BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi mereka yang tinggal di kota besar seperti Bandung,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan bagi mereka untuk melepaskan penat dan kejenuhan dengan mencari

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Tabel 1.1 Daftar Jumlah Penonton Bioskop BlitzMegaplex PVJ Bandung Tahun Jumlah Penonton

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bioskop, fashion, food court, tempat bermain anak, ruang pameran, fitness, meeting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat perkotaan saat ini adalah hiburan perfilman.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, Indonesia mengalami krisis moneter yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Objek Penelitian Gambaran Singkat Blitzmegaplex Cabang Miko Mall

BAB I PENDAHULUAN. mengambil sikap dalam menghadapi perkembangan teknologi dan informasi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan pelopor jaringan Cineplex di Indonesia. Jaringan bioskop ini tersebar

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk menjawab tujuan pembelajaran studi kasus ini, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana bagi perekonomian global khususnya melanda negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS CUSTOMER EXPERIENCE DAN LIFESTYLE MODEL TERHDAP KEPUTUSAN MENONTON FILM (Survei Terhadap Member Bioskop Blitzmegaplex Paris Van Java Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. dari rutinitas yang mereka lakukan. Untuk menghilangkan ketegangan

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan salah satu komponen marketing mix yang umum

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri hiburan (entertainment) nasional maupun global

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat setiap bisnis film di bioskop tetap eksis dan mulai mampu bersaing

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soraya Desiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bioskop berasal dari kata BOSCOOP (bahasa Belanda yang juga berasal dari Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pada E-CINEMA yang saat ini berpotensi cukup baik dalam perkembangan Cinema. Eresto, Ecinema, Elounge, 7 KTV dan Banquet Service.

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB III OBJEK PENELITIAN. akan pengalaman film, berdasarkan tiga karakter, yaitu : dilengkapi dengan tekhnologi bioskop terbaik

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi-teknologi baru yang muncul semakin pesat belakangan ini

Operation Quality Management [ Service Blueprint Cineplex 21 Group ]

BAB I PENDAHULUAN. nasional menuju ke arah cara hidup dengan wawasan global. Globalisasi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah anak muda usia produktif membuat para peritel pun tidak akan kesusahan

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Namun seiring

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak sekali pebisnis atau investor yang membuka bisnis coffee shop di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan di bidang perekonomian sampai saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pada 1895, para investor di Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis dalam waktu

1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Barat, 2013.

BAB I PENDAHULUAN. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha kuliner. Banyak para pengusaha berpikir kreatif dan inovatif

BAB I PENDAHULUAN. permintaan masyarakat terhadap produk dan jasa untuk memenuhi segala

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk mampu bersaing dan. meraih sukses dalam bisnis di era globaliasi ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan bioskop di Indonesia sudah mencapai hampir 100 tahun lebih.

BAB 1 PENDAHULUAN. Laju perekonomian dewasa ini membuat masyarakat memiliki aktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Industri barang dan jasa pun semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo 21 Cineplex Sumber : 21cineplex.com

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Selain bertujuan bisnis atau mencari keuntungan, Restoran dan Kafe juga

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan dunia bisnis semakin ketat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Di dunia ini, setiap manusia ataupun setiap makhluk hidup memilki kebutuhan yang

I. PENDAHULUAN. menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelanggan baru. Strategi strategi tersebut mengharuskan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu ketat antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan dewasa ini telah masuk dalam era baru, dimana menonton

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau pelaku bisnis adalah mempertahankan pelanggannya. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian maupun perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi. Dalam prosesnya, sebuah budaya menghasilkan

USULAN STRATEGI PEMASARAN BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN (Studi Kasus Di CAFE ATMOSPHERE)

BAB I PENDAHULUAN. para pelaku usaha ritel modern telah memberi warna tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, masyarakat Indonesia sudah mulai terpengaruh dan mengadaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata di Indonesia semakin tumbuh dan berkembang. Industri

