BAB I PENGERTLAN FILSAFAT

dokumen-dokumen yang mirip
Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Tugas Filsafat. Mohamad Kashuri M

DASAR-DASAR FILSAFAT. Sutrisna Wibawa (UNY)

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Filsafat Ilmu dan Logika

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

MAKALAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN ETIKA SERTA MORALITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan

BAB I. PENGERTIAN FILSAFAT (Bahan Pertemuan Ke-2)

makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Sejarah Perkembangan Ilmu

I. DASAR-DASAR PENGETAHUAN

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

Sejarah Perkembangan Ilmu

UNIVERSITAS PADJADJARAN

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

Assyari Abdullah, S.Sos., M.I.Kom. AssyariAbdullah

MODUL X. Filsafat Pendidikan Kristen

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum

Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu

SEJARAH SINGKAT PSΨKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

Filsafat Umum. Review. Arie Suciyana S., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

Filsafat Ilmu dan Logika

7/17/2011. Diskripsi Mata Kuliah. Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah :Filsafat Ilmu Kode Mata Kuliah : SKS

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

Sejak Zaman Klasik Hingga Abad XX

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB PERTAMA FILSAFAT. Agung Suharyanto, M.Si PSIKOLOGI UMA

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI. Tinjauan adalah pandangan atau pendapat sesudah melakukan

Oleh : Drs. P. Priyoyuwono, M.Pd.

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

NATURALISME Naturalisme 'natura' naturalisme supernaturalisme

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

MEMAHAMI KONSEP KEINDAHAN

M. Hamid Anwar, M. Phil.

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

OLEH ENCEP SUPRIATNA

BAB II PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DA ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2011

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

METODE RISET (TMK602)

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran

ETIKA SEBAGAI CABANG FILSAFAT

PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN DISUSUN OLEH : 1.ARIO BAGAS 2.YATI NURHAYATI 3.TRIYUDI R HADIWIJAYA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

FILSAFAT PENDIDIKAN. Dosen: Rukiyati, M. Hum Jurusan FSP-FIP UNY Telp

Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

Filsafat Umum. Filsafat Timur. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tiga Filsuf pertama Ada tiga orang, berasal dari Miletos (sebuah kota perantauan Yunani, terletak di pesisir Asia kecil) yang digelari sebagai filsuf

OBJEK MATERIAL DAN FORMAL FILSAFAT ILMU

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

2

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB II KAJIAN TEORI. Lord John Russell. Pada usia empat tahun ibunya meninggal dunia, dan setelah

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN)

Transkripsi:

BAB I PENGERTLAN FILSAFAT A. Arti Kata Filsafat 1. Arti Secara Etimologi. Cara yang mudah untuk mengetahui arti dan suatu pengertian atau kata adalah dan segi etimologi yaitu membahas istilah itu dari segi asal-usulnya. Istilah Indonesia filsafat mempunyai padanan kata "falsafah atau filsafah (Arab), philosophy (Inggris), philosophie (Belanda, Jerman, Perancis). Semua istilah itu bersumber dan kata Yunani philosophia. Kata philosophia (kata benda) sebagai hasil dan philosophein (kata kerja) yang dilakukan oleh philosophos (filsuf). Istilah Yunani philosophia berasal dan dua kata philein = mencintai (to love) atau philos = teman (friend) dan sophos = bijaksana (wise) atau sophia = kebijaksanaan (wisdom). Kalau istilah filsafat dimaksudkan sebagai gabungan dan kata philein dan sophos, maka dapat diartikan mencintai sifat bijaksana, namun apabila filsafat dimaksudkan sebagai gabungan dari kata philos dan sophia maka dapat diartikan teman kebijaksanaan. Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah bahwa para filsuf hanyalah sebagai manusia yang mencintai kebijaksanaan atau teman kebijaksanaan. Menurut sejarah filsafat Yunani Kuno, Pythagoras (580-50 SM) adalah orang yang pertama kali memakai kata philosophia. Ketika ditanya apakah ia orang yang bijaksana, Pythagoras dengan rendah hati menyebut dirinya sebagai philosophos, yaitu pencinta kebijaksanaan (lover of wisdom). Banyak sumber menyatakan bahwa sophia mengandung arti yang lebih luas daripada kebijaksanaan. Artinya ada berbagai macam yaitu : kerajinan, kebenaran pertama, pengetahuan yang luas, kebajikan intelektual, pertimbangan yang sehat dan bahkan dapat diartikan sebagai kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis. Dengan demikian, filsafat asal mulanya merupakan kata yang sangat umum, yaitu sebagai usaha mencari keutamaan mental (pursuit of mental excellence). 2. Beberapa Pengertian tentang Filsafat. Setiap filsuf maupun ahli filsafat mendefinisikan filsafat dari titik tolak, sudut pandangan yang berbeda sesuai dengan latar belakang dan kepentingannya masing-masing. Dengan perbedaan latar belakang ini mereka

