BEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI

dokumen-dokumen yang mirip
Lembaga Perlindungan Saksi

PP 2/2002, TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

Policy Paper SAKSI, YANG TERLUPAKAN DARI SISTEM PERADILAN PIDANA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI, PENYIDIK, PENUNTUT UMUM, DAN HAKIM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA TERORI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Prosedur Perlindungan Saksi di Amerika Serikat

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI PELAPOR DAN SAKSI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB III PERAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK) A. Kedudukan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI PELAPOR DAN SAKSI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLLIK INDONESIA,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka

No Bahwa secara umum ruang lingkup dalam pengaturan Pengklasifikasian Informasi Publik yaitu mengenai: 1. ketentuan umum; 2. asas dan tujuan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN INISIATIF DPR RI

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Penanganan dan Perlindungan Justice Collaborator Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia. Disampaikan oleh : A.H.Semendawai, SH, LL.

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia

RUU Perlindungan Korban dan Saksi Draft Sentra HAM UI dan ICW, Juni 2001 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN REGISTER PERKARA ANAK DAN ANAK KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peranan Peradilan Dalam Proses Penegakan Hukum UU No.5/1999. Putusan KPPU di PN dan Kasasi di MA

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KOMNAS HAM DAN PENGADILAN HAM. Muchamad Ali Safa at

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

"Perlindungan Saksi Dalam Perspektif Perempuan: Beberapa Catatan Kritis Terhadap RUU Perlindungan Saksi usul inistiatif DPR"

TENTANG PENANGANAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

PERATURAN KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

Rabu, 24 September 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/KMA/SK/VIII/2007 TAHUN 2007 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

- 1 - PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGKLASIFIKASIAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CACATAN TERHADAP RUU PERLINDUNGAN SAKSI BERDASARKAN UU DAN PP TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HASIL WAWANCARA. Wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 25 Juli 2013 jam WIB

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PENGANTAR HUKUM ACARA PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA. R. Herlambang Perdana Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 2 Juni 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN KORBAN DAN SAKSI. Sentra HAM UI & ICW

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 558 /A/J.A/ 12/ 2003 TENTANG

DUKUNGAN SUB SISTEM PERADILAN PIDANA TERHADAP PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (EKSISTENSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN)

NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PEMETAAN LEGISLASI INDONESIA TERKAIT DENGAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN. Supriyadi Widodo Eddyono

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN TENTANG

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI Supriyadi Widodo Eddyono 1 1 Tulisan ini digunakan untuk bahan pengantar diskusi FGD III perlindungan saksi dan Korban yang diinisiasi oleh ICW-KOMMNAS PEREMPUAN-ELSAM www.perlindungansaksi.wordpress.com 1

1. UNIT PERLINDUNGAN SAKSI DI AS Di amerika serikat berdasarkan undang-undang reformasi keamanan saksi tahun 1984, 2 Unit program perlindungan saksi berada dalam naungan dari Departement of Justice dalam divisi kriminal, dengan nama lembaga yakni : kantor operasi penegakan unit khusus perlindungan saksi. Dalam pelaksanaan kegiatannya, unit kantor operasi penegakan unit perlindungan saksi ini memiliki hubungan kerja dengan lembaga-lembaga lainnya yakni: Jaksa penuntut umum atau badan investigasi lainnya, Kejaksaan Agung, US Marshal service atau unit kemanan lainnya (FBI), Bureau Of prison, Pengadilan, Kantor Imigrasi dan naturalisasi dan yang terakhir adalah pemerntahan negara bagian. Undang-undang reformasi kemanan saksi tahun 1984 ini mengatur hubungan kerja antara antara unit khusus perlindungan saksi tersebut dengan institusi lainnya adalah dengan pola memberikan fungsi pengawasan program/fungsi kontrol oleh unit perlindungan saksi dengan mengintegrasikannya dengan tugas dan fungsi intusi lainnya yang telah ada (lihat bagan I ) dan Tabel di bawah ini Unit program program perlindungan saksi ini berpusat di kantor pusat Departement of Justice US (federal), namun dapat mendirikan kantor perwakilan di tiap negara bagian sebagai bagian dari divisi penegakan dari Departement of justice. 2 Witnes Protection Act 1984 www.perlindungansaksi.wordpress.com 2

