I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar Cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

POLA PEMASARAN TERNAK SAPI BALI DI KAWASAN PRIMATANI LKDRIK KABUPATEN BULELENG

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. masalah bagi perusahaan, karena terkait dengan biaya penyimpanan dan biaya kerugian jika

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN. Hortikultura atau tanaman sayuran adalah komoditi pertanian yang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Bawang Merah di Indonesia Tahun

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduknya mencapai 220 juta jiwa. Luas lahan untuk pertanian

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. petani. Indonesia merupakan negara yang agraris dengan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan).

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang atau membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Adjib, 2001). Bali merupakan salah satu propinsi yang mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah petani. Salah satu daerah penghasil produksi sayur-sayuran yang cukup besar adalah Kabupaten Bangli. Bangli memiliki iklim tropis dengan suhu udara yang relatif rendah. Kabupaten ini terdiri dari empat kecamatan yaitu Susut, Kintamani, Bangli, dan Tembuku. Kecamatan Kintamani terletak di dataran yang tinggi dengan kondisi dataran yang bergelombang, curam, dan sangat curam. Jumlah populasi penduduk di kecamatan ini yaitu 92.479 jiwa dan hampir 90% penduduknya bermatapencaharaian sebagai petani. Dari berbagai tanaman hortikultura yang dihasilkan di Kecamatan Kintamani, tanaman cabai merupakan tanaman yang dominan sehingga komoditas cabai menjadi komoditas unggulan daerah setempat (Kintamani dalam Angka 2014). Terdapat beberapa desa di Kecamatan Kintamani sebagai daerah potensial penghasil cabai. Salah satunya adalah Desa Bayung Gede. Cabai merah merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi. Pemanfaatan cabai merah sebagai bahan baku industri pengolahan 1

2 makanan, obat-obatan, dan kosmetika memberikan prospek yang cerah sebagai sumber pertumbuhan di sektor pertanian (Hutabarat, 1999). Cabai dikenal sebagai sayuran rempah atau bumbu dapur yang diperlukan oleh masyarakat sebagai penyedap masakan. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan peningkatkan konsumsi bahan makanan termasuk cabai sedangkan perubahan produksinya terlambat. Cabai merah adalah salah satu jenis sayuran yang mempunyai kadar air yang cukup tinggi pada saat panen. Selain masih mengalami proses respirasi, cabai merah akan mengalami proses kelayuan. Sifat fisiologis ini menyebabkan cabai merah memiliki tingkat kerusakan yang dapat mencapai 40%. Daya tahan cabai merah segar yang rendah ini menyebabkan harga cabai merah di pasaran sangat berfluktuasi. Selama beberapa tahun terakhir produktivitas cabai selalu mengalami fluktuasi, sedangkan harga cabai ditingkat produsen cenderung mengalami peningkatan yang cukup berarti dari tahun ke tahun hal ini diduga berkaitan dengan rendahnya produktivitas dari cabai tersebut. Singh dalam Sahara (2001) mengatakan bahwa fluktuasi harga yang tinggi di sektor pertanian merupakan suatu fenomena yang umum akibat ketidakstabilan (inherent instability) pada sisi penawaran. Hal ini berarti harga hasil pertanian disebabkan oleh sifat alami dari produksi pertanian, yaitu dalam jangka pendek tidak dapat merespon tambahan permintaan atau tidak dapat mengurangi produksi pada saat harga yang rendah. Pengaruh fluktuasi harga pertanian lebih besar bila dibandingkan dengan fluktuasi produksi. Keadaan ini dapat menyebabkan petani menderita kerugian dalam jangka pendek sehingga menimbulkan kurangnya keinginan untuk melakukan investasi di sektor pertanian atau petani akan beralih ke komoditas yang memiliki

3 harga jual yang lebih tinggi. Produksi cabai dalam waktu 5 tahun terakhir dipaparkan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Produksi Cabai di Propinsi Bali Tahun 2009 s.d 2013 Tahun Produksi (ton) 2009 27.265 2010 25.286 2011 31.503 2012 29.824 2013 35.856 Sumber: Bali dalam Angka 2014 Produksi cabai di Propinsi Bali dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 cukup berfluktuasi. Penurunan produksi terbesar pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1.979 ton dan mengalami peningkatan terbesar pada tahun 2011 sebanyak 6.274 ton dan produksi terbesar pada tahun 2013 sebanyak 35.856 ton (Bali dalam Angka 2014). Hal tersebut terjadi cenderung karena faktor alam seperti cuaca yang belakangan ini tidak menentu, iklim, serta hal-hal lain seperti hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai. Fluktuasi produksi cabai tidak hanya berpengaruh terhadap harga jual di pasaran, tetapi juga berpengaruh pada permintaan oleh pelanggan. Di samping jumlah produksi, tentunya kualitas cabai tetap menjadi prioritas pelanggan. Cabai perlu mendapat perhatian lebih karena fluktuasi cabai memengaruhi inflasi. Lonjakan harga cabai yang selalu terjadi hampir setiap tahun, hingga kini belum ada solusi komprehensif dari pemerintah. Upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya lonjakan harga cabai pada musim hujan dan hari-hari besar tertentu adalah dengan tetap menyediakan pasokan cabai yang cukup besar melalui penanaman cabai di sepanjang musim termasuk saat musim hujan.