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi saat ini telah membuat dunia bisnis mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih tinggi kepada pelanggan atau konsumen. Di dalam perekonomian yang kreatif ini,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis untuk bisa tetap eksis di bidang usahanya. Secara umum tujuan dari pelaku

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar, setiap perusahaan berusaha menarik perhatian konsumen melalui. pemberian informasi tentang produk yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dunia bisnis begitu pesat mengakibatkan timbulnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor - faktor seperti

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dewasa ini semakin mengarah pada persaingan ketat,

TUGAS AKHIR BIOSKOP DI SINGARAJA KABUPATEN BULELENG-BALI STUDI AKUSTIK RUANG PERTUNJUKAN FILM BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. Canggihnya teknologi saat ini banyak menyuguhkan beberapa saranasarana

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan konsumen serta perubahan yang terjadi dalam menempatkan orientasi. kepada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama.

BAB I PENDAHULUAN Sumber : BPS di internet

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik maupun di pasar internasional atau global. Fenomena ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sebab naik turunnya harga barang-barang yang ada di pasar sehingga

BAB I PENDAHULUAN. jaman, sehingga menimbulkan persaingan di dalam usaha bisnis. Fashion

BAB I PENDAHULUAN. ketat khusunya untuk perusahaan yang sejenis. mereka dituntutuntuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pemasaran merupakan segala kegiatan usaha untuk membujuk,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan industri otomotif di Indonesia sangat pesat, tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan bagaimana konsumen dipengaruhi oleh lingkungannya, kelompok referensi,

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bervariasi dan semakin selektif. Melihat hal ini perusahaan pun berlomba

BAB I PENDAHULUAN. dan pada giliran nya laba akan menurun. berusaha melakukan berbagai kegiatan yang menunjang, kegiatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri hiburan saat ini telah menjadi salah satu gaya hidup bagi masyarakat khususnya bagi mereka yang tinggal di kota besar seperti Bandung, berbagai aktivitas yang padat dan kesibukan yang dialami masyarakat Bandung. Setiap harinya suasana macet yang terjadi di ruas ruas jalan, menimbulkan suatu kebutuhan bagi mereka untuk melepaskan penat dan kejenuhan dengan mencari hiburan demi memperoleh kembali kesegaran fisik, mental dan emosional. Industri jasa yang menyajikan berbagai pengalaman menarik yang dapat dinikmati oleh masyarakat, salah satunya adalah industri perfilman, yaitu bioskop. Bioskop adalah salah satu industri hiburan yang sudah mengalami berbagai macam perubahan di setiap zaman. Perkembangan teknologi saat ini pun telah membuat industri bioskop berkembang dan memberikan hiburan dan layanan yang terus membaik kepada masyarakat luas. Tayangan film dalam layar lebar kini tampil dengan beragam fasilitas yang baik untuk menarik konsumen, sehingga perusahaan semakin gencar meningkatkan keunikan yang berbeda bagi para pelanggannya. Menurut Direktur Perfilman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Syamsul Lussa mengatakan bahwa saat ini jumlah penonton bioskop di Tanah Air mengalami penurunan, penyebabnya adalah munculnya beberapa alternatif yang 1

2 dapat dinikmati oleh pencinta film, diantaranya maraknya perdagangan DVD bajakan, mudahnya melakukan download dari dunia maya. Tidak ketinggalan TV kabel, hingga perusahaan elektronik yang mengembangkan produk produk bersifat bring theatre to your home seperti TV LED, home theatre, dan audio system. Beberapa alternatif diatas menjadi alasan yang memicu turunnya jumlah penonton di tanah air, padahal bioskop memiliki keunikan tersendiri dibandingkan menonton film di rumah melalui alternatif diatas. Kualitas gambar yang lebih baik, ukuran layar yang lebih besar, teknologi sound system yang sangat jernih, serta suasana dan kenyamanan yang memadai menjadi pertimbangan pelanggan untuk mencari kepuasan di sarana hiburan yang menggunakan jasa bioskop. Oleh karena itu, perusahaan bioskop Tanah Air memerlukan beberapa kiat khusus guna memikat para pelanggannya sehingga mereka tertarik untuk menonton di bioskop. Salah satu industri bioskop yang sedang booming adalah Blitzmegaplex. Kehadiran Blitzmegaplex dikota Bandung menyurutkan pangsa pasar dunia perbioskopan (Kompas, 16 Desember 2007). Pada tahun pertama pembukaan Bisokop BlitzMegaplex di Paris Van Java Bandung pada 16 oktober 2007, Blitz menjaring konsumen mencapai 1000.000 penonton (Tempo.Co), namun pada tahun- ketahun terjadi penurunan jumlah penonton.

