PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM DI DALAM SEDIMEN WADUK GAJAH MUNGKUR DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON CEPAT

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN LOGAM PADA TANAH VULKANIK DI DAERAH CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON CEPAT

LAB TEKNIK AANC(Analisis Aktivasi Neutron Cepat) Darsono Bachrun Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan

DETERMINATION OF LIMIT DETECTION OF THE ELEMENTS N, P, K, Si, Al, Fe, Cu, Cd, WITH FAST NEUTRON ACTIVATION USING NEUTRON GENERATOR

IDENTIFIKASI KADAR UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM HEWAN DI SUNGAI GAJAHWONG YOGYAKARTA DENGAN METODE AANC (ANALISIS AKTIVASI NEUTRON CEPAT)

NOTE COMPARISON TEST OF FNAA AND AAS METHOD FOR Cu, Cd, Cr, AND Pb ANALYSIS OF CODE RIVER SEDIMENT (INDONESIA)

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

KUALITAS LINGKUNGAN SUNGAI CODE DAN GAJAHWONG DITINJAU DARI KADAR Cu DAN Cr DALAM CUPLIKAN SEDIMEN

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

UNJUK KERJA METODE AANC PADA ANALISIS UNSUR Fe, Al, Zr DAN Si DALAM CUPLIKAN ZrOCl 2 HASIL OLAH PASIR ZIRKON

KAJIAN KADAR UNSUR KROM DALAM LIMBAH TEKSTIL DENGAN METODE AAN

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

Pengertian,tipe- tipe sedimen dan prosess terjadinya

VALIDASI METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON UNTUK UNSUR-UNSUR DI DALAM STANDARD REFERENCE MATERIAL. NIST 1577b BOVINE LIVER INDRIA KURNIATI PRATASIS

VALIDASI METODE AANC UNTUK PENGUJIAN UNSUR Mn, Mg DAN Cr PADA CUPLIKAN SEDIMEN DI SUNGAI GAJAHWONG

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN PADA METODE AANC UNTUK ANALISIS N, P, K, Si, Al, Cu, Fe DALAM CUPLIKAN SEDIMEN

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VALIDASI METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON INSTRUMENTAL UNTUK UNSUR-UNSUR ESENSIAL DALAM CUPLIKAN HAYATI MENGGUNAKAN SRM NIST 1573a RAMZY

PENENTUAN KANDUNGAN UNSUR ALUMINIUM, MANGAN, DAN SILIKON DALAM AIR SUNGAI CODE TERHADAP WAKTU SAMPLING DENGAN METODE AANC

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

BAB II. Tinjauan Pustaka

VALIDASI METODE AANC MENGGUNAKAN GENERATOR NEUTRON UNTUK PENERAPAN PROGRAM JAMINAN MUTU PENGUJIAN CUPLIKAN

ANALISIS UNSUR Se DAN As DALAM SEDIMEN DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR PRIMER DAN SEKUNDER METODA AAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI KADAR LOGAM BERAT DAN PESTISIDA PADA SAMPEL AIR SUNGAI BRIBIN GUNUNG KIDUL FUNGSI WAKTU DAN LOKASI SAMPLING (BAGIAN I)

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

TEKNIK AKTIVASI NEUTRON (AAN) UNTUK PENENTUAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN DI LAHAN PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

IDENTIFIKASI PENCEMARAN LOGAM PADA SUNGAI KALIGARANG DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NETRON CEPAT(AANC)

BAB III LANDASAN TEORI

EROSI DAN SEDIMENTASI

DISTRIBUSI LOGAM Fe, Ca, Ti, Ba, Sr, Zr dan Ce DALAM BATUBARA DAN LIMBAH PEMBAKARANNYA PLTU CILACAP MENGGUNAKAN XRF

KAJIAN LOGAM MEDIUM DAN BERAT DALAM AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE DAERAH HULU DENGAN TEKNIK AAN (tahun I)

KETIDAKPASTIAN HASIL UJI Fe, AL, Si DAN Zr DALAM PASIR ZIRKON DENGAN METODE AANC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

ANALISIS SEBARAN LOGAM BERAT DALAM CUPLIKAN SEDIMEN SUNGAI GAJAHWONG SECARA SSA.