merumuskan apa itu filsafat secara berlainan. Setiap sudut pandangan yang digunakan para filsuf tidaklah bertentangan satu sama lain melainkan saling melengkapi. a. Filsafat Sebagai Suatu Sikap. Filsafat adalah sikap terhadap kehidupan dan alam. Bila seseorang dalam keadaan krisis atau menghadapai problim yang berat, kepadanya dapat diajukan pentanyaan Bagaimana Anda menanggapi keadaan semacam itu? atau Bagaimana keadaan itu berpengaruh terhadap Anda? Bentuk-bentuk pentanyaan yang diajukan itu dapat dijawab: Ia menanggapi keadaan itu secara kefilsafatan. Ini berarti problim-problim itu ditinjau secara luas, tenang dan reflektif (pemikiran secara hati-hati dan mendalam). Dengan sikap yang demikian itu ia memiliki kepribadian yang seimbang, dapat mengendalikan diri dan tidak emosional. Bersikap dewasa secara kefilsafatan adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan terbiasa meninjau problim dari berbagai sudut pandangan. b. Filsafat Sebagai Metode Berpikir Reflektif dan Penyelidikan yang Beralasan. Metode yang dikemukakan itu tidaklah metode yang khas digunakan filsafat, ini adalah metode berpikir yang hati-hati dan teliti. Dibanding dengan ilmu-ilmu lainnya, filsafat lebih merangkum secara menyeluruh (inclusive) atau meninjau secara keseluruhan (synoptic). Metode filsafat adalah reflektif dan kritis. Metode kefilsafatan dilakukan dengan memikirkan sesuatu problim dan menghadapi semua kenyataan yang ada. Banyaknya pengetahuan tidaklah dengan sendirinya menimbulkan pemahaman, karena pengetahuan itu tidak mengajarkan kepada manusia untuk mengadakan penilaian secara kritis atas fakta-fakta. Ada berbagai macam metode filsafat. Para filsuf berbeda dalam penekanan dan pemilihan sesuatu metode, Sokrates rnenggunakan apa yang disebut the socratic method of analysis dengan cara bertanya dan mengurai menjadi bagian-bagian sehingga hakikat persoalan dapat diperoleh. Plato, Aristotle dan para filsuf Abad Tengah menggunakan metode sintetik dengan menunjukkan hubungan sebab-akibat (causality) antara pikiran dengan yang ada. Rene Descartes memperkenalkan metode keraguan (kesangsian) atau method of doubt dalam filsafat. Immanuel Kant menggunakan metode kritik yang meliputi suatu analisis tentang syarat-

syarat dan batas-batas pengetahuan. George Wilhelm Friedrich Hegel menerapkan metode dialektis dalam seluruh filsafatnya yang berlangsung dengan tesis, antitesis dan sintesis. Henri Bergson menggunakan metode intuitif (intuitive method). Edmund Husserl menggunakan metode deskripsi fenomenologi, William James menggunakan metode pragmatik. Bertrand Russell menggunakan metode atomisme logis (method of logical atomism) dan Gilbert Ryle menggunakan metode analisis kefilsafatan (method of philosophical analysis). c. Filsafat Sebagai Kelompok Masalah Banyak sekali masalah abadi (issue) yang dihadapi manusia dan para filsuf berusaha untuk menjawabnya. Masalah filsafat adalah masalah yang fundamental yang berbeda dengan masalah sehari-hari. Beberapa pertanyaan yang diajukan pada masa lampau dijawab dengan memuaskan. Misalnya pertanyaan tentang adanya ide-ide bawaan (innate ideas) telah dijawab oleh John Locke pada abad ke-17. Namun masih banyak pertanyaan lainnya yang dijawab sementara. Di samping itu juga masih banyak problim yang jawabannya masih merupakan pertikaian dan ada problim yang belum terjawab. Pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan berbeda dengan pertanyaan yang bukan filsafàt misalnya pertanyaan tentang kehidupan sehari-hari. Berapa gaji yang Anda peroleh pada bulan Januari? Berapa Indeks Prestasi yang Anda peroleh pada semester VI? Berapa jauhnya dari Jakarta ke Jayapura? Berapa banyak suku bangsa yang ada di Indonesia? Apakah Anda mengetahui siapa yang mengambil uang saya? Siapa nama mahasiswa yang baru pindah dari Surabaya? Pentanyaan-pertanyaan yang bukan-filsafat menyangkut hal-hal tertentu, bersifat kuantitatif (dapat diukur, dihitung dan ditimbang) dan ada kecenderungan jawabannya dapat diberiikan pada waktu itu juga. Pertanyaan kefilsafatan mempunyai sifat umum. Apakah kebenaran itu? Apa perbedaan antara benar dan salah? Tentang kehidupan dapat dipertanyakan : Apakah hidup itu? Mengapa manusia ada di dunia? Apa makna dan berbagai macam kehidupan itu, baik kehidupan saya sendiri maupun kehidupan pada umumnya? Dimana tempat kehidupan dalam alam semesta yang begitu luas? Apakah segala sesuatu terjadi secara kebetulan

ataukah merupakan peristiwa yang sudah pasti. Apakah dalam setiap hal itu terdapat suatu rencana atau sudah ada tujuan yang sebelumnya ditetapkan. d. Filsafat Sebagai Sekelompok Teori atau Sistem Pemikiran. Teori-teori atau sistem-sistem pemikiran sebagai jawaban atas pertanyaan-pertnyaan kefilsafatan. Apakah nilai-nilai kehidupan itu? Bagaimanakah nilai-nilai tersebut dapat diperoleh? Apakah ada perbedaan yang fundamental antara benar dan salah, ataukah hal itu hanya problim pendapat masing-masing onang? Apakah keindahan itu? Apakah mungkin ada kehidupan sesudah kematian? Dan manakah pengetahuan itu diperoleh? Dan bagaimana dapat dijamin bahwa pengetahuan yang diterima manusia itu benar? Semua pertanyaan yang diajukan di atas adalah pertanyaan kefilsafatan. Usaha untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan itu memunculkan teori-teori atau sistem-sistem pemikiran sepert idealisme, realisme, materialisme, empirisme, nasionalisme, kritisisme, pragmatisme empinisme logis, teori kritis, humanisme, strukturalisme, eksistensialisme, fenomenologi. Filsafat juga berarti berbagai teori dan sistem pemikiran yang dikembangkan oleh para filsif seperti Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), Aristotle (384-322 SM), Thomas Aquinas (1225-1274), Descartes (1596-1650), Spinoza (1632-1677), John Locke (1632-1704), George Berkeley (1685-1753), lmmanuel Kant (1724-1804), William James (1842-1910). Tanpa tokoh-tokoh ini dan hasil pemikirannya filsafat tidak akan dapat seperti sekarang ini, Seseorang mungkin fidak disadari dipengaruhi oleh ide-ide filsafat yang diterima melalui tradisi yang berlaku dalam masyarakat. e. Filsafat Sebagai Analisis Logis Tentang Bahasa dan Penjelasan Makna dan Kata-Kata dan Pengertian-Pengertian. Hampir semua filsuf menggunakan metode analisis untuk menjelaskan arti istilah-istilah dari pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa merupakan satu-saunya fungsi yang sesungguhnya dari filsafat. Para tokoh filsafat analitis berpendirian bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburankekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah yang digunakan dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan sehari-hari.

