Transformasi BPJS 2. September 2011

dokumen-dokumen yang mirip
Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS. 7 September 2011

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi

Harmonisasi Peraturan Per-UUan Jaminan Pensiun Menyongsong Pelaksanaan Jaminan Pensiun SJSN

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional

Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB II PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan

NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012

Kata Kunci : BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan Jaminan Sosial

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia

PH-5/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

MAKNA TRANSFORMASI BPJS A.A OKA MAHENDRA ASIH EKA PUTRI

PT ASKES (PERSERO) MENUJU BPJS KESEHATAN TAHUN OCTOVIANUS RAMBA Kepala PT. Askes (Persero) Cabang Pontianak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

PERATURAN PELAKSANAAN (R)UU BPJS: Apa Yang Harus Dikawal? Sistem Jaminan Sosial Nasional

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

BAB I PENDAHULUAN. berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. baik (good governance). Menurut Thoha dalam Jurnal Pendayagunaan Aparatur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN MATA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT JASA MARGA (PERSERO) TBK

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

BAB II FORMULASI ATURAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

BERITA NEGARA. BPJS-KETENAGAKERJAAN. Manfaat. Layanan Tambahan.

SISTEMATIKA PENYUSUNAN PETA JALAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL BIDANG KESEHATAN

BAB II PROFIL BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH. ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan

BAHAN MATA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT JASA MARGA (PERSERO) TBK

I. PENDAHULUAN II. POKOK PEMBICARAAN

BAB I. KETENTUAN UMUM

No peserta harus dapat dipenuhi dari Iuran tersebut. Untuk itu, badan penyelenggara harus dapat mengelola dan mengembangkan secara terarah dan

TANTANGAN PENETAPAN STANDAR UPAH MINIMUM NASIONAL DAN REGIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN BELITUNG TIMUR

HAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL. Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih

BAB III PROGRAM JAMINAN HARI TUA

- 1 - RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG

KESIAPAN PT. JAMSOSTEK (Persero) MENUJU BPJS KETENAGAKERJAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Yuridis Filosofis Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA

Jaminan Hari Tua (JHT) & Jaminan Pensiun (JP) Pekerja. Timoer Sutanto, DPN Apindo, Ketua Bidang Jaminan Sosial Jakarta, 24 April 2015

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PT. Tunas Ridean Tbk Kamis, 19 April s/d Selesai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

PENJELASAN BAHAN MATA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN (RUPS TAHUNAN) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 31 Maret 2017

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

Bahan Mata Acara RUPSLB Tahun 2017

Transkripsi:

Transformasi BPJS 2 September 2011 1

Transformasi BPJS 2 (1) RUU BPJS disahkan menjadi UU Nov 2011 Ijin prakarsa pembuatan dan revisi PP terkait JHT dan JP Proses konsultasi publik terkait harmonisasi JHT dan JP dengan program pensiun, THT, Pesangon, Penghargaan Masa Kerja, dan Jaminan Sosial Lanjut Usia Perumusan perubahan UU Jamsostek terkait JHT Perumusan sistem pesangon dan penghargaan masa kerja yang baru dalam UU Ketenagakerjaan Perumusan sistem pensiun dan THT baru untuk PNS/TNI Polri 2

Transformasi BPJS 2 (2) Harmonisasi UU Kessos khususnya ketentuan Jaminan Sosial Lanjut Usia Implementasi sistem identitas tunggal secara penuh Pengesahan: PP JHT PP JP Termasuk pentahapan kepesertaan Sosialisasi dan konsultasi mengenai harmonisasi program pensiun swasta Pengesahan atas perubahan UU 13/2003, UU 3/1992, UU 11/2009, UU 40/2004 Pengesahan atas perubahan UU 11/1969, UU 6/1966 3

Transformasi BPJS 2 (3) PT Jamsostek, PT Taspen & PT Asabri mulai memilah paket manfaat pensiun dasar & JHT dasar dari manfaat pensiun tambahan dan JHT tambahan Penetapan alokasi penyertaan modal Pemerintah dalam APBN PT Jamsostek, PT Taspen & PT Asabri selesai memilah paket manfaat pensiun dasar & JHT dasar dari manfaat pensiun tambahan dan JHT tambahan KAP mengaudit neraca penutupan PT Jamsostek Penyiapan infrastruktur BPJS2: menyusun Dbase dan kepesertaan (Sist.Inf.), dll PP Penyertaan Modal Pemerintah ke BPJS2 4

