DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Nomor 5494); 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

LOGO PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN RI. Jabatan Fungsional. Rumpun Kesehatan.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG

PRESIDEN REPUELIK INDONESIA TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL JABATAN FUNGSIONAL TEKNISI TRANFUSI DARAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN

SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lemb

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

-1- GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/126/2017 TENTANG KOMITE PERLINDUNGAN KESEHATAN TENAGA KERJA INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kepegawaian. Jabatan. Pencabutan.

2017, No Analis Kebijakan melalui Penyesuaian/Inpassing; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun

PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN. *."rj5[t,',?5]*.r,o. 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang. 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG

SALINAN. b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana. 2. Undang-Undang Nomor S Tahun 2Ol4 tentang. 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 ten

2017, No KEP/58/M.PAN/6/2004 tentang Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dan Angka Kreditnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

2016, No Birokrasi Nomor PER/219/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Perkayasa dan angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 T

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA NEGARA. No.745, 2016 BKPM. Tunjangan Kinerja. Jabatan. Kelas Jabatan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

-2-3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5531); 4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KABUPATEN BLORA. Disampaikan oleh : BAMBANG SETYA KUNANTO, SE Kepala Bidang Mutasi Pegawai BKD Blora

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN

================================================================ PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 40 TAHUN

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Universitas Terbuka; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Ind

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No masing-masing Kementerian/Lembaga mempunyai kewajiban untuk menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur pedoman penyusunan for

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

2016, No diselenggarakan seleksi Calon Aparatur Sipil Negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b

2017, No Perikanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelaut

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIVERSITAS TERBUKA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparat

2018, No Nomor 1473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Per

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Guru dan Tenaga Kependidikan Menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Si

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN DAN JABATAN FUNGSIONAL NONKESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan bagi Aparatur Sipil Negara yang diangkat ke dalam jabatan fungsional kesehatan dan nonkesehatan di bawah pembinaan Kementerian Kesehatan dipandang perlu menyusun peraturan tentang pembinaan jabatan fungsional di Lingkungan Kementerian Kesehatan; b. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2014 tentang Pembinaan Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian Kesehatan sudah tidak sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pembinaan Jabatan Fungsional Kesehatan dan Jabatan Fungsional Nonkesehatan di Lingkungan Kementerian Kesehatan;

-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3547), sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 5. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 235); 6. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59); 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);

-3-8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2031); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN DAN JABATAN FUNGSIONAL NONKESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini yang dimaksud dengan: 1. Unit Pembina adalah unit kerja yang membina jabatan fungsional, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 2. Unit Pengelola Kepegawaian adalah unit kerja yang melaksanakan tugas pengelolaan kepegawaian meliputi formasi, pengadaan, kepangkatan dan penggajian, pelatihan, pensiun, analisis dan evaluasi jabatan, kepegawaian dan tata usaha kepegawaian. 3. Unit Pengelola Pelatihan adalah unit kerja yang melaksanakan tugas pengelolaan pelatihan meliputi perencanaan kebutuhan pelatihan, koordinasi program pelatihan fungsional, penyusunan kurikulum dan modul, penyelenggaraan pelatihan, akreditasi pelatihan, sertifikasi pelatihan, monitoring pelatihan dan evaluasi pasca pelatihan. 4. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan layanan fungsional yang berdasar pada keahlian dan keterampilan tertentu.

-4-5. Jabatan Fungsional Kesehatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak tenaga kesehatan yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya yang dilakuan secara mandiri atau berkolaborasi. 6. Jabatan Fungsional Nonkesehatan adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan layanan fungsional nonkesehatan yang berdasar pada keahlian dan keterampilan tertentu yang bekerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. 7. Jabatan Fungsional Keahlian adalah Jabatan Fungsional kualifikasi profesional yang dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keahlian meliputi pengembangan pengetahuan dan teknologi di bidang keahliannya. 8. Jabatan Fungsional Keterampilan adalah Jabatan Fungsional kualifikasi teknis atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis pada satu bidang ilmu pengetahuan atau lebih. 9. Pengelolaan Kepegawaian adalah proses kegiatan perencanaan, pembinaan, dan ketatausahaan kepegawaian pada unit kerja pemerintah. 10. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh setiap pejabat fungsional dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.