Identifikasi Unsur dan Kadar Logam Berat pada Limbah Pewarna Batik dengan Metode Analisis Pengaktifan Neutron

APPLICATION OF NEUTRON ACTIVATION ANALYSIS IN CHARACTERIZATION OF ENVIRONMENTAL SRM SAMPLES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

AKURASI METODA ANALISIS AKTIVASI NEUTRON PADA PENGUJIAN Se DAN As DALAM LIMBAH PADAT

PENENTUAN UNSUR Hf PADA TENAGA KARAKTERISTIK DENGAN METODA ANALISIS AKTIVASI NEUTRON (AAN)

EVALUASI LOGAM DALAM AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE DENGAN TEKNIK AAN (TAHAP 2)

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai

VALIDASI METODA SPEKTROMETRI PENDAR SINAR-X

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

PENGARUH DEBIT AIR DAN TSS TERHADAP AKUMULASI AKTIVITAS RADIONUKLIDA ALAM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh: ANA KUSUMAWATI

THE VALIDITY OF FNAA AND AAS METHOD FOR ANALYSIS OF Cu AND Fe ELEMENTS IN BIOTA SAMPLES

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

SEBARAN LOGAM BERAT DALAM IKAN, ALGAE, AIR DAN SEDIMEN LAUT DI SEMENANJUNG LEMAHABANG MURIA

PENAFSIRAN NILAI KETIDAKPASTIAN ANALISIS Fe, Ca, Zr, Ba, La, Ti DAN Ce DALAM CUPLIKAN SEDIMEN DENGAN METODA XRF

ANALISIS RADIOAKTIVITAS GROSS α, β DAN IDENTI- FIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR γ DARI AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE YOGYAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

Kata kunci : Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), AAN, Reaktor Kartini PENDAHULUAN. Niati, Pratiwi Dwijananti, Widarto

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

KAJIAN KANDUNGAN U DAN Th DALAM SEDIMEN SUNGAI DI SEMENANJUNG MURIA DENGAN METODA AKTIF DAN PASIF

PENENTUAN KUALITAS AIR

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

KAJIAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI WAMPU. Arta Olihen Boangmanalu 1, Ivan Indrawan 2

PENENTUAN UNSUR-UNSUR PADA ENDAPAN CORROSSION COUPON SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,

VALIDASI METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON UNTUK ANALISIS UNSUR Zn DAN Se PADA CUPLIKAN BAHAN MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut (Wardhana, 2004).

RANCANG BANGUN ALAT PENJERNIH AIR YANG TERCEMAR LOGAM BERAT Fe, Cu, Zn DALAM SKALA LABORATORIUM. Andi Syahputra, Sugianto, Riad Syech