Transformasi BPJS 2 (4) Pemilahan aset & liabilitas PT Jamsostek, PT Taspen, & PT Asabri terkait manfaat pensiun & JHT dasar dan manfaat pensiun & JHT tambahan RUPSLB PT Jamsostek Pencabutan status badan hukum PT Jamsostek Pengalihan program, aset, liabilitas terkait layanan manfaat dasar Jaminan Pensiun & JHT TNI/POLRI dari PT Asabri ke BPJS2 Pengalihan program, aset, liabilitas terkait layanan manfaat dasar Jaminan Pensiun & JHT PNS dari PT Taspen ke BPJS2 Pengesahan neraca pembukaan BPJS2 dan Dana Jamsos pensiun dan JHT BPJS2 mulai beroperasi Pengalihan program, aset, liabilitas terkait layanan manfaat dasar Jaminan Pensiun & JHT dan karyawan dari PT Jamsostek ke BPJS2 5

PRASYARAT IMPLEMENTASI PROGRAM SJSN YANG DIKELOLA BPJS 2 Implementasi nomor identitas tunggal untuk seluruh penduduk Pengalihan/penyediaan data base peserta, terutama menyangkut: Riwayat pekerjaan Riwayat gaji Masa kerja Mengingat Program SJSN yang akan dikelola oleh BPJS 2 merupakan program jangka panjang, diperlukan adanya sistem administrasi yang baik Penetapan/pembentukan lembaga penghimpunan iuran dan data Penyiapan unit yang berkemampuan dalam pemodelan aktuaria terkait Pelaksanaan Program Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua Harmonisasi dengan peraturan lain (antara lain: UU Kesejahteraan Sosial, UU Jamsostek, UU Ketenagakerjaan) Masyarakat memahami program Jaminan Pensiuan dan Jaminan Hari Tua 6

KETENTUAN KETENTUAN YANG PERLU DIHARMONISASI Ketentuan terkait Pensiun dan THT untuk PNS dan anggota TNI/Polri membutuhkan reformasi yang fundamental: Usia Pensiun Rumus manfaat harus dikaitkan dengan indeks gaji tahun bukan hanya dari gaji terakhir. Ketentuan tentang Ketenagakerjaan perlu ditinjau kembali, khususnya ketentuan pesangon Ketentuan tentang Program Jamsostek harus dihentikan bila Program Jaminan Hari Tua, Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Program Jaminan Kematian, dan Program Jaminan Kesehatan SJSN mulai berlaku Ketentuan mengenai jaminan sosial lanjut usia 7

Dampak Fiskal dan Ekonomi Implementasi Jaminan Pensiun Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran sekurang-kurangnya Rp 1.300 triliun dalam rangka perubahan sistem pembiayaan pensiun PNS dan TNI/Polri dari Pay As You Go menjadi Fully (Partially Funded) Mengingat saat Jaminan Pensiun untuk sektor swasta formal masih sukarela, adanya implementasi jaminan Pensiun yang bersifat wajib akan menambah beban Pengusaha dan pekerja akan bertambahnya biaya produksi 8

Operasional BPJS 2 Sebelum BPJS 2 beroperasi perlu dilakukan: Pemenuhan persyaratan implementasi program yang kelola Harmonisasi ketentuan-ketentuan terkait Penyiapan anggaran untuk perubahan sistem pembiayaan pensiun Kajian kesiapan pemberi kerja dan pekerja terkait implementasi Jaminan Pensiun Mengingat hal-hal tersebut diatas maka untuk mengoperasionalkan BPJS 2 pemerintah membutuhkan tambahan waktu persiapan. Untuk itu operasionalisasi BPJS 2 diusulkan diatur dalam Undang-undang tersendiri atau dalam Peraturan Pemerintah. 9

POKOK-POKOK YANG AKAN DIATUR DALAM KETENTUAN PERALIHAN 10

Sejak ditetapkannya UU BPJS hingga BPJS 2 beroperasi (1) Perusahaan Perseroan (Persero) PT Asabri tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program Santunan Pensiun dan Santunan Hari Tua bagi TNI dan Polri Perusahaan Perseroan (Persero) PT Taspen tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program Pensiun dan Tabungan Hari Tua bagi PNS Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) 11

Sejak ditetapkannya UU BPJS hingga BPJS 2 beroperasi (2) Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jamsostek tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program jaminan hari tua bagi pekerja swasta Pemberi Kerja tetap mengikutsertakan Pekerjanya dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja sesuai Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) 12

