BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 PENUTUP. 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan. perusahaan untuk mencapai tingkat penjualan setiap tahunnya.

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

Financial Performance (2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS RASIO FINANSIAL PT. ANEKA TAMBANG,Tbk PERIODE

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

Lampiran 1. Rasio Market PT. Indoritel Makmur Internasional Tbk dan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk Tahun 2013 dan 2014.

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan Analisis Laporan Keuangan pada PT. Pupuk Kalimantan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

BAB IV RASIO KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

Analisa Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN UMUM PT. BUKIT ASAM

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

: Ahmad Zaky Mubarok NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Sigit Sukmono, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2015

Nama : Martha Romadoni NPM : Kelas : 3EA13

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan lain perusahaan. Untuk meningkatkan laba,

Analisa Laporan keuangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Latar Belakang Masalah. 1. Keuangan Perusahaan 2. Laporan Keuangan 3. Penilaian Kinerja Perusahaan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Indofood Tbk adalah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

Transkripsi:

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan rasio, maka perlu dikumpulkan data-data terlebih dahulu. 3.1.1 Data Berikut data-data yang digunakan dalam perhitungan rasio, bersumber dari Laporan neraca dan Laporan Laba Rugi PTBA periode 2003-2006: Tabel 3.1 Data-data Perhitungan Rasio dari Neraca dan Laba Rugi (Laporan Keuangan an PTBA tahun 2006) Item Periode (Jutaan Rupiah) Penjualan 2.285.038 2.614.472 2.998.686 3.533.480 Harga Pokok Produksi 1.535.431 1.573.070 1.840.195 2.198.407 Laba Kotor 749.607 1.041.402 1.158.491 1.335.073 Laba Sebelum Pajak Penghasilan 264.910 577.038 653.245 668.950 Laba Bersih 210.390 419.802 467.060 485.670 Modal(Owners Equity) 1.393.652 1.689.263 2.052.660 2.295.460 Assets 2.080.608 2.385.141 2.839.690 3.107.734 Piutang 498.137 430.115 588.661 774.159 Inventory(Persediaan) 151.708 155.440 245.890 261.249 Aktiva Lancar - persediaan 1.143.961 1.483.217 1.843.067 2.086.512 Aktiva Lancar 1.295.669 1.638.657 2.088.957 2.347.761 Kewajiban Lancar 360.196 433.166 463.035 431.533 Total Kewajiban 678.812 686.681 776.713 800.093 Data yang diambil diluar Laporan Neraca dan Laba Rugi: III - 1

Tabel 3.2 Data-data Perhitungan Rasio selain Neraca dan Laba Rugi Item Employee (Jumlah Pegawai) Jumlah Saham(dalam Jutaan Lembar) (Laporan an PTBA tahun 2006) Periode 4.031 3.581 3.468 3.418 2.131,5 2.134,3 2.304,1 2.304,1 3.1.2 Hasil Perhitungan Setelah dihitung dengan menggunakan persamaan (2) sampai dengan (16) pada bab II, maka hasilnya dapat diringkas ke dalam tabel berikut: Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Rasio Rasio 1. Rasio Likuiditas a Current Ratio 3,60 3,78 4,51 5,44 b Quick Test Ratio 3,18 3,42 3,98 4,84 2. Rasio Solvabilitas a Debt to Asset Ratio 0,33 0,29 0,27 0,26 b Debt to Equity Ratio 0,49 0,41 0,38 0,35 3. Profitabilitas a Gross Margin 32,81% 39,83% 38,63% 37,78% b Pre-tax Margin 11,59% 22,07% 21,78% 18,93% c Net Profit Margin 9,21% 16,06% 15,58% 13,74% d Return On Asset 10,11% 17,60% 16,45% 15,63% e Return On Equity 15,10% 24,85% 22,75% 21,16% f Earning per Share (Rupiah) 98,71 196,69 202,71 210,78 4. Aktivitas a Receivable Turnover 4,59 6,08 5,09 4,56 b Inventory Turnover 10,12 10,12 7,48 8,41 c Total Asset Turnover 109,83% 109,61% 105,60% 113,70% 5. Management Efficiency a Income/Employee (ribuan Rupiah) 52.193 117.230 134.677 142.091 b Revenue/Employee (ribuan Rupiah) 566.866 730.095 864.673 1.033.785 III - 2

