5. Manifestasi Klinis

dokumen-dokumen yang mirip
Proses Penularan Penyakit

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

BAB XX FILARIASIS. Hospes Reservoir

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB III ANALISA KASUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

KEDARURATAN LINGKUNGAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prevalensi pre_treatment

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

DAFTAR TABEL JUDUL. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan usia. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan jenis kelamin

BUKU PEDOMAN PENGOBATAN MASAL FILARIASIS BAGI BIDAN DESA DAN TENAGA PEMBANTU ELIMINASI

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS YANG DITENTUKAN BERDASARKAN DISTRIBUSI IGG4 ANTIFILARIA. Biyan Maulana*, Heri Wibowo**

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA


Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. Morbiditas dan mortalitas DHF bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

BAB I KONSEP DASAR. stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

BAB I PENDAHULUAN. 1

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

CATATAN PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klinis, penyakit ini menunjukkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY

Tindakan keperawatan (Implementasi)

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

Transkripsi:

F I L A R I A S I S 1. Definisi Filariasis adalah suatu penyakit yang sering pada daerah subtropik dan tropik, disebabkan oleh parasit nematoda pada pembuluh limfe. (Witagama,dedi.2009) Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang disebabkan sumbatan cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening, menimbulkan gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening, edema dan gejala kronik berupa elefantiasis. Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. (Witagama,dedi.2009) 2. Klasifikasi Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai. Limfedema tungkai ini dapat dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu: a. Tingkat 1. Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal (reversibel) bila tungkai diangkat. b. Tingkat 2. Pitting/ non pitting edema yang tidak dapat kembali normal (irreversibel) bila tungkai diangkat. c. Tingkat 3. Edema non pitting, tidak dapat kembali normal (irreversibel) bila tungkai diangkat, kulit menjadi tebal. d. Tingkat 4. Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada kulit (elephantiasis). (T.Pohan,Herdiman,2009) 3. Etiologi Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini menyerang jaringan viscera, parasit ini termasuk kedalam superfamili

Filaroidea, family onchorcercidae. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4-6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari. 4. Faktor yang mempengaruhi : - Lingkungan fisik :Iklim, Geografis, Air dan lainnnya, - Lingkungan biologik: lingkungan Hayati yang mempengaruhi penularan; hutan, reservoir, vector - lingkungan social ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan perilaku, adat Istiadat, Kebiasaan dsb, Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb (Witagama,dedi.2009) 5. Manifestasi Klinis Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis. Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi: 1. Masa prepaten Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira 3 7 bulan. Hanya sebagian tdari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik. 2. Masa inkubasi

Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan. 3. Gejala klinik akut Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik. 4. Gejala menahun Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi. Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya. (Witagama,dedi.2009 Menurut jenis tipe cacingnya: 1. Filariasis bancrofti Pada filariasis yang disebabkan Wuchereria bancrofti pembuluh limfe alat kelamin laki-laki sering terkena disusul funikulitis, epididimitis dan orchitis. Limfadenitis inguinal atau aksila, sering bersama dengan limfangitis retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 3-15 hari. Serangan biasanya terjadi beberapa kali dalam setahun. 2. Filariasis brugia Pada filariasis yang disebabkan Brugia malayi dan Brugia timori limfadenitis paling sering mengenai kelenjar inguinal, sering terjadi setelah bekerja keras. Kadang-kadang disertai limfangitis retrograd. Pembuluh limfe menjadi keras dan nyeri, dan sering terjadi limfedema pada pergelangan kaki dan kaki. Penderita tidak mampu bekerja selama beberapa hari. Serangan dapat terjadi 12 kali dalam satu tahun sampai beberapa kali perbulan. Kelenjar limfe yang terkena dapat menjadi abses, memecah, membentuk ulkus dan meninggalkan parut yang khas, setelah 3 minggu hingga 3 bulan. 3. Filariasis bancrofti

Keadaan yang sering dijumpai adalah hidrokel. Di dalam cairan hidrokel dapat ditemukan mikrofilaria. Limfedema dan elefantiasis terjadi di seluruh tungkai atas, tungkai bawah, skrotum, vulva atau buah dada, dengan ukuran pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari ukuran asalnya. Chyluria dapat terjadi tanpa keluhan, tetapi pada beberapa penderita menyebabkan penurunan berat badan dan kelelahan. Elefantiasis terjadi di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah. Ukuran pembesaran ektremitas umumnya tidak melebihi 2 kali ukuran asalnya. (Witagama,dedi.2009) 1. Komplikasi a. cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena b. Elephantiasis tungkai c. Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan, skrotum, penis,vulva vagina dan payudara, d. Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfangitis pda saluran limfe testis berulang: pecahnya tunika vaginalishidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antaralapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang adadan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. e. Kiluria : kencing seperti susu karena bocornya atau pecahnya saluran limfe oleh cacing dewasa yang menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran kemih. (T.Pohan,Herdiman.2009) 2. Penatalaksanaan Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik untuk filariasis bancrofti maupun brugia 3. Asuhan Keperawatan Filariasis 1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Cacing filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang mengandung larva stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulangulang 3-5 hari, demam ini dapat hilang pada saat istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat. b. Aktifitas / Istirahat Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur. Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktivitas ( Perubahan TD, frekuensi jantung) c. Sirkulasi Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan pengisian kapiler. d. Integritas dan Ego Gejala : Stress berhubungan dengan perubahan fisik, mengkuatirkan penampilan, putus asa, dan sebagainya. Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah. e. Integumen Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek. f. Makanan / Cairan Gejala : Anoreksia, permeabilitas cairan Tanda : Turgor kulit buruk, edema. g. Hygiene Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri. h. Neurosensoris Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba, kelemahan otot. Tanda : Ansietas, refleks tidak normal. i. Nyeri / Kenyamanan Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala.