Menganalisis adalah menetapkan arti secara tepat dan memahami saling hubungan di antara arti-arti tersebut. Misalnya kata ada apabila dianalisis ternyata dapat mengandung beberapa arti. Apakah ada nya Tuhan sama dengan ada nya manusia? Kalau dikatakan bahwa meja itu ada apakah ada nya itu sama dengan adanya manusia. Dengan demikian kata ada dapat berarti ada dalam ruang dan waktu, ada dalam pikiran, pernah ada, ataukah mungkin ada. Dalam kaitannya dengan ilmu, filsafat menganalisis arti-arti dan menentukan hubungan di antara konsep-konsep dasar, asumsi-asumsi yang digunakan ilmu. Misalnya dalam ilmu kimia, konsep dasamya adalah zat (substance), geometri bertalian dengan konsep dasar ruang (space), mekanika dengan konsep dasar gerak (motion). Para ahli ilmu khusus dan ahli filsafat berbeda dalam menghadapi konsep-konsep dasar. Seorang ahli kimia dapat menjelaskan unsur-unsur penggabungan dan hubungan di antara unsur yang telah digabungkan. Dalam hal ini ilmu khusus membicarakan konsep dasarnya sendiri sejauh hal itu bertalian dengan tujuan-tujuan khusus. Seorang ahli filsafat ilmu di samping menganalisis konsep-konsep dasar tersebut juga mengaitkan dengan konsep-konsep dasar yang berlaku dalam ilmu lain. f. Filsafat Sebagai Usaha untuk Memperoleh Pandangan Secara Menyeluruh. Filsafat berusaha untuk menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dan berbagai ilmu dan pengalaman-pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten. Para filsuf berhasrat meninjau kehidupan yang berbeda dengan pandangan sebagaimana dilakukan oleh ilmuwan, usahawan atau seniman. Para filsuf atau ahli filsafat menggunakan pandangan yang menyeluruh atas kehidupan sebagai suatu totalitas. Menurut para ahli filsafat spekulatif (yang dibedakan dengan fisafat kritis) dengan tokohnya C.D. Broad, tujuan filsafat adalah mengambil oper hasil-hasil pengalaman manusia dalam bidang keagamaan dan etika, kemudian hasil-hasil tersebut direnungkan (direfleksikan) secara menyeluruh. Dengan cara semacam ini diharapkan mampu memperoleh beberapa kesimpulan umum tentang sifat dasar (nature) alam semesta, kedudukan manusia di dalamnya serta pandangan-pandangannya ke depan.

Usaha kefilsafatan sebagaimana dikemukakan di atas sebagai reaksi terhadap masa lampau dimana filsafat hanya terarah pada analisis, pengkhususan. Suatu usaha yang hanya mementingkan sebagian dari pengetahuan, yang kesemuanya itu hanyalah menitikberatkan pada sebagian kecil dari pengalaman manusia. Para filsuf seperti Plato, Aristotle, Thomas Aquinas, Hegel, Bergson, Dewey dan Whitehead, termasuk filsuf yang berusaha untuk memperoleh pandangan tentang hal-hal secara komprehensif(menyeluruh). B. Timbulnya Filsafat. Manusia adalah mahluk yang dapat kagum atau heran atau takjub terhadap hal yang dijumpainya. Ia heran terhadap lingkungan hidupnya bahkan dapat heran terhadap dirinya sendiri. Manusia dapat mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang tidak diketahuinya dan dapat menyangsikan sesuatu yang belum jelas kedudukannya. Kekaguman atau keheranan (wonder) manusia akan diikuti dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang bercorak kefilsafatan berusaha untuk memperoleh pengetahuan hakikat atau essensi yang ditanyakan. Banyak filsuf menunjukkan rasa heran (bahasa Yunani thaumasia) sebagai asal filsafat. Menurut Aristoteles, filsafat mulai dengan suatu rasa kagum. Kekaguman itu timbul dari suatu aporia, yaitu suatu kesulitan karena adanya perbincangan-perbincangan yang saling bertentangan. Istilah Yunani aporia berarti problim, pertanyaan, atau tanpa jalan keluar. Filsafat mulai ketika manusia kagum terhadap dunia dan berusaha untuk menerangkan gejala-gejalanya agar terhindar dari ketidaktahuan. Pada tahap awal kekaguman manusia terarah pada hal-hal yang bertalian dengan dunia atau hal di luar dirinya. Filsafat dapat dikatakan sebagai ilmu yang pertama. Sehingga dikatakan filsafat sebagai ibunya ilmu (mater scientiarum). Pada waktu itu filsafat identik dengan ilmu atau ilmu menjadi bagian dare filsafat. Pada tahap awal yang muncul adalah para filsuf alamiah. Mereka merenungkan tentang alam, sehingga cabang filsafat yang muncul pertama kali adalah filsafat alam (cosmology). Misalnya Thales (abad ke-6 SM) mendapat gelar sebagai filsuf pertama, Anaximander (abad ke-6 SM), dan Anaximenes (abad ke-6 SM). Para filsuf awal itu tertarik pada perubahanperubahan dalam alam atau dunia. Mereka mencari suatu prinsip yang tetap di belakang perubahan yang terjadi secara terus menerus. Pertanyaan tentang