Jenis saksi yang masuk kualifikasi dalam program perlindungan saksi, departemen of justice US Yang diatur oleh witnes protection (kualifikasi ini kemudian akan memilki implikasi dalam perbedaan prosedur dan administratif) Saksi dalam status biasa, dibedakan menjadi saksi: Dalam lingkup federal Dan saksi dalam lingkup lokal tahanan orang asing -ellegal narapidana informan atau informan yang masuk dalam program perlindunga ki paling terkait palingterkait Bureau of Prison Lembaga terkait Kantor Imigrasi paling terkait Bureau of prison paling terkait www.perlindungansaksi.wordpress.com 3

TABEL I Tugas unit perlindungan saksi dan lembaga lainnya di AS No LEMBAGA TUGAS FUNGSI DAN KEWENANGAN 1 Unit khusus perlindungan saksi Mengatur, mengawasi dan melakukan persetujuan dan penetapan terhadap permohonan perlindungan saksi 2 Jaksa penuntut Umum dan Badan Investigasi lainnya Melakukan permohonan perlindungan saksi, dan mempersiapkan berkas administrasi 3 Bureau of prison Mengawasi dan mengatur para saksi dalam status tahanan atau narapidana dan mempersiapkan berkas administrasi 4 Pengadilan Melakukan penetapan dan perintah terhadap pembebasan tahan yang ikut dalam program perlindungan saksi 5 Kantor Imigarsi & naturalisasi Mempersiapkan dokumen bagi perlindungan terhadap orang asing illegal Memberikan persetujuan kepada badan investigasi 6 Pemerintahan negara bagian Membayar pembiayaan dalam hal perlindungan saksi lokal. Bekerjasama dengan jaksa penuntut umum dalam menerapkan UU perlindungan saksi 7 US Marshal Service Melakukan penilaian terhadap saksi yang akan dimasukkan ke dalam program perlindungan. Melakukan perlindungan terhadap saksi Melakukan perlindungan dalam keadaan mendesak 7 Jaksa Agung Mendapatkan dan mengevaluasi semua informasi yang diberikan perihal pengikutsertaan saksi dalam program perlindungan Membuat penilaian tertulis atas resiko yang mungkin diterima oleh suatu komunitas dimana saksi akan di relokasi www.perlindungansaksi.wordpress.com 4

2. LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI AFRIKA SELATAN Di Afrika Selatan, berdasarkan Undang-undang Perlindungan Saksi Tahun 1998 3, Jawatan perlindungan Saksi berada di bawah naungan Departemen kehakiman yang dipimpin dengan nama lembaga yakni : Jawatan perlindungan saksi. Dalam pelaksanaan kegiatannya, jawatan perlindungan saksi ini memiliki hubungan khusus dengan institusi lainnya yakni: Komisi-Komisi Khusus, Direktorat pengaduan Independen, Penuntut umum, Departemen lembaga Pemasyarakatan, organisasi publik lainnya dan pejabat-pejabat keamanan (dalam hal ini adalah: sekretaris bidang pertahanan, Komisioner Nasional kepolisian Afrika Selatan, Badan intelijen Nasional, Badan Rahasia Afrika Selatan, Komisioner Pelayanan masyarakat) Undang-undang perlindungan saksi 1998 ini mengatur hubungan kerja antara antara unit khusus perlindungan saksi tersebut dengan institusi lainnya adalah dengan pola memberikan fungsi pengawasan program/fungsi kontrol oleh unit perlindungan saksi dengan mengintegrasikannya dengan tugas dan fungsi intusi lainnya yang telah ada (lihat bagan II ) dan Tabel di bawah ini Jawatan perlindungan saksi di afrika ini selain berkantor pusat di ibukota negara, dapat juga mendirikan sebuah kantor jawatan di daerah manapun dalam rangka melaksanakan undang-undang perlindungan saksi. Selain itu Jawatan juga berhak untuk menutup kantor atau menggabungkan suatu kantor cabang dengan kantor cabang lainnya dan sekaligus penataan adminsitratif sejauh dianggapnya perlu. TABEL II Tugas Jawatan perlindungan saksi dan institusi lainnya di Afrika Selatan No LEMBAGA TUGASNYA 1 Jawatan perlindungan saksi Melindungi saksi, orang terkait lainnya dan layanan-layanan yang diperlukan. Melaksanakan tugas administrative menyangkut perlindungan Membuat perjanjian tentang bantuan yang akan di dilakukan. Membuat kesepakatan dengan departemen lainnya. 2 Jaksa penuntut Umum dan Badan Investigasi lainnya Membuat permohonan perlindungan ke jawatan Mepersiapkan dokumen pendukung (administrasi) 3 Pejabat keamanan Melakukan keamanan dan perlindungan bagi saksi Menjalankan kewenangan dan harus melaksanakan fungsi 3 Witnes Protection Bill South Afrika 1998 www.perlindungansaksi.wordpress.com 5

atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, ditugaskan atau dibebankan kepadanya Menerima laporan dari saksi dan meneruskannya ke jawatan perlindungan 4 Pengadilan Penetapan bagi anak dibawah umur untuk ikut dalam program perlindungan. Mengeluarkan perintah penundaan persidangan perdata lain yang dapat mengungkap identitas atau keberadaan saksi dalam program. Mengeluarkan perintah untuk melarang publikasi (lukisan, ilustrasi, foto, pamlet, poster, bahan cetak) lainnya yang dapat mengungkap identitas saksi dalam persidangan. 5 Menteri Departement of Justice Meninjau keputusan Jawatan perlindungan saksi berdasarkan permohonan dari orang yang merasa dirugikan oleh program perlindungan. 6 Organisasi publik lainnya Membantu pelaksanaan program perlindungan Memberikan pelayanan terhadap saksi sesuai dengan kesepakatan atau perjanjian dengan jawatan perlindungan. 3. Unit Korban dan Saksi Mahkamah Pidana Internasional Dalam mahkamah pidana internasional akan ada fungsi yang berkaitan dengan pelindungan korban dan saksi yang menghadap mahkamah. Pengalalaman mahkamah pidana internasional ad hoc untuk berkas negara Yugoslavia dan Rwanda telah menunjukkan bagaimana pentingnya perlindungan saksi dan korban dalam setiap peradilan pidana internasional untuk mengatur perlindungan dan bantuan kepada korban dan saksi yang menghadap persidangan dan juga untuk membantu penegakan kebenaran tentang kejahatan paling serius yang terjadi Belajar dari pengalaman dua mahkamah pidana internasional ad hoc, pasal 43 paragraf 6 Statuta Roma menyatakan bahwa panitera harus membentuk unit perlindungan korban dan saksi dalam kepaniteraan. Dengan demikian kedudukan Unit korban dan saksi ini berada dibawah kepaniteraan. Kepaniteraan sendiri merupakan salah satu organ dalam mahkamah yang mempunyai tanggung jawab terhadap aspek-aspek non judicial dari administrasi dan pelayanan mahkamah. Kepaniteraan ini dikepalai oleh panitera, yang merupakan pejabat administrative utama mahkamah. Panitera ini melaksanakan fungsi-fungsinya dibawah kekuasaan presiden mahkamah. Unit korban dan saksi harus menyediakan, setelah berkonsultasi dengan kantor jaksa penuntut umum, jasa nasehat dan bantuan yang memadai lainnya kepada saksi, korban yang menghadap mahkamah dan pihak lain yang beresiko resiko karena kesaksian yang diberikan para saksi tersebut, seperti merencanakan langkah-langkah perlindungan dan keamanan untuk mereka. Unit harus termasuk staf dengan keahlian mengatasi trauma, termasuk trauma yang berkaitan dengan kejahatan seksual. www.perlindungansaksi.wordpress.com 6

