JARAK TRANSMISI 150 KV SENGGIRING - SINGKAWANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB II LANDASAN TEORI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

atau pengaman pada pelanggan.

BAB II LANDASAN TEORI

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rekonfigurasi Sistem Proteksi Utama pada Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan Penambahan Gardu Induk Baru di Alam Sutera

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. TATAP MUKA XII&XIII. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT.

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

Politeknik Negeri Sriwijaya

OCR/FGR untuk mendeteksi gangguan fasa-fasa dan fasa-tanah.

PEMASANGAN DGR ( DIRECTIONAL GROUND RELE

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG

Analisis Penalaan Rele Jarak sebagai Proteksi Utama pada Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kv Bandung Selatan Cigereleng

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

Pertemuan ke :2 Bab. II

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISA PROTEKSI RELE JARAK PADA SALURAN UDARATEGANGAN TINGGI 150 KV GARDU INDUK REMBANG BARU KE GARDU INDUK PATI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai rele jarak saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait rele jarak tersebut, dijadikan sebagai acuan (referensi) dalam pengembangan pembahasan pada skripsi ini. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menentukan batasan batasan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini. Adapun beberapa tinjauan mutakhir dari referensi penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1) Penelitian yang berjudul Analisis Setting Rele Jarak Pada Sistem SUTT 150 kv Pembangkit Celukan Bawang oleh Bhimantara Ari Sugandi (2010) dengan metode analisis perhitungan. Penelitian tersebut membahas mengenai besar nilai setting dan pembagian zone pengaman yang sesuai untuk rele jarak pada saluran Gilimanuk Celukan Bawang, saluran Celukan Bawang Pemaron, dan saluran Kapal Celukan Bawang. Rele jarak yang digunakan pada analisis tersebut adalah jenis rele Quadramho. 2) Penelitian yang berjudul Studi Pengaruh Uprating Saluran Transmisi Tegangan Tinggi 150 kv Terhadap Setting Rele Jarak Antara GI Kapal GI Padang Sambian GI Pesanggaran oleh Sang Kompyang Supriana (2014) dengan metode analisis perhitungan. Penelitian tersebut membahas mengenai pengaruh uprating konduktor (penghantar) terhadap setting rele jarak pada saluran transmisi 150 kv. Dalam penelitian ini diperoleh hasil yakni dengan dilakukannya uprating untuk mengamankan SUTT 150 kv menyebabkan perubahan impedansi yang 4

5 berpengaruh terhadap persentase dari zone kerja masing masing pengaman sehingga dapat terjadinya malfunction. 3) Penelitian yang berjudul Setting Rele Jarak Pada Sistem SUTT 150 kv GI Kapal GI Padang Sambian Menggunakan Metode Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) oleh M. Nordiansyah (2014) dengan metode ANFIS. Penelitian tersebut membahas tentang menentukan setting rele jarak pada sistem SUTT 150 kv GI Kapal GI Padang Sambian menggunakan metode Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS). 4) Penelitian yang berjudul Comparative Evaluation of Adaptive and Conventional Distance Relay for Parallel Transmission Line with Mutual Coupling oleh S.G. Srivani, Chandrasekhar Reddy Atla, dan K.P. Vittal (2008) dengan metode simulasi pada PSCAD / EMTDC. Penelitian ini membahas tentang evaluasi perbandingan adaptif rele jarak dengan konvensional rele jarak pada jaringan transmisi dengan memperhitungkan mutual coupling. 2.2 Sistem Proteksi (Pengaman Sistem) Tingkat keandalan suatu sistem tenaga listrik ditinjau dari frekuensi pemadaman dan waktu pemadaman. Semakin tinggi frekuensi pemadaman dan semakin lama waktu pemadaman, maka tingkat keandalan sistem tenaga listrik tersebut semakin rendah. Pemadaman tersebut biasanya dapat terjadi dikarenakan adanya gangguan pada sistem tersebut, baik berupa gangguan internal sistem ataupun gangguan eksternal dari sistem tenaga listrik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan mekanisme yang dapat menghindari frekuensi pemadaman dan waktu pemadaman yang terlampau sering dalam waktu yang