4 Palaskas and Harris (1991) dalam Anindita, 2004 menyatakan bahwa pasar merupakan kelembagaan yang kompleks karena membentuk hirarki dan keterkaitan dalam transaksi yang melibatkan berbagai macam komoditas secara simultan. Kinerja (performance) suatu pasar dapat diwujudkan dengan integrasi pasar yang merupakan hasil dari tindakan pedagang-pedagang dan pengoperasian lingkungan yang ditentukan oleh infrastruktur yang tersedia untuk perdagangan dan kebijakan-kebijakan yang memengaruhi transmisi harga dari satu pasar ke pasar lainnya. Integrasi atau keterpaduan pasar merupakan salah satu indikator dari efisiensi pemasaran, khususnya efisiensi harga. Pemasaran menjadi hal yang penting dalam menjalankan kegiatan usahatani, karena merupakan tindakan ekonomi yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani. Produksi yang tinggi tidak mutlak akan memberikan keuntungan yang besar bagi petani tanpa disertai pemasaran yang baik dan efisien. Pemasaran akan berjalan baik dan efisien apabila informasi tentang produk dapat diketahui oleh semua pihak, baik informasi jenis komoditas, mutu, harga, pasar, dan ketersediaan (Kumalawati, 1998). Selanjutnya banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran cabai akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai pemasaran dan besarnya biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga antara petani produsen dengan konsumen. Hubungan antara harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen pabrikan sangat bergantung pada struktur pasar yang menghubungkannya dan biaya transfer. Apabila semakin besar margin pemasaran ini akan menyebabkan harga yang diterima petani produsen menjadi semakin

5 kecil dan semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien (Tomek and Robinson, 1990). Cabai merah merupakan komoditas sayuran yang mendominasi hasil pertanian di Kecamatan Kintamani. Hampir seluruh desa yang berada di kecamatan ini menghasilkan cabai merah. Meskipun komoditas cabai tersebut dihasilkan secara merata, namun pendapatan yang diperoleh para petani cabai di daerah ini tidaklah sama rata. Hal tersebut disebabkan oleh modal yang dimiliki petani dalam perawatan untuk tanaman cabai berbeda-beda dan kekeringan yang terjadi di beberapa wilayah daerah ini sehingga berdampak pada kualitas cabai yang dihasilkan. Kualitas cabai memiliki pengaruh yang besar terhadap harga. Semakin baik kualitas cabai, maka semakin tinggi pula harganya. Keadaan harga yang diterima oleh petani cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, mengalami ketimpangan. Hal ini disebabkan oleh adanya margin pasar yang cukup jauh di tingkat petani cabai sebagai produsen dengan pihak konsumen. Selain itu harga pasar yang cukup beragam juga menjadi salah satu penyebabnya. Sehingga perlu dilakukan analisis struktur, perilaku, dan kinerja pasar terhadap pendapatan petani cabai di daerah ini. Melihat kondisi petani cabai dengan produk utama yaitu cabai dan sudah menjadi mata pencaharian mereka, menarik untuk dikaji bagaimana struktur, perilaku, dan kinerja pasar di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani sehingga hasil dari penelitian ini mampu direkomendasikan kepada petani cabai agar tidak ada ketimpangan harga cabai di tingkat petani sebagai produsen dengan konsumen yang sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. a. Bagaimana struktur pasar komoditas cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli? b. Bagaimana perilaku pasar komoditas cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli? c. Bagaimana kinerja pasar komoditas cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli? 1.3 Tujuan Penelitian Bertolak dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Untuk mengetahui struktur pasar komoditas cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. b. Untuk mengetahui perilaku pasar komoditas cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. c. Untuk mengetahui kinerja pasar komoditas cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. 1.4 Manfaat Penelitian sebagai berikut. Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat

7 1. Memberikan tolak ukur kepada harga pasar yang diterima petani cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli untuk tingkat pendapatannya. 2. Bagi peneliti, bisa menjadi objek dalam mempraktikkan langsung teori-teori ilmu pengembangan bisnis yang sudah diperoleh di bangku perkuliahan. 3. Bagi mahasiswa dan mahasiswi, penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai suatu referensi dalam melakukan penelitian di bidang struktur, perilaku dan kinerja pasar pada suatu kelompok. 4. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran agar tetap memerhatikan tingkat integrasi pasar yang ada di masyarakat, agar tetap diterapkan dan keadaannya stabil. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian mengenai struktur, perilaku, dan kinerja pasar yang memengaruhi tingkat pendapatan petani cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Ruang lingkup struktur pasar mencakup saluran pemasaran, jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi produk, hambatan keluar/masuk pasar, dan hubungan koordinasi vertikal. Perilaku pasar ditentukan fungsi pemasaran, strategi harga, strategi produk, penggunaan informasi, dan kerjasama. Pengukuran penelitian kinerja pasar menggunakan analisis margin pemasaran, analisis farmer s share dan analisis efisiensi pemasaran.