3 Tabel 1.1 Jumlah Penonton Bioskop Blitzmegaplex No Tahun Jumlah penonton keterangan 1 2011 674.123 Blitzmegaplex masih diminati karena kehadirannya masih bari di Bandung. 2 2012 634.146 Pesaing Blitzmegaplex gencar menurunkan harga sehingga mengalihkan perhatian konsumen terhadap Blitzmegaplex. 3 2013 530.009 Promosi yang dilakukan Blitzmegaplex kurang, dibandingkan Cineplex 21 yang mengadakan Nomat Nonton Hemat dengan harga yang lebih murah dari Blitzmegaplex. 4 2014 481.328 Harga, pelayanan dan promosi yang dilakukan Blitzmegaplex masih kurang. Berdasarkan tabel 1.1 diatas tersebut diketahui bahwa penonton bioskop Blitzmegaplex mengalami penurunan. Pada awal peluncuran bioskop Blitzmegaplex mendapat sambutan yang baik dari masyarakat sehingga menarik konsumen untuk menonton di Blitzmegaplex, meskipun Blitzmegaplex mempunyai fasilitas yang berbeda dibandingkan pesaing, tidak menutup kemungkinan konsumen merasa kurang akan kualitas yang dirasakan. Perkembangan industri hiburan (entertainment) nasional maupun global telah menyebabkan persaingan dalam memperebutkan pangsa pasar seperti sekarang ini. Perusahaan tidak hanya bisa mengandalkan produk dan jasa yang berkualitas, harga yang bersaing serta jumlah outlet yang banyak, tetapi didukung juga oleh upaya-upaya penting dalam menyampaikan nilai-nilai

4 produk atau jasa yang dihasilkan. Industri jasa hiburan di Bandung sudah tergolong maju, begitu juga dengan bioskop-bioskop yang ada. Pada saat ini kota Bandung memiliki jaringan bioskop ternama di Indonesia. Kebangkitan bioskop di Bandung dimulai sejak tahun 2003-an seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian masyarakat ditambah dengan makin maraknya indistri film Indonesia. Jaringan bioskop cineplex 21 memiliki pasar terbesar (hampi 90%, menurut GPBSI). Setelah sekian lama jaringan bioskop 21 cineplex merasakan nikmatnya bisnis bioskop tanpa pesaing berarti di Bandung, baru pada akhir tahun 2006 jaringan 21 cineplex menghadapi pesaing dengan hadirnya Blitzmegaplex di Paris Van Java. Tabel 1.2 Persaingan Bisnis Bioskop Di Bandung NO Nama Bioskop Alamat 1 Cineplex 21 Bandung Bandung Indah Plaza lt.3, jl. Merdeka Braga City Walk lt.2, jl. Braga Trans studio mall lt.3, jl.jend Gatot Subroto Bandung Trade Center lt. P-2/3, jl. Dr. Djundjunan Cihampelas Walk lt.2, jl. Cihampelas Jatos, jl. Raya jatinangor 2 Blitzmegaplex Mall Paris Van Java, jl. Sukajadi no. 136-139 Mikko Mall, Jl. Kopo sumber : Observasi, data diolah kembali (2015) Berdasarkan tabel 1.2 tersebut diatas terlihat jelas bahwa perbandingan Cineplex 21 mendominasi perbioskopan yang ada di kota Bandung karena Cineplex 21 merupakan pelopor perfilman di Indonesia, hal ini terlihat dari