apakah asas pertama itu?, Thales menjawab air, Anaximander menjawab to apeiron (sesuatu yang tidak terbatas), Anaximenes menjawab udara. Mereka berfilsafat hanya sekedar untuk memperoleh pengetahuan tanpa bermaksud mempraktekkannya. Selanjutnya manusia juga takjub, kagum dan heran terhadap dirinya sendiri. Diajukan pertanyaan: apa dan siapa saya (manusia) itu? Darimana asal manusia? Kemana pada akhirnya hidup itu? Socrates dinyatakan sebagai filsuf yang memindahkan filsafat dari langit ke bumi. Artinya sasaran yang diselidiki bukan lagi alam melainkan manusia. Ucapan Socrates yang terkenal adalah gnothi se auton yang berarti kenalilah dirimu sendiri. Ucapan ini merupakan sebuah perintah yang ditemukan tertulis pada kuil di Yunani di Delphi yang menjadi dasar filsafat Socrates tentang analisis-diri dan realisasi-diri untuk sampai pada pengetahuan dan tingkah laku yang lebih baik. Di samping kekaguman atau keheranan timbulnya filsafat juga karena manusia merasa sangsi, ragu atau skeptis. Agustinus, Rene Descartes menyatakan bahwa kesangsian sebagai sumber utama pemikirannya. Di Yunani, sebelum munculnya filsaffit yang dominan pada waktu itu adalah dongeng-dongeng dan mitos-mitos. Semua pertanyaan tentang gejala-gejala alam sudah ada jawabannya yang berupa dongeng-dongeng atau mitos-mitos. Akan tetapi penjelasan yang dikemukakan itu tidak dapat dibuktikan dan tidak masuk akal (irrasiona1). Dengan demikian para filsuf pada awal pemunculannya adalah mereka yang meragukan kebenaran yang termuat dalam cerita-cerita mitos dan mulai berspekulasi dengan menggunakan akalnya. Ketika manusia mulai menggunakan akalnya untuk berpikir maka pada waktu itulah kegiatan filsafat dimulai. Mereka mulai berspekulasi tentang asal mula dunia yang mentakjubkan itu. Kesangsian para filsuf terhadap mitos itu misalnya bersangkutan dengan terjadinya gejala alam yang berupa pelangi. Menurut dongeng, dikatakan bahwa pelangi adalah tangga bidadari. Penjelasan semacam itu diragukan oleh filsuf Xenophanes dan dikatakan bahwa pelangi adalah awan. Demikian pula dengan menggunakan daya pikirnya filsuf Anaxagoras menyatakan bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan. Dengan demikian pendapat kedua filsuf itu merupakan penolakannya atas penjelasan oleh mitos yang tidak masuk akal. Dengan menggunakan akalnya mereka menghasilkan pemikiran yang dapat dibuktikan dan diteliti kebenarannya oleh pihak lain.

C. Beberapa Corak Konsepsi Filsafat Penggunaan kata filsafat dapat berarti sebagai suatu kegiatan (activity) dan akal manusia atau dapat juga berarti sebagai suatu hasil (achievement) dan kegiatan tersebut. Dengan demikian filsafat dapat dideskripsikan baik sebagai usaha untuk memperoleh pengetahuan atau pengetahuan itu sendiri. Banyak konsepsi yang berusaha menjawab pertanyaan apakah filsafat itu? baik yang dikemukakan oleh para filsuf maupun yang bukan filsuf Dan berbagai corak konsepsi itu semuanya dapat dikelompokkan menjadi tiga corak yaitu: (1) Konsepsi yang bercorak tradisional atau metafisis (2) Konsepsi yang bercorak kritis atau ilmiah (3) Konsepsi yang bercorak impressonis. Konsepsi yang bercorak tradisional atau metafisis beranggapan bahwa terdapat pengetahuan hakikat (inti) yang dapat diperoleh dengan menggunakan akal. Semua pengetahuan lainnya kalau pengetahuan itu dapat dipahami haruslah ditinjau dalam hubungannya dengan pengetahuan hakikat itu. Bertalian dengan corak konsepsi filsafat yang demikian itu dapat diajukan beberapa pertanyaan. (a) Apakah yang dinamakan pengetahuan inti (hakikat) itu? (b) Apakah ada kesepakatan tentang sifat dasar (nature) dan pengetahuan inti? (c) Kalau sudah berabad-abad tidak dapat diperoleh kesepakatan tentang sifat dasan pengetahuan inti, apakah ada alasan untuk menganggap bahwa sifat dasar pengetahuan inti itu memang ada? (d) Bagaimana halnya dengan ilmu-ilmu lain yang tujuannya bukan untuk memperoleh pengetahuan inti, namun dengan caranya sendiri mampu memperoleh pengetahuan yang dapat diuji hasil-hasilnya? Konsepsi filsafat yang bercorak kritis, ilmiah atau positif bertitik tolak dan fakta-fakta sebagai hasil dan penemuan ilmu. Menurut konsepsi ini bidang filsafat termasuk bidang ilmu atau bagian dan ilmu. Dengan kata lain, bidang pengetahuan yang sesungguhnya adalah bidang ilmu-ilmu. Oleh karena itu nama filsafat seharusnya dikenakan bagi ilmu inti yang tujuannya adalah menghubungkan ilmuilmu khusus dan menetapkan implikasi-implikasinya. Bertalian dengan konsepsi filsafat yang semacam ini dapat diajukan sejum1ah pertanyaan. (a) Apakah benar tidak ada pengetahuan yang di luar ilmu-ilmu?