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KASUS IMBANGAN ANGKUTAN SEDIMEN DI KALI PUTIH

IDENTIFIKASI PENCEMARAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BY PASS KOTA PADANG DENGAN METODE SUSEPTIBILITAS MAGNET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM DI DALAM SEDIMEN WADUK GAJAH MUNGKUR DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON CEPAT Sudaryo 1, Sutjipto 2 1 STTN-Batan Yogyakarta 2 PTAPB Batan Yogyakarta Jln Babarsari PO Box 6101 telp (0274) 48085 Yogya Abstrak KANDUNGAN LOGAM DI DALAM SEDIMEN WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI. Penelitian mengenai kandungan logam pada sedimen waduk Gajah Mungkur kabupaten Wonogiri telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan unsur logam di dalam waduk Gajah Mungkur kabupaten Wonogiri dengan metode AANC. Pencuplikan sedimen dilakukan di 3 (tiga) lokasi di daerah waduk tersebut. Pencuplikan pada bulan April 2008 dengan waktu pencuplikan pada jam 10.00 14.00 WIB. Kandungan unsur logam di waduk ditentukan dengan menggunakan Generator Neutron SAMES J-25 serta peralatan spektrometer gamma dengan detektor NaI(Tl) serta standar pembanding SRM 2704 (buffalo river sediment, BRS) dari NIST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kandungan unsur logam yang tersebar didalam waduk pada lokasi 1 hingga 3 untuk Fe: 7,4-32 % Al: 12 16 % ; Si: 40 % dan Cr total: 3 16 ppm. Adapun akurasi untuk unsur logam Fe, Al, Si dan Cr total mempunyai kisaran: 5,25-10,75 %; presisi: 10,99-14,25 % dan batas deteksi untuk Al = 1 %, Na= 0,14 %, Mg = 0,05 %, Si = 2 %, Fe = 1 % dan Cr= 0,01 ppm. Didasarkan data penelitian menunjukkan bahwa di dalam sedimen waduk telah mengalami pencemaran unsur logam berat, utamanya unsur Cr total. Kata kunci: Sedimen, analisis aktivasi neutron cepat (AANC), generator neutron, logam-logam, SRM 2704 Abstract METAL CONTENTS IN THE GAJAH MUNGKUR ACCUMULATING BASIN SEDIMENT OF WONOGIRI REGENCY. Research about metals content in the Gajah Mungkur accumulating basin sediment of Wonogiri regency has been done. This study aims to determine the metals content in a sediment of the accumulating basin by using AANC method. Sediment sampling conducted in 3 (three) locations in the accumulating basin area on April 2008 with a sampling time at 10:00 am to 14:00 pm. Content of metal elements was determined by using neutron generator SAMES J-25 and gamma spectrometry equipment with the detector NaI(Tl) as well as the comparison standard of SRM 2704 (Buffalo river sediment, BRS) from NIST. The results showed that the concentration of metal content scattered at locations 1 to 3 for Fe: 7,4-32%; Al: 12-16%; Si: 40% and the total of Cr: 3 to 16 ppm. The accuracy for metallic elements Fe, Al, Si and Cr have a total range: 5.25 to 10.75%; precision: 10.99 to 14.25% and the detection limit for Al = 1%, Na = 0.14%, Mg = 0.05%, Si = 2%, Fe = 1% and Cr = 0.01 ppm. Based on data, it showed that in the accumulating basin sediment have experienced contamination of heavy metal element, mainly Cr element totalizes. Keywords: Sediment, fast neutron activation analysis (AANC), neutron generators, metals, SRM 2704 Sudaryo, dkk 751 STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

