SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROFIL PERUSAHAAN

MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA

LINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

BAB IV KOTA BANYUMAS PASCA PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KE KOTA PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I-1

Foto & Cerita dari Hulu SUNGAI CITARUM Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama

BAB 2 KAJIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tinjauan Umum Tentang Subyek Penelitian

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PROFIL KANTOR DPRD

UNDANG-UNDANG 1946 NOMOR 12 TENTANG PEMBAHARUAN KOMITE NASIONAL PUSAT. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

memerintahkan untuk merancang Banjarbaru sebagai alternatif ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

EKONOMI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH ; Latar Belakang Pembangunan Jalan Kereta Api pada Lajur Banjar-Kalipucang-Parigi ( )

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota medan tidak dapat dilepaskan dari perkebunan

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP DASAR PEREKONOMIAN GLOBAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FOTO KEGIATAN SIKLUS I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2015 TENTANG

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kolonialisme berawal dari perkembangan situasi ekonomi, dimana

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I.1 Tinjauan Umum

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4104/2003 TENTANG

163 Universitas Indonesia

BAB III OBJEK PENELITIAN. Tumenggung Wiraangunangun ( M). dari bukti sejarah tersebut maka

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk kota Surabaya lebih dari tiga juta jiwa. Dari sekitar 290 km 2 (29.000)

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

Transformasi Atap Masjid Raya Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

KATA PENGANTAR. Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di daerah Jawa Barat.

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. berada di Kota Yogyakarta dan banyaknya juga obyek wisata, menjadikan

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandung yang terjadi setelah selesainya pembangunan jalur

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis dan Penduduk

BAB III GAMBARAN UMUM

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. membuat jalan Anyer - Panarukan, dengan dibuatnya pos penjagaan (loji) di

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRIANGAN ABAD KE-19 Tinjauan Sejarah dan Demografi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

I. PENDAHULUAN. 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

RINCIAN ASET YANG DISERTAKAN PADA PERUSAHAAN DAERAH JASA DAN KEPARIWISATAAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPS 2011

Hilangnya Fungsi Kawasan Lindung di Puncak Bogor

BAB III OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk sekitar pertengahan

Transkripsi:

SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan tampak tenang, namun terkesan menyeramkan. Sebutan ini cocok untuk terbentuknya Danau Purba Bandung

B. Berdirinya Kabupaten Bandung Sebelum berdirinya Kabupaten Bandung, daerah Bandung dikenal dengan sebutan Tatar Ukur Tatar Ukur adalah daerah Kerajaan Timbanganten dengan ibu kota Tehalluar. Kerajaan ini merupakan bagian dari kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran. Raja yang memerintah yaitu Prabu Pandaan Ukur, Dipati Agung dan Dipati Ukur

C. Bandung berada di bawah Kekuasaan pihak lain 1. Mataram Ketika Kerajaan Pajajaran runtuh oleh serangan Banten (1579/1580) Tatar Ukur berada di bawah kekuasaan Mataram. Banten dan Mataram adalah 2 kerajaan yang saling bersaing. Tatar Ukur waktu itu berada di bawah kekuasaan kerajaan Sumedang.

Kerajaan Sumedang dihadapkan pada 2 pilihan untuk tunduk apakah kepada Mataram atau Banten. Kerajaan Sumedang akhirnya lebih memilih kepada Mataram dan secara langsung Tatar Ukur berada di bawah kekuasaan Mataram. Sebutan wilayah kerajaan Sumedang yaitu Priangan Untuk mengendalikan kekuasaan di Pringan Raja Mataram (Sultan Agung) Mengang Raden Aria Suriadiwangsa/Rangga Gempol I (Raja Sumedang) menjadi Bupati Wedana

Wilayah Priangan merupakan wilayah pertahanan sebelah barat Mataram dalam menghadapi VOC di Batavia Sultan Agung pernah memerintah Rangga Gempol I dan Dipati Ukur untuk memimpin penyerangan kepada VOC di Batavia. Serangan yang dipimpin oleh Dipati Ukur mengalami kegagalan dan Dipati Ukur khawatir akan dihukum maka ia beserta pasukannya membangkang pada mataram

Pembangkangan Dipati Ukur oleh Mataram dianggap sebagai pemberontakan dan Dipati Ukur dihukum mati oleh Mataram. Akibat pemberontakan Dipati Ukur maka Mataram melakukan reorganisasi wilayah di Priangan yaitu daerah Priangan di luar Sumedang dan Galuh dibagi menjadi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Parakanmuncang dan Kabupaten Sukapura

2. Bandung di bawah kekuasaan VOC Bandung berada di bawah kekuasaan Mataram hingga akhir tahun 1677 Mataram dan VOC mengadakan perjanjian pada tanggal 19-20 Oktober 1677 dan salah satu isi perjanjian tersebut yaitu Mataram menyerahkan wilayah Priangan kepada VOC. Para Bupati Priangan harus tunduk kepada VOC termasuk Bupati Bandung.