(b) Apakah satu-satunya kepercayaan atau pengetahuan yang kita anggap benar merupakan kepastian atau mungkin sekali merupakan pengetahuan yang dijamin oleh ilmu. Konsepsi flisafat yang bercorak impressionis menunjukkan kurang kesatuannya bila dibandingkan dengan dua corak yang sebelumnya. Konsepsinya tidak dirumuskan dan tidak memiliki asas-asas yang pasti. Konsepsinya sendiri agak menunjukkan kesan perasaan belaka sehingga menganggap ada pengetahuan atau pendapat-pendapat yang terletak di luar batas ilmu-ilmu, yaitu pengetahuan yang tidak dicapai melalui penalaran ilmiah. Kalau ditanyakan asumsi-asumsi apa yang ada di balik kesan perasaan, maka hal ini dapat dikembalikan pada pertanyaan yang dapat diajukan. (a) Kalau ada metode penalaran yang tidak seperti metode yang digunakan ilmuilmu, maka metode apakah itu? (b) Kalau ada pengetahuan yang sama sekali tidak bergantung pada penalaran, maka pengetahuan apa yang dimaksudkan itu? Berdasar uraian di atas, pengertian atau konsepsi tentang filsafat yang dikemukakan oleh seorang filsuf, seorang ilmuwan, atau orang kebanyakan akan dipengaruhi oleh latar belakang atau pengalaman yang dimilikinya dan dapat juga dipengaruhi oleh tekanan perhatian atas bidang itu. D. Pendapat Filsuf Tentang Filsafat Ada beberapa faktor yang menyebabkan para filsuf membuat rumusan yang berbeda tentang filsafat. Pertama, lingkungan kehidupan para filsuf terutama yang menyangkut kehidupan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan. Kedua, tekanan perhatian para filsuf itu terhadap salah satu dan cabang filsafat, misalnya ada yang menekankan pada bidang metafisika, epistemologi, logika, etika dan estetika 1) Plato (427-347 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memperoleh kebenaran yang asli dan murni. Di samping itu juga dikatakan bahwa filsafàt adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang terakhir dari segala sesuatu yang ada. 2) Aristoteles (384-322 SM) Filsafat adalah ilmu yang senantiasa berusaha mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dan kenyataan. Di samping itu juga dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha mempelajari ada sejauh ada (being as

being) atau ada sebagaimana adanya (being as such). Ilmu ini juga dianggap sebagai ilmu yang pertama dan yang terakhir, sebab secara logis disyaratkan bagi setiap ilmu yang lain dan untuk memahaminya orang harus juga telah menguasai ilmu-ilmu yang lain. 3) Cicero (106-43 SM) Filsafat sebagai ibu dan semua kemahiran atau seni (the mother of all the arts). Ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan). Konsepsi filsafat ini berkuasa selama zaman Renesans di kalangan orangorang biasa yang terpelajar. 4) Bacon, Francis (1561-1626) Filsafat adalah induk agung dan ilmu-ilmu. Filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya. 5) Descartes, Rene (1596-1650) Filsafat merupakan pembentangan atau penyingkapan kebenaran terakhir. Titik tolaknya ditemukan dengan mendesak keraguan sampai ke batasnya. Dan tersingkaplah batas itu, yakni kepastian tentang eksistensi sendiri. 6) Kant, Immanuel (1724-1804) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dan segala pengetahuan, yang tercakup di dalamnya empat persoalan. 1. Apakah yang dapat kita ketahui? Jawabnya: metafisika. 2. Apakah yang seharusnya kita keiakan? Jawabnya : etica. 3. Sampai dimanakah harapan kita? Jawabnya : agama. 4. Apakah yang dinamakan manusia? Jawabnya : antropologi. 7) Spencer, Herbert (1820-1903) Filsafat masih tepat untuk dipertahankan sebagai nama bagi pengetahuan tentang generalitas yang tingkatnya paling tinggi. Cakupan pengetahuan filsafat adalah Tuhan, alam dan manusia. 8) Sidgwick, Henry (1838-1900) Filsafat memeriksa pengertian-pengertian khusus, asas-asas fundamental, metode yang tegas, dan kesimpulan-kesimpulan utama dan suatu ilmu dengan maksud menkordinasikannya dengan hal-hal itu dan ilmu-ilmu yang lain. Dalam arti ini filsafat dapat dinamakan ilmu dan ilmu-ilmu (scienhia scienhiaruin).

9) Windelband, Wilhelm (1848-1915) Intisari filsafat adalah untuk memeriksa secara mendalam asumsiasumsi fundamental dalam ilmu-ilmu khusus dan dalam kehidupan bersama. Pengujian terhadap asumsi ini merupakan filsafat. 10) Husserl, Edmund Gustav Albert (1859-1939) Filsafat sebagai analisis fenomenologis yang dimaksudkan untuk menemukan hakikat-hakikat di dalam pengalaman. 11) Bergson, Henri (1 859-1941) Filsafat pada pokoknya merupakan disiplin (cabang ilmu) intuitif sebab akal memfalsifikasikan kenyataan. Kendati demikian, kalau dinamisme intuitif diberikan peranan sentral, kentaralah hakikat statis akal akan berguna dalam memperkirakan apa yang akan dicapai secara intuitif. 12) Dewey, John (1859-1952) Filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan tentang perjuangan manusia yang terus-menerus melakukan penyesuaian terhadap kumpulan tradisi yang membentuk budi manusia yang sesungguhnya terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Filsafat adalah alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian di antara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan. 13) Whitehead, Alfred North (1861-1947) Filsafat sebagai usaha menyusun sebuah sistem ide-ide umum yang berpautan, logis dan pasti yang dalam kerangka sistem itu setiap unsur dan pengalaman kita dapat ditafsirkan. Dalam tulisannya yang lain, filsafat dirumuskan sebagai suatu sikap budi rohani terhadap ajaran-ajaran yang diterima dengan begitu saja oleh setiap orang tanpa memahami maknanya yang sesungguhnya. Sikap yang bercorak kefilsafatan merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk memperluas pemahaman tentang ruang lingkup penerapan setiap pengetian yang terdapat dalam pemikiran manusia dewasa ini. 14) Russell, Bertrand Arthur William (1872-1970) Filsafat adalah sesuatu yang terletak di antara teologi dan ilmu eksakta. Seperti teologi, filsafat terdiri dari spekulasi-spekulasi tentang hal-hal, yang sampai sekarang belum dapat diperoleh pengetahuan yang definitif, akan tetapi dengan ilmu eksakta ada persamaan. Filsafàt lebih mengutamakan daya pikir