6 cukup lama. Oleh sebab itu, dibutuhkan sistem proteksi (pengaman sistem) untuk mengamankan jaringan tenaga listrik. Suatu sistem proteksi jaringan SUTT dapat dibagi dalam dua bagian yakni (Parhusip,dkk,2012): a) Proteksi utama Sistem proteksi yang diharapkan bekerja sesegera mungkin ketika terjadi kondisi abnormal atau gangguan pada daerah pengamanan. b) Proteksi cadangan Sistem proteksi yang dimungkinkan apabila pengaman utama tidak dapat bekerja. Pada proteksi cadangan ini pula dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu : Sistem proteksi cadangan lokal Sistem proteksi cadangan yang dapat bekerja, apabila pengaman utama yang sama gagal bekerja, contoh : penggunaan OCR dan GFR. Sistem proteksi jarak jauh Sistem proteksi ini dapat bekerja apabila pengaman utama di tempat lain gagal bekerja. Pada dasarnya sistem proteksi harus memenuhi syarat syarat diantaranya adalah (Aljufri,dkk,2011) : a) Cepat yakni mampu bekerja secepat mungkin memisahkan bagian yang mengalami gangguan dari sistem jaringan yang normal. b) Sensitif yakni peka terhadap gangguan sekecil apapun. c) Selektif yakni mampu mengetahui letak gangguan dan memilih pemutus jaringan terdekat, dengan begitu saluran yang mengalami gangguan saja yang dipisahkan dari sistem. d) Andal yakni hanya akan bekerja bila diperlukan (bila kondisi abnormal atau bekerja saat terjadi gangguan saja) dan tidak bekerja saat kondisi sistem jaringan dalam keadaan normal. Adapun tujuan adanya proteksi pada suatu sistem diantaranya adalah (Tobing,2008) : a) Mengurangi kerugian produksi

7 b) Menempatkan dan memisahkan gangguan dari peralatan c) Mengetahui jenis gangguan d) Melindungi sistem e) Meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan oleh adanya gangguan pada sistem f) Melindungi sistem dari jatuh tegangan (drop voltage) untuk mempertahankan kestabilan g) Melindungi keselamatan manusia (pekerja) 2.3 Rele Jarak (Distance Relay) Rele proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pengamanan saluran transmisi yang digunakan untuk mengamankan jaringan sistem tenaga listrik. Fungsi utamanya adalah ketika terdapat gangguan pada sistem, maka peralatan sensing pada rele bekerja mendeteksi adanya gangguan tersebut dan selanjutnya sinyal dikirim menuju circuit breaker (pemutus) untuk memutuskan jaringan yang mengalami gangguan (Permana,2010). Salah satu rele proteksi yang digunakan pada sistem jaringan tenaga listrik adalah rele jarak (distance relay). Rele jarak adalah rele pengaman utama pada saluran transmisi. Rele ini menggunakan pengukuran tegangan dan arus untuk mendapatkan impedansi saluran yang diamankan. Rele akan bekerja jika impedansi terukur di dalam batas setting. Rele jarak bergantung pada jarak gangguan yang terjadi terhadap rele proteksi dan tidak bergantung pada besarnya arus gangguan yang terjadi (Wisatawan,dkk,2012).