Tugas Komisaris & Direksi PT Jamsostek sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(1) Menyiapkan operasional BPJS 2 untuk menyelenggarakan program jaminan pensiun dan jaminan hari tua - Tidak boleh merugikan peserta lama yang mengikuti program di ke-4 BUMN. (Prinsip 2) - Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) 13

Tugas Komisaris & Direksi PT Jamsostek sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(2) Melakukan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan jaminan pensiun dan jaminan hari tua bekerja sama dengan pemerintah - Tidak boleh merugikan peserta lama yang mengikuti program di ke-4 BUMN. (Prinsip 2) - Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) 14

Tugas Komisaris & Direksi PT Jamsostek sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(3) Menyiapkan pengalihan: a) program jaminan hari tua paket manfaat dasar, aset dan kewajiban, pegawai, serta hak dan kewajiban Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jamsostek yang terkait dengan program jaminan hari tua paket manfaat dasar kepada BPJS 2; dan b) Program jaminan hari tua paket manfaat tambahan, aset dan kewajiban, serta hak dan kewajiban Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jamsostek kepada perusahaan asuransi atau dana pensiun apabila ada. - Tidak boleh merugikan peserta lama yang mengikuti program di ke-4 BUMN. (Prinsip 2) - Ada kepastian dalam investasi 4 BUMN yang saat ini sedang berjalan sesuai dengan peraturan perundangundangan. (Prinsip 6) 15

Tugas Komisaris & Direksi PT Jamsostek sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(4) Menyusun neraca penutupan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jamsostek, neraca pembukaan BPJS 2, dan neraca pembukaan Dana Jaminan Pensiun dan neraca pembuakan Dana Jaminan Hari Tua - Ada kepastian dalam investasi 4 BUMN yang saat ini sedang berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Prinsip 6) - Proses pengalihan aset dari 4 BUMN kepada aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial dilakukan dengan prinsip kehatihatian. (Prinsip 7) 16

Tugas Komisaris & Direksi PT Jamsostek sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(5) Menunjuk kantor akuntan publik untuk melakukan audit atas neraca penutup Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jamsostek, neraca pembukaan BPJS 2, neraca pembukaan Dana Jaminan Pensiun dan neraca pembukaan Dana Jaminan Hari Tua Proses pengalihan aset dari 4 BUMN kepada aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial dilakukan dengan prinsip kehatihatian. (Prinsip 7) 17

Tugas Komisaris & Direksi PT Jamsostek sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(6) Menyusun sistem dan prosedur operasi yang diperlukan untuk beroperasinya BPJS 2 Pemerintah diamanatkan untuk menyelesaikan seluruh peraturan pelaksanaannya yang diperlukan terkait transformasi 4 BUMN dengan batasan waktu paling lambat 24 (dua puluh empat) bulan. (Prinsip 5) 18

Tugas Komisaris & Direksi PT Jamsostek sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(7) Melakukan kegiatan lain yang diperlukan bagi: a) persiapan pengalihan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jamsostek kepada BPJS 2. b) persiapan penerimaan peserta baru yang berasal dari pemberi kerja dan pekerja yang belum menjadi peserta program jaminan hari tua Jamsostek dan masyarakat umum. Poses pengalihan aset dari 4 BUMN kepada aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial dilakukan dengan prinsip kehatihatian. (Prinsip 7) 19

Tugas Komisaris & Direksi PT Taspen sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(1) Melakukan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan jaminan pensiun dan jaminan hari tua bekerja sama dengan pemerintah - Tidak boleh merugikan peserta lama yang mengikuti program di ke-4 BUMN. (Prinsip 2) - Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) 20

Tugas Komisaris & Direksi PT Taspen sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(2) Melakukan pemilahan program jaminan pensiun dan jaminan hari tua paket manfaat tambahan untuk peserta PNS - Tidak boleh merugikan peserta lama yang mengikuti program di ke-4 BUMN. (Prinsip 2) - Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) - Satu peserta hanya membayar 1 kali untuk setiap program. (Prinsip 4) 21

Tugas Komisaris & Direksi PT Taspen sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(3) Menyiapkan pengalihan program jaminan pensiun dan jaminan hari tua paket manfaat dasar, aset dan kewajiban, pegawai, serta hak dan kewajiban Perusahaan Perseroan (Persero) PT Taspen yang terkait dengan program jaminan pensiun dan jaminan hari tua paket manfaat dasar kepada BPJS 2 - Tidak boleh merugikan peserta lama yang mengikuti program di ke-4 BUMN. (Prinsip 2) - Ada kepastian dalam investasi 4 BUMN yang saat ini sedang berjalan sesuai dengan peraturan perundangundangan. (Prinsip 6) 22