dan pada otoritas, apakah ini berupa kewibawaan tradisional ataukah kewibawaan wahyu. Menurut pendapat saya segala pengetahuan definitif adalah bagian dan ilmu pengetahuan eksakta. Setiap dogma yang lebih dan pengetahuan yang positif termasuk dalam kelompok teologi. Akan tetapi antara teologi dan ilmu eksakta terbentang semacam daerah yang tidak bertuan, yang terbuka bagi serangan dari kedua belah pihak. Daerah tidak bertuan ini adalah fllsafat. Hampir semua pertanyaan yang paling menarik bagi mereka yang spekulatif adalah sedemikian rupa sifatnya, sehingga ilmu eksakta itu tidak dapat memberikan jawaban. Jawaban-jawaban yang pasti dari teologi kelihatannya tidak lagi sedemikian meyakinkan seperti halnya pada abad-abad yang terdahulu. Studi tentang pertanyaan-pertanyaan ini dan usaha untuk memperoleh jawabannya adalah tugas filsafat. Dalam kaitannya dengan ilmu dikatakan bahwa filsafat sebagai kritik terhadap pengetahuan. Filsafat memeriksa secara kritis asas-asas yang digunakan dalam ilmu dan dalam kehidupan sehar-hari, dan mencari sesuatu ketidakselarasan (inconsistency) yang terkandung dalam asas-asas itu. 15) Moore, George Edward (1873-1958); Filsafat Bahasa Sehari-hari. Filsafat adalah suatu penggambaran umum tentang keseluruhan alam semesta (a general description of the whole Universe). 16) Hocking, William Ernest (1873-1966); Idealisme objektif. Filsafat pertama-tama adalah pemeriksaan terhadap keyakinankeyakinan yang dengan itu seseorang hidup. Usaha untuk melakukan kritik terhadap keyakinan-keyakinan itu mendorong seseorang pada suatu keyakinan meyeluruh tentang dunianya sehingga filsafat menjadi penafsiran umum dari pengalaman (general inteipreration of experience). 17) Schlick, Moritz (1882-1936); Empirisme logis. Filsafat harus didefinisikan sebagai kegiatan mencani arti (the activity of finding meaning), karena filsafat merupakan suatu aktivitas mental yang menjelaskan gagasan-gagasan dengan melakukan analisis untuk menemukan arti dari semua persoalan dan pemecahannya. 18) Carnap, Rudolf (1891-1970) Filsafat sebagai bentuk kalimat logis dan bahasa ilmiah. Filsafat hanya menelaah hubungan-hubungan di antara istilah-istilah dan suatu ilmu khusus untuk menetapkan bentuk-bentuk yang sah dan pernyataan-pernyataan dalam ilmu yang bersangkutan.

19) Ayer, Sir Alfred Jules (1910-) Filsafat adalah pencarian akan jawaban atas sejumlah pertanyaan yang sudah sejak zaman Yunani dalam hal-hal pokok tetap sama saja. Pertanyaanpertanyaan mengenai apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana kita dapat mengetahuinya; hal-hal apa yang ada dan bagaimana hubungannya satu sama lain. Selanjutnya mempermasalahkan pendapat-pendapat yang telah diterima, mencari ukuran-ukuran dan menguji nilainya; apakah asumsi-asumsi dan pemikiran itu dan selanjutnya memeniksa apakah hal-hal itu berlaku. 20) van Peursen, Cornelis Anthonie (1920-) Bahwa filsafat atau lebih jelas berfilsafat, pertama-tama adalah penjelasan dari pandangan kita sendiri. Kedua adalah suatu usaha melalui mana didapatkan komunikasi atau kontak yang lebih mendalam, baik dengan filsuf lain maupun dengan mereka yang bukan filsuf. Yang dimaksudkan dengan suatu komunikasi, juga pada titik-titik di mana kita merelatifkan pandangan fundamental kita masing-masing atau sendiri, dan menempatkan tanda tanya di belakangnya. Kita justru akan berusaha untuk meneruskan pada titik-titik di mana pada umumnya komunikasi sehari-hari terputus. Suatu komunikasi yang menghapuskan kesalahpahaman dan yang berusaha untuk menghilangkan hal-hal yang sudah semestinya yang terlalu emosional. Ketiga adalah usaha untuk mencapai integrasi tertentu dan kegiatan ilmiah, dan pemikiran yang semata-mata teoritis dan tindakan-tmdakan yang lebih praktis, pendeknya suatu fungsi yang timbul dan dua hal yang terdahulu. Filsafat bertugas menyumbang untuk menjelaskan sikap manusia yang menyeluruh, di antaranya sikap keagamaannya, etikanya, sosialnya. Filsafat tidak hanya integrasi dari komunikasi, akan tetapi juga pembentangan asumsi-asumsi sendiri dan kesediaan untuk dikritik. Soalnya adalah memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mencantumkan tanda tanya di belakangnya. Dan berbagai definisi tentang filsafat itu dapat disimpulkan sebagai berikut : (1). Filsafat bersangkutan dengan bentuk kalimat yang logis dan bahasa keilmuan ini dimaksudkan untuk menetapkan kesahan (validity) dari pernyataan-pernyataan dalam bidang ilmu tertentu. (2) Filsafàt bersangkutan dengan hal-hal yang terakhir. Misalnya sebab yang pertama, atau asas yang tertinggi. (3) Filsafat bersangkutan dengan pemilaian yang melibatkan katakata baik dan buruk, susila atau tidak susila. Berbagai definisi tentang filsafat itu tidak dapat dikatakan, bahwa yang satu benar sedangkan yang lainnya salah.