8 Gambar 2.1 Daerah Pengamanan (Zone) Rele Jarak (Sumber : PLN,2006) Rele jarak (distance relay) membagi daerah operasinya menjadi beberapa daerah (zone), dimana di setiap area (zone) memiliki reaksi rele jarak yang berbeda beda. Berikut ini penjelasan area cakupan (zone) pada rele jarak (distance relay) (Wisatawan,dkk,2012) : a) Zone 1 : merupakan daerah proteksi utama. Pada daerah ini rele jarak bekerja seketika (instantaneous), tanpa adanya perlambatan waktu. Batas zona 1 ini yaitu dari lokasi rele jarak sampai 80% panjang saluran transmisi. b) Zone 2 : merupakan daerah proteksi cadangan dari zone 1, dengan daerah bekerja meliputi seluruh daerah pada saluran pertama ditambah dengan 20% daerah yang berada setelah bus depan. Dengan kata lain 100% panjang saluran pertama ditambah 20% panjang saluran berikutnya, berarti daerah proteksi rele jarak sampai 120% panjang saluran transmisi. Reaksi rele jarak ini mengalami perlambatan waktu, dikarenakan daerah ini adalah daerah cadagan zone 1. c) Zone 3 : merupakan daerah proteksi cadangan dari zone 2, dengan daerah meliputi seluruh daerah pada saluran pertama dan kedua ditambah 20% panjang saluran ketiga. Dengan kata lain zone 3 ini bekerja mengamankan 220% dari panjang saluran pertama. Dikarenakan fungsinya sebagai cadangan dari zone 2, maka perlambatan waktunya lebih besar daripada zone 2. Selain zone 1, zone 2, dan zone 3, biasanya rele jarak juga memiliki daerah (zone) pembalikan arah daerah ketiga (zone 3 reversed). Zone 3 reversed

9 ini berfungsi untuk menutupi kelemahan pada zone 3, dikarenakan zone ini mudah terpengaruh jika sistem mengalami kondisi ayunan daya (power swing). Kondisi ini mengakibatkan nilai impedansi pada saat beban lebih mendekati nilai impedansi saat gangguan sehingga rele jarak dapat bekerja. Oleh sebab itu, dengan adanya zone 3 reversed, maka rele jarak tidak bekerja apabila terjadi ayunan daya (power swing). 2.3.1 Prinsip Kerja Rele Jarak Rele jarak mengukur tegangan pada titik rele dan arus gangguan yang terlihat dari rele, dengan membagi besaran tegangan dan arus. Sehingga perhitungan impedansi dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini (Tobing,2008) : = /...(2.1) Dimana : = Impedansi (Ω) = Tegangan (V) = Arus gangguan (A) Rele jarak bekerja dengan ketentuan sebagai berikut : a) Rele akan trip jika nilai impedansi gangguan lebih kecil daripada impedansi setting (Zf < Zset). b) Rele tidak akan trip jika nilai impedansi gangguan lebih besar daripada impedansi setting (Zf > Zset). Rele jarak (distance relay) didalam mengamankan saluran transmisi memiliki 4 komponen dasar yakni seperti penjelasan berikut ini (Titarenko dan Noskov,1987) :

10 Gambar 2.2 Rangkaian Komponen Dasar Rele Jarak (Distance Relay) (Sumber : Titarenko dan Noskov,1987) a) Huruf C merupakan komponen starting, komponen ini berfungsi sebagai pembatas gangguan sehingga apabila gangguan terjadi di luar zone maka rele tidak boleh bekerja. b) Huruf P yang ditunjukkan pada gambar di atas ditandai sebagai komponen power directional, komponen ini berperan mengijinkan suatu pengaman bekerja apabila terdapat gangguan dengan arah dari bus ke saluran transmisi yang diamankan. c) Huruf D pada gambar di atas menunjukkan komponen distance yang berfungsi menentukan nilai impedansi dari perbandingan tegangan dan arus (Ur/Ir) sehingga dapat mengukur jarak dari pengaman ke titik gangguan yang terjadi. d) Sedangkan huruf T adalah komponen time delay, komponen ini merupakan rangkaian waktu dimana nilainya tergantung dari jarak pengaman ke titik gangguan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa arus dan tegangan yang terbaca pada CT dan VT dibandingkan pada komponen power directional (P) dan komponen distance (D) untuk memperoleh arah gangguan dan nilai impedansi

