MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PGPAUD OLEH :

BAB I1 LANDASAN TEORI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata mampu yang

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

UKDW BAB Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENIRU GARIS PADA ANAK KELAS A TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI TEKNIK LOKOMOTOR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di TK Marhamah Hasanah yang terletak di Jl. Terusan

BAB III. Penelitian ini dilaksanakan di TK Berlian Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo.

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DESKRIPSI PENGENALAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK TERATAI KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

appropriateness). Orang dewasa tidak perlu melakukan bantuan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

DESKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B TK DAHLIA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

Niluh Sri Murdiani 1 ABSTRAK

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MENULIS PERMULAAN SISWA CEREBRAL PALSY SEDANG (Single Subject Research di Kelas V SLB Amal Bhakti Sicincin)

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME (BCCT) DI SENTRA PERSIAPAN DALAM UPAYA PERSIAPAN MENULIS DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI

ELMI SUSRIANTI NIM / 10127

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

KEGIATAN MENEMPEL BULU AYAM PADA KELOMPOK BERMAIN BUNGA MULIA SLUMBUNG DESA SLUMBUNG KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH NINING DENGO NIM : 153 411 097 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2015

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO Jurnal Oleh : Nining Dengo Pembimbing I Pembimbing II Dra.Tuti Wantu, M.Pd Kons Dr. Setiyo Utoyo, M.Pd NIP. 196103161986032003 NIP. 1972082220050110 Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Irvin Novita Arifin, S.Pd M.Pd NIP. 19801101 200912 2 001

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Membutsir Dengan Menggunakan Playdough di Paud Kamboja Kota Gorontalo Nining Dengo Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Dra.Tuti Wantu, M.Pd Kons dan Dr. Setiyo Utoyo, M.Pd ABSTRAK Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough di PAUD Kamboja Kota Gorontalo. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam bentuk siklus setiap siklus dilakukan dalam 4 tahap penelitian yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pemantauan dan evaluasi dan tahap analisis dan refleksi, serta teknik pengumpulan data Berdasarkan teknik analisis data dan pembahasan peneliti telah menggunakan playdough sebagai media pembelajaran dengan hasil yang dicapai pada siklus I pertemuan I mencapai 8 orang anak atau 40% yang memiliki kemampuan motorik halus dan 12 orang atau 60% yang belum memiliki kemampuan motorik halus. Pada siklus 1 pertemuan 2 mencapai 12 orang atau 60% yang memiliki kemampuan motorik halus, dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus 8 orang anak atau 40%, pada siklus 2 pertemuan 1 mengalami peningkatan mencapai 16 orang anak atau 80% yang memiliki kemampuan motorik halus, siklus II pertemuan 2 mencapai 18 orang anak atau 90% yang memiliki kemampuan motorik halus dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus sisa 2 orang anak atau 10%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough, kemampuan motorik halus anak di PAUD Kamboja Kota Gorontalo meningkat. Kata kunci: Motorik Halus, Membutsir Playdough Nining Dengo, Mahasiswa Jurusan PG PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Dra. Tuti Wantu M.Pd Kons. Dosen Pembimbing I, Dr. Setiyo Utoyo, M.Pd Dosen Pembimbing II.

Pendahuluan Perkembangan motorik anak terdiri dari dua bagian yaitu motorik kasar dan motorik halus. Dalam meningkatkan kemampuan koordinasi gerakan motorik kasar pada anak diperlukan kegiatan-kegiatan gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan. Sedangkan kemampuan motorik halus anak usia dini ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan aktivitasaktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pencil dengan benar, menggunting, melipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing dan menarik ritsleting. Aktivitas tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak dapat melakukannya secara baik dan benar. Sesuai kenyataan yang ditemui peneliti di PAUD Kamboja Kota Gorontalo, dari 20 orang anak, terdapat 11 orang anak atau 55% yang mengalami keterlambatan perkembangan kemampuan motorik halus dan 9 orang atau 45% yang sudah menunjukkan keterampulan motorik halus. Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya latihan motorik halus secara rutin dan berkelanjutan, serta belum tepatnya teknik yang digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Keterlambatan perkembangan ketrampilan motorik halus tersebut dapat ditemui dan dilihat ketika anak sedang menulis atau memegang alat tulis. Dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas meereka belum trampil dalam menulis bahkan terlihat kaku ketika sedang memegang krayon bahkan dua orang anak tangannya terlihat gemetaran ketika sedang memegang krayon untuk mewarnai. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga peneliti sebagai guru yang mengajar PAUD tersebut tertarik ingin menggunakan kegiatan membutsir sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Membutsir atau modeling adalah membentuk atau mematung dengan menggunakan bahan yang sifatnya masih lentur atau lunak. Proses membutsir dilakukan dengan cara membentuk secara langsung bahan yang dipilih atau yang digunakan dengan tangan atau memakai