PENDAHULUAN Waduk Gajah Mungkur adalah sebuah waduk yang terletak 3 km di selatan Kota kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Perairan danau buatan ini dibuat dengan membendung sungai terpanjang di pulau Jawa yaitu sungai Bengawan Solo. Mulai dibangun di akhir tahun 1970-an dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Waduk dengan wilayah seluas kurang lebih 8800 ha di 7 kecamatan ini bisa mengairi sawah seluas 23600 ha di daerah Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen. Selain untuk memasok air minum Kota Wonogiri juga menghasilkan listrik dari PLTA sebesar 12,4 MegaWatt. Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau erosi tanah lainnya (1). Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki bukit, didaerah genangan air, sungai, dan waduk (2). Sedimen merupakan media yang banyak mengandung unsur logam berat, yaitu logam yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Logam-logam tersebut sangat sulit mengalami pelapukan baik secara fisika, kimia maupun biologi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sedimen yang terangkut dalam air sungai antara lain: 1. Ukuran sedimen yang masuk ke badan sungai. 2. Karakteristik saluran yaitu morfologi sungai, tingkat kekasaran dasar sungai, kemiringan sungai dan debit air. 3. Karakteristik fisik partikel sedimen. Jenis sedimen sangat dipengaruhi oleh ukuran butir. Untuk jenis liat mempunyai ukuran butir: <0.0039, debu: 0.0039-0.0625, pasir: 0.0625-2,0 dan pasir besar: 2,0-64,0 mm. Di samping itu, sedimen dapat mempengaruhi kualitas air. Sedimen tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu: 1. Sedimen melayang (suspended material) terdiri dari: a. Sedimen non-organik yang meliputi pasir, debu, tanah liat dan koloidal-koloidal yang ada dalam air sungai. b. Sedimen organik yang meliputi unsur-unsur tanaman dan hewan baik yang hidup atau mati yang terlarut dalam aliran sungai. 2. Sedimen terlarut (dissolved material) yang terdiri dari: a. Larutan non-organik yang meliputi unsurunsur mineral, logam. gas dan unsur radioaktif. b. Larutan organik yang meliputi unsur-unsur organik yang bersifat kompleks sebagai hasil proses-proses fotosintesis, metabolisme dan dekomposisi jaringan tanaman dan hewan yang hidup di pertanian. Sedimen dengan ukuran kecil seperti lempung dapat diangkut aliran sungai dengan bentuk terlarut (wash load). Untuk ukuran yang lebih besar seperti pasir cenderung bergerak dengan cara meloncat. Partikel yang lebih besar dari pasir bergerak dengan cara merayap atau menggelinding di dasar sungai (bed load). Sedimen yang terdapat di sungai pada umumnya merupakan produk dari pelapukan batuan yang dipengaruhi oleh lingkungan, terutama iklim. Pelapukan batuan menghasilkan partikelpartikel tanah, karena pengaruh tenaga kinetis air hujan dan aliran air permukaan, maka pertikelpertikel tanah tersebut akan terangkut ke tempat yang lebih rendah dan masuk ke dalam sungai. Endapan (sedimen) dan koloidal serta bahan terlarut juga dapat berasal dari adanya bahan buangan industri yang berbentuk padat (3). Bahan buangan industri yang berbentuk padat jika tidak dapat larut sempurna akan mengendap didasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloidal. Endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama-sama dengan koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang didalam air akan menghalangi masuknya sinar matahari kedalam lapisan air, sehingga akan mengganggu proses fotosintesis mikroorganisme. Waduk merupakan perairan buatan yang merupakan tempat bermuaranya sungai-sungai disekitarnya, sehingga kondisi waduk sangat dipengaruhi oleh alam sekitar. Salah satu waduk besar di provinsi Jawa Tengah adalah waduk Gajah Mungkur di kabupaten Wonogiri, dan sampai saat ini merupakan salah satu waduk yang sangat bermanfaat bagi penduduk sekitar untuk pengairan, perikanan, pembangkit listrik, dan tempat wisata. Di sepanjang sungai-sungai yang bermuara pada waduk tersebut terdapat banyak sumber pencemar seperti yang berasal dari pabrik, pemukiman warga, maupun kegiatan lain yang semuanya mempunyai potensi untuk memberikan sumbangan polutan yang sangat membahayakan. Sumber bahaya tersebut dapat diketahui dengan cara menganalisis kandungan unsur yang terdapat di dalam air ataupun sedimen waduk. Didasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam pencemar di sedimen waduk Gajah Mungkur kabupaten Wonogiri menggunakan metode AANC sebagai salah satu upaya pemanfaatan akselerator. METODE 1. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan adalah Generator neutron Sames Type J25-150 kev/2 ma, seperangkat spektrometer-γ : detektor HPGe tingkat konsentrasi kemurnian 10 6 atom m -3, penganalisis salur ganda (MCA), model accuspec A, komputer dengan operasi sistem DOS, timbangan, ayakan (100 mesh), vial polietilen dan stopwatch. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 752 Sudaryo, dkk

2. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan adalah Sumber standar Eu-152, Cs-137, Co-60 dan SRM 2704 (buffalo river sediment, BRS) dari NIST serta cuplikan sedimen dari waduk Gajah Mungkur kabupaten Wonogiri, Cuplikan sedimen diambil pada April 2008 yang berasal dari 3 titik lokasi waduk Gajah Mungkur Metode sampling Waktu pengambilan cuplikan tersebut adalah pada saat musim kemarau yaitu pada bulan april 2008 di 3 titik lokasi waduk Gajah Mungkur kabupaten Wonogiri pada bulan April 2008 antara jam 10.00 15.00 WIB. Hal ini dimaksudkan agar cuplikan sedimen lebih mudah diambil karena debit airnya kecil sehingga waduk lebih dangkal. Selain itu diharapkan juga unsur-unsur yang mengendap dalam sedimen lebih banyak. Lokasi 1 diambil pada aliran masuk waduk dengan kondisi berupa pasir. Lokasi 2 diambil didekat karamba dengan kondisi berupa pasir dan debu agar diketahui kontribusi karamba tersebut terhadap kondisi sedimen waduk. Lokasi 3 diambil pada aliran keluaran waduk di lokasi plasa (istilah bahasa jawa yang memiliki arti pelataran desa kondisi berupa liat) dengan harapan agar dapat diketahui apakah terdapat perubahan kondisi yang terjadi di waduk (lihat lampiran). Tiap-tiap lokasi diambil sedimen kurang lebih 1,5 kg. Untuk memperluas permukaan ukuran partikel-partikel sedimen, cuplikan tersebut dihaluskan dengan cara ditumbuk secara manual untuk selanjutnya diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 100 mesh. Untuk keperluan iradiasi, ditimbang 200-250 mg dan dimasukkan ke dalam vial. 3. Iradiasi, Pencacahan Dan Perhitungan Kandungan Cuplikan Cuplikan sedimen maupun SRM-2704 (buffalo river sediment, BRS) dari NIST yang telah dimasukkan dalam vial diiradiasi dengan generator neutron SAMES J-25-150 kev/2 ma. Selanjutnya dilakukan pencacahan dengan seperangkat spektrometer-γ yang terdiri dari detektor HPGe tingkat konsentrasi kemurnian 10 6 atom m -3, penganalisis salur ganda (MCA) model accuspec A, komputer dengan operasi sistem DOS spektrometer gamma. Perhitungan kandungan logam di dalam sedimen dilakukan dengan membandingkan laju cacah cuplikan dan standar. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada dasarnya perairan waduk selalu mengalami perubahan, baik harian, bulanan, musiman, maupun jangka panjang yaitu terjadi perubahan dari fase oligotrofik (waduk baru) menuju fase eutrofik (waduk relatif lama). Perubahan terjadi karena adanya faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam (autochthonous) dapat berupa sedimen di dasar perairan yang melepaskan unsur tertentu ke dalam air. Pelepasan unsur itu ditentukan antara lain oleh reaksi air yang berdekatan dengan sedimen dan kandungan oksigen terlarut. Sementara faktor dari luar (allochtonous) yakni berupa masukan senyawa air limbah yang dibawa oleh aliran sungai, termasuk padatan tersuspensi dari proses erosi tanah daerah aliran sungai selain juga adanya pemanfaatan waduk untuk budi daya ikan berupa keramba jaring apung (KJA). Dengan demikian, masukan zat hara secara kontinu ke perairan waduk akan senantiasa menimbulkan dan mempercepat pencemaran air. Sedimen didapatkan dari pengambilan cuplikan memiliki jenis yang berbeda beda, tergantung lokasi pengambilan cuplikan disetiap titik. Jenis sedimen yang didapatkan di waduk Gajah Mungkur adalah sebagai berikut : Untuk lokasi 1, berupa pasir, lokasi 2, berupa pasir dan debu serta lokasi 3, berupa liat. Perbedaan jenis sedimen tersebut dipengaruhi oleh struktur sedimen waduk Gajah Mungkur, berbagai macam kegiatan manusia yang ada disekitar waduk, serta kegiatan manusia yang masuk ke sungai sungai yang bermuara ke waduk. Polutan air dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu buangan degradable dan nondegradable. Buangan degradable adalah buangan yang dapat terdekomposisi atau dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, sedangkan buangan nondegradable adalah buangan yang tidak dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah (3). Masuknya polutan dalam air yang tidak dapat larut dalam air membawa partikel ke suatu tempat dan mengendap dilokasi tertentu. Sedimen tersebut mempengaruhi sedimen yang terjadi secara alamiah yang berasal dari produk pelapukan batuan dan erosi sungai. Sampai saat ini Indonesia belum memiliki peraturan yang mengatur tentang kadar maksimum pencemar yang boleh terkandung dalam sedimen sungai di Indonesia. Michael Buchman menerbitkan Screening Quick Reference Table for Inorganics in Solid sebagai acuan untuk menentukan tingkat pencemaran di dalam sedimen oleh pertikel non-organik. Salah satu metoda yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi unsur logam dalam sedimen adalah metoda analisis aktivasi neutron cepat (APNC). Pemilihan reaksi yang tepat akan meningkatkan analisis unsur yang dikehendaki dan menekan reaksi pengaktifan unsur-unsur lain yang dapat mengganggu analisis. Reaksi inti yang sering digunakan pada APNC adalah reaksi inti (n, p), (n, α) dan (n, 2n) (4). Sudaryo, dkk 753 STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