11 gangguan, kemudian dari hasil perbandingan tersebut pula ditentukan gangguang yang terjadi termasuk zone 1, zone 2, atau zone 3 sehingga rele dapat bereaksi. 2.3.2 Setting Rele Jarak Dalam setting rele jarak, pertama tama ditetapkan terlebih dahulu nilai impedansi di sistem tenaga primer. Sehingga impedansi sekunder dapat dihitung dengan persamaan berikut ini (Samuel,dkk,2012) : = Dimana : ( )...(2.2) = Impedansi sekunder (Ω) = Impedansi primer (Ω) = Rasio Transformator Arus (A) = Rasio Transformator Tegangan (V) Sedangkan berikut ini adalah penjelasan setting rele jarak pada setiap zona (Suprijono,2012) : 1) Setting zone 1 Setting zone 1 tidak mencakup 100% saluran yang diamankan (diproteksi). Zone 1 biasanya diseting 80% dari panjang saluran transmisi. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam setting zone 1 ini adalah : a) Unit zona 1 tidak diperbolehkan bekerja apabila terdapat gangguan di terminal ujung saluran dan bekerja seketika apabila terdapat gangguan terdeteksi. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3, apabila terjadi gangguan pada F1 atau pada F2 maka rele R1 dan R4 bekerja. Apabila gangguan terjadi pada F1 maka seharusnya hanya rele rele pada saluran tersebut yang bekerja, yakni rele R1 dan R2, sedangkan rele R4 tidak bekerja. Gambar 2.3 Jangkauan Zone 1 Tidak Boleh Hingga Terminal Depan (Sumber : Suprijono,2012)

12 b) Jangkauan zona 1 tidak boleh kurang dari 50% panjang saluran, dikarenakan tahanan gangguan. Sebab akan ada daerah pada saluran tersebut yang tidak mempunyai proteksi seketika. 2) Setting zone 2 Setting zone 2 ini biasanya diseting mencakup hingga beberapa bagian saluran depan kedua. Impedansi setting zone 2 ini yakni 100% saluran depan ditambah 20 % saluran depan kedua. Prinsip penyetelan rele pada zona 2 yakni : a) Zona 2 harus mencakup minimum gangguan di rel depan, dikarenakan adanya variasi nilai tahanan gangguan. Rele zona 2 diseting 20% lebih besar dari impedansi gangguan, dengan memberi tahanan gangguan terbesar yang mungkin terjadi. b) Unit zona 2 dengan memperhatikan bila adanya transformator di rel depan, maka zona ini tidak boleh bekerja bila adanya gangguan pada transformator tersebut. Zona ini sebenarnya dapat mencakup gangguan pada transformator, asalkan waktu kerja zona ini lebih lama dari waktu kerja rele rele proteksi cadangan trafo terlama yang mungkin terjadi. Dikarenakan zona ini ditujukan sebagai proteksi cadangan utama pada saluran transmisi, maka waktu penyetelan tidak diperkenankan lebih besar dari waktu penyetelan terlama dari proteksi cadangan. Penyetelan zona 2 hampir selalu tidak boleh mencakup gangguan pada transformator di rel depan. 3) Setting zone 3 Jangkauan zona 3 merupakan cadangan unit zona 2 sehingga jangkauannya lebih jauh dari jangkauan zona 2. Jangkauan zona ini biasanya diseting 220% melewati saluran di depan dan saluran di depan kedua. Transformator berada di rel depan, maka zona 3 diseting lebih kecil dari impedansi saluran di depan ditambah reaktansi transformator. Bila waktu penyetelan proteksi cadangan terlama transformator lebih kecil dari waktu penyetelan zona 3, maka penyetelan zona 3 tidak perlu dirubah. Tetapi bila lebih

13 besar dari waktu penyetelan zona 3, maka waktu penyetelan zona ini dapat diperbesar. Rata rata waktu penyetelan zona 3 lebih besar dari waktu cadangan rele rele transformator. 2.3.3 Karakteristik Rele Jarak (Distance Relay) Karakteristik rele jarak adalah penerapan dari prinsip dasar rele jarak. Berdasarkan karakteristik kerjanya, rele jarak dapat dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya (Tobing,2008) : 2.3.3.1 Karakteristik Impedansi Karakteristik ini mempunyai lingkaran dengan titik pusat di tengah. Kelemahannya adalah tidak berarah, karena kedua besaran yang dibandingkan yakni arus dan tegangan dibangkitkan secara mekanis. Masing masing kopel yang dibangkitkan tidak tergantung fasanya. Rele bekerja untuk gangguan di depan dan di belakang rele. Sebagai sistem pengaman, rele ini harus dilengkapi dengan rele arah (directional) sebagai rele pengukur. Gambar 2.4 Karakteristik Impedansi (Sumber : Parhusip,dkk,2012) 2.3.3.2 Karakteristik Mho (Admitansi) Rele jenis ini bersifat directional, sehingga tidak perlu ditambahkan elemen penyearah karena rele hanya akan mengamankan gangguan di depannya. Namun rele jenis ini memiliki keterbatasan dalam mengantisipasi gangguan tanah high resistance.

