BAB I PENDAHULUAN. pilar utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sistem perbankan memegang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

BAB IV. Akibat hukum adalah akibat dari melakukan suatu tindakan untuk. memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan atau telah

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sektor hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Sektor yang

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 25/PUU-XII/2014 Tugas Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 25/PUU-XII/2014 Tugas Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sudah dikenal di Indonesia sejak VOC mendirikan Bank

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perbankan yang tidak sehat diturunkan melalui Bank Indonesia sebagai Bank

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan tahun 1997, banyak kejadian-kejadian penting yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DAN BANK INDONESIA DALAM FUNGSI MENGATUR DAN MENGAWASI BANK

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama ini pengawasan dalam kegiatan keuangan di Indonesia dipegang

OTORITAS JASA KEUANGAN DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pertemuan 4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK. Pembentukan lembaga

TINJAUAN HUKUM TENTANG PENGAWASAN BANK DAN PERLINDUNGAN NASABAH OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN CHAIRIL SUSANTO / D

BAB III METODE PENELITIAN. Cabang USU. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang didirikan berdasarkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan mengenai perekonomian untuk dapat dimanfaatkan bagi

BAB II OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) REGIONAL 5 SUMATERA BAGIAN UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan umum merupakan salah satu dari tujuan Negara Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan berdasarkan asas kehati-hatian, mampu meredam hingga sekecil-kecilnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 31 Tahun 1992 TLN Nomor 3472, Pasal 4. Aditya Bakti, 2003), hal 86. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang-

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

BAB I PENDAHULUAN. kiprah dan sepak terjang industri perbankan syariah di tanah air. Hal ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi ( financial intermediary) untuk menunjang kelancaran

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Kriteria bank gagal berdampak sistemik membutuhkan penilaian yang

BAB III METODE PENELITIAN

PERANAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELAKUKAN PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

Peran Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Pengawasan Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,

Seminar Nasional Hasil Penelitian Universitas Kanjuruhan Malang 2017

BAB II PENGAWASAN KEGIATAN PERBANKAN KONVENSIONAL. A. Bentuk Kegiatan Perbankan Konvensional Menurut Undang-undang

DAFTAR PUSTAKA. Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, CV Mandar Maju: Bandung,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK. A. Pengaturan dan Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK. A. Pengaturan dan Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Jenis penelitian Dilihat dari sifat permasalahannya, jenis penelitian ini tergolong dalam jenis

PENGALIHAN FUNGSI PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN DARI BANK INDONESIA KE OTORITAS JASA KEUANGAN ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

Ricky Bagus Setiawan, Aad Rusyad Nurdin. Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, 16424, Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan kini telah menjadi hal yang kian penting dalam

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mitra dalam melakukan transaksi keuangan. 1 Semua sektor usaha maupun

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

Lex et Societatis, Vol. III/No. 3/Apr/2015

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa perbankan, yaitu perbankan Indonesia berfungsi sebagai: 2. kepercayaan, Lembaga pendorong pertumbuhan ekonomi, dan Lembaga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex Privatum, Vol.III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. penyerapan dana yang dilakukan bank-bank yang ada di seluruh Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dikaji secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya mewujudkan masyarakat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, peranan bank sentral sangat penting dan strategis dalam upaya menciptakan sistem perbankan yang sehat dan efisien. Perlu diwujudkannya sistem perbankan yang sehat dan efisien itu, karena dunia perbankan menjadi salah satu pilar utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sistem perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi seiring dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana. 1 Pada hakikatnya pengaturan dan pengawasan bank dimaksudkan untuk meningkatkan keyakinan setiap orang yang mempunyai kepentingan dengan bank, bahwa bank-bank dari segi finansial tergolong sehat, bahwa bank dikelola dengan baik dan profesional, serta didalam bank tidak terkandung segi-segi yang merupakan ancaman terhadap kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya di bank. Dengan kata lain, tujuan umum dari pengaturan dan pengawasan bank adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, yang memenuhi tiga aspek, yaitu perbankan yang dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik,berkembang 1 Hermansyah, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,Edisi Pertama, Cet.V, Kencana, Jakarta, (Selanjutnya disingkat Hermansyah I), h.175. 1