Tugas Komisaris & Direksi PT Asabri sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(1) Melakukan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan jaminan pensiun dan jaminan hari tua bekerja sama dengan pemerintah - Tidak boleh merugikan peserta lama yang mengikuti program di ke-4 BUMN. (Prinsip 2) - Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) 23

Tugas Komisaris & Direksi PT Asabri sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(2) Melakukan pemilahan program jaminan pensiun dan jaminan hari tua paket manfaat tambahan bagi peserta TNI/Polri - Tidak boleh merugikan peserta lama yang mengikuti program di ke-4 BUMN. (Prinsip 2) - Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) - Satu peserta hanya membayar 1 kali untuk setiap program. (Prinsip 4) 24

Tugas Komisaris & Direksi PT Asabri sejak ditetapkannya UU BPJS hingga beroperasinya BPJS 2...(3) Menyiapkan pengalihan program jaminan pensiun dan jaminan hari tua paket manfaat dasar, aset dan kewajiban, pegawai, serta hak dan kewajiban Perusahaan Perseroan (Persero) PT Asabri yang terkait dengan program jaminan pensiun dan jaminan hari tua paket manfaat dasar kepada BPJS 2 - Tidak boleh merugikan peserta lama yang mengikuti program di ke-4 BUMN. (Prinsip 2) - Ada kepastian dalam investasi 4 BUMN yang saat ini sedang berjalan sesuai dengan peraturan perundangundangan. (Prinsip 6) 25

POKOK-POKOK YANG AKAN DIATUR DALAM KETENTUAN PENUTUP 26

Pada saat BPJS 2 mulai beroperasi (1) Mulai beroperasinya BPJS 2 untuk menyelenggarakan program jaminan pensiun dan jaminan hari tua ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Untuk pertama kalinya, Dewan Komisaris PT Jamsostek diangkat menjadi Dewan Pengawas BPJS 2 Untuk pertama kalinya, Direksi PT Jamsostek diangkat menjadi Direksi BPJS 2 Semua pegawai Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jamsostek menjadi pegawai BPJS 2 Tidak boleh ada PHK dan tidak boleh ada pengurangan hak-hak normatif dari karyawan ke-4 BUMN. (Prinsip 1) Proses pengalihan aset dari 4 BUMN kepada BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial dilakukan dengan prinsip kehati-hatian. (Prinsip 7) 27

Pada saat BPJS 2 mulai beroperasi (2) Dengan mengenyampingkan/mengecualikan ketentuan Pasal 142 ayat (2) huruf a Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan ketentuan Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jamsostek berdasarkan Undang-Undang ini dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jamsostek menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS 2 dan aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum Dana Jaminan Pensiun dan Dana Jaminan Hari Tua. Tidak boleh ada ada PHK dan tidak boleh ada pengurangan hak-hak normatif dari karyawan ke-4 BUMN. (Prinsip 1) Proses pengalihan aset dari 4 BUMN kepada BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial dilakukan dengan prinsip kehati-hatian. (Prinsip 7) 28

Pada saat BPJS 2 mulai beroperasi (3) Menteri Negara BUMN selaku rapat umum pemegang saham mengesahkan neraca penutup Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jamsostek setelah dilakukan audit oleh Kantor Akuntan Publik dan Menteri Keuangan mengesahkan neraca pembukaan BPJS 2 dan neraca pembukaan Dana Jaminan Pensiun dan neraca pembukaan Dana Jaminan Hari Tua Tidak boleh ada ada PHK dan tidak boleh ada pengurangan hak-hak normatif dari karyawan ke-4 BUMN. (Prinsip 1) Proses pengalihan aset dari 4 BUMN kepada BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial dilakukan dengan prinsip kehati-hatian. (Prinsip 7) 29

Pengalihan Program Jaminan yang Telah Ada Pengalihan program Jaminan hari tua dari PT Jamsostek (Persero) ke BPJS 2 diatur dengan Peraturan Pemerintah Pengalihan program jaminan pensiun dan jaminan hari tua bagi PNS dan anggota TNI dan Polri diatur dengan Peraturan Pemerintah - Tidak boleh merugikan peserta lama yang mengikuti program di ke-4 BUMN. (Prinsip 2) - Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) - Tidak boleh merugikan peserta lama yang mengikuti program di ke-4 BUMN. (Prinsip 2) - Tidak boleh ada program untuk peserta lama yang stagnan atau berhenti. Pelayanan untuk peserta lama tidak boleh berhenti. (Prinsip 3) 30

Terima Kasih 31