3.1.3 Pembandingan rasio Suatu rasio yang berdiri sendiri tidak akan mempunyai makna yang berarti tanpa adanya angka pembanding. Misalkan suatu nilai profit margin tertentu baru dapat dikatakan baik apabila angka ini dibandingkan dengan suatu standar, misalnya rata-rata industri. Dengan demikian, suatu rasio akan bermakna hanya apabila telah dibandingkan dengan suatu standar atau angka pembanding. Salah satu standar yang dapat digunakan adalah angka rata-rata industri tambang. Dalam penelitian ini menggunakan standar rasio dari rata-rata industri dari 40 perusahaan pertambangan terbaik dunia yang diambil dari konsultan internasional, PriceWaterHouseCoopers. Berikut rasio rata-rata industri tersebut: Tabel 3.4 Rasio Rata-rata Industri Tambang (PriceWaterHouseCoopers, 2005 dan 2007) Rasio Periode Current Ratio 1,30 1,59 1,66 1,70 Quick Test Ratio 0,88 1,13 1,27 1,31 Debt to Asset Ratio(DAR) 0,52 0,48 0,47 0,48 Debt to Equity Ratio (DER) 1,07 0,91 0,89 0,92 Gross Margin 24,84% 29,69% 36,80% 43,53% Pre-Tax Margin 13,87% 20,14% 30,58% 37,59% Net Profit Margin 9,99% 15,17% 22,48% 26,91% Return on Assets 4,98% 8,83% 12,61% 14,75% Return on Equity 10,20% 16,90% 23,82% 28,26% Inventory Turnover 5,19 5,82 5,85 5,23 Asset Turnover 0,50 0,58 0,56 0,55 Rasio yang tidak ditemukan pada tabel diatas adalah rasio Income per Employee, Revenue per Employee, Earning per Share serta Receivable Turnover. Ini disebabkan oleh tidak tersedianya data yang sesuai dengan rumusan rasio yang digunakan pada publikasi PriceWaterHouseCoopers. Untuk analisis dari ketiga rasio tersebut, maka akan digunakan acuan peningkatan/penurunan nilai rasio tahun-tahun yang lalu dari masing-masing rasio serta pertimbangan lainnya yang berhubungan. III - 3

3.2 Analisis Berikut analisis perhitungan rasio-rasio pada tabel 3.1 yang kemudian dibandingkan dengan rasio rata-rata industri tambang dunia pada tabel 3.4 3.2.1 Current Ratio Grafik 3.1 Current Ratio Current Ratio PTBA Periode 2003-2006 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Current Ratio Standard Ratio Grafik 1.1 Current Ratio PTBA Periode 2003-2006 Dari grafik terlihat bahwa pada tahun 2006 PTBA memberikan margin yang terbesar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,44. Nilai ini bisa diartikan bahwa untuk setiap satu rupiah kewajiban dijamin dengan 5,44 rupiah aktiva lancar. Ini berarti kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek semakin besar pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bila dibandingkan dengan rasio rata-rata industri, maka nilai current ratio PTBA berada diatasnya. Perbedaan sangat tinggi pada tahun 2006 sebesar 3,74. Secara umum, current ratio PTBA telah memberikan peningkatan yang cukup signifikan bahkan melampaui rasio rata-rata industri tambang selama kurun waktu 2003 2006. Berikut nilai kenaikan dan penurunan current ratio PTBA: III - 4

Tabel 3.5 Peningkatan/penurunan Current Ratio Current Ratio No Periode Meningkat Selisih 1 2003-2004 5,17% 0,19 2 2004-2005 19,26% 0,73 3 2005-2006 20,59% 0,93 4 2003-2006 51,25% 1,84 3.2.2 Quick Test Ratio Grafik 3.2 Quick Test Ratio Quick Test Ratio PTBA Periode 2003-2006 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Rasio Cepat Standard Ratio Peniadaan persediaan dikarenakan persediaan memerlukan jangka waktu yang agak lama untuk dikonversi menjadi kas. Dari hasil perhitungan Rasio Cepat didapatkan, bahwa pada tahun 2006 PTBA memberikan margin yang terbesar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,84. Nilai ini bisa diartikan bahwa untuk setiap satu rupiah hutang dijamin dengan 4,84 aktiva yang cepat diuangkan. Perbedaan Quick Test Ratio dengan rasio rata-rata industri pada tahun 2006 yaitu sebesar 3,53. Ini berarti kemampuan PTBA untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek cukup memadai dibandingkan dengan rasio rata-rata industri tambang lainnya. Secara umum, rasio cepat PTBA telah memberikan peningkatan yang cukup signifikan selama kurun waktu 2003 2006, bahkan melampaui rasio rata-rata industri. Berikut nilai kenaikan dan penurunan quick test ratio PTBA periode 2003-2006: III - 5