Aktivitas awal (Cps 0 ) dari masing-masing standar maupun cuplikan sedimen saat keluar dari fasilitas iradiasi di akselerator ditentukan dengan rumus : Cps 0 Cps t e 0,693t d /T (1) yang sama. Presisi dinyatakan dalam bentuk nilai relative standard deviation (RSD) dengan persamaan. RSD s x x100% Cps o = aktivitas awal (cps); Cps t = Aktivitas pada saat dicacah (cps) t d = waktu tunda (hari); T = Waktu paro dari nuklida logam (hari) Perambatan ralat untuk persamaan (1) adalah: 2 0,693.t /T 2 2 0,693.Cpst e ΔCps 2 d Cps T (2) 0 t Δt Setelah dihitung harga Cps 0 dari masing-masing konsentrasi cuplikan maupun standar, maka konsentrasi unsur logam di dalam cuplikan sedimen dapat diketahui. Adapun perumusan yang digunakan untuk menghitung konsentrasi adalah: Cps 0Cupl WCupl x WStd (3) Cps W Cuplikan W Std Cps 0 Cps t 0Std = kandungan cuplikan; = kandungan standar; = laju cacah saat aktivasi dihentikan = laju cacah yang diketahui dari pencacahan Tabel 1. Jenis Unsur Logam Yang Terdeteksi Dari Setiap Lokasi s n x - x i l n - 1 s = simpangan ; x = hasil uji x = hasil uji rerata ; n = jumlah pengulangan 2 Akurasi merupakan kedekatan sebuah hasil uji atau rerata hasil uji ke nilai sebenarnya (true value). Akurasi dinyatakan dalam bentuk persamaan: W Akurasi Terukur WSesungguhnya = x 100% W Sesungguhnya (6) Batas deteksi (m L ) untuk unsur logam di dalam sedimen dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut (5) : m L 2,71 4,65 B ms µg (ppm) (7) 3 W(mg).10.a m L = batas deteksi m S = berat unsur dalam cuplikan standar W = berat cuplikan B = jumlah cacah latar a S = jumlah cacah standar S LOKASI UNSUR LOGAM 1 2 3 Fe Al x Cr x Si x x Keterangan: menyatakan unsur yang terdeteksi dan x menyatakan unsur tidak terdeteksi Untuk mengetahui presisi, akurasi dan batas deteksi pada penelitian ini, perumusan yang digunakan adalah: Presisi menunjukkan kesesuaian antara beberapa pengulangan yang diukur dengan cara Akurasi, presisi dan batas deteksi pada penelitian ini ditentukan didasarkan pada persamaan (1) sampai (7) dengan menggunakan SRM 2704 (buffalo river sediment, BRS). Untuk unsur logam Fe, Al, Si dan Cr akurasinya mempunyai kisaran: 5,25-10,75 %; presisi: 10,99-14,25 % dan batas deteksi untuk Fe = 1 %, Al= 1%, Si= 2% dan Cr= 0,01 ppm Analisis kuantitatif terhadap kandungan unsur di dalam cuplikan sedimen didasarkan pada persamaan (1) sampai (4). Adapun hasil konsentrasi unsur logam Fe di masing-masing lokasi 1, 2 dan 3 adalah ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa konsentasi unsur logam Fe pada sedimen di lokasi 1 (aliran air masuk waduk), 2 (dekat keramba ikan) dan 3 (aliran air ke luar) di waduk Gajah Mungkur. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 754 Sudaryo, dkk