14 Gambar 2.5 Karakteristik Operasi Dari Rele Jarak Tipe Mho (Sumber : Suprijono,2012) Dari gambar di atas terlihat bahwa karakteristiknya berupa lingkaran yang melalui titik asal (0,0). Impedansi yang terukur hanya dalam satu arah saja, dengan demikian rele ini secara otomatis bersifat rele jarak terarah (Suprijono,2012). 2.3.3.3 Karakteristik Reaktansi Impedansi yang dilihat pada rele jarak jenis ini tidak memperhatikan adaanya tahanan busur, karena dianggap tahanan busur untuk berbagai gangguan hampir sama. Rele ini hanya mengukur komponen reaktif dari impedansi jaringan. Rele ini memiliki sifat tidak berarah (non directional), sehingga perlu ditambah rele arah (directional) dalam pengaplikasiannya pada jaringan transmisi. Dengan setting jangkauan resistif yang cukup besar, maka rele ini dapat mengantisipasi gangguan tanah dengan nilai tahanan yang tinggi. Jika reaktansi yang dilihat rele lebih kecil dari reaktansi yang diatur, maka rele akan bekerja. Rele ini baik digunakan untuk pengamanan gangguan tanah dikarenakan karakteristik rele jenis ini kurang dipengaruhi oleh adanya tahanan busur sewaktu terjadinya hubung singkat satu fasa ke tanah. Berikut ini merupakan gambar dari karakteristik reaktansi :

15 Gambar 2.6 Karakteristik Reaktansi Dengan Starting Mho (Sumber : Parhusip,dkk,2012) 2.3.3.4 Karakteristik Quadrilateral Karakteristik rele jenis ini adalah kombinasi dari 3 jenis yakni : resistif, reaktansi, dan berarah. Dengan setting jangkauan resistif cukup besar, maka karakteristik rele ini dapat mengantisipasi gangguan tanah dengan tahanan yang tinggi (high resistance). Namun kecepatannya sedikit lebih lambat dari jenis Mho. Gambar 2.7 Karakteristik Quadrilateral (Sumber : Parhusip,dkk,2012) 2.3.4 Pola Proteksi Rele Jarak (Distance Relay) Dalam mengamankan saluran transmisi dari berbagai gangguan yang dapat terjadi, rele jarak diharapkan dapat ditripkan dengan seketika pada kedua sisi ujung saluran. Oleh sebab itu, rele jarak perlu dilengkapi fasilitas teleproteksi (PLN,2006). Pola proteksi pada rele jarak ditentukan berdasarkan kebutuhan

16 untuk keamanan perlatan dan keandalan operasi sistem, selain itu pula tidak mengesampingkan aspek aspek investasi. Berikut ini berbagai jenis pola proteksi pada rele jarak (Parhusip,dkk,2012) : a) Pola proteksi dasar (basic) Pola proteksi ini bekerja secara instant pada area setting zone 1, bekerja dengan back up time untuk zone 2 dan zone 3 tanpa dilengkapi teleproteksi. Gambar 2.8 Pola Proteksi Basic (Sumber : Parhusip,dkk,2012) b) Pola proteksi dilengkapi teleproteksi Berikut ini pola proteksi pada sistem jaringan tenaga listrik yang dilengkapi dengan teleproteksi (Sudrajat,dkk,2014) : Permissive Underreach Transfer Trip Scheme (PUTT) Peralatan teleproteksi (TP) pada pola ini akan mengirim sinyal ke peralatan teleproteksi (TP) pada gardu induk di depannya, apabila rele mendeteksi gangguan pada zona 1. Pada gardu induk yang menerima sinyal, apabila rele mendeteksi gangguan pada zona 2 dan menerima sinyal TP, maka rele akan memberikan perintah trip waktu zona 1. Gambar 2.9 Skema PUTT (Sudrajat,dkk,2014)