C. Perubahan-Perubahan Penting di Kota Bandung 1. Perpindahan Ibu Kota Pada masa kekuasaan VOC ibu kota Bandung berada di Krapyak terletak di sebelah selatan. Daerah Krapyak sebagai ibu kota tidak strategis karena sering terkena banjir sungai Citarum. Pada masa R.A. Wiranatakusuma II direncanakan pemindahan ibu kota ke sebelah utara Krapyak.

2. Pembangunan Jalan Raya Pos Pembangunan jalan raya pos dilakukan oleh Gubernur Jenderal Daendels (1803-1811). Jalan raya pos adalah jalan raya yang melintang di pulau jawa yaitu dari Anyer hingga Panarukan. Bandung termasuk daerah yang dilintasi jalan raya pos yaitu mulai dari Cihea sebelah barat hingga Ujungberung kaler di bagian timur laut berbatasan dengan kabupaten Sumedang.

Pembangunan jalan raya pos berdampak dan beriringan dengan pemindahan ibu kota Bandung. Pemindahan ibu kota Bandung semula di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir. Ketika pembangunan jalan raya pos Daendels memerintahkan kepada Bupati Bandung (Wiranatakusumah II) agar membangun ibu kota di dekat jembatan Cikapundung sebuah jembatan (jembatan di jl. Asia Afrika dekat gedung PLN sekarang) jalan raya pos.

Ibu kota kabupaten Bandung oleh R.A. Wiranatakusumah II dibangun bersama rakyatnya di sebelah barat sungai Cikapundung. 3. Pembangunan Tata Kota Bandung Tata kota Bandung dirancang berdasarkan pola kota tradisional meniru kota kerajaan. Ciri-ciri dari kota tradisional yaitu alun-alun sebagai pusat kota dengan pohon beringin di tengahnya, pendopo kabupaten, mesjid dan Bale Bandung atau Balai Kota (Stadhuis)/Paseban atau Babancong

Bangunan-bangunan tersebut dibangun di sebelah selatan, barat dan utara dari alun-alun. Komponen lainnya yang dibangun adalah pintu gerbang atau gapura kota yang disebut dengan kaca-kaca. Pintu gerbang dibangun pada lajur jalan raya pos yaitu di bagian barat dan bagian timur kota. Pintu gerbang barat dibangun di daear Andir sekarang disebut Kaca-Kaca Kulon dan sebalah timur di jalan simpang lima sekarang atau disebut Kaca-kaca Wetan

4. Bandung sebagai Pusat Pemerintahan Letak kota Bandung yang berada di tengahtengah wilayah Priangan melatarbelakangi pemerintah kolonial untuk memindahkan ibu kota Karesidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. Pada tahun 1864 ibu kota Karesidenan Priangan dipindahkan dari Cianjur ke Bandung. Pemindahan ibu kota tersebut berdampak pada pertumbuhan kota, jalan-jalan yang berada di dalam kota diperbaiki dan jalan ke luar kota bertambah banyak

5. Aktivitas Perekonomian di Bandung Pada masa VOC daerah Priangan merupakan wilayah penanaman wajib tanam kopi (Preanger Stelsel) Pertumbuhan perkebunan pesat setelah diberlakukannya Undang-Undang Agraria 1870. UU Agraria 1870 memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk membuka lahan perkebunan. Di sekitar pinggiran/pegunungan Bandung banyak dibuka lahan perkebunan

Perkebunan tumbuh pesat di daerah selatan Bandung. Lahir beberapa tokoh yaitu pengusaha perkebunan (ondernemer) yang peduli pada pembangunan kota misalnya Boscha yang banyak berjasa pada pembangunan kota Bandung. Pertumbuhan perkebunan yang pesat berdampak pada kebutuhan infrastruktur jalan untuk mengangkut hasil-hasil perkebunan.

Dibangun jalan raya dan jalur kereta api yang akan mengangkut hasil-hasil perkebunan, dari pabrik perkebunan-ke kota kemudian diekspor ke Batavia (Jakarta). Jalur kereta api yang dibangun meliputi jalur utama yaitu Bandung-Jakarta (ada 2 jalur melalui Bogor dan Purwakarta- Bekasi-Jakarta), dan jalur simpangan yaitu Bandung-Banjaran-Soreang dan Bandung- Majalaya.

Pembangunan jalan raya dan jalur kereta api berdampak pada mobilitas penduduk baik yang berada dalam kota maupun ke dan dari luar kota. Pertumbuhan ekonomi yang pesat menyebabkan Bandung menjadi salah satu tujuan wisata. Banyknya orang-orang luar yang datang ke Bandung menyebabkan perlunya pembangunan sarana seperti hotel, pusat hiburan, pasar dan lain-lain. Para pengusaha perkebunan membangun tempat hiburan atau Societit seperti gedung merdeka (sekarang). Pertumbuhan pesat kota Bandung melatarbelakangi pemerintah kolonial untuk melakukan penataan kota, yaitu ada daerah pemukiman, tempat hiburan dan perdagangan (tempat belanja).