-5-11. Tim Penilai Angka Kredit adalah tim penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas untuk membantu menilai prestasi kerja pejabat fungsional. 12. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Pasal 2 Pengaturan pembinaan Jabatan Fungsional Kesehatan dan Nonkesehatan bertujuan untuk mengoptimalkan: a. produktivitas unit kerja; b. produktivitas kerja pemangku jabatan fungsional; c. karier pemangku jabatan fungsional; dan d. profesionalisme pemangku jabatan fungsional. Pasal 3 Ruang Lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini terdiri atas: a. Jabatan Fungsional Kesehatan; dan b. Jabatan Fungsional Nonkesehatan yang bekerja di lingkungan Kementerian Kesehatan BAB II PEMBINA JABATAN FUNGSIONAL Bagian Kesatu Umum Pasal 4 Pembinaan Jabatan Fungsional Kesehatan dan Nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan oleh: a. unit yang membidangi pengembangan jabatan fungsional; b. Unit Pembina Jabatan Fungsional;

-6- c. Unit Pengelola Kepegawaian; dan d. Unit Pengelola Pelatihan. Pasal 5 (1) Unit yang membidangi Pengembangan Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a mempunyai tugas untuk: a. menyusun dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang Pengembangan Jabatan Fungsional; b. menyusun pedoman formasi Jabatan Fungsional; c. menyusun pedoman uji kompetensi Jabatan Fungsional; d. menyusun standar kompetensi Jabatan Fungsional; e. menyusun pedoman Tim Penilai Jabatan Fungsional; f. menyusun pedoman monitoring dan evaluasi Jabatan Fungsional; g. mensosialisasikan kebijakan Jabatan Fungsional; h. mengembangkan sistem informasi Jabatan Fungsional; i. memfasilitasi usulan penetapan Jabatan Fungsional Kesehatan baru; j. memfasilitasi penyusunan substansi kebijakan Jabatan Fungsional; k. melakukan pemantauan dan evaluasi pengembangan Jabatan Fungsional; dan l. mengoordinasikan hasil laporan pembinaan dan pengawasan Jabatan Fungsional dari Unit Pembina Jabatan Fungsional. (2) Pembinaan dan Pengawasan Jabatan Fungsional yang dilakukan oleh Unit Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l dengan melihat: a. bidang administratif; b. prosedur pelaksanaan tugas; dan c. pelatihan dalam pelaksanaan Jabatan Fungsional.

-7- Pasal 6 (1) Unit Pembina Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf b meliputi: a. Unit Pembina Jabatan Fungsional Kesehatan; dan b. Unit Pembina Jabatan Fungsional Nonkesehatan. (2) Penunjukan unit kerja sebagai Unit Pembina Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kesesuaian antara tugas dan fungsi unit kerja dengan tugas pokok dari Jabatan Fungsional. Pasal 7 Dalam melaksanakan tugasnya unit yang melaksanakan pembinaan Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta bekerja sama baik lintas program maupun lintas sektor. Bagian Kedua Jabatan Fungsional Kesehatan Pasal 8 Unit Pembina Jabatan Fungsional Kesehatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) huruf a mempunyai tugas: a. mengusulkan materi kebijakan teknis tentang Jabatan Fungsional Kesehatan yang menjadi binaannya untuk disampaikan kepada Unit yang membidangi Pengembangan Jabatan Fungsional; b. menyusun usulan pedoman formasi Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya; c. melakukan identifikasi dan pengkajian serta pengusulan tunjangan Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya; d. mensosialisasikan kebijakan Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya secara berkesinambungan kepada para pemangku kepentingan;

-8- e. mengusulkan bahan kurikulum pelatihan fungsional/teknis Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya dengan melibatkan organisasi profesi terkait; f. mengusulkan jenis dan jumlah peserta pelatihan fungsional/teknis Jabatan Fungsional berdasarkan usulan dari unit kepegawaian Eselon I yang menjadi binaannya; g. melakukan pembinaan secara berjenjang terhadap pejabat fungsional yang menjadi binaannya; h. mengusulkan Tim Penilai Pusat Jabatan Fungsional yang akan ditetapkan oleh Pimpinan Unit Utama Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya; i. melakukan pembinaan terhadap Tim Penilai jabatan fungsional yang menjadi binaannya; j. memfasilitasi pembentukan organisasi profesi Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya; k. memfasilitasi penyelenggaraan uji kompetensi Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya; l. melakukan pemutakhiran data Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya setiap akhir tahun meliputi variabel nama pemangku, jenis, kategori, jenjang, riwayat pendidikan, riwayat pelatihan Jabatan Fungsional terkait dan variabel lainnya yang diperlukan; m. melakukan pemantauan, evaluasi Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya; dan n. menyampaikan hasil pelaksanaan pembinaan Jabatan Fungsional kepada Unit yang membidangi Pengembangan Jabatan Fungsional, paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Pasal 9 (1) Unit Pembina Jabatan Fungsional Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a terdiri atas: a. Pusat Analisis Determinan Kesehatan, Sekretariat Jenderal membina Jabatan Fungsional administrator kesehatan;

