BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

1. Bab II Landasan Teori

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Batasan lansia yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya.

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lansia di perkirakan lebih dari 629 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi fisiologis yang. berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun, angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun. Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun, pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun. (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2013). WHO pun telah memperhitungkan bahwa di tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkta jumlah warga lansia sebesar 41,4% yang merupakan penigkatan tertinggi di dunia (Notoatmodjo,2007). Di Sumatera Barat sendiri sebaran penduduk lansia sebanyak 8,09% (Susenas Tahun 2012, Badan Pusat Statistik RI). Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015), Padang adalah kota yang memiliki penduduk terbanyak di Sumatera Barat dengan jumlah penduduk 872.617 jiwa. Selanjutnya, yang kedua adalah Kab. Agam dengan

jumlah penduduk 519.049 jiwa, dan yang ketiga adalah Kab. Pesisir Selatan dengan jumlah penduduk 513.462 jiwa. Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menurut WHO (2010), klasifikasi lansia adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia yang sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Setiap manusia pasti mengalami serangkaian proses, salah satunya adalah proses menua, yaitu proses yang ditandai dengan adanya penurunan fungsi organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologi dan kemunduran kognitif seperti suka lupa, dan kecemasan yang berlebihan, kepercayaan diri menurun. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada usia lanjut (Kadir, 2007). Menurut Tamher (2009) menjelaskan bahwa pengaruh proses penuaan mengakibatkan berbagai masalah yaitu baik secara fisik, mental, ataupun sosial ekonomi. Gangguan mental yang sering dijumpai pada lansia yaitu kecemasan. Pratiwi (2010) menyebutkan bahwa kecemasan merupakan respon psikologis dari ketegangan mental yang tidak mampu menghadapi masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan seperti itu umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis seperti gemetar, berkeringat, kerja

jantung meningkat, dan gejala psikologis seperti panik, tegang, bingung, tidak dapat berkonsentrasi. Faktor psikologis menjadi salah satu penyebab kecenderungan munculnya insomnia, hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisk senantiasa siaga (Rafknowledge,2004). Kecemasan merupakan fenomena umum yang sering terjadi pada lansia yang sifatnya menetap, tidak menyenangkan dan sering tersamarkan yang dimanifestasikan dengan perubahan perilaku seperti gelisah, kelelahan, sulit berkonsentrasi, mudah marah, ketegangan otot meningkat dan mengalami gangguan tidur (Melillo & Houde, 2005). Maryam dkk (2008) menjelaskan gejala-gejala kecemasan yang sering dialami lansia meliputi perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional, sulit tidur sepanjang malam, rasa tegang dan cepat marah, sering membayangkan hal-hal yang menakutkan serta rasa panik terhadap masalah yang ringan. Myers dalam Annisa (2008), menyebutkan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Walaupun kriteria diagnostik sama untuk semua jenis kelamin, wanita ternyata lebih rentan mengalami kecemasan Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki

obyek yang spesifik, kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2012). Gejala kecemasan yang dialami oleh lansia adalah : perasaan khawatir/takut yang tidak rasional akan kejadian yang belum tentu terjadi, rasa tegang dan cepat marah, khawatir terhadap penyakit yang berat dan sering membayangkan hal-hal yang menakutkan, rasa panik terhadap masalah yang besar sulit tidur (Maryam dkk, 2012). Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar oleh semua orang, agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007). Pola tidur yang tidak menetap akan memberikan dampak terhadap kekurangan tidur, sehingga akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis seseorang (Mass B, James, 2002) Gangguan pola tidur yaitu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam kualitas atau kuantitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (Carpenito, 2007). Luce dan Segal mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur (Nugroho, 2012).