Pasal 68 ayat 4 Statuta Roma menyatakan bahwa unit ini dapat memberikan nasehat kepada jaksa penuntut dan mahkamah mengenai tindakan perlindungan yang tepat, pengaturan keamanan, pemberian nasehat hukum dan bantuan sebagaimana disebut dalam pasal 43 ayat 6. Hukum acara dan pembuktian menjelaskan secara detail tentang tanggung jawab kepaniteraan berkenaan dengan korban dan saksi, tentang fungsi unit korban dan saksi, dan juga tentang keahlian dalam unit korban dan saksi ini. Unit harus secara khusus menjamin perlindungan dan keamanan semua saksi dan korban yang menghadap mahkamah melalui tindakan-tindakan yang tepat dan mengembangkan rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang untuk perlindungan mereka. Unit ini juga harus membantu korban yang hadir di depan mahkamah, sebagai mana saksi, untuk menerima bantuan medis dan psikologis. Hal itu harus termasuk, dalam konsultasi dengan kantor jaksa penuntut, mengembangkan sebuah mekanisme standar yang menekankan tentang kepentingan vitalnya pengamanan dan kerahasiaan bagi para penyelidik mahkamah dan tim pembela dan semua organisasi pemerintahan maupun non pemerintahan yang bertindak atas permintaan mahkamah. 4. Perlindungan korban dan saksi Dalam UU No. 26 Tahun 2000 dan PP No. 2 Tahun 2002 Pasal 34 UU No. 26 Tahun 2002 menyatakan bahwa adanya perlindungan terhadap korban dan saksi dalam perkara pelanggaran ham yang berat. Perlindungan ini termasuk perlindungan secara fisik dan mental. Sedangkan mekanisme dan tata cara perlindungan ini sendiri kemudian diatur lebih lanjut dalam PP No 2 Tahun 2002. Dalam PP No 2 Tahun 2002 perlindungan terhadap korban dan saksi ini dikatakan sebagai suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental kepada korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, terror, dan kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan. Dengan definisi perlindungan yang demikian kemudian dijabarkan dalam bentuk-bentuk perlindungan yang dapat dilakukan yaitu pertama, perlindungan atas keamanan pribadi korban atau saksi dari ancaman fisik dan mental. Kedua, perahasiaan identitas korban dan saksi dan yang ketiga adalah pemberian keterangan pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan tanpa bertatap muka dengan tersangka. Mekanisme pemberian perlindungan terhadap saksi dan korban dapat dilakukan secara langsung oleh aparat penegak hukum dan aparat kemanan jika melihat kondisi atau keadaan korban dan saksi yang memerlukan perlindungan dengan segera. Hal ini merupakan pemberian perlindungan yang berdasarkan atas inisiatif aparat penegak hukum atau aparat keamanan. Mekanisme lainnya adalah permohonan perlindungan yang diajukan oleh saksi atau korban kepada pejabat yang berwenang berdasarkan tahapan proses peradilannya. Permohonan perlindungan pada saat proses penyelidikan diajukan kepada komnas HAM, permohonan perlindungan pada saat penyidikan diajukan kepada kejaksaan demikian pula saat penuntutan juga kepada kejaksaan. Dalam tahap pemeriksaan disidang pengadilan, permohonan disampaikan melalui pengadilan. Setelah menerima permohonan tersebut kemudian instansi yang menerima permohonan baik komnas ham, kejaksaan maupun mengadilan menyampaikan lebih lanjut kepada aparat keamanan untuk ditindaklanjuti. Permohonan perlindungan ini dapat juga disampaikan secara langsung kepada aparat keamanan. Permohonan yang telah disampaikan kemudian oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan ditindak lanjuti dengan melakukan klarifikasi atas kebenaran permohonan dan adanya identifikasi tentang bentuk perlindungan yang ditentukan. www.perlindungansaksi.wordpress.com 7