5 banyaknya jumlah Cineplex 21 di mall-mall tidak hanya pada satu mall, di kota Bandung sendiri sudah ada 6 Cineplex 21 yang berdiri dibandingkan dengan bioskop Blitzmegaplex. Persaingan inilah yang membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam merancang strategi pemasaran nya. Salah satu cara agar dapat merebut pangsa pasar adalah dengan memperoleh pelanggan sebanyak banyaknya. Perusahaan akan berhasil memperoleh pelanggan dalam jumlah yang banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan. Kartajaya (2006:165) mengungkapkan bahwa untuk memenangkan persaingan, layanan yang ditawarkan haruslah menghasilkan sensasi yang tidak terlupakan kepada para pelanggan. Artinya kebutuhan masyarakat akan hiburan sebagai sarana relaksasi semakin meningkatk dan konsumen akan lebih selektif, dengan menonton film sebagai salah satu pilihannya. Pada saat ini, terlihat bahwa produk antar perusahaan menjadi sama satu dengan yang lainnya sehingga tersedianya berbagai pilihan bagi konsumen, maka diperlukan suatu pembeda yang lebih jitu untuk menarik konsumen agar dapat mengkonsumsi produk perusahaan. Berdasarkan hal tersebut kemudian muncul suatu teori pemasaran baru yang membuat perusahaan untuk menciptakan keunikan dari pesaing, dan inilah yang sebenarnya dibutuhkan disaat sekarang. Kotler (2012) berpendapat bahwa diferensiasi jasa adalah tindakan merancang suatu set perbedaan berarti untuk membedakan penawaran perusahaan

6 dari penawaran pesaing. Diferensiasi jasa dilakukan dengan tujuan untuk dapat bersaing melawan para pesaing dan mencapai keunggulan yang kompetitif sehingga perusahaan, dalam hal ini Blitzmegaplex dapat menambah nilai dan meningkatkan minat konsumen. Keunggulan tersebut dapat mememenuhi kebutuhan konsumen sehingga konsumen tersebut diharapkan menciptakan keputusan pembelian akan jasa yang ditawarkan perusahaan. Berbicara mengenai industri hiburan bioskop di kota Bandung sudah tersimpan dalam benak konsumen suatu merek yang sudah lama di Bandung, yaitu Blitzmegaplex menjadi pelopor perfilman pertama yang didirikan oleh PT. Graha Layar Prima untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang mengutamakan diferensiasi karena konsumen film Indonesia butuh alternatif tempat baru untuk menonton film, salah satu kota yang dibidik adalah kota Bandung. Gaya hidup penduduk kota Bandung sesuai dengan positioning Blitzmegaplex, dimana konsumen butuh tempat yang berbeda, tidak hanya datang untuk menonton film, tetapi Blitzmegaplex juga bisa dijadikan tempat berkumpul (hangout) atau tempat gaul untuk anak usia muda. Sesuai dengan slogan (tagline), beyond movie, Blitzmegaplex bertekad membangun gaya hidup baru dalam industri Cineplex di Tanah Air Indonesia. Bioskop Blitzmegaplex telah menciptakan trend baru dimana bisnis bioskop lain hanya memiliki satu hingga lima theatre di satu jaringan bioskopnya, maka Blitzmegaplex menciptakan diferensiasi jasa berbentuk terobosan baru yaitu