-9- b. Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan membina Jabatan Fungsional apoteker dan asisten apoteker; c. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan membina Jabatan Fungsional dokter, dokter gigi, dokter pendidik klinis, fisioterapis, okupasi terapis, ortotis prostetis, perawat, perawat gigi, perekam medis, teknisi gigi, refraksionis optisien, dan terapis wicara; d. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan membina Jabatan Fungsional bidan dan teknisi transfusi darah; e. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan membina Jabatan Fungsional fisikawan medis, pranata laboratorium kesehatan, radiografer, dan teknisi elektromedis; f. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit membina Jabatan Fungsional entomolog kesehatan; g. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit membina Jabatan Fungsional psikolog klinis; h. Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit membina Jabatan Fungsional epidemiolog kesehatan; i. Direktorat Kesehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat membina Jabatan Fungsional sanitarian; j. Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat membina Jabatan Fungsional nutrisionis;

-10- k. Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat membina Jabatan Fungsional pembimbing kesehatan kerja; dan l. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat membina Jabatan Fungsional penyuluh kesehatan masyarakat. (2) Unit pembina Jabatan Fungsional Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melakukan pembinaan dan penetapan angka kredit bagi Jabatan Fungsional Kesehatan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Jabatan Fungsional Nonkesehatan Pasal 10 Unit Pembina Jabatan Fungsional Nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai tugas: a. mensosialisasikan kebijakan Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya secara berkesinambungan; b. mengusulkan jenis dan jumlah peserta pelatihan fungsional/teknis Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya; c. melakukan pembinaan terhadap pejabat fungsional yang menjadi binaannya; d. menetapkan Tim Penilai Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. melakukan pembinaan terhadap Tim Penilai jabatan fungsional yang menjadi binaannya; f. mengusulkan peserta uji kompetensi jabatan fungsional yang menjadi binaannya;

-11- g. melakukan pemutakhiran data Jabatan Fungsional yang menjadi binaannya setiap akhir tahun meliputi variabel nama pemangku, jenis, kategori, jenjang, riwayat pendidikan, riwayat pelatihan Jabatan Fungsional terkait dan variabel lainnya yang diperlukan; h. menyampaikan hasil pelaksanaan pembinaan jabatan fungsional secara berkala sesuai dengan perkembangan pelaksanaan pembinaan kepada Unit yang membidangi Pengembangan Jabatan Fungsional dengan tembusan Instansi Pembina Jabatan Fungsional terkait; i. memfasilitasi pelaksanaan jabatan fungsional yang menjadi binaannya; dan j. melakukan pemantauan dan evaluasi jabatan fungsional yang menjadi binaannya. Pasal 11 (1) Unit Pembina Jabatan Fungsional Nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b terdiri atas: a. Sekretariat Inspektorat Jenderal membina Jabatan Fungsional auditor dan auditor kepegawaian; b. Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan membina Jabatan Fungsional peneliti, perekayasa dan teknisi litkayasa; c. Sekretariat Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan membina Jabatan Fungsional dosen dan pranata laboratorium pendidikan; d. Pusat Pelatihan SDM Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya membina Jabatan Fungsional widyaiswara dan assesor sumber daya manusia aparatur; e. Biro Perencanaan dan Anggaran, Sekretariat Jenderal membina Jabatan Fungsional perencana; f. Biro Kepegawaian, Sekretariat Jenderal membina Jabatan Fungsional analis kepegawaian;

-12- g. Biro Keuangan dan Barang Milik Negara, Sekretariat Jenderal membina Jabatan Fungsional pengelola pengadaan barang/jasa; h. Biro Umum, Sekretariat Jenderal membina Jabatan Fungsional arsiparis; i. Biro Hukum dan Organisasi, Sekretariat Jenderal membina Jabatan Fungsional perancang peraturan perundang-undangan; j. Pusat Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal membina Jabatan Fungsional pranata komputer dan statistisi; k. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Sekretariat Jenderal membina Jabatan Fungsional pustakawan dan pranata hubungan masyarakat; l. Pusat Analisis Determinan Kesehatan, Sekretariat Jenderal membina Jabatan Fungsional analis kebijakan; m. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit membina Jabatan Fungsional pekerja sosial; dalam n. Pusat Pendidikan SDM Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan membina Jabatan Fungsional pengembang teknologi pembelajaran; (2) Unit pembina Jabatan Fungsional Nonkesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melakukan pembinaan dan penetapan angka kredit bagi Jabatan Fungsional Nonkesehatan dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