2 secara wajar,dalam arti disatu pihak memerhatikan faktor resiko seperti kemampuan, baik dari sistem,finansial,maupun sumber daya manusia. 2 Dalam rangka pembinaan dan pengawasan perbankan dapat terlaksana secara efektif, kewenangan dan tanggung jawab yang semula berada pada menteri keuangan, menjadi berada pada pimpinan Bank Indonesia sehingga Bank Indonesia memiliki kewenangan dan tanggung jawab yang utuh untuk menetapkan perizinan atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank, pembinaan dan pengawasan bank serta pengenaan sanksi terhadap bank yang tidak mematuhi peraturan perbankan yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. 3 Dengan demikian, bila ternyata dalam tugas mengatur dan mengawasi bank tersebut Bank Indonesia menemukan suatu penyimpangan yang dilakukan oleh bank,akan dapat segera dilkukan tindakan. Pada pokoknya, Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai 3(tiga) bidang tugas, yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan mengatur dan mengawasi bank. 4 Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank, menurut Pasal 24 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, bahwa Bank h.20. 2 Ibid, h.176. 3 Gunarto Suhardi, 2003, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 4 Djoni Gazali dan Rachmadi Usman, 2010, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, h.30.

3 Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Mengenai kewenangan Bank Indonesia dalam bidang pengawasan perbankan di Indonesia, sesuai dengan amanat Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia menentukan tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen dengan mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan bank. Pembentukan lembaga tersebut dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lembaga ini berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. 5 Amanat Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang 5 Darmin Nasution, 2007, Konsepsi Penyusunan RUU Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dan PersiapanPembentukan OJK, URL: http://www.legalitas.org diakses tanggal 20 september 2013.

4 Bank Indonesia, Bank Indonesia menekankan kepada lembaga tersebut untuk bertindak sebagai dewan pengawas (supervisory board), dapat mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan bank secara berkoordinasi dengan Bank Indonesia. 6 Namun ternyata setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan menentukan lain, yakni memberikan kewenangan luas kepada Otoritas Jasa Keuangan untuk membuat pengaturan dan pengawasan perbankan bahkan kewenangannya dapat bertindak sebagai penyidik layaknya seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Oleh sebab itu, ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan tampak menjadikan Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga super body bukan supervisory board. 7 Berdasarkan pada amanat Pasal 34 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, sebenarnya Otoritas Jasa Keuangan tersebut diharapkan sudah terbentuk pada akhir tahun 2002. Hal tersebut berarti Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan seharusnya sudah harus lahir pada tahun 2002 tersebut. Dengan hadirnya Otoritas Jasa Keuangan, maka Lembaga keuangan Bank maupun bukan Bank nantinya akan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan tersebut. 6 Bank Indonesia, 2010, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan Volume 8 Nomor 3, Edisi September 2010, URL: http://www.bi.go.id diakses tanggal 20 september 2013. 7 Reka Dewantara,2011, Tinjauan Yuridis Pengalihan Pengawasan Perbankan dari Bank Sentral kepada Otoritas Jasa Keuangan Jurnal fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, h.172.

5 Namun demikian, saat ini masih banyak kalangan yang mempertanyakan apakah kehadiran Otoritas Jasa Keuangan tersebut benar-benar sudah merupakan kebutuhan untuk mengawasi dalam satu atap lembaga keuangan bank maupun non bank, termasuk pasar modal dan asuransi. Saat ini justru banyak kalangan juga yang mengkawatirkan kehadiran Otoritas Jasa Keuangan tidak akan mampu mengambil alih fungsi pengawasan tersebut, jika fakta efouria saat ini tidak mencerminkan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk mendukung kehadiran Otoritas Jasa Keuangan tersebut. 8 Dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan sebagai salah satu solusi untuk menempatkan peran pengawasan perbankan pada Institusi mandiri di luar Bank Indonesia, ditengarai masih menyisakan problem mendasar dikemudian hari. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis mengajukan judul usulan penelitian yaitu KEWENANGAN PENGATURAN DAN PENGAWASAN PERBANKAN BANK INDONESIA SETELAH DIBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN. 8 Ibid, h.173.