17 Permissive Overreach Transfer Trip (POTT) Peralatan teleproteksi (TP) mengirim sinyal ke peralatan teleproteksi (TP) pada gardu induk di depannya apabila mendeteksi gangguan zona 2. Pada gardu induk yang menerima sinyal, apabila rele jarak mendeteksi gangguan pada zona 2, maka memberikan perintah trip pada waktu zona 1. Berikut ini skema POTT : Gambar 2.10 Skema POTT (Sudrajat,dkk,2014) Blocking Scheme Peralatan teleproteksi pada pola ini mengirim sinyal ke peralatan teleproteksi pada gardu induk di depannya apabila rele mendeteksi gangguan pada reverse zone. Pada gardu induk yang menerima sinyal, apabila rele mendeteksi gangguan pada forward zone zona 2, maka rele akan memberikan perintah blocking. Apabila rele tidak menerima sinyal namun mendeteksi gangguan pada daerah depan (zone 2), maka rele akan memberikan perintah trip seketika. Berikut ini skema Blocking : Gambar 2.11 Skema Blocking (Sudrajat,dkk,2014)

18 2.4 Mutual Induktansi (Mutual Inductance) Induktansi merupakan sifat suatu rangkaian listrik yang dapat menyebabkan timbulnya ggl (gaya gerak listrik atau potensial listrik) di dalam rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang melewati rangkaian tersebut (self inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati rangkaian lainnya (induktansi bersama atau mutual inductance) (Anindita,dkk,2013). Induktansi ini dapat muncul dikarenakan adanya medan listrik yang ditimbulkan oleh arus listrik. Bila arus mengalir dalam suatu rangkaian listrik, maka timbul medan listrik. Gambar 2.12 menunjukkan suatu saluran dengan medan listrik yang terjadi. Garis garis flux tersebut membentuk lingkaran lingkaran tertutup yang meliputi rangkaian. Perubahan arus dalam kedua penghantar tersebut menyebabkan suatu perubahan banyaknya garis flux yang meliputi rangkaian. Setiap perubahan flux yang meliputi suatu rangkaian akan mengibas tegangan dalam rangkaian tersebut (Mismail,1983). Gambar 2.12 Medan Listrik Di Sekitar Penghantar (Sumber : Mismail,1983) 2.5 GMD (Geometric Mean Distance) dan GMR (Geometric Mean Radius) Pada saluran transmisi double circuit, induktansi juga dipengaruhi oleh GMD (Geometric Mean Distance) dan GMR (Geometric Mean Radius). Radius rata rata geometris (GMR) dari suatu luas adalah limit dari jarak rata rata geometris (GMD) antara pasangan elemen dalam suatu luas tersebut, bila jumlah elemen tersebut diperbesar hingga tak terhingga (Sujatmiko,2009). Berikut ini persamaan GMD dan GMR (El Hawary,2000) :

19 =( =( =( =( Dimana : ) ) ) ) / / / /...(2.3)...(2.4)...(2.5)...(2.6) GMD = Geometric Mean Distance Deq = (( = Jarak yang diukur dari titik pusat penghantar (m) )( )( )) /...(2.7) = ( ( )) /...(2.8) = ( ( )) /...(2.10) = ( ( Dimana : )) /...(2.9) GMR = Geometric Mean Radius r = Jari jari penghantar (cm) Deq = Jarak yang diukur dari titik pusat (m) Gambar 2.13 Double Circuit Conductor (Sumber : El Hawary,2000) 2.6 Impedansi Saluran Transmisi Pada perhitungan setting rele jarak, impedansi adalah parameter pokok yang digunakan. Impedansi pada saluran transmisi terdiri dari impedansi urutan positif, impedansi urutan negatif, dan impedansi urutan nol. Berikut ini persamaan impedansi (Samuel,dkk,2012) :