Gambar 1. Konsentrasi Fe (% Berat) di dalam Sedimen Setiap Lokasi di Waduk Gajah Mungkur. Distribusi konsentrasi unsur logam Fe terhadap total keseluruhan unsur logam Fe di dalam waduk Gajah Mungkur ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan perbandingan distribusi unsur logam tersebut di dalam masing-masing sedimen pada lokasi 1,2 dan 3 adalah 14, 27 dan 59 % terhadap total keseluruhan unsur logam Fe di dalam waduk. kinetis air hujan dan aliran air permukaan, maka pertikel-pertikel tanah tersebut akan terangkut ke tempat yang lebih rendah dan masuk ke dalam sungai. Sedimen umumnya mengendap di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Disebabkan hal tersebut, maka akumulasi/ pengendapan unsur logam Fe di dalam sedimen pada lokasi 3 lebih besar dibandingkan pada lokasi 2 maupun 1. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sedimen yang terangkut dalam air sungai antara lain: 1. Ukuran sedimen yang masuk ke badan sungai. 2. Karakteristik saluran yaitu morfologi sungai, tingkat kekasaran dasar sungai, kemiringan sungai dan debit air. 3. Karakteristik fisik partikel sedimen. Endapan (sedimen) dan koloidal serta bahan terlarut juga dapat berasal dari adanya bahan buangan industri yang berbentuk padat(2). Bahan buangan industri yang berbentuk padat jika tidak dapat larut sempurna akan mengendap didasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloidal. Gambar 3 menunjukkan bahwa konsentrasi Al pada lokasi 1, 2 dan 3 di waduk Gajah Mungkur. Fe lokasi 1; 14% Fe lokasi 3; 59% Fe lokasi 2; 27% Gambar 3. Konsentrasi Al (% Berat) di dalam Sedimen Setiap Lokasi di Waduk Gajah Mungkur Gambar 2. Distribusi Konsentrasi Unsur Logam Fe Terhadap Total Keseluruhan Unsur Logam Fe di Dalam Waduk Gajah Mungkur Berdasar data tersebut menunjukkan bahwa pergerakan aliran air pada lokasi 1 lebih besar dibandingkan pada lokasi 2 maupun 3. Lokasi 3 merupakan sistem pengendali untuk keluarnya air atau pengendali ketinggihan waduk sehingga kecepatan aliran airnya relatif lebih lambat dibandingkan dengan lokasi yang lain. Sedimen yang terdapat di sungai pada umumnya merupakan produk dari pelapukan batuan yang dipengaruhi oleh lingkungan, terutama iklim. Pelapukan batuan menghasilkan partikel-partikel tanah yang mengandung unsur logam, karena pengaruh tenaga Gambar 4 menunjukkan bahwa distribusi unsur logam Al terhadap total keseluruhan unsur logam Al di dalam waduk Gajah Mungkur. Pada lokasi 1 konsentrasi Al tidak terdeteksi. Adanya unsur logam Al pada lokasi 2 dimungkinkan berasal dari adanya kegiatan perikanan yang menyebabkan terendapkannya unsur tersebut pada sedimen. Konsentrasi Al pada lokasi 2 sebesar 16 %, sedangkan pada lokasi 3 sebesar 12 %, atau distribusi konsentrasi unsur logam tersebut di dalam sedimen sebesar 57 dan 43 %. Hal tersebut dikarenakan pergerakan maupun lepasnya unsur logam Al dari sedimen. Sudaryo, dkk 755 STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

