MENINGKATKAN ORAL HIGIENE DENGAN METODE DHE PADA ANAK DI KLINIK ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK RSGM UNIVERSITAS JEMBER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

HUBUNGAN KARIES GIGI DENGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN SISWA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIWATES DAN PUSKESMAS WULUHAN KABUPATEN JEMBER

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PH PLAK TERHADAP ANGKA KEBERSIHAN GIGI DAN ANGKA KARIES GIGI ANAK DI KLINIK PELAYANAN ASUHAN POLTEKKES PONTIANAK TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

STATUS KEBERSIHAN MULUT DAN KESEHATAN PERIODONTAL PASIEN YANG DATANG KE KLINIK PERIODONSIA RSGM UNIVERSITAS JEMBER PERIODE AGUSTUS 2009 AGUSTUS 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

Kata kunci : Plak gigi, pasta gigi, pasta gigi herbal, metode O Leary

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. nyaman, bersih, lembab sehingga terhindar dari infeksi (Eastham et al. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PREVALENSI KARIES GIGI DI TK ISLAM AR RAHMAN JLN. MEDAN TG. MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

ABSTRAK. Kata kunci: Plak gigi; teh hitam; indeks plak, O Leary

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

EFEKTIVITAS DENTAL HEALTH EDUCATION DISERTAI DEMONSTRASI CARA MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK SEKOLAH DASAR

STUDI TENTANG FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SMK YAPENDA WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

*coret yang tidak perlu

GAMBARAN SKOR PLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADYAH GODEAN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

ABSTRAK PENGARUH WAKTU MENYIKAT GIGI MENGGUNAKAN SIKAT GIGI BERLAMPU SEBAGAI PENGUKUR WAKTU

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK. Efektivitas menyikat gigi, indeks plak, metode horizontal, metode roll

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN FREKWENSI MENYIKAT GIGI TERHADAP KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS IV SDN 28 MATARAM

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki permasalahan pada gigi dan mulut sebesar 25,9%,

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI MALAM HARI DAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI KARANG TENGAH 07 TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didasarkan pada penyimpangan kondisi sehat. Pengukuran sebenarnya

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

ABSTRAK. Kata kunci : Kismis, Thompson Seedless, plak gigi, O Leary

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rongga mulut. Hampir semua negara memiliki permasalahan tentang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

THE CONCEPTION OF PLAQUE SCORE ON 7TH GRADE STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 1 GODEAN SLEMAN

GAMBARAN TINGKAT KESEHATAN GIGI ANAK USIA DINI BERDASARKAN INDEKS def-t PADA SISWA PAUD KELURAHAN JATI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

GIGI SUSU DAN GIGI PERMANEN D I S U S U N O L E H. Awal saputra. EVy ChRISTIANA SIBAGariang. Murti ningsih. Niwa hafrina. Yona al izz iffah talca

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA SEKOLAH DASAR SUMBERSARI DAN PUGER KABUPATEN JEMBER. *Kiswaluyo

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies Gigi (Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun di Sekolah Dasar Negeri Kota Bukittinggi)

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Status kebersihan gigi dan mulut pada remaja usia tahun di SMPN 4 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel

ABSTRAK. Kata kunci: gigi impaksi, keadaan patologis, tindakan preventif, penatalaksanaan

Rata-rata nilai plak indeks (%)

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

Transkripsi:

MENINGKATKAN ORAL HIGIENE DENGAN METODE DHE PADA ANAK DI KLINIK ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK RSGM UNIVERSITAS JEMBER (Dental Health Education as a Method for Oral Higiene Improvement in Pedodontic Clinic of Dental Hospital of Jember University) Sukanto Bagian ilmu kedokteran gigi anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember Abstract Dental caries continues to be the most common infectious disease in childhood. Improvement of oral higiene is the strategy for preventing dental caries. This can be achieved by means of dental health education (DHE). This descriptive study purposed to evaluate the role of DHE on oral higiene status was measured by means of Green Vermillion Oral Higiene Index (OHI). The study was conducted during November 2010 Januari 2011. OHI evaluation was performed at three time visit for every week interval. DHE was performed personslly, once, at the first visit, after evaluating OHI. The results showed that there were tendency of declining mean OHI after DHE treatment, both in boys and girls groups. In girls groups, at the first visit mean OHI =1,38. second visit OHI= 0,65 and third visit OHI = 0,45, while for boys group, first visit mean OHI = 1,28, second visit OHI = 0,42 and third visit OHI = 0,35. It can be concluded that personal DHE method improved oral higiene status, there for it was recomended that intensive DHE should be performed as a routine clinical prosedure. Keywords: DHE(Dental Health Edication), OHI=Oral Higiene Index. Korespondensi (correspondence): Sukanto, Bagian ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas kedokteran gigi Universitas Jember, Jl.Kalimantan No. 37 Jember 68121, Indonesia. Secara umum, Gigi sulung mempunyai fungsi yang sama dengan gigi tetap. Fungsi khusus yang tidak dimiliki oleh gigi tetap adalah fungsi gigi sulung sebagai petunjuk bagi gigi tetap agar dapat erupsi pada tempatnya dan menjaga pertumbuhan lengkung rahang 1,2. Prevalensi atau kasus terjadinya karies gigi di antara bayi dan anak-anak kecil prasekolah telah diteliti oleh banyak ahli dan ternyata paling sedikit 25 persen karies gigi terdapat pada anak-anak yang berusia 2 tahun dan hampir sebanyak duapertiga dari seluruh jumlah anak-anak berusia 3 tahun menderita karies gigi 3. Penyakit karies pada anak banyak dan sering terjadi namun kurang mendapat perhatian dari orang tua karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan gigi tetap. Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam. Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses 4. Upaya kesehatan gigi anak harus dilakukan sejak dini untuk mencegah terjadinya karies 5. Hal tersebut dapat dikembangkan dengan upaya pemeliharaan kesehatan gigi terpadu untuk mendukung usaha-usaha kesehatan umum 6. Kebanyakan orang masih mengabaikan penyakit gigi dan mulut, terutama kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak 7.

Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 8 No. 3, 2011: 137-141 Gambar 1 : Karies Gigi Sumber : Anonim. 2008a. Karies Gigi. www.gigi.klikdokter.com. Penyebab karies gigi ada bermacam-macam, salah satunya adalah adanya debris, plak dan kalkulus yang menempel pada permukaan gigi yang tidak segera dibersihkan. Hal tersebut dapat menurunkan keasaman permukaan gigi melalui proses fermentasi. Proses tersebut bila berlangsung terus dapat mengakibatkan turunnya tingkat keasaman sampai dibawah ambang kritis yaitu kurang dari 5,5, yang mengakibatkan terjadinya proses demineralisai email gigi dan selanjutnya dapat menjadi karies gigi 7. Pasien yang hadir ke klinik Pedodonsia, berdasakan data status rekam medik semua mengalami pengalaman karies gigi. Upaya restorasi saja, ternyata tidak menyelesaikan masalah. Berdasarkan teori, ada banyak metode untuk mengurangi angka kejadian karies gigi tersebut, salah satunya adalah upaya pencegahan dengan mendidik anak supaya dapat mampu melakukan pembersihan giginya sendiri segera setelah makan. Salah satu metode adalah dengan mengajari anak agar dapat menggosok gigi dengan baik dan benar. Hal tersebut juga diajarkan bagaimana cara mengevaluasi hasil menggosok gigi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan evaluasi status kebersihan mulut pasien anak yang datang diklinik pedodonsia setelah dilakukan proses pendidikan secara terbatas dalam waktu tertentu dan diikuti dengan kontrol ke satu dan kedua. Kontrol tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kemajuan hasil didik yang dilakukan dengan interval waktu tertentu. Permasalahan penelitian ini adalah Apakah dengan mengajari mengosok gigi dapat meningkatkan Oral higiene, apakah peningkatan oral higiene berbeda anara pria dan wanita dan apakah berbeda usia juga berbeda peningkatan oral higienenya? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebenaran dengan menggosok gigi yang diajarkan dan dilakukan kontrol periodik dapat meningkatkan satus oral higienenya dan untuk mengetahui kebenaran meningkatnya satus oral higiene pada usia dan jenis kelamin berbeda-beda pada anak yang datang keklinik pedodonsia.. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian dapat digunakan untuk membantu menentukan dan memahami bahwa pada berbeda usia dan berbeda jenis kelamin maka berbeda metode atau cara meningkatkan oral higienedan dengan meningkatnya oral higiene maka terjadi penurunan angka kejadian karies yang dapat mendukung kesehatan secara umum. BAHAN DAN METODE Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pokok bahasan status kebersihan mulut. Hal ini dilakukan dilinik pedodonsia RSGM UJ selama 2 bulan (November-2010 sampai Januari-2011. Populasi yang digunakan adalah anak-anak(pasien) yang datang ke klinik pedodonsia (IKGA=ilmu kdokteran gigi anak), baik laki-laki maupun perempuan dengan syarat tertentu sesuai kriteria yang ditetapkan pada awal dimulainya penelitian ini. Populasi (laki-laki dan perempuan, selanjutnya disebut relawan), pada kunjungan pertama tanpa perlakuan, dinilai skor OHInya. Setelah didapatkan skor dan dicatat sebagai angka OHI pada kunjungan pertama dan dimasukkan dalam tabel. Hal tersebut diberlakukan sama pada semua populasi, hasilnya dimaukkan ke tabel status OHI. Setelah didapatkan skor OHI, pada tiap relawan satu persatu diajarkan cara mengosok gigi yang baik, pemilihan sikat gigi, jenis makanan yang kariogenik dan non kariogenik, waktu yang tepat untuk gosok gigi, dicontohkan cara menggosok gigi dengan menggunakan model, cara melihat keberhasilan setelah gosok gigi dan lain-lain dalam rangka memberikan pembelajaran dan pendidikan dan ketrampilan.untuk meningkatkan kebersihan mulut untuk mendukung kesehatan mulut, guna menunjang kesehatan tubuh secara umum.

Meningkatkan Oral Higiene dengan Metodee DHE Pada Anak. (Sukanto) Tabel 1. Skor Rata-rata Status OHI pasien anak laki-laki usia 5th sampai 9th. 5th 6th 7th 8th 9th 1 kunjungan 1 0,92 1,17 1,35 1, 81 2,80 2 kunjungan 2 0,44 0,52 0,75 0, 78 0,65 3 kunjungan 3 0,27 0,45 0,42 0, 54 0,35 3 2 1 kunjungan 1 kunjungan 2 kunjungan 3 0 5th 6th 7th 8th 9th Gambar 1. Grafik skor OHI pada kelompok anak laki-laki. Tabel 2. Skor Rata-rata Status OHI pasien anak perempuan 5th sampai 9th. 5th 6th 7th 8th 9th 1 kunjungan 1 1,37 1,53 1,15 1,95 1,11 2 kunjungan 2 0,80 0,62 0,61 0,57 0,49 3 kunjungan 3 0,34 0,40 0,32 0,34 0,23 2 1.5 1 0.5 kunjungan 1 kunjungan 2 kunjungan 3 0 5th 6th 7th 8th 9th Gambar 1. Grafik skor OHI pada kelompok anak prempuan Perlakuan tersebut dilanjutkan dengan diajarkan ketrampilan menggosok gigi dengan sikat terpilih dan pasta gigi tertentu. Relawan menggosok gigi sampai selesai, kemudian dilakukan penilaian kembali skor OHI-nya dan ditunjukkan kepada relawan bagian-bagiann yang belum bersih dengan dibantu disclosing agent, bila ada yang masih kotor, relawan diminta gosok gigi lagi sampai bersih. Selesai dan relawan pulang kerumah masing-masing. Relawan diminta datang kembali satu minggu kemudian, sebagai kunjungan kedua. Pada kunjungan kedua ini relawan langsung dinilai skor OHI-nya dengan cara yang sama dan mendapat perlakuan yang sama seperti kunjungan pertama sampai selesai dan pulang. Relawan diminta untuk datang lagi satu minggu kemudian, sebagai kunjungan ketiga. Pada kunjungan ketiga relawan langsung dinilai skor OHI-nya dengan caraa yang sama dan mendapat perlakukan yang sama seperti kunjungan pertama dan kedua. Hasil skoring pada ketiga kunjungan tersebut terlihat pada tabel 139

Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 8 No. 3, 2011: 137-141 PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 1, pasien (relawan) laki-laki yang datang ke klinik pedodonsia semakin tinggi usia tidak menunjukkan makin tinggi tingkat kebersihan mulutnya pada usia 5 tahun sampai 9 tahun. Tingkat kebersihan mulut pada kunjungan pertama dibandingkan kunjungan kedua dan ketiga, menunjukkan kemajuan yang sangat baik. Hal tersebut ditandai dengan angka OHI yang semakin mengecil, yang dapat diartikan bahwa tingkat kebersihan mulut semakin baik pasien(relawan) perempuan yang datang ke klinik pedodonsia semakin tinggi usia tidak menunjukkan makin tinggi tingkat kebersihan mulutnya pada usia 4 tahun sampai 11 tahun. Tingkat kebersihan mulut pada kunjungan pertama dibandingkan kunjungan kedua dan ketiga, menunjukkan kemajuan yang sangat baik. Hal tersebut ditandai dengan angka OHI yang semakin mengecil, yang dapat diartikan bahwa tingkat kebersihan mulut semakin baik. Pada kunjungan pertama, semakin tinggi usia anak laki-laki antara 5 tahun sampai 9 tahun menunjukkan penurunan tingkat kebersihan mulutnya (0,92 menjadi 2,8). Pada anak perempuan usia 5 tahun sampai 9 tahun, menunjukkan kecenderungan kenaikan tingkat kebersihan mulut (1,37 menjadi 1,1). Pada kunjungan kedua, Semakin tinggi usia anak laki-laki antara 5 tahun sampai 8 tahun menunjukkan penurunan tingkat kebersihan mulutnya ( 0,44 menjadi 0,78) dan meningkat pada usia 9 tahun (0,65). Pada anak perempuan usia 5 tahun sampai 9 tahun, menunjukkan kenaikan tingkat kebersihan mulut (0,80 menjadi 0,495). Pada kunjungan ketiga, semakin tinggi usia anak laki-laki antara 5 tahun sampai 8 tahun menunjukkan penurunan tingkat kebersihan mulutnya ( 0,27 menjadi 0,54) dan meningkat pada usia 9 tahun (0,35). Pada anak perempuan usia 5 tahun sampai 9 tahun, menunjukkan kenaikan tingkat kebersihan mulut (0,337 menjadi 0,225). Berdasarkan grafik 1 grafik 3 dan grafik 5, pada kunjungan pertama anak lakilaki makin tinggi usia, kebersihan mulutnya semakin jelek tetapi pada kunjungan kedua ada perbedaan. Perbedaan tersebut adalah untuk usia 5 tahun sampai 8 tahun tetap semakin jelek, hal tersebut kemungkinan anak laki-laki pada periode ini cenderung tidak patuh atau memang belum dapat memahami dan menerapkan tentang pengetahuan dan ketrampilan yang telah diajarkan pada waktu proses DHE. Pada usia 9 tahun menunjukkan peningkatan semakin membaik (dapat dilihat pada grafik 3 dan grafik 5). Hal tersebut kemungkinan disebabkan pada usia 9 tahun anak laki-laki dapat berkemampuan menerima, mengerti dan lebih mudah menerima ketrampilan yang diajarkan selama proses DHE(dental health education). Berdasarkan hal tersebut kemugkinan anak pada usia ini lebih patuh dan mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilan gosok gigi yang diterapkan dirumah masing-masing, sehingga pada kunjungan kedua dan ketiga