20 Z = R + j (XL + XC)...(2.11) Dengan : Z = Impedansi (Ω) R = Resistansi (Ω) XL = Reaktansi induktif (Ω) XC = Reaktansi kapasitif (Ω) Untuk mencari total impedansi pada saluran transmisi dapat dihitung dengan persamaan : Z = (R + j (XL + XC)) x L...(2.12) Dengan : Z = Impedansi (Ω) R = Resistansi (Ω) XL = Reaktansi induktif (Ω) XC = Reaktansi kapasitif (Ω) L = Panjang saluran (km) Sedangkan perhitungan mutual inductance pada saluran double circuit dapat diperoleh dengan persamaan :. =. =...(2.13)...(2.14) Zm = (Rm + jxm) x L...(2.15) Keterangan : Rm = Resistansi Mutual (Ω) Xm = Reaktansi Mutual (Ω) Zm = Impedansi Mutual (Ω) R1 = Resistansi pada saluran 1 (Ω) R2 = Resistansi pada saluran 2 (Ω) X1 = Reaktansi pada saluran 1 (Ω) X2 = Reaktansi pada saluran 2 (Ω) L = Panjang saluran (km)

21 2.7 Rele Jarak Numerik 2.7.1 Gangguan Fasa (Phase Fault) Gambar 2.14 menunjukkan saluran yang mengalami gangguan antar fasa. Apabila impedansi dari rele menuju titik gangguan adalah sama pada kedua fasa B dan C, self impedance adalah Zs, mutual impedance antar fasa adalah Zm. Jika tegangan dan arus fasa B dan C adalah Vb, Vc, Ib, Ic, serta tegangan pada titik gangguan adalah Vf, maka Vb dan Vc dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut (Toshiba,2005) : Vb = Zs x Ib + Zm x Ic + Vf... (2.16) Vc = Zs x Ic + Zm x Ib + Vf... (2.17) Dari persamaan tersebut, diperoleh : Vb Vc = (Zs Zm) x (Ib Ic)...(2.18) Dimana : Zs = Self impedance Zm = Mutual impedance Ketika setiap fasa saluran adalah simetris, positive sequence zero sequence impedance Z1 dan Z0 sesuai dengan metode komponen simetris yang didefinisikan oleh persamaan berikut, menggunakan self impedance Zs dan mutual impedance Zm maka : Z1 = Zs Zm...(2.19) Z0 = Zs + 2 Zm...(2.20) Dimana : Z1 = Positive sequence impedance Z0 = Zero sequence impedance Persamaan 2.7 dapat ditulis kembali sebagai berikut : Z1 = (Vb Vc) / (Ib Ic)...(2.21) Seperti yang ditunjuk di atas, positive sequence impedance digunakan untuk setting rele terhadap gangguan fasa.

22 Gambar 2.14 Gangguan Antar Fasa (Two Phase Fault) (Sumber : Toshiba,2005) 2.7.2 Gangguan Terhadap Tanah (Earth Fault) Gambar 2.15 merupakan saluran yang mengalami gangguan satu fasa ke tanah (single phase earth fault). Pengukuran jarak hingga ke titik gangguan terhadap gangguan satu fasa ke tanah, tidak mudah dilakukan. Hal ini dikarenakan impedansi saluran zero sequence termasuk earth return umumnya berbeda dengan impedansi positive sequence. Gambar 2.15 Gangguan Satu Fasa Terhadap Tanah (Sumber : Toshiba,2005) Dengan asumsi urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol adalah V1F, V2F, dan V0F, tegangan pada titik rele dari setiap sirkit simetris ditunjukkan pada persamaan di bawah ini (Toshiba,2005) : V1 = Z1 x I1 + V1F...(2.22) V2 = Z1 x I2 + V2F...(2.23) V0 = Z0 x I0 + Z0m x I0m + V0F...(2.24) Dimana : V1 = Relay point positive sequence voltage (V) V2 = Relay point negative sequence voltage (V)