Semua definisi itu mempunyai kedudukan yang sama, masing-masing memiliki segi-segi kekuatan dan kelemahannya. Semua definisi itu sama benarnya karena masing-masing meninjau dan salah satu pokok persoalan titik berat (penekanan), tujuan atau metode yang digunakan. E. Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Van Peursen dalam ceramahnya pada Penataran Filsafat yang diselengganakan pada 28 Mei 1974 menyatakan bahwa filsafat sebagai seni untuk bertanya. Dikatakan bahwa ada perbedaan yang dilakukan ilmu dengan yang dilakukan filsafat. Ilmu-ilmu mencoba merumuskan jawaban atas pentanyaanpertanyaan, Kegiatan ilmiah semacam ini memerlukan keahlian, Pada pihak lain filsafat tidak bermaksud membentuk keahlian, melainkan memperluas pandangan manusia, Dengan demikian filsafàt tidak hendak merumuskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, melainkan merumuskan pertanyaan pada jawabanjawaban. Dirumuskan secara singkat: ilmu sebagai jawaban atas pertanyaan dan filsafat sebagai pertanyaan pada jawaban. Ilmu-ilmu menyelidiki sedapat mungkin berbagai segi kenyataan yang dihadapi manusia. Segi-segi ini dibatasi agan dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu membenikan kepastian dengan membatasi pandangannya. Misalnya ilmu alam dapat menjadi eksak baru sesudah lapangannya dibatasi ke dalam bahan yang material saja. Contoh lain misalnya psikologi hanya dapat meramal tingkah laku manusia jika membatasi pandangannya ke dalam segi umum dari kelakuan manusia yang konkrit. Kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Banyak jawaban dapat diberikan oleh ilmu-ilmu atas pertanyaan manusia. Ilmu memberikan jawaban misalnya pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dar bumi. Atau menjawab pertanyaan apakah seseorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat. Seringkali ilmu membuat alat pengukuran, khususnya komputer yang dapat merumuskan jawaban. Ada komputer untuk melakukan penghitunganpenghitungan yang sangat numit. Ada juga komputer yang memberi nasehat tentang memilih pasangan agar memperoleh kehidupan yang berbahagia. Ilmu-ilmu berguna untuk memperbaiki keadaan manusia, organisasi masyarakat dan pertumbuhan kesadaran manusia. Tetapi untuk perkembangan manusia secara menyeluruh yang diperlukan bukan jawaban ilmiah saja, melainkan juga pertanyaan kefilsafatan.

Filsafat bersifat pertanyaan pada jawaban. Filsafat adalah pertama-tama pertanyaan tentang ilmu yang jumlahnya banyak, yaitu yang sangat memberikan spesialisasi. Sebaliknya filsafat bertanya apakah ilmu kimia sungguh-sungguh boleh meneliti cat warna dalam suatu karya seni hanya sebagai rumusan kimia. Filsafat juga bertanya apakah jatuh cinta boleh hanya diterangkan sebagai proses kelenjar saja di dalam ilmu kedokteran; atau sebagai kelakuan lahir saja dalam bidang psikologi. Dengan singkat: filsafat bertanya apakah keterbatasannya ilmu spesialisasi menjauhkan kita dari kenyataan jika kita lupa bahwa pandangan setiap ilmu adalah pandangan khusus dan sempit. Jika diusahakan pertanyaan begini, maka filsafat membuka dimensi yang lebih luas daripada keterbatasan kenyataan ilmiah. Pertanyaan pertama-tama mendekatkan kembali manusia kepada kenyataan yang Iengkap. Tugas lain untuk pertanyaan keflisafatan adalah ilmu-ilmu yang tidak terpisah. Ilmu alam memandang sibar-sinar yang dipancarkan oleh matahari sebagai getaran gelombang elektro magnetik. Ditinjau secara biologis matahari terdiri atas tenaga cahaya yang dapat digunakan oleh sel-sel hijau untuk fotosintesis, yaitu untuk menyusun bahan organis. Antroplogi budaya memandang matahari sebagai lambang (simbol) atau arti yang menguasai beberapa agama primitif, Sedangkan filsafat mengajukan pertanyaan apakah ada beberapa matahari. Jawabnya: hanya ada satu matahari. Demikianlah pertanyaan filsafat menunjukkan bahwa pengetahuan ilmiah itu tidak terpisah, artinya bahwa filsafat memberikan keterpaduan (integrasi). Yang diinginkan adalah universitas bukan multiversitas. Berkat pertanyaan kefilsafatan, yaitu berkat manusia yang bertanya demikian, manusia memperoleh pandangan yang paling luas. Manusia melihat kenyataan sebagai tamasya alam dan ilmu-ilmu sebagai peta bumi yang berbedabeda. Tamasya alam yang sama dapat digambarkan oleh beberapa peta, seperti peta bumi sosial, peta geologi, peta pariwisata. Akan tetapi lapangan nyata yang digambarkan selalu melebihi daripada jumlah peta bumi yang mana pun juga. Agar kita dapat menilai keterbatasan ilmu-ilmu bersama-sama dengan kegiatannya, maka seharusnya kita melakukan integrasi ilmu ke dalam kenyataan. Integrasi itu seperti integrasi peta-pata ke dalam alam yang nyata. Ada cerita tentang seseorang yang bepergian keliling dunia. Sementara berada di dalam kendaraan ia mempelajari peta bumi negeri yang akan dikunjungi. Misalnya ketika ia melalui Indonesia dipelajarinya peta bumi Sri Langka, ketika di

Sri Langka dipelajarinya peta India, ketika di India dipelajarinya peta Pakistan. Tetapi ia lupa dan tidak pemah keluar dari kendaraannya untuk menikmati tamasya alam. Ketika pulang ke Indonesia setelah mengunjungi banyak negara, sebenarnya tidak ada sesuatu pun yang dilihat orang itu. Dengan demikian sangat jelas bahwa pelajaran segala ilmu dapat berguna asal kita memandang ilmu-ilmu sebagai petapeta bumi, dan asal kita tidak lupa melihat lewat jendela. Filsafat mengajukan pertanyaan apakah kita sudah melihat dunia yang nyata. Ilmu adalah bagian dari kehidupan manusia dan keadaan masyarakat. Filsafat merumuskan pertanyaan pada jawaban-jawaban yang menentukan pembangunan masyarakat. Jawaban seperti itu adalah misalnya teknologi yang diandaikan memberikan kekayaan. Atau organisasi dan perencanaan dan segala kerja manusia agar memberikan hasil yang lebih banyak. Atau bahwa sesudah dipastikan tujuan-tujuan industrialisasi kita semua dapat mencapai status yang penting. Jawaban-jawaban yang demikian itu diragukan oleh filsafat. Filsafat mengajukan pertanyaan apakah cara pembangunan yang dimaksudkan sudah benar. Pada umumnya cita-cita tentang pembangunan itu merupakan jawaban yang pasti. Tetapi filsafat meneliti nilai baik buruknya jawaban itu. Pertanyaan kefilsafatan dimaksudkan untuk memperoleh sikap kritis dan etis (moral). Dengan demikian seharusnya dirumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berikut: Apakah pembangunan bersifat lahir saja, artinya dihitung jumlah bangunan industri, jumlah mobil atau bahwa pembangunan pertama-tama bersifat batin, artinya pertumbuhan kehidupan rohani. Lalu apakah status sosial lebih penting daripada keadilan sosial. Dan apakah manusia harus dipimpin oleh situasinya, bahkan situasi yang mungkin mewah, atau apakah manusia sendiri yang harus mempengaruhi situasinya. Yang penting adalah bahwa kita tidak lagi memandang membangunan kebudayaan dan masyarakat sebagai nasib yang dialami oleh manusia. Manusia tidak pasif dalam pembangunan kebudayaan, melainkan semestinya aktif. Masyarakat dan kebudayaan bukan kata-kata benda, melainkan kata-kata kerja, karena kebudayaan berarti kebijaksanaan manusia. Kita sendirilah yang bertanggungjawab. Demikianlah pertanyaan pertama yang timbul berbunyi: kriteria manakah yang mesti dipenuhi oleh tujuan-tujuan pembangunan. Pertanyaan kefilsafatan merangsang sikap kritis dan etis supaya dilaksanakan suatu kebijaksanaan yang adil dan jujur. Akhimya filsafat bertanya: apakah dunia filsafat tertutup? Suatu dunia ilmiah yang hanya terdiri atas fakta-fakta itu bersifat tertutup. Atau dunia sosial yang

seluruhnya dijelaskan oleh hukum-hukum dan statistik sosiologi itu berarti tertutup, Atau dunia manusia yang tidak bebas karena kemiskinan, penyakit, kelebihan penduduk dan tekanan politik itu dunia tertutup. Pertanyaan kefilsafatan berfungsi sebagai pembuka pintu-pintu yang tertutup. Juga tentang agama seringkali pintu-pintu tradisi seharusnya dibuka, Jika demikian maka komunikasi dengan Tuhan menjadi nyata dan mentakjubkan sekali. Rasa hubungan antar manusia dengan manusia seperti antara manusia dengan Tuhan hanya dialami bila kedua hal itu saling bertemu. Tetapi pertemuan dengan seseorang itu tidaklah mungkin jika ia tidak mempunyai daya tarik, yaitu jika ia terlampau dikenal, jika ia tidak menakjubkan lagi. Hal yang demikian ini akan tenjadi jika sesama manusia atau jika Tuhan ditangkap dalam jaringan jawaban kita. Padahal pertanyaan ini termasuk persoalan yang asasi dari seluruh kehidupan manusia dan masyarakat. Di dalam ceramah saya ini diusahakan untuk menerangkan mengapa filsafat mengajukan pertanyaan pada jawaban-jawaban. Jika saudara telah mengerti betapa pentingnya pertanyaan, maka kini dapat dijelaskan bagian-bagian filsafat. Kita mengatakan bahwa ilmu-ilmu dari universitas memajukan ilmu pengetahuan. Akan tetapi apakah dasarnya pengetahuan itu? Pertanyaan ini termasuk bagian filsafat yang disebut filsafat pengetahuan (epistemology). Kita menggunakan istilah manusia, misalnya dalam ilmu kedokteran, psikologi, biologi. Tetapi apakah sebenarnya manusia itu? Pertanyaan ini termasuk bagian filsafat yang bernama antropologi kefilsafatan. Kita mengetahui bahwa dunia terdiri atas banyak benda, fakta-fakta dan kejadian-kejadian. Ada yang kodrati dan ada yang adi-kodrati. Tetapi apakah yang dimaksudkan jika mengatakan bahwa hal-hal itu ada. Pertanyaan ini termasuk bagian filsafat yang bernama metafisika dan ontologi. Akhirnya kebudayaan kita mencari etik untuk manusia pada umumnya.dikaitkan dengan pembangunan. Tetapi apakah kelakuan etis dan pembangunan yang baik itu, Pertanyaan ini termasuk bagian filsafat yang bernama etika kefilsafatan dan filsafat pembangunan. Pertanyaan yang benar itu tidak diajukan dengan mata yang tertutup. Pertanyaan yang sesuai itu tidak diciptakan oleh keraguan. Melainkan pertanyaan yang bertanggungjawab menanyakan apakah jawaban yang sudah dikenal sungguh-sungguh merupakan jawaban. Pertanyaan ini mempunyai arah dan pandangan. Maka dari itu tugas pertama filsafat tidaklah untuk menghapalkan jawaban, melainkan mencoba untuk mengajukan pertanyaan atas jawaban tersebut.