terlihat skor OHInya semakin mengecil. Berdasarkan tabel 1, grafik 2, grafik 4 dan grafik 6, pada kunjungan pertama anak perempuan menunjukkan untuk usia 5 tahun dan 6 tahun ada penurunan tingkat kebersihan mulut. Hal tersebut kemungkinan pada usia tersebut anak mulai banyak keluar rumah dan usia awal sekolah sehingga dimungkinkan asupan makanan kariogenik lebih meningkat tetapi belum mampu menjaga kebersihan mulutnya. Pada perempuan usia 6 tahun saampai 9 tahun kebersihan mulutnya cederung meningkat. Hal tersebut ditandai dengan semakin kecilnya skor OHI yang diperoleh. Hal yang sama juga ditunjukkan dengan skor OHI pada kunjungan kedua dan ketiga. KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum mengajarkan pentingnya menggosok gigi dan mengajarkan ketrampilan menggosok gigi disertai contoh demonstratif dan dilakukan secara berulang dengan DHE secara personal akan dapat meningkatkan kebersihan mulut dan menunjang kesehatan mulut. Peningkatan kebersihan mulut antara perempuan dan laki-laki berbeda pada usia tertentu. Perempuan sampai usia prasekolah (5th-6th) kebersihan mulut semakin jelek, tetapi setelah usia sekolah (6th-9th) cenderung konsisten semakin meningkat kebersihannya. Laki-laki usia prasekolah sampai usia sekolah(5th-8th) kebersihan mulutnya semakin jelek, tetapi pada usia 9 tahun setelah mendapatkan DHE maka dalam waktu singkat kebersihan mulutnya meningkat semakin membaik. DHE yang diterapkan pada usia berbeda,maka berbeda juga peningkatan kebersihan mulutnya. Saran dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. DHE sebaiknya diberikan secara intensif dan dievaluasi tiap periode tertentu. Hasil DHE sebaiknya dikonsultasikan dengan melibatkan tenaga ahli. DHE sebaiknya menyertakan orang tua, pengasuh, guru PAUD dan sekolah dasar karena mereka yang dapat menjamin kepatuhan dilaksanakannya DHE ditempat masingmasing. DAFTAR PUSTAKA 1. Fitriana, Ririn. Pertumbuhan Gigi Anak. http://www.kharisma.com. 2006. 2. Fitriana, Ririn. Perawatan Kesehatan Gigi Anak. http://www.kharisma.com. 2006. 3. Koswara, Ir. Sutrisno. Makanan Bergula dan Kerusakan Gigi. www.ebookpangan.com. 2009.

Meningkatkan Oral Higiene dengan Metode DHE Pada Anak. (Sukanto) 4. Anonim. Karies Gigi. www.gigi.klikdokter.com. 2008a. 5. Ford, T. R. Pitt. Restorasi Gigi (The Restoration of Teeth). Alih Bahasa : Narlan Sumawinata. edisi 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 1993. 6. Suwelo, Ismu Suharsono. Karies Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai Faktor Etiologi : Kajian Pada Anak Usia Prasekolah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1992. 7. Kidd, Edwina A.M & Joyston, Sally Bechal. Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan Penangulangannya (Essentials of dental caries : the disease and its management), Alih bahasa :Narlan Sumawinata, Safrida Faruk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1992. 141