23 V0 = Relay point zero sequence voltage (V) V1F = Fault point positive sequence voltage (V) V2F = Fault point negative sequence voltage (V) V0F = Fault point zero sequence voltage (V) I1 = Relay point positive sequence current (A) I2 = Relay point negative sequence current (A) I0 = Relay point zero sequence current (A) I0m = Adjacent line zero-sequence current (A) Z1 = Fault point - relay point positive-sequence impedance (Ω) Z0 = Fault point - relay point zero-sequence impedance (Ω) Z0m = Adjacent line zero-sequence mutual impedance (Ω) Gambar 2.16 Saluran Ekivalen Gangguan Satu Fasa Ke Tanah (Sumber : Toshiba,2005) 2.7.3 Sistem Zone Time Actual Sistem proteksi pada rele jarak dibagi dalam 3 zone dan masing masing mempunyai waktu tunda berbeda beda. Pembagian zone ini bertujuan untuk memperoleh koordinasi dalam mengamankan sistem dari berbagai gangguan yang dapat terjadi. Pada zone pertama 80% dari panjang saluran yang diamankan, zona kedua adalah 120% dari panjang saluran, dan zona ketiga adalah 220% dari panjang saluran yang diamankan (PLN,2006). Berikut ini ketentuan pembagian time actual setiap zone :

24 a) Time actual dan setting pada zone 1 Secara umum zone 1 diset 80% dari panjang saluran. Pada saat pengukuran bisa saja terjadi kesalahan pengukuran pada rele jarak, hal ini dapat terjadi disebabkan karena kesalahan perbandingan dari trafo arus (CT), trafo tegangan (PT), dan impedansi saluran. Dengan mempertimbangkan adanya kesalahan kesalahan dari data saluran, CT, PT, dan peralatan penunjang lain sebesar 10% - 20%, maka zone 1 rele diset 80% dari panjang saluran yang diamankan (PLN,2006) : Zone 1 reach = 0,8 x panjang saluran pertama (Z AB )...(2.25) T 1 = 0 detik (tanpa perlambatan waktu) Gambar 2.17 Skema Proteksi Zone 1 Pada Rele Jarak (Sumber : Mason,1956) b) Time actual dan setting pada zone 2 Pada zone 2 ditentukan lebih panjang daripada zone 1, dengan demikian waktu tundanya lebih lama dibanding zone 1. Pada zone 2 secara umum diset 100% dari panjang saluran pertama dan 20% dari panjang saluran kedua, dengan waktu (time actual) sekitar 0,4 sampai dengan 0,8 detik. Zone 2 ini dimaksudkan sebagai pengaman cadangan apabila zone 1 gagal bekerja. Zone 2 min = 1,2 x panjang saluran pertama (Z AB )...(2.26)

25 Gambar 2.18 Skema Proteksi Zone 2 Min Pada Rele Jarak (Sumber : Mason,1956) Zone 2 maks = 0,8 x (Z AB + 0,8. Z BC )...(2.27) Zone 2 maks ini diusahakan memberikan pengaman cadangan sejauh mungkin setelah Z1. T 2 = 0,4 sampai dengan 0,8 detik Gambar 2.19 Skema Proteksi Zone 2 Maks Pada Rele Jarak (Sumber : Mason,1956) c) Time actual dan setting pada zone 3 Zone 3 ditentukan 220% dari panjang saluran yang diamankan dan waktu tunda yang digunakan sekitar 1,2 sampai dengan 1,6 detik. Zone 3 difungsikan sebagai pengaman cadangan apabila pada zone 2 gagal beroperasi. Zone 3 min = 1,2 x (Z AB + Z BC )...(2.28)

26 Gambar 2.20 Skema Proteksi Zone 3 Min Pada Rele Jarak (Sumber : Mason,1956) Zone 3 maks = 0,8 x (Z AB + (1,2. Z BC ). k...(2.29) (k = faktor infeed) T 3 = 1,2 sampai dengan 1,6 detik Gambar 2.21 Skema Proteksi Zone 3 Maks Pada Rele Jarak (Sumber : Mason,1956)