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah status dan kedudukan Bank Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan? 2. Bagaimanakah tugas dan kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan mengawasi bank di Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Agar suatu masalah tidak keluar dari pokok permasalahan, maka dalam penulisan skripsi ini ruang lingkup masalahnya hanya dibatasi pada: 1.) Identifikasi mengenai status dan kedudukan Bank Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan. 2.) Analisa mengenai tugas dan kewenangan dalam pengawasan perbankan di Indonesia oleh Bank Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan. 1.4 Orisinalitas Penelitian mengenai Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Perbankan Bank Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan sudah ada yang menulis penelitian sejenis yaitu mengenai Akibat Hukum Tugas Pengaturan dan Pengawasan bank oleh Bank Indonesia dengan dibentuknya UU Otoritas Jasa Keuangan. Untuk substansi Pembeda ada 2 indikator pembeda yaitu:

7 1. Judul Skripsi Penelitian Terdahulu : Akibat Hukum Tugas Pengaturan dan Pengawasan bank oleh Bank Indonesia dengan dibentuknya UU Otoritas Jasa Keuangan. Penelitian Penulis: Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Perbankan Bank Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan. 2. Rumusan Masalah Penelitian Terdahulu: 1.) Apakah terdapat keterkaitan antara UU Bank Indonesia dengan UU Otoritas jasa Keuangan? 2.) Bagaimana akibat hukum terhadap Tugas Pengaturan dan Pengawasan bank oleh Bank Indonesia dengan dibentuknya UU Otoritas Jasa Keuangan? Penelitian Penulis: 1.) Bagaimanakah status dan kedudukan Bank Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan? 2.) Bagaimanakah Tugas dan Kewenangan Bank Indonesia dalam Pengaturan dan Pengawasan Perbankan di Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan?

8 1.5 Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan skripsi ini adalah secara umum bertujuan untuk melaksanakan tri dharma perguruan tinggi dan mengembangkan ilmu hukum terkait dengan paradigma science as a process (ilmu sebagai proses), dengan paradigma ini ilmu tidak akan pernah mandeg (final) dalam penggaliannya atas kebenarannya di bidang obyeknya masing-masing. Dalam hal ini yang menjadi obyek yang terkait mengenai tugas dan kewenangan dalam bidang pengaturan dan pengawasan perbankan di Indonesia baik oleh Bank Indonesia maupun oleh Otoritas Jasa Keuangan. b. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan skripsi ini adalah 1. Untuk mengetahui status dan kedudukan Bank Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisa mengenai tugas dan kewenangan dalam pengaturan dan pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan.

9 1.6 Manfaat Penulisan a. Manfaat Teoritis Adapun manfaat teoritis dari penulisan skripsi ini adalah hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pengembangan substansi disiplin bidang ilmu hukum khususnya hukum perbankan terutama mengenai status dan kedudukan Bank Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan dan mengenai tugas dan kewenangan dalam pengaturan dan pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan. b. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penulisan skripsi ini adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi hukum positif dan memberikan pemikiran untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi lembaga pengawas Perbankan khusunya Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam menjalankan tugas dan kewenangannya dalam sektor perbankan di Indonesia.

10 1.7 Landasan Teoritis Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia adalah lembaga negara yang bersifat independen. Sebagai lembaga negara yang bersifat independen, baik pemerintah maupun pihak-pihak lain dilarang untuk melakukan campur tangan terhadap tugas dan wewenang Bank Indonesia. Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki tugas dan kewenangan yang telah diatur dalam Undang-Undang. Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, menentukan tugas Bank Indonesia yaitu: 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. 3. Mengatur dan mengawasi bank.