Masalah tidur yang sering dialami oleh orang lanjut usia adalah sering terjaga pada malam hari, seringkali terbangun pada dini hari, sulit untuk tertidur, dan rasa lelah yang amat sangat pada siang hari (Davison dkk, 2006). Sedangkan menurut Darmojo (2009), gangguan tidur pada lansia antara lain : kesulitan masuk tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur nyenyak dan bangun terlalu pagi. Menurut Zion & Israel (2003 dikutip dari Darmodjo, 2009) mengatakan ada beberapa faktor penyebab gangguan tidur pada usia lanjut yaitu faktor fisik, psikologis, penggunaan obat-obatan dan alkohol, kebiasaan tidur serta penyakit komorbid lain yang di derita. Setiap tahun di dunia, diperkirakan sekitar 20%-50% orang melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Di Indonesia belum diketahui angka pastinya, namun pravalensi pada orang dewasa mencapai 20% (Potter % Perry, 2005), sedangakan pravalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu 67% (Amir, 2007). National Institute of Aging dalam evaluasi keluhan pada lanjut usia mengungkapkan, lebih dari 80% dari 9000 usia lanjut 65 tahun melaporkan mengalami gangguan memulai tidur dan mempertahankan tidur (Scneider, 2002 dalam Utami, 2008). gangguan tidur yang paling sering ditemukan, setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% usia lanjut melaporkan adanya gangguan tidur

dan sekitar 17 % mengalami gangguan tidur yang serius. Pravalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggu yaitu sekitar 67% (Amir, 2007). Pada penelitian Ancoli-Israel dalam sebuah survei di Amerika Serikat yang dikutip oleh Maas (2011) yang dilakukan pada 428 lansia yang tinggal dalam masyarakat, sebanyak 19% subjek mengaku bahwa mereka sangat mengalami kesulitan tidur, 21% merasa mereka tidur terlalu sedikit, 24% melaporkan kesulitan tertidur sedikitnya sekali seminggu, dan 39% melaporkan mengalami mengantuk yang berlebihan di siang hari. Penelitian Epidemologi Catchment Area (ECA) telah menemukan bahwa prevalensi gangguan kecemasan satu bulan pada orang yang berusia 65 tahun atau lebih adalah 5,5%. Kecemasan adalah hal umum pada lansia, 10% dari populasi lansia didapati mengalami kecemasan (Bethesda, 2009). Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jumani tentang Hubungan antara Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Lansia di Posbindu Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang mengalami kecemasan ringan (60,6%) juga mengalami kualitas tidur yang buruk (54,6%). Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 November 2015 di Puskesmas Andalas Padang, Andalas memiliki beberapa kelurahan yaitu kelurahan Marapalam, kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah,

kelurahan Sawahan, kelurahan Jati baru dan kelurahan Andalas. Pada survey awal Puskemas Andalas di dapat data jumlah lansia di posyandu lansia sebanyak 85 orang lansia. Dari hasil wawancara yang di lakukan kepada 25 orang lanjut usia. Peneliti menemukan bahwa 15 orang lanjut usia mengalami kesulitan tidur, dimana dari 8 orang lansia mengatakan susah untuk tidur walaupun sudah merasa mengantuk, 3 orang lansia mengatakan jika terbangun pada malam hari susah untuk tidur kembali, 2 orang lansia mengatakan sering terbangun di tengah malam, 2 orang lansia mengatakan tidak dapat tidur nyenyak karena rasa khwatir atau takut yang berlebihan. Lansia menyatakan mengalami pemenuhan kebutuhan hidup yang kurang dan terjadinya penurunan kondisi fisik. Berdasarkan fenomena didapat, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pada usia lanjut di Kelurahan Andalas, Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, peneliti ingin mengetahui adakah Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada Lansia di Kelurahan Andalas Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016.

C. Tujun Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia di Kelurahan Andalas wilayah kerja Puskesmas Andalas, 2016 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada lansia di Kelurahan Andalas wilayah kerja Puskesmas Andalas, 2016 b. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas tidur pada lansia di Kelurahan Andalas wilayah kerja Puskesmas Andalas, 2016 c. Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia di Kelurahan Andalas wilayah kerja Puskesmas Andalas, 2016 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Bidang Keperawatan Sebagai sumber informasi untuk perawat mengenai tingkat kecemasan dan kualitas tidur pada lansia untuk meningkatkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dalam penatalaksanaan kualitas tidur yang tepat pada lansia.

2. Bagi Akademik Untuk menambah referensi mengenai lansia terutama tingkat kecemasan dan kualitas tidur pada lansia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya bisa menggunakan penelitian ini sebagai pedoman untuk melanjutkan penelitian pada waktu berikutnya untuk melihat tingkat kecemasan dan kualitas tidur pada lansia.