Tabel 3.6 Peningkatan/penurunan Quick Test Ratio Quick Test Ratio No Periode Meningkat Selisih 1 2003-2004 7,81% 0,25 2 2004-2005 16,25% 0,56 3 2005-2006 21,47% 0,85 4 2003-2006 52,24% 1,66 Current Ratio dan Quick Ratio termasuk ke dalam rasio Likuiditas. Peningkatan/penurunan rasio Likuiditas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pada tabel berikut: Tabel 3.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio Likuiditas No Jenis Rasio faktor utama yang mempengaruhi Faktor turunan yang mempengaruhi 1 Current Ratio Aktiva Lancar Kas dan Setara kas Piutang Usaha Utang Lancar 2 Quick Test Ratio Persediaan Aktiva Lancar Utang Lancar 3.2.3 Debt to Asset Ratio Grafik 3.3 Debt to Asset Ratio Debt to Asset Ratio PTBA Periode 2003-2006 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 DAR Standard Ratio 0.00 III - 6

Dari grafik terlihat bahwa pada tahun 2003 PTBA memberikan persentase terbesar dibandingkan tahun-tahun lainnya. Sedangkan yang terkecil pada tahun 2006. Terjadinya penurunan dalam DAR menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin meningkat dengan semakin menurunnya porsi hutang dalam pendanaan aktiva. Dengan semakin kecilnya nilai rasio DAR menunjukkan bahwa sebagian besar investasi didanai oleh aktiva.. Untuk mendukung rasio ini, maka perlu diperhatikan stabilitas laba perusahaan. Pada analisis rasio berikutnya diketahui bahwa laba bersih PTBA selalu mengalami peningkatan dari tahun 2003-2006. Secara umum, Debt to Asset Ratio PTBA telah memberikan penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan rasio DAR rata-rata industri tambang selama kurun waktu 2003 2006. Berikut nilai kenaikan dan penurunan debt to asset ratio PTBA periode 2003-2006: Tabel 3.8 Peningkatan/penurunan Debt to Asset Ratio Debt to Asset Ratio(DAR) No Periode Menurun Selisih 1 2003-2004 -11,76% -0,04 2 2004-2005 -4,99% -0,01 3 2005-2006 -5,87% -0,02 4 2003-2006 -21,09% -0,07 3.2.4 Debt to Equity Ratio III - 7

Grafik 3.4 Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio PTBA Periode 2003-2006 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 DER Standard Ratio 0.20 0.00 Dari grafik terlihat bahwa pada tahun 2006 PTBA memberikan DER yang terkecil dan terjadi penurunan rasio ini yang berarti porsi pemegang saham semakin besar dalam menjamin investasi kreditor. Sejalan dengan hasil perhitungan pada rasio hutang dibandingkan aktiva yang mengalami penurunan menunjukkan bahwa sebagian besar investasi yang dilakukan oleh perusahaan didanai dari ekuitas pemegang saham. Pada tahun 2006, selisih nilai DER dengan rasio rata-rata industri adalah sebesar 0,57. Hal ini menunjukkan bahwa nilai DER PTBA berada dibawah rasio DER rata-rata industri tambang. Secara umum rasio debt to equity PTBA telah memberikan penurunan yang cukup signifikan selama kurun waktu 2003 2006. Tabel 3.9 Peningkatan/penurunan Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio (DER) No Periode Menurun Selisih 1 2003-2004 -16,54% -0,08 2 2004-2005 -6,91% -0,03 3 2005-2006 -7,89% -0,03 4 2003-2006 -28,44% -0,14 Pihak kreditor umumnya lebih menyukai angka debt to equity ratio yang kecil untuk peminjaman jangka panjang. Makin kecil angka rasio ini, berarti makin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan, III - 8

dan makin besar penyangga(jaminan) risiko kreditor apabila suatu saat jika perusahaan dilikuidasi. Debt to Assets Ratio dan Debt to Equity Ratio termasuk kedalam rasio Solvabilitas, yang mana peningkatan/penurunan nilai DAR dan DER dipengaruhi oleh beberapa hal seperti dalam tabel berikut: Tabel 3.10 Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio Solvabilitas No Jenis Rasio Faktor utama yang mempengaruhi Faktor turunan yang mempengaruhi 1 Debt to Asset Ratio Utang Aset 2 Debt to Equity Ratio Utang Asset Equity Pinjaman Investasi 3.2.5 Gross Margin Grafik 3.5 Gross Margin Gross Margin PTBA Periode 2003-2006 50.00% 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Profit Margin Standard Ratio Dari grafik terlihat bahwa nilai rasio profit margin PTBA pada tahun 2004 merupakan yang terbesar dibandingkan tahun-tahun lainnya, yang berarti di tahun 2004 PTBA mampu menekan beban pokok penjualan sehingga III - 9