11 Berkaitan dengan tugas pengaturan dan pengawasan bank, pada dasarnya halhal yang dapat dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi 4 kewenangan yaitu: 1. Kewenangan memberikan izin (Power to license) Kewenangan ini memungkinkan ditetapkannya ketentuan dan persyaratan pendirian sebuah bank oleh otoritas pengawas. Pada umumnya persyaratan pendirian bank ada 3 (tiga) aspek yakni (1) akhlak dan moral calon pemilik dan pengurus bank, (2) kemampuan menyediakan dana dalam jumlah tertentu untuk modal bank, (3) kesungguhan dan kemampuan dari para calon pemilik dan pengurus bank dalam melakukan kegiatan usaha bank. 2. Kewenangan untuk mengatur (Power to regulate) Kewenangan ini memungkinkan otoritas pengawas bank untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek kegiatan usaha perbankan dalam rangka menciptakan adanya perbankan yang sehat. Ketentuan yang dapat ditetapkan antara lain mencakup pengaturan likuiditas dan solvabilitas bank, jenis usaha yang dapat dilakukan, dan resiko yang dapat diambil bank. 3. Kewenangan untuk mengendalikan/mengawasi (Power to control) Kewenangan ini yang paling mendasar yang diperlukan oleh otoritas pengawas bank. Pengawasan bank dilaksanakan melalui pengawasan tidak langsung (offsite supervision) dan pengawasan langsung (on-site examination). 4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (Power to impose sanction)

12 Kewenangan ini memungkinkan pengenaan sanksi oleh otoritas pengawas bank mengandung unsur pembinaan agar suatu bank sungguh-sungguh taat dalam menerapkan peraturan perundang-undangan dan prinsip perbankan yang sehat. 9 Salah satu kewenangan yang dimiliki Bank Indonesia adalah kewenangan untuk mengawasi (Power and Right to Control), yaitu kewenangan melakukan pengawasan bank melalui pengawasan langsung (on-site examination) dan pengawasan tidak langsung (off site supervision). Pengawasan langsung dapat berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya. Dalam pelaksanaannya, apabila diperlukan Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank termasuk pihak lain yang meliputi perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi dan debitur bank. Bank Indonesia dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan tugas pemeriksaan. 10 Jakarta, h.67. 9 Suwidi Tono, 2007, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, Sinar Grafika, 10 Ibid, h.24.

13 Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai funsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini. Lembaga ini melaksanakan tugas pengaturan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan disektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Berkaitan dengan tugas pengaturan dan pengawasan disektor perbankan, Pasal 7 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, Otoritas Jasa Keuangan memiliki wewenang yaitu: A. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi: 1) Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan 2) Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa; B. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: 1) Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; 2) Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3) Sistem informasi debitur;

14 4) Pengujian kredit (credit testing); dan 5) Standar akuntansi bank; C. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi: 1) Manajemen risiko; 2) Tata kelola bank; 3) Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan 4) Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan D. Pemeriksaan bank. 1.8 Metode Penelitian a. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini, merupakan penelitian hukum yuridis-normatif. Sebagai penelitian hukum yang bersifat akademis berkaitan dengan upaya untuk memberikan sumbangan yang berharga bagi perkembangan ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum perbankan. Sebagai penelitian hukum dalam kegiatan akademis, dimaksudkan untuk membedakan dengan penelitian hukum dalam kaitannya dengan kegiatan yang bersifat praktis yang lebih diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Penelitian yang bersifat normatif atau disebut dengan penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara

15 yang dipergunakan didalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. 11 Dalam penulisan skripsi ini yang dimaksud dengan penelitian hukum adalah penelitian hukum yang bersifat akademis yang di dalamnya terkandung sifat normatif dan doktrinal untuk menjawab berbagai permasalahan yang diajukan. Penelitian hukum normatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Beranjak dari adanya kesenjangan dalam norma /asas hukum b. Tidak menggunakan hipotesis c. Menggunakan landasan teoritis d. Menggunakan bahan hukum yang terdiri atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Dalam penelitian ini, termasuk kedalam norma kabur dimana ketentuan yang mengatur mengenai kewenangan pengawasan bank yang terdapat dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia dengan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan terdapat pengaturan yang masih belum jelas. Kekaburan norma ini diteliti dengan analisis dari kedua peraturan perundang-undangan tersebut. b. Jenis Pendekatan 11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cet.XI, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.13.