bantuan alat butsir ( sudip). Menurut Prawira (2006 : 25) Membutsir adalah membentuk tanah liat atau lilin (plastisin/malam) menjadi bentuk mainan, patung kecil atau bentuk tertentu berdasarkan daya cipta. Sebelum dibentuk, tanah liat sebaiknya dibersihkan dahulu dari butiran batu atau pasir yang kasar, lembutkan adonannya dengan tangan. Jika terlalu lembek biarkan (diangin-anginkan) hingga kadar airnya berkurang, dan jika dipegang tanah tidak lengket pada tangan kita Kegiatan membutsir digunakan oleh peneliti untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak karena hampir setiap anak PAUD telah jarang menggunakan kegiatan tersebut sebagai salah satu aktivitas belajar serta sebagai media dalam belajar begitupun dengan guru, selain itu bahan yang digunakan dalam membutsir mudah didapat dan banyak terdapat di lingkungan tempat tinggal anak. Berdasarkan uraian di atas diperlukan pengkajian melalui penelitian yang sederhana, maka penulis merumuskan judul Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Membutsir dengan Menggunakan Playdough di PAUD Kamboja Kota Gorontalo. Kajian Teoritis Dan Hipotesis Tindakan Hakikat Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Zulkifli Lubis (2008: 6), Motorik adalah segala gerakan yang dapat menimbulkan gerakan-gerakan pada seluruh bagian tubuh. Sedangkan menurut Endah (2008: 6), Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan syaraf, otot, otak, dan spinal cord. Menurut Astandiyar (2006: 20), Kemampuan motorik halus mencakup keluwesan jemari. Ini dapat dilihat dari kemampuan anak untuk menyentuh, menjumput, mencoret, melipat atau memasukkan sendok kemulut. Ketrampilan motorik halus sangat diperlukan sebagai dasar kemampuan menulis dan aktifitas bantu diri seperti makan, minum, mengacingkan baju, memakai kaus kaki, dan sebagainya. Sedangkan menurut Nursalam (2005) kemampuan motorik halus adalah Kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak

melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Motorik halus adalah kemampuan melibatkan penggunaan tangan jari-jari secara tepat seperti dalam kegiatan menulis, melipat kertas, menggunting, menggambar dan melukis (Samsiah, 2009: 4). Motorik halus adalah kemampuan yang menyatu antara otot halus dan panca indera Depdiknas (2003: 15). Kemampuan yang menyatu antara mata lalu dirangsang melalui otak dan akhirnya otak menyuruh otot-otot halus menggerakkan jari-jari tangan itu untuk melakukannya. Sedangkan menurut Maryatin (2010: 5), Motorik halus adalah: Kemampuan anak mengembangkan koordinasi mata & jari tangan dalam kegiatan menulis atau menggambar. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas, menggunting, mewarnai, menjiplak, meronce, dan melukis. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 58 Tahun 2009 Tentang Standar PAUD perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun tingkat pencapaian perkembangan motorik halusnya diantaranya adalah: 1) Mampu menciptakan sesuatu dengan bahan alam seperti membutsir 2) Mampu melakukan koordinasi mata-tangan (Motorik halus) 3) Mampu membutsir dengan berbagai media. Misal: plastisin, tepung terigu. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian motorik halus diatas penulis menyimpulkan motorik halus adalah Kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga tetapi melibatkan penggunaan tangan jari-jari secara tepat yang dirangsang melalui otak dan akhirnya otak menyuruh otot-otot halus menggerakkan jari-jari tangan itu untuk melakukannya.