-13- Bagian Keempat Unit Pengelola Kepegawaian Pasal 12 (1) Unit Pengelola Kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c meliputi: a. biro yang membidangi kepegawaian; dan b. bagian yang membidangi kepegawaian. (2) Biro yang membidangi kepegawaian mempunyai tugas: a. mengusulkan formasi Calon Aparatur Sipil Negara berdasarkan kebutuhan Jabatan Fungsional dari unit Eselon I kepada Kementerian yang membidangi Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi; b. menetapkan pengangkatan Aparatur Sipil Negara dalam Jabatan Fungsional atas usulan kebutuhan formasi unit Eselon I; c. menetapkan pembebasan sementara dari Jabatan Fungsional atas usulan unit Eselon I; d. menetapkan pengangkatan kembali ke dalam Jabatan Fungsional atas usulan unit Eselon I; e. menetapkan pemberhentian dari Jabatan Fungsional atas usulan unit Eselon I; dan f. melaksanakan sharing data kepegawaian dari sistem informasi kepegawaian dengan sistem informasi Jabatan Fungsional yang dikembangkan. (3) Bagian yang membidangi kepegawaian pada unit Eselon I dari unit Pembina Jabatan Fungsional mempunyai tugas: a. menyusun rancangan usulan formasi Jabatan Fungsional Kesehatan atas usulan Unit Kerja terkait; b. mengusulkan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional terkait; c. mengusulkan pembebasan sementara dari Jabatan Fungsional terkait; d. mengusulkan pengangkatan kembali ke dalam Jabatan Fungsional terkait;

-14- e. mengusulkan pemberhentian dari Jabatan Fungsional terkait; f. melakukan sosialisasi, pemantauan dan evaluasi administrasi Jabatan Fungsional Terkait; g. menyusun usulan jenis dan jumlah kebutuhan pelatihan Jabatan Fungsional terkait; h. menyusun usulan mutasi Jabatan Fungsional terkait; dan i. menyusun laporan dan menyampaikan hasil pelaksanaan pembinaan Jabatan Fungsional secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun kepada Unit yang membidangi Pengembangan Jabatan Fungsional. Bagian Kelima Unit Pengelola Pelatihan Pasal 13 (1) Unit Pengelola Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d sebagai berikut: a. pusat yang membidangi pelatihan SDM Kesehatan; b. Balai Besar Pelatihan Kesehatan; dan c. Balai Pelatihan Kesehatan. (2) Unit pengelola pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam penyelenggaraan pelatihan dapat bekerja sama dengan Kementerian dan/atau Lembaga Negara lainnya. (3) Pusat yang membidangi pelatihan SDM Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mempunyai tugas: a. melakukan perencanaan kebutuhan pelatihan dan pengembangan program pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan dan Nonkesehatan; b. melakukan pengembangan program pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan dan Nonkesehatan; c. mengkoordinasikan program pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan dan Nonkesehatan;

-15- d. menyusun kurikulum dan modul pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan; e. melakukan akreditasi dan sertifikasi pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan; f. melakukan pemantauan pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan dan Nonkesehatan; g. melakukan evaluasi pelaksanaan pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Kesehatan, Balai Pelatihan Kesehatan dan unit Eselon I; dan h. melakukan evaluasi pasca pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan terhadap peserta yang telah mengikuti pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan. (4) Balai Besar Pelatihan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mempunyai tugas: a. menyelenggarakan pelatihan Training of Trainer (ToT) Jabatan Fungsional Kesehatan dan Nonkesehatan; b. menyelenggarakan TOT Tim penilai Jabatan Fungsional Kesehatan; c. menyelenggarakan pelatihan Tim penilai Jabatan Fungsional Kesehatan dan Nonkesehatan; d. menyelenggarakan pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan dan Nonkesehatan; dan e. mengusulkan akreditasi dan sertifikasi pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan kepada Pusat Pelatihan SDM Kesehatan; (5) Balai Pelatihan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mempunyai tugas untuk: a. menyelenggarakan pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan dan Nonkesehatan; dan b. mengusulkan akreditasi dan sertifikasi pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan kepada Pusat Pelatihan SDM Kesehatan;

-16- Pasal 14 (1) Pelatihan bagi Jabatan Fungsional Kesehatan dan Nonkesehatan terdiri dari : a. pelatihan untuk pengangkatan pertama; b. pelatihan untuk kenaikan jenjang Jabatan Fungsional; c. Pelatihan untuk alih jenjang Jabatan Fungsional; dan d. Pelatihan dasar Jabatan Fungsional. (2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan usulan dari unit pembina Jabatan Fungsional. (3) Pusat yang membidangi pelatihan SDM Kesehatan mengoordinasikan pelaksanaan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Kesehatan dan Balai Pelatihan Kesehatan. BAB III PEMBIAYAAN Pasal 15 Pembiayaan pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Kesehatan dan Jabatan Fungsional Nonkesehatan di Lingkungan Kementerian Kesehatan dibebankan kepada: a. anggaran pendapatan dan belanja negara; b. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau c. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. BAB IV PENUTUP Pasal 16 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2014 tentang Pembinaan Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian Kesehatan (Berita

-17- Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1877) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 17 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 November 2016 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, ttd NILA FARID MOELOEK Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22 Desember 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1971