setelah dikurangkan dengan nilai penjualan maka akan diperoleh gross margin tertinggi. Berdasarkan teori gross margin dapat diambil kesimpulan bahwa gross margin sangat ditentukan oleh dua faktor, yaitu penjualan dan harga pokok produksi. Apabila nilai penjualan yang terus meningkat jika tidak diimbangi dengan pengendalian nilai beban pokok penjualan, maka nilai rasio gross margin akan menurun. Data penjualan PTBA dari 2004 2006 selalu meningkat. Asumsi yang sering dipakai adalah jika penjualan terus meningkat maka nilai gross margin serta laba sebelum pajak juga meningkat. Akan tetapi ketika dianalisa dengan menggunakan rasiogross margin rasio dari tahun 2004 ke 2006 malah mengalami penurunan. Pembandingan dengan rasio gross margin rata-rata industri memperlihatkan bahwa pada periode 2003-2005, gross margin PTBA berada diatas rasio rata-rata industri. Namun pada tahun 2006 nilai gross margin menjadi turun sehingga berada dibawah rasio rata-rata industri yang mempunyai selisih sebesar 5,75%. Tabel 3.11 Peningkatan/penurunan Gross Margin Gross Margin No Periode Meningkat Menurun Selisih 1 2003-2004 21,42% 7,03% 2 2004-2005 -3,01% -1,20% 3 2005-2006 -2,20% -0,85% 4 2003-2006 15,18% 4,98% Berikut ditampilkan hubungan penjualan, beban pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih: III - 10

Grafik 3.6 Tingkat Penjualan, Harga Pokok Produksi, Keuntungan Kotor dan Laba Bersih Tingkat Penjualan, Beban Pokok Penjualan, Laba Kotor dan Laba bersih Rupiah (Triliun) 3.75 3.5 3.25 3 2.75 2.5 2.25 1.75 2 1.5 1.25 1 0.75 0.5 0.25 0 Sales COGS Gross profit Net Income Dengan melihat grafik diatas, diketahui bahwa penjualan terus meningkat pada periode 2003-2006, sedangkan kenaikan biaya pokok produksi nyaris tetap pada tahun 2004, sehingga menimbulkan lonjakan keuntungan kotor (Gross Profit) perusahaan. terlihat bahwa tingkat pendapatan perusahaan cenderung stabil. Laba bersih perusahaan pada tahun 2006 relatif tidak berubah, padahal kenaikan terjadi pada penjualan, biaya pokok produksi serta kentungan kotor. Hal ini disebabkan adanya pembayaran atas laba bersih anak perusahaan yang belum dibayar pada tahun 2004 dan 2005 sehingga peningkatan laba bersih tidak signifikan pada tahun 2006. Akan tetapi secara keseluruhan, keuntungan bersih PTBA terus meningkat selama periode 2003-2006. Dilihat dari harga rata-rata penjualan batubara per-tahun yang terus naik (lihat grafik 3.7), penjualan batubara PTBA sangat terpengaruh oleh hal ini. Rasio profitabilitas PTBA tertinggi terjadi pada tahun 2004, yang disebabkan lonjakan harga batubara namun harga pokok penjualan relatif tidak naik. Namun pada periode 2005-2006, harga penjualan batubara untuk ekspor yang cenderung stabil dan kenaikan harga batubara di dalam negeri III - 11

malah diiringi oleh kenaikan beban penjualan yaitu masalah naiknya tarif pengangkutan batubara dengan kereta api terlebih lagi di tahun 2006. Kenaikan penjualan di tahun 2006 juga dipengaruhi oleh peningkatan komposisi penjualan batubara ekspor yaitu 27% atau sebesar 672.485 ton dari tahun 2005, sedangkan penjualan domestik turun 2% yaitu sebesar 241.218 ton. Kenaikan ongkos jasa angkutan kereta api sangat signifikan sebesar 78% dari tahun 2005 ke tahun 2006 sehingga memberikan kontribusi terhadap beban pokok penjualan dari 22% menjadi 34% atau naik sekitar 12%. Volume penjualan PTBA relatif tetap selama periode 2003-2006. Grafik 3.7. Harga Penjualan Batubara Domestik dan Ekspor (Presentasi PTBA di Hong Kong, 14-15 Juni 2007) 3.2.6 Pre-Tax Margin III - 12

Grafik 3.8 Pre-Tax Margin Pre-Tax Margin PTBA Periode 2003-2006 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Pre-Tax Margin Standard Ratio Dari hasil perhitungan pre-tax margin didapatkan, bahwa pada tahun 2004 PTBA memberikan margin yang terbesar dibandingkan tahun 2003, 2005, dan 2006 yang berarti di tahun 2004 PTBA mampu menekan total biaya(pengeluaran) baik produksi maupun beban usaha sebelum kena pajak, dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya. Penurunan rasio terjadi pada periode 2004-2006. Sedangkan posisi pre-tax margin PTBA berada dibawah rata-rata industri tambang pada tahun 2005 dan 2006. Berikut rasio peningkatan/penurunan pre-tax margin PTBA pada tahun 2003-2006: Berikut nilai kenaikan dan penurunan pre-tax margin PTBA periode 2003-2006: Tabel 3.12 Peningkatan/penurunan Pre-Tax Margin Pre-Tax Margin No Periode Meningkat Menurun Selisih 1 2003-2004 90,38% 10,48% 2 2004-2005 -1,30% -0,29% 3 2005-2006 21,78% -2,85% 4 2004-2006 -14,22% -3,14% 3.2.7 Net Profit Margin III - 13