Cara Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Menurut Agus Hamdani (2005;25) cara meningkatkan motorik halus anak dapat dilakukan dengan melatih anak dengan berbagai kegiatan yang positif seperti menggambar dan mewarnai. Kegiatan ini merupakan salah satu cara meningkatkan keterampilan motorik mereka. Beberapa keterampilan tangan yang penting bagi anak untuk dikembangkan adalah: 1. Mampu melengkungkan telapak tangan membentuk cekungan (palmar arching) 2. Menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk memegang suatu benda, sambil menggunakan jari tengah dan jari manis untuk kesetabilan tangan mereka (hand side separation). 3. Membuat bentuk lengkung dengan jempol dan telunjuk (open web space) Berdasarkan beberapa pendapat cara meningkatkan kemampuan motorik halus anak maka disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan melalui aktivitas lain menggambar dan bermain dengan odol/krim serta kegiatan merobek dan meremas kertas serta kegiatan mewarnai menggunakan alat-alat tulis misalnya krayon atau pensil warna. Pengertian Membutsir Membutsir atau modeling adalah membentuk atau mematung dengan menggunakan bahan yang sifatnya masih lentur atau lunak. Proses membutsir dilakukan dengan cara membentuk secara langsung bahan yang dipilih atau yang digunakan dengan tangan atau memakai bantuan alat alat butsir ( sudip). Dalam menambahkan dan mengurangi bahan tersebut sampai dihasilkan model atau bentuk patung yang diinginkan. Berkarya seni membutsir cukup mudah dikerjakan, sehingga bisa dilakukan oleh anak anak TK. Menurut Prawira (2006: 25) Membutsir adalah membentuk tanah liat atau lilin (plastisin/malam) menjadi bentuk mainan, patung kecil atau bentuk tertentu berdasarkan daya cipta. Sebelum dibentuk, tanah liat sebaiknya dibersihkan dahulu dari butiran batu atau pasir yang kasar, lembutkan adonannya dengan tangan.

Kegiatan Membutsir Untuk Anak Usia Dini Kegiatan membutsir untuk anak usia dini dapat dilakukan dengan menggunakan Playdough yang sudah dibuat, serta peralatan dan sudip atau lidi serta alat bantu lainnya berupa karton yang digunakan untuk meletakkan hasil membentuk. Playdough adalah senyawa pemodelan yang digunakan oleh anakuntuk seni dan kerajinan proyek di rumah dan di sekolah. Playdough terdiri dari tepung, air, garam, dan minyak mineral. Playdough (play-doh) adalah adonan mainan (play=bermain, dough=adonan) atau plastisin mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat (lempung). Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan playdough berupa: a) 2 gelas terigu, b) 1 gelas garam halus, c) 2 gelas air hangat, d) 2 sendok makan minyak goreng, e). Pewarna makanan (cair), beberapa warna, f) Minyak aroma buah atau aroma makanan Dalam penelitian ini peneliti tidak memasak terigu dalam panci yang ada diatas kompor, tetapi peneliti menggunakan minyak kelapa sebagai pencampur adonan, hal ini untuk menghindari kecelakaan yang akan terjadi karena dalam penelitian ini anak sendiri mencoba melakukan cara membuat playdough sendiri. Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas,maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan playdough adalah alat bantu pembelajaran berupa adonan mainan yang terbuat dari tepung yang mudahdibentuk oleh anak yang berguna untuk melatih kegiatan koordinasikan jari jemari tangan dengan mata padamotorik halus anak usia dini. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Menggunakan Playdough Meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough sangat bermakna dan menarik karena anak dilibatkan untuk bermain plastisin atau bermain Playdough. Membutsir sangatlah menyenangkan sesuai dengan dunia anak yaitu bermain. Sehingga ketika kemampuan motorik halus ini ditingkatkan melalui kegiatan membutsir anak akan lebih tertarik, tertantang dan anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam berkreativitas membentuk berbagai macam bentuk sesuai

dengan imajinasinya sendiri. Dari kalimat di atas dapat disimpulkan bahwa meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini dapat dilakukan dengan menggunakan permainan Playdough. Manfaat Membutsir Menggunakan Playdough Manfaat membutsir menggunakan playdough banyak kegunaannya bagi anak-anak yang ada di PAUD, Menurut Moeliono, (2004:24) kegiatan membutsir menggunakan playdough sangat bermanfaat bagi anak, bukan hanya bagi pengembangan seni melainkan juga sebagai penumbuh kreativitas, alat untuk mengungkapkan ide, perasaan, serta emosi anak. Melalui kegiatan ini pula, motorik halus anak dilatih dan akan sangat berguna ketika anak mulai belajar menulis di usia sekolah. Disamping itu, kegiatan membutsir menggunakan playdough dapat mengasah otak kanan, otak kiri dan hati nurani anak untuk beraktivitas dan berkreasi dalam menciptakan bentuk yang diinginkan dalam kegiatan membutsir. Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa kegiatan mrmbutsir menggunakan playdough sangat bermanfaat bagi anak untuk melatih emosinya, dapat meningkatkan kreativitas anak dalam mengembangkan seni serta dapat bermanfaat bagi perkembangan anak. Metode Penelitian Metode ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Pada penelitian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan fokus utama untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut yaitu: variabel input, variabel proses, dan variabel out put. Pada prosedur penelitian ini menggambarkan tahap tahap pelaksanaan penelitian yang meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, serta teknik analisis data dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, dan dokumentasi Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Bila hasil yang diperoleh pada

kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Berdasarkan hasil persentase rata-rata kegiatan tindakan kelas pada siklus I dapat dilihat terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough di PAUD Kamboja Kota Gorontalo. Dari tiga aspek kemampuan motorik halus yang diamati mengalami peningkatan mencapai 20% anak belum mampu memahami cara membuat playdough, 20%, Anak mulai mampua memahami cara membuat playdough, 40%, Anak sudah mampu memahami cara membuat playdough dan 20%, Anak mampu memahami cara membuat playdough. Hasil yang dicapai pada siklus I kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough mengalami peningkatan sebesar 30% dari observasi awal. Hasil persentase rata-rata peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough dapat dilihat pada grafik dihalaman lampiran. Melihat hasil capaian tindakan kelas siklus I dapat disimpulkan bahwa penelitian ini harus dilanjutkan ke tindakan siklus II, karena tindakan siklus I belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil persentase rata-rata kegiatan tindakan kelas pada siklus II dapat dilihat terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough di PAUD Kamboja Kota Gorontalo. Dari tiga aspek indikator kemampuan motorik halus yang diamati mengalami peningkatan yaitu: Anak belum mampu memahami cara membuat playdough terdiri dari 2 orang anak atau 10%, Anak kurang mampu memahami cara membuat playdough terdiri dari 4 orang anak atau 20%, Anak telah mampu memahami cara membuat playdough terdiri dari 14 orang anak atau 70%, hasil yang dicapai pada siklus II. Hasil persentase rata-rata peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada halaman lampiran.

Berdasarkan temuan dalam kegiatan siklus II tersebut menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus anak telah berkembang secara maksimal Dengan demikian pelaksanaan tindakan pada siklus II telah mampu memperbaiki serta meningkatkan kemampuan motorik halus anak di PAUD Kamboja Kota Gorontalo melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough. Dengan demikian penelitian dinyatakan selesai. Pembahasan Dalam penelitian ini peneliti telah menggunakan playdough sebagai media pembelajaran dengan hasil yang dicapai pada siklus I pertemuan I mencapai 8 orang anak atau 40% yang memiliki kemampuan motorik halus dan 12 orang atau 60% yang belum memiliki kemampuan motorik halus. Pada siklus 1 pertemuan 2 mencapai 12 orang atau 60% yang memiliki kemampuan motorik halus, dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus 8 orang anak atau 40%, pada siklus 2 pertemuan 1 mengalami peningkatan mencapai 16 orang anak atau 80% yang memiliki kemampuan motorik halus, dan 4 orang anak atau 20% belum memiliki kemampuan motorik halus, pada siklus II pertemuan 2 mencapai 18 orang anak atau 90% yang memiliki kemampuan motorik halus dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus sisa 2 orang anak atau 10%. Untuk jelasnya hasil penelitian tindakan setiap siklus dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada halaman lampiran. Hasil penelitian dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough di PAUD Kamboja yang dicapai pada siklus I yaitu 14 orang atau 60%. Selanjutnya pada siklus II diperoleh yaitu 18 orang atau 90%. Peningkatan ini terjadi karena peneliti dan pengamat memberi motivasi pada anak untuk dapat melakukan kegiatan membutsir menggunakan playdough, pemberian reinforcement pada anak yang sudah mampu melakukan kegiatan membutsir menggunakan playdough. Berdasarkan hasil refleksi terungkap bahwa guru mulai berhasil merancang pembelajaran, terutama menyesuaikan tema pembelajaran dengan melakukan kegiatan membutsir menggunakan playdough. Dengan melihat capaian

yang ada, maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang menyatakan: Jika pendidik menggunakan kegiatan membutsir dengan menggunakan playdough di PAUD Kamboja Kota Gorontalo maka kemampuan motorik halus anak akan meningkat. Kesimpulan Dan Saran Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan membutsir menggunakan playdough dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan telah diperoleh hasil persentase rata rata, Siklus I pertemuan I mencapai 8 orang anak atau 40% yang memiliki kemampuan motorik halus dan 12 orang atau 60% yang belum memiliki kemampuan motorik halus. Pada siklus 1 pertemuan 2 mencapai 12 orang atau 60% yang memiliki kemampuan motorik halus, dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus 8 orang anak atau 40%, pada siklus II pertemuan 1 mengalami peningkatan mencapai 16 orang anak atau 80% yang memiliki kemampuan motorik halus, dan 4 orang anak atau 20% yang belum memiliki kemampuan motorik halus pada siklus II pertemuan 2 mencapai 18 orang anak atau 90% yang memiliki kemampuan motorik halus dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus sisa 2 orang anak atau 10%. Peningkatan ini terjadi, adanya kerja