Al lokasi 3; 43% Al lokasi 2; 57% Gambar 4. Distribusi Konsentrasi Unsur Logam Al Terhadap Total Keseluruhan Unsur Logam Al di dalam Waduk Gajah Mungkur Untuk logam Si sebagian besar hanya terendapkan pada sedimen pada lokasi 1, sedangkan lokasi 2 dan 3 tidak terdeteksi. Adapun konsentrasi Si sebesar 40 %. Gambar 5 menunjukkan bahwa konsentrasi Cr pada lokasi 1, 2 dan 3 di waduk Gajah Mungkur. Gambar 5. Konsentrasi Cr (ppm) di dalam Sedimen Setiap Lokasi di Waduk Gajah Mungkur. Gambar 6 menunjukkan distribusi konsentrasi unsur logam Cr total terhadap total keseluruhan unsur logam Cr di dalam waduk Gajah Mungkur Cr lokasi 3 16% Cr lokasi 2 84% Gambar 6. Distribusi Konsentrasi Unsur Logam Cr Total Terhadap Total Keseluruhan Unsur Logam Cr di Dalam Waduk Gajah Mungkur Untuk lokasi 1 pada Gambar 6 kandungan unsur logam Cr total tidak terdeteksi. Perbedaan distribusi konsentrasi pada lokasi-lokasi tersebut tergantung pada waktu tinggal unsur logam Cr total pada sedimen maupun keadan struktur sedimen waduk Gajah Mungkur. Lokasi 2, berupa pasir dan debu serta lokasi 3, berupa liat. Adapun konsentrasi Cr total pada lokasi 2 dan 3 sebesar 16,0 dan 3,0 ppm, atau perbandingan distribusi konsentrasi unsur logam tersebut di dalam sedimen terhadap total keseluruhan unsur logam Cr yang ada di dalam waduk adalah 84 % pada lokasi 2 dan 16 % pada lokasi 3. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Unsur Fe di waduk Gajah Mungkur terdeteksi pada lokasi 1 (aliran air masuk waduk), 2 (dekat keramba ikan) dan 3 (aliran air ke luar), Al terdeteksi pada lokasi 2 dan 3, Si terdeteksi pada lokasi 1, dan Cr terdeteksi pada lokasi 1 dan 2. 2. Akurasi untuk logam Fe, Al, Si dan Cr total mempunyai kisaran: 5,25-10,75 %; presisi: 10,99-14,25 % dan batas deteksi untuk Al = 1 %, Na= 0,14 %, Mg = 0,05 %, Si = 2 %, Fe = 1 % dan Cr= 0,01 ppm. 3. Konsentrasi kandungan unsur logam berat yang tersebar didalam sedimen untuk Fe berkisar 7,4-32 % (berat); Al: 12 16 % (berat) ; Si: 40 % (berat) dan Cr total: 3 16 ppm. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Ellin Nuraini dan sdr. Sunardi, serta semua pihak atas semua bantuannya. DAFTAR PUSTAKA 1. WEBSITE,http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk_ Gajah_Mungkur 2. ASDAK, CHAY., Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press (2004) 3. WARDHANA, W, A, Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset (2004). 4. WISNU SUSETYO, Instrumentasi Kimia II, Pusdiklat Badan Tenaga Atom Nasional (1984). 5. HIROSHI KAMIOKI, Joint Training Course on Application of Nuclear Technique in 6. Indusry and Environment Available for the Safety of Nuclear Facility, Pusdiklat Batan, 7. Jakarta, March, 1-12 (2004) STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 756 Sudaryo, dkk

TANYA JAWAB Tanya 1. Pada abstrak tertulis unsur logam hasil aktivasi AANC ditentukan menggunakan Spektrometer gamma dengan detektor NaI(Tl) tetapi pada penjelasan bapak sudaryo menyebutkan menggunakan detektor HPGe. Mohon konfirmasi mana yang benar.(maskur PRR) Jawab 1. Yang betul memakai detektor HPGe karena hasilnya lebih baik, maaf ada kesalahan ketik. LAMPIRAN Gambar 1. Lokasi Pengambilan Cuplikan Air di Waduk Gajah Mungkur Kabupaten. Wonogiri, Jawa Tengah. Sudaryo, dkk 757 STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 758 Sudaryo, dkk