Grafik 3.9 Net Profit Margin Net Profit Margin PTBA Periode 2003-2006 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% Net Profit Margin Standard Ratio 0.00% Dari grafik terlihat bahwa pada tahun 2004 PTBA memberikan net profit margin yang tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun lainya, yang berarti pada tahun 2004 PTBA mampu menekan harga pokok produksi, pengeluaran pajak, dan biaya-biaya lain. Penurunan nilai net profit margin terjadi pada periode 2004-2006. Pembandingan dengan rasio rata-rata industri menunjukkan nilai 13,16% pada tahun 2006 dibawah kurva. Hal ini berarti profit margin PTBA berada dibawah rasio profit margin rata-rata industri tambang. Berikut nilai kenaikan dan penurunan net profit margin PTBA periode 2003-2006: Tabel 3.13 Peningkatan/penurunan Net Profit Margin Net Profit Margin No Periode Meningkat Menurun Selisih 1 2003-2004 74,39% 6,85% 2 2004-2005 -3,00% -0,48% 3 2005-2006 -11,75% -1,83% 4 2003-2006 49,28% 4,54% 3.2.8 Return on Asset (ROA) III - 14

Grafik 3.10 Return on Asset Return On Asset PTBA Periode 2003-2006 20.00% 15.00% 10.00% Return On Asset Standard Ratio 5.00% 0.00% Nilai Return On Asset menunjukkan nilai seberapa efektif perusahaan dapat memanfaatkan total aset yang dimilikinya untuk menghasilkan profit bersih. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa PTBA telah menghasilkan peningkatan Return On Asset yang cukup signifikan selama periode 2003 2006. Terdapat hal yang menarik pada Nilai Return On Asset yang dimiliki PTBA pada tahun 2003-2006 dibandingkan dengan nilai Return On Equitynya. Nilai Return On Equity PTBA jauh lebih tinggi dibandingkan Return On Assetsnya. Maka dapat disimpulkan bahwa PTBA telah berhasil memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk meningkatkan share/keuntungan. Nilai rasio ROA PTBA selalu berada diatas nilai rasio rata-rata industri tambang selama periode 2003-2006. Penurunan nilai ROA pada tahun 2005-2006 disebabkan oleh semakin besarnya nilai asset PTBA serta peningkatan laba bersih yang tidak signifikan sehingga asset tersebut harus dikelola dengan lebih baik untuk meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Secara umum PTBA telah memberikan peningkatan yang cukup signifikan dari perjalanan bisnisnya selama kurun waktu 2003 2006, terutama pada saat operasi bisnis pada tahun 2006. Berikut nilai kenaikan dan penurunan ROA PTBA periode 2003-2006: III - 15

Tabel 3.14 Peningkatan/penurunan ROA Return On Assets No Periode Meningkat Menurun Selisih 1 2003-2004 74,06% 7,49% 2 2004-2005 -6,55% -1,15% 3 2005-2006 -4,98% -0,82% 4 2003-2006 54,55% 5,52% 3.2.9 Return on Equity (ROE) Grafik 3.11 Return on Equity Return On Equity PTBA Periode 2003-2006 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% Return On Equity Standard Ratio 0.00% Nilai Return On Equity menunjukkan nilai seberapa besar atau seberapa efisien perusahaan dapat memanfaatkan modal yang dimilikinya untuk menghasilkan profit bersih. Dari dari grafik diatas terlihat bahwa nilai ROE tertinggi terjadi pada tahun 2004. Nilai Return On Equity yang dimiliki PTBA pada periode tersebut jika dipandang dari sudut pandang kelayakan usaha pertambangan dengan pertimbangan resiko yang besar masih menguntungkan, karena nilainya jauh berbeda dengan bunga bank dengan resiko di bidang pertambangan yang cukup tinggi, maka nilai Return On Equity tersebut menjanjikan jika dipandang dari sudut pandang investasi. Penurunan nilai ROE PTBA terjadi pada periode 2005-2006. III - 16