7 dengan menciptakan delapan theatre disetiap cabang bioskopnya dengan berbagai class seperti reguler dan class velvet. Tidak hanya itu saja Blitzmegaplex menggunakan teknologi terbaru pada theatre dengan teknologi digital yang lebih baik sehingga gambar yang dihasilkan akan lebih bagus dibanding dengan bioskop pesaingnya. Blitzmegaplex juga tidak hanya menayangkan film-film dari Hollywood atau film Indonesia, namun juga menayangkan film-film Asia, Independent, festival, hingga menyajikan animasi dari berbagai negara. Dibandingkan dengan pesaingnya, hanya menyuguhkan film Barat dan Indonesia saja sehingga kebanyakan konsumen merasa bosan. Hal itulah yang diperhatikan oleh Blitzmegaplex yang memberikan terobosan baru seperti yang telah diuraikan diatas sehingga diharapkan pecinta film tidak merasa bosan. Blitzmegaplex juga hadir dengan Blitz cardnya yang memudahkan pengunjung untuk memesan tiket. Blitzmegaplex sudah melayani konsumen selama sembilan tahun dengan film-film yang menarik. Selain dengan bioskopnya, Blitzmegaplex juga menawarkan kenyamanan diantaranya bernama Blitz Cafe, fasilitas ini dapat dinikmati oleh para pelanggan dan anggota Blitzmegaplex. Jaringan bioskop Blitzmegaplex tidak hanya kota besar saja, tetapi sudah merambah ke kota-kota di Jawa Barat khususnya kota Bandung dimana kemunculannya disambut masyarakat luas. Menonton film di bioskop dan cinema saat ini telah menjadi sebuah lifestyle atau gaya hidup bagi masyarakat metropolis dan urban yang

8 membutuhkan hiburan. Seiring dengan perkembangannya, tingkat keinginan dan kepuasan penonton semakin tinggi, penonton menginginkan sesuatu yang berbeda pada saat menikmati jasa hiburan bioskop. Berbagai strategi yang ditujukan oleh pengelola bisokop untuk menarik konsumen, serta beragamnya alternatif pilihan merek dan tempat menonton bioskop tentunya akan menguntungkan bagi konsumen itu sendiri. Keuntungan bagi mereka adalah efisiensi dari segi biaya, waktu, tenaga, kemudahan aksesibilitas, Blitzmegaplex menyadari persaingan diantara Cineplex 21 semakin tinggi, sampai Cineplex 21 harus menurunkan harga tiketnya sebagai strategi serangan balasan. Maka perusahaan disini harus lebih memperhatikan juga faktor yang menyebabkan adanya perubahan harga. Berdasarkan bidang usaha perusahaan yaitu bioskop, maka tujuan penetapan harga perusahaan berorientasi pada keputusan pembelian. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target nilai penjualan (Rupiah). Penetapan harga itu sebenarnya cukup kompleks dan sulit, sehingga diperlukan suatu pendekatan yang sistematis yang melibatkan penetapan tujuan dan mengembangkan suatu struktur penetapan harga yang tepat.

9 Tabel 1.3 Tiket Bioskop Blitzmegaplex Paris Van Java Bandung Tahun 2015 KATEGORI HARI PRICE Monday - Thursday Rp. 35.000,- Regular Friday Rp. 40.000,- Saturday Sunday / Public Holiday Rp. 50.000,- 3 D Monday - Thursday Rp. 35.000,- Friday Rp. 45.000,- Saturday Sunday / Public Holiday Rp. 55.000,- Hindi Movie Monday - Thursday Rp. 40.000,- Friday Rp. 50.000,- Saturday Sunday / Public Holiday Rp. 60.000,- Local Monday - Thursday Rp. 30.000,- Friday Rp. 35.000,- Saturday Sunday / Public Holiday Rp. 45.000,- Sumber : www.blitzmegaplex.com Berdasarkan tabel 1.3 diatas diketahui bahwa harga tertinggi adalah sebesar Rp.60.000 yaitu pada public karena pada weekend merupakan peluang yang besar dimana masyarakat mencari hiburan termasuk dengan menonton bioskop, sementara harga terendah adalah sebesar Rp. 30.000 yaitu pada Senin sampai Rabu karena pada hari biasa pengunjung mall maupun bioskop memang selalu sepi dikarenakan pada hari tersebut masyarakan disibukan dengan urusan seperti kantor, sekolah, dll. Harga tiket bioskop Blitzmegaplex tidak berbeda jauh dengan pesaingnya yaitu Cineplex 21. Pada table 1.4 dibawah ini memberikan informasi harga tiket bioskop Cineplex 21 yang ada dikota Bandung.

10 Tabel 1.4 Tiket Bioskop jaringan Cineplex 21 Kota Bandung tahun 2015 BIOSKOP HARI PRICE Monday - thursday Rp. 25.000,- Braga City Walk XXI Friday Rp. 30.000,- Saturday-Sunday / public Rp. 30.000,- Monday - thursday Rp. 25.000,- BTC XXI Friday Rp. 30.000,- Saturday-Sunday / public Rp. 30.000,- Monday - thursday Rp. 35.000,- TSM XXI Friday Rp. 40.000,- Saturday-Sunday / public Rp. 50.000,- Monday - thursday Rp. 35.000,- TSM XXI 3D Friday Rp. 40.000,- Saturday-Sunday / public Rp. 50.000,- CIWALK XXI Monday - thursday Rp. 30.000,- Friday Rp. 40.000,- Saturday-Sunday / public Rp. 50.000,- CIWALK XXI 3D Monday - thursday Rp. 35.000,- Friday Rp. 40.000,- Saturday-Sunday / public Rp. 50.000,- Festival City Link XXI Festival City Link XXI 3D Empire XXI BIP The Premiere Ciwalk Monday - thursday Rp. 30.000,- Friday Rp. 35.000,- Saturday-Sunday / public Rp. 40.000,- Monday - thursday Rp. 35.000,- Friday Rp. 40.000,- Saturday-Sunday / public Rp. 50.000,- Monday - thursday Rp. 30.000,- Friday Rp. 35.000,- Saturday-Sunday / public Rp. 40.000,- Monday - thursday Rp. 50.000,- Monday - thursday Rp. 75.000,- Friday Rp. 100.000,- Sumber : www.wikipedia.co.id, data diolah kembali (2015)

11 Berdasarkan tabel 1.4 diatas diketahui bahwa harga tertinggi adalah sebesar Rp.100.000 yaitu pada Friday karena termasuk weekend dan merupakan peluang yang besar dimana masyarakat mencari hiburan termasuk dengan menonton bioskop pada hari libur, sementara harga terendah adalah sebesar Rp. 25.000 yaitu pada Senin sampai Rabu karena pada hari biasa penonton bioskop memang selalu sepi dikarenakan pada hari tersebut masyarakan disibukan dengan urusan seperti kantor, sekolah, dll. Penetapan Harga merupakan salah satu variabel pemasaran yang perlu diperhatikan, karena harga akan mempengaruhi tingkat keputusan pembelian dan laba yang diinginkan oleh perusahaan. Konsumen memutuskan memilih jasa, apabila manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama dengan pengorbanan yang telah dilakukannya (Fandy Tjiptono, 2008). Akhirnya, konsumen memutuskan apakah perusahaan tertentu telah menetapkan harga dengan benar. Konsumen memutuskan yang akan dikonsumsi dengan pertimbangan bahwa harga merupakan tolak ukur tentang persepsi nilai dengan menggunakan jasa tersebut, apabila harga melebihi jumlah nilai yang dirasakan, konsumen tidak membeli jasa tersebut. Konsumen juga membandingkan harga produk perusahaan dengan harga produk pesaing. Asumsinya, perusahaan harus mempelajari harga dan kualitas tawaran pesaing dengan menggunakannya sebagai titik awal untuk menetapkan harga tawarannya sendiri.

12 Pada dasarnya persaingan sangat mendominasi di berbagai bisnis, tidak terkecuali di bisnis bioskop, hal ini terlihat pada Blitzmegaplex yang bersaing sangat ketat dengan Cineplex 21. Permasalahan yang dihadapi Blitzmegaplex saat ini dilihat diferensiasi jasa adalah ketidaksiapan manajemen perusahaan dalam hal pelayanan terhadap konsumen yang dinamis diantaranya tidak memberikan kepuasan bagi konsumen. Selain itu harga yang ditetapkan oleh Blitzmegaplex terlalu tinggi dibandingkan Cineplex 21, sehingga mempengaruhi kepada penambahan jumlah penonton. Hal ini akan berimbas kepada perilaku pasca pembelian yang mempengaruhi konsumen akan kembali melakukan pembelian atau bahkan berpaling ke bioskop pesaing yang lebih murah. Perubahan-perubahan pasar yang cepat, baik dalam hal selera, teknologi maupun persaingan, perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan produk atau jasa yang sudah ada saja (Kotler, 2007). Peningkatan jasa yang diciptakan perusahaan dapat dilakukan dengan diferensiasi jasa dan penetapan harga perusahaan yang tepat berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian. Berdasarkan uraian di atas maka perlu kiranya dilakukan penelitian mengenai aspek diferensiasi jasa dan penetapan harga dalam mendukung proses keputusan pembelian konsumen maka penyusun mengambil judul skripsi sebagai berikut : Pengaruh Diferensiasi Jasa dan Penetapan Harga Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Pada Bioskop Blitzmegaplex - Paris Van Java Bandung

13 1.2 Identifikasi Masalah Tingginya tingkat persaingan menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan yang kompetitif. Persaingan pada bisnis bioskop yang sebagian besar didominasi oleh group Cineplex 21 telah menghadirkan jaringan bioskop baru yaitu Blitzmegaplex, dibangun dengan konsep dan fasilitas berbeda dengan pesaingnya. Blitzmegaplex berusaha memberikan diferensiaisi jasa dan penetapan harga yang tepat. Untuk menciptakan diferensiasi jasa dan penetapan harga yang tepat pada konsumen maka setiap perusahaan akan berusaha untuk dapat memberikan keunggulan karakteristik fisik, manfaat yang dapat dirasakan konsumen, sehingga akan berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen Blitzmegaplex. Mengacu kepada identifikasi masalah tersebut, maka didapatkan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh diferensiasi jasa menurut persepsi konsumen yang dilakukan oleh bioskop Blitzmegaplex terhadap proses keputusan pembelian konsumen? 2. Bagaimana pengaruh penetapan harga menurut persepsi konsumen yag dilakukan oleh bioskop Blitzmegaplex terhadap proses keputusan pembelian konsumen? 3. Bagaimana pengaruh diferensiasi jasa dan penetapan harga menurut persepsi konsumen terhadap proses keputusan pembelian pada bioskop Blitzmegaplex?

14 1.3 Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data, mengolah, menganalisa serta menginterprestasikan data sebagai informasi yang dibutuhkan guna menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam meperoleh gelar sarjana pada Jurusan Manajemen Pemasaran Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Mengetahui pengaruh diferensiasi jasa yang dilakukan oleh Blitzmegaplex terhadap proses keputusan pembelian konsumen. 2. Mengetahui pengaruh penetapan harga yang dilakukan bioskop Blitzmegaplex terhadap proses keputusan pembelian konsumen. 3. Mengetahui pengaruh diferensiasi jasa dan penetapan harga terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada bioskop Blitzmegaplex. 1.4 Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh sehubungan dengan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan Bagi pihak pengelola Blitzmegaplex, sebagai bahan masukan informasi mengenai diferensiasi jasa dan penetapan harga berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada bioskop Blitzmegaplex.

15 2. Bagi pihak lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pemikiran dan pengetahuan pembaca mengenai pengaruh diferensiasi jasa dan penetapan harga terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada bioskop Blitzmegaplex Bandung. 3. Bagi penulis Untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis mengenai diferensiasi jasa dan penetapan harga dalam mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen pada bioskop Blitzmegaplex Bandung. 1.5 Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode survey explanatory yaitu suatu penelitian yang mempengaruhi sample dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan pokok, untuk kemudian digunakan untuk menjelaskan 3 variabel nelalui pengujian hipotesis. Pendekatan yang paling cocok untuk mengumpulkan informasi deskriptif yaitu dengan menggunakan penelitian survey berdasarkan Kotler & Keller (2012). Dalam penelitian survey, informasi dikumpulkan dari respon dengan menggunakan kuesioner. Dengan deikian penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Singarimbun dan Effendi (2000:3).

16 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Blitzmegaplex Paris Van Java Bandung yang beralamat di Jl. Sukajadi no 136-139 Bandung. Penelitian dilakukan sejak bulan Februari 2015.