Tanda : Bengkak, penurunan rentang gerak. j. Keamanan Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam. Tanda : Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe. k. Seksualitas Gejala : Menurunnya libido Tanda : Pembengkakan daerah skrotalis l. Interaksi Sosial Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian. Tanda : Perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri. m. Pemeriksaan diagnostik Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat menggunakan ELISA dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay. Jika pasien sudah terdeteksi kuat telah mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi pengerakan cacing dewasa di tali sperma pria atau kelenjer mammae wanita. 2. Diagnosa keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening 2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe 3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik 4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh 5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit 1. Intervensi 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening Suhu tubuh pasien dalam batas normal. 1.Berikan kompres pada daerah frontalis dan axial

2.Monitor vital sign, terutama suhu tubuh 3.Pantau suhu lingkungan dan modifikasi lingkungan sesuai kebutuhan, misalnya sediakan selimut yang tipis 4.Anjurkan kien untuk banyak minum air putih 5. Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat jika panas tinggi 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (anti piretik). Rasional: 1.Mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus, mengurangi panas tubuh yang mengakibatkan darah vasokonstriksi sehingga pengeluaran panas secara konduksi 2.Untuk mengetahui kemungkinan perubahan tanda-tanda vital 3. Dapat membantu dalam mempertahankan / menstabilkan suhu tubuh pasien 4.Diharapkan keseimbangan cairan tubuh dapat terpenuhi 5. Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan mengurangi penguapan 6.Diharapkan dapat menurunkan panas dan mengurangi infeksi 2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe Nyeri hilang 1. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan / atur posisi), ajarkan teknik relaksasi. 2. Observasi nyeri (kualitas, intensitas, durasi dan frekuensi nyeri). 3. Anjurkan pasien untuk melaporkan dengan segera apabila ada nyeri. 4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (obat anelgetik). Rasional: 1. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dapat meningkatkan koping. 2. Menentukan intervensi selanjutnya dalam mengatasi nyeri

3. Nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem syaraf simpatis, mengakibatkan kerusakan lanjutan 4. Diberikan untuk menghilangkan nyeri. 3. Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan fisik 1. Akui kenormalan perasaan 2. Dengarkan keluhan pasien dan tanggapan tanggapannya mengenai keadaan yang dialami 3. Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penggunaan penolakan atau tudak terlalu menpermasalahkan perubahan actual 4. Anjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal (bercerita tentang keluarga) 5. Terima keadaan pasien, perlihatkan perhatian kepada pasien sebagai individu 6. Berikan informasi yang akurat. Diskusikan pengobatan dan prognosa dengan jujur jika pasien sudah berada pada fase menerima 7. Kolaborasi : Rujuk untuk berkonsultasi atau psikoterapi sesuai dengan indikasi Pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima dan mengatasinya secara efektif. Rasional: 1. Memberi petunjuk bagi pasien dalam memandang dirinya, adanya perubahan peran dan kebutuhan, dan berguna untuk memberikan informasi pada saat tahap penerimaan 2. Mengidentifikasi tahap kehilangan / kebutuhan intervensi. 3. Melihat pasien dalam kluarga, mengurangi perasaan tidak berguna, tidak berdaya, dan persaan terisolasi dari lingkungan dan dapat pula memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan. 4. Membina suasana teraupetik pada pasien untuk memulai penerimaan diri 5. Fokus informasi harus diberikan pada kebutuhan kebutuhan sekarang dan segera lebih dulu, dan dimasukkan dalam tujuan rehabilitasi jangka panjang 6. Mungkin diperlukan sebagai tambahan untuk menyesuaikan pada perubahan gambaran diri.

4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh 1. Lakukan Retang Pergerakan Sendi (RPS) 2. Tingkatkan tirah baring / duduk 3. Berikan lingkungan yang tenang 4. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi 5. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas Rasional 1. Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kekakuan sendi 2. Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan enegi untuk penyembuhan 3. tirah baring lama dapat meningkatkan kemampuan 4. Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi 5. kelelahan dan membantu keseimbangan. 5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit Mempertahankan keutuhan kulit, lesi pada kulit dapat hilang. 1. Ubah posisi di tempat tidur dan kursi sesering mungkin (tiap 2 jam sekali). 2. Gunakan pelindung kaki, bantalan busa/air pada waktu berada di tempat tidur dan pada waktu duduk di kursi. 3. Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin. 4. Anjurkan pasien untuk melakukan rentang gerak. 5. Kolaborasi : Rujuk pada ahli kulit. Meningkatkan sirkulasi, dan mencegah terjadinya dekubitus. Rasional 1. Mengurangi resiko abrasi kulit dan penurunan tekanan yang dapat menyebabkan kerusakan aliran darah seluler. 2. Tingkatkan sirkulasi udara pada permukaan kulit untuk mengurangi panas/ kelembaban.

3. Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah daerah yang beresiko terinfeksi dan nekrotik. 4. Meningkatkan sirkulasi, dan meningkatkan partisipasi pasien. 5. Mungkin membutuhkan perawatan profesional untuk masalah kulit yang dialami.