Pada tahun 2003-2004, nilai ROE PTBA berada diatas rasio rata-rata industri. Namun pada tahun 2005-2006 nilai ROE PTBA menurun sehingga berada di bawah rasio rata-rata industri. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat laba bersih yang tidak bertambah signifikan dan jumlah ekuitas yang terus bertambah tiap tahun. Berikut nilai kenaikan dan penurunan ROE PTBA periode 2003-2006: Tabel 3.15 Peningkatan/penurunan ROE Return On Equity No Periode Meningkat Menurun Selisih 1 2003-2004 64,62% 9,75% 2 2004-2005 -8,44% -2,10% 3 2005-2006 -7,01% -1,60% 4 2003-2006 40,15% 6,06% 3.2.10 Earning per Share (EPS) Grafik 3.12 Return on Asset Earning Per Share PTBA Periode 2003-2006 250.00 200.00 Rupiah 150.00 100.00 50.00 EPS - Dari grafik terlihat bahwa nilai rasio EPS relatif naik setiap tahun selama periode 2004-2006. Rasio terbesar terdapat di tahun 2006 yaitu 210,78, yang berarti untuk setiap satu lembar saham, laba yang diperoleh adalah Rp210,78. Para Investor biasanya lebih tertarik dengan ukuran III - 17

profitabilitas dengan menggunakan dasar saham yang dimiliki. Dengan mempertimbang kenaikan dan besaran rasio diatas tentunya lebih menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan. Namun yang terpenting adalah kenaikan EPS dibandingkan dengan tahun yang lalu selalu diperhatikan. Jika nilai rasio EPS turun, maka investor biasanya relatif menjadi tidak berminat dengan saham yang dijual. Berikut tabel peningkatan/penurunan EPS PTBA periode 2003-2006: Tabel 3.16 Peningkatan/penurunan EPS Earning per Share (EPS) dalam Rupiah No Periode Meningkat Selisih 1 2003-2004 4,89% 97,99 2 2004-2005 0,30% 6,01 3 2005-2006 0,40% 8,08 4 2003-2006 5,60% 112,08 Rasio gross margin, pre-tax margin, net profit margin, ROA. ROE dan EPS termasuk kedalam jenis rasio profitabilitas. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi rasio profitabilitas: Tabel 3.17 Faktor-faktor yang mempengaruhi Profitabilitas No Jenis Rasio Faktor utama yang mempengaruhi Faktor turunan yang mempengaruhi 1 Gross Margin Penjualan Harga Pokok Produksi 1. Pemakaian Bahan 2. Jasa penambangan bijih 3. Gaji, Upah, Bonus, dan kesejahteraan karyawan 4. Penyusutan 5. Iuran Eksploitasi 6. Transportasi 7. Sewa 8. Tenaga Kerja tidak langsung 9. Jasa pengolahan III - 18

2 Pre-Tax Margin Penjualan Harga Pokok Produksi Beban Usaha Pendapatan / Beban Lain-lain 10. Biaya penutupan tambang 11. Air dan listrik 12. Asuransi 13. Pemeliharaan dan perbaikan 14. Rumah tangga 15. Pajak dan retribusi 16. Pengamanan 17. Lain-lain Seperti pada perhitungan Gross Margin diatas Umum dan Administrasi Penjualan Dan Pemasaran Eksplorasi Pendapatan Bunga Beban Bunga dan Keuangan Laba / Rugi akibat selisih kurs Lain-lain-bersih 3 Net Profit Margin Penjualan Seperti pada perhitungan Gross Harga Pokok Produksi Margin diatas Seperti pada perhitungan Gross Beban Usaha Margin diatas Seperti pada perhitungan Gross Pendapatan / Beban Lain-lain Margin diatas Pajak Penghasilan Hak Minoritas 4 Return on Asset Net Profit Penjualan Harga Pokok Produksi Beban Usaha Pendapatan / Beban Lain-lain Pajak Penghasilan Hak Minoritas Total Aset Equity Liability Pinjaman Investasi III - 19

5 Return on Equity Net Profit Equity Biaya Beban yang Harus Dibayar (Hutang Lancar) Seperti pada perhitungan Return On Asset diatas 3.2.11 Receivable Turn Over Grafik 3.13 Receivable Turn Over Receivable Turn Over PTBA Periode 2003-2006 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Receivable Turnover Nilai receivable turn over menunjukkan nilai seberapa besar rasio penjualan terhadap nilai piutang. Nilai rasio ini berguna untuk melihat prestasi pembayaran dari penjualan yang dilakukan. Semakin besar nilai rasio receivable turn over berarti semakin baik sitem pembayaran yang dilakukan dalam penjualan, dengan kata lain nilai piutang jauh lebih kecil dibanding nilai penjualannya. Dengan Receivable Turn Over yang tinggi, besar kemungkinan perusahaan tersebut memiliki aliran kas yang baik, karena penjualan tidak banyak meninggalkan piutang. Dengan melihat data diatas maka PTBA memiliki angka Receivable Turn Over terbaik pada tahun 2004, dan pada tahun 2005 dan 2006 Receivable Turn Over PTBA mengalami penurunan. Ini berarti bahwa PTBA lebih mengutamakan tingkat penjualan yang tinggi untuk menghasilkan III - 20

keuntungan, tetapi dalam proses pembayarannya PTBA lebih memberikan toleransi kepada pembelinya sehingga tingkat piutangnya besar. Berikut tabel peningkatan/penurunan Receivable Turn Over PTBA periode 2003-2006: Tabel 3.18 Peningkatan/penurunan Receivable Turn Over Receivable Turnover No Periode Meningkat Menurun Selisih 1 2003-2004 32,51% 1,49 2 2004-2005 -16,20% -0,98 3 2005-2006 -10,40% -0,53 4 2003-2006 -0,50% -0,02 3.2.12 Inventory Turn Over Grafik 3.14 Inventory Turn Over Inventory Turnover PTBA Periode 2003-2006 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 Receivable Turnover Standard Ratio Nilai inventory turn over menunjukkan nilai seberapa besar rasio harga pokok penjualan/nilai pokok penjualan barang yang berhasil terjual terhadap nilai inventory, nilai ini menggambarkan seberapa cepat perusahaan tambang memutarkan barang yang diproduksi, semakin besar inventory turn over berarti semakin cepat perusahaan dapat memutarkan produknya, karena inventory turn over yang besar menunjukkan nilai pokok penjualan yang tinggi dengan inventory/persediaan yang kecil, III - 21

sehingga dapat disimpulkan bahwa barang atau produk tersebut berputar dengan cepat atau dengan kata lain jarang terjadi persediaan yang besar karena selalu cepat terjual. Dengan melihat data diatas maka PTBA memiliki angka Inventory Turn Over terbaik pada tahun 2003 dan 2004. Pada tahun 2005 Inventory Turn Over PTBA mengalami penurunan paling rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa PTBA lebih mengutamakan tingkat penjualan yang tinggi untuk menghasilkan keuntungan sehingga tingkat produksi juga ditingkatkan dan hal ini menimbulkan peningkatan jumlah persediaan, sehingga tingkat inventory turn overnya menjadi turun pada periode tersebut. Nilai rasio inventory turn over PTBA selalu berada diatas rasio rata-rata industri tambang, yang berarti aktivitas pengelolaan persediaan PTBA relatif lebih baik dibandingkan dengan industri tambang pada umumnya. Pada tahun 2006, nilai Inventory Turn Over kembali meningkat, namun secara keseluruhan terjadi penurunan dari rasio ini. Tabel 3.19 Peningkatan/penurunan Inventory Turn Over Inventory Turnover No Periode Meningkat Menurun Selisih 1 2003-2004 0,00 2 2004-2005 -26,05% -2,64 3 2005-2006 12,44% 0,93 4 2003-2006 -16,86% -1,71 3.2.13 Assets Turn Over III - 22

Grafik 3.15 Assets Turn Over Assets Turnover PTBA 2003-2006 120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% Asset Turnover Standard Ratio Nilai Assets Turn Over menunjukkan nilai seberapa efektif perusahaan memanfaat aset yang dimilikinya untuk dapat menciptakan penjualan. Semakin besar persentase Assets Turnover berarti semakin besar rasio penjualan terhadap nilai total aset yang dimiliki perusahaan, yang artinya perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam mengefektifkan aset yang dimiliki (Equity + Liability) untuk menciptakan penjualan. Dari hasil perhitungan diperoleh rasio total asset turnover tertinggi pada tahun 2006 sebesar 114% atau 1,14 yang berarti untuk setiap satu rupiah aktiva, perusahaan menghasilkan 1,14 rupiah penjualan. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa PTBA telah mampu memaksimalkan potensi asset untuk menghasilkan penjualan. Terlihat dengan nilai penjualan yang lebih besar daripada nilai asset sepanjang periode 2003-2006. Nilai Asset Turn over terus naik yang menandakan kinerja yang sangat baik dalam perjalanan bisnisnya selama periode 2003-2006. Jika dibandingkan dengan nilai rasio rata-rata industri, maka rasio assets turn over PTBA jauh berada diatasnya. Pada tahun 2006 selisih rasio assets turn over PTBA dengan rasio rata-rata industri sebesar 58,89%. Ini berarti bahwa PTBA mampu mengelola aset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan dan juga menunjukkan sebagai perusahaan yang produktif. III - 23

Berikut tabel peningkatan/penurunan Assets Turn Over PTBA periode 2003-2006: Tabel 3.20 Peningkatan/penurunan Asset Turn Over Asset Turn Over No Periode Meningkat Menurun Selisih 1 2003-2004 -0,19% -0,21% 2 2004-2005 -3,66% -4,02% 3 2005-2006 7,67% 8,10% 4 2003-2006 3,53% 3,87% Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi rasio Aktivitas: Tabel 3.21 Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas No Jenis Rasio Faktor utama yang mempengaruhi Faktor turunan yang mempengaruhi 1 Receivable Turn Over Penjualan Piutang 2 Inventory Turn Over Harga Pokok Produksi 1. Pemakaian Bahan 2. Jasa penambangan bijih 3. Gaji, Upah, Bonus, dan kesejahteraan karyawan 4. Penyusutan 5. Iuran Eksploitasi 6. Transportasi 7. Sewa 8. Tenaga Kerja tidak langsung 9. Jasa pengolahan 10. Biaya penutupan tambang 11. Air dan listrik 12. Asuransi 13. Pemeliharaan dan perbaikan 14. Rumah tangga 15. Pajak dan retribusi 16. Pengamanan 17. Lain-lain III - 24

Persediaan 3 Assets Turn Over Penjualan Aset Current Assets Fixed Assets 3.2.14 Income per Employee Grafik 3.16 Income per Employee Income per Employee PTBA Periode 2003-2006 Rp160,000,000 Rp140,000,000 Rp120,000,000 Rp100,000,000 Rp80,000,000 Rp60,000,000 Rp40,000,000 Rp20,000,000 Rp- Income / employee Nilai rasio income per employee menunjukkan nilai seberapa besar kontribusi rata-rata setiap pegawai terhadap terciptanya sebuah keuntungan bersih, nilai ini berhubungan dengan efisiensi pegawai, semakin besar keuntungan dengan jumlah pegawai yang minimal maka nilai income per employee akan semakin besar. Melihat data diatas maka dapat disimpulkan PTBA mengalami peningkatan yang signifikan dalam efisiensi pegawai dalam periode 2003 2006. Berikut tabel peningkatan/penurunan income per employee PTBA periode 2003-2006: III - 25

Tabel 3.22 Peningkatan/penurunan Income per Employee Income per Employee No Periode Meningkat Selisih 1 2003-2004 124,61% Rp 65.037.378 2 2004-2005 14,88% Rp 17.446.665 3 2005-2006 5,51% Rp 7.414.819 4 2003-2006 172,24% Rp 89.898.862 3.2.15 Revenue per Employee Grafik 3.17 Revenue per Employee Revenue per Employee PTBA Periode 2003-2006 Rp1,200,000,000 Rp1,000,000,000 Rp800,000,000 Rp600,000,000 Rp400,000,000 Rp200,000,000 Rp- Revenue / Employee Angka revenue per employee diatas menunjukkan besar kontribusi ratarata setiap pegawai terhadap penjualan perusahaan, sehingga menggambarkan kontribusi jumlah pekerja terhadap penjualan. Melihat data diatas maka dapat disimpulkan PTBA mengalami peningkatan yang signifikan dalam efisiensi pegawai dalam periode 2003 2006. Berikut tabel peningkatan/penurunan revenue per employee PTBA periode 2003-2006: III - 26

Tabel 3.23 Peningkatan/penurunan Revenue per Employee Revenue per Employee No Periode Meningkat Selisih 1 2003-2004 28,80% Rp163.229.218 2 2004-2005 18,43% Rp134.577.506 3 2005-2006 19,56% Rp169.112.829 4 2003-2006 82,37% Rp466.919.553 Apabila kedua rasio Income per Employee dan Revenue/Employee digabung, maka akan menghasilkan grafik seperti berikut: Grafik 3.18 Management efficiency PTBA Periode 2003-2006 Rasio Income dan Revenue/Employee PTBA Periode 2003-2006 Rp1,200,000,000 Rp1,000,000,000 Rp800,000,000 Rp600,000,000 Rp400,000,000 Rp200,000,000 Rp- Income/Employee Revenue/Employee Disini terlihat bahwa disimpulkan bahwa rasio Revenue/Employee PTBA telah mengalami peningkatan yang signifikan selama periode 2003-2006. Peningkatan tertinggi tercapai pada tahun 2006. Akan tetapi gradien rasio Income/employee relatif tidak konsisten dengan gradien Revenue/employee. Ini menandakan tingkat biaya sangat berpengaruh pada rasio ini. Hal lain yang berpengaruh pada Revenue per employee adalah semakin naiknya harga penjualan batubara. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio management efficiency adalah: III - 27

Tabel 3.24 Faktor-faktor yang mempengaruhi Rasio Management Efficiency No Jenis Rasio Faktor utama Faktor turunan yang mempengaruhi yang mempengaruhi 1 Income / Employee Net Profit Penjualan Harga Pokok Produksi Beban Usaha Pendapatan/Beban lain-lain Pajak Penghasilan Hak Minoritas Jumlah Pegawai 2 Revenue/ Employee Total Penjualan Jumlah Pegawai III - 28