16 Dalam penelitian hukum normatif umumnya mengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yaitu: 1) Pendekatan Kasus ( The Case Approach) 2) Pendekatan Perundang-undangan ( The Statute Approach) 3) Pendekatan Fakta ( The Fact Approach) 4) Pendekatan Analisis konsep hukum ( Analitical & Conseptual Approach) 5) Pendekatan Frasa (Words & Phrase Approach) 6) Pendekatan Sejarah ( Historical Approach) 7) Pendekatan Perbandingan ( Comparative Approach) Pendekatan yang digunakan dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini adalah Pendekatan Perundang-undangan ( The Statute Approach), Pendekatan Analisis konsep hukum (Analitical & Conseptual Approach) dan Pendekatan Perbandingan ( Comparative Approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua Undang- Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. 12 Seperti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, khususnya mengenai status dan kedudukan Bank Indonesia. Dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Mengenai pendekatan analisis konsep hukum dilakukan dengan menelusuri teori-teori atau konsep-konsep yang berkaitan dengan kewenangan pengawasan perbankan di suatu negara. 12 Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Cetakan II, Kencana, Jakarta, h. 93.

17 Mengenai pendekatan perbandingan dilakukan dengan membandingkan tugas dan kewenangan yang dimiliki Bank Indonesia dalam pengawasan perbankan setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan. c. Sumber Bahan Hukum Berdasarkan atas penggunaan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dalam penelitian hukum normatif, masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: Bahan hukum primer terdiri atas: - Asas dan Kaidah hukum. Perwujudan asas dan kaidah hukum ini berupa peraturan perundang-undangan antara lain: 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2004 Tentang Bank Indonesia. 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Bahan hukum sekunder terdiri atas: - Buku-buku hukum (text book) mengenai Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Metode Penelitian hukum normatif. - Jurnal hukum mengenai Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. - Skripsi, makalah mengenai Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

18 - Internet mengenai Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Pengumpulan bahan-bahan hukum diawali dengan kegiatan inventarisasi, dengan pengoleksian dan pengorganisasian bahan-bahan hukum ke dalam suatu sistem informasi, sehingga memudahkan kembali penelusuran bahan-bahan hukum tersebut. Bahan-bahan hukum tersebut dikumpulkan dengan studi dokumentasi, yakni dengan melakukan pencatatan terhadap sumber-sumber bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, selanjutnya dilakukan inventarisasi bahan-bahan hukum yang relevan dengan cara pencatatan atau pengutipan dengan menggunakan sistem kartu. Masing-masing kartu diberikan identitas sumber bahan hukum yang dikutip dan halaman dari sumber kutipan. Di samping itu, diklasifikasikan menurut sistematika rencana skripsi, sehingga ada kartu untuk bahan-bahan Bab I, Bab II, dan seterusnya,kecuali untuk bagian penutup. 13 Kemudian dilakukan kualifikasi fakta dan hukum. Selanjutnya akan dilakukan penelusuran melalui kepustakaan yang berkaitan dengan tugas dan kewenangan dalam bidang pengawasan perbankan Bank Indonesia setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan. e. Teknik Analisis Bahan Hukum Analisis bahan-bahan hukum dalam penelitian ini akan dilakukan secara analisis kualitatif dan komprehensif. Analisis kualitatif artinya, menguraikan bahan- 13 Ibid, h.145.

19 bahan hukum secara bermutu dengan bentuk kalimat yang teratur, runtut, logis dan tidak tumpang tindih serta efektif, sehingga memudahkan interpretasi bahan-bahan hukum dan pemahaman hasil analisa. Komprehensif artinya, analisa dilakukan secara mendalam dan dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian. 14 Analisis bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik deskripsi, yaitu dengan mendiskripsikan bahan-bahan dengan cara mengkonstruksikan hukum dan argumentasi. Kemudian juga dilakukan dengan teknik evaluasi, yaitu dengan menilai apakah tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak setuju terhadap suatu pandangan, pernyataan rumusan norma, baik yang tertera dalam bahan hukum primer maupun dalam bahan hukum sekunder. Selain itu, digunakan teknik sistematisasi untuk mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum. 14 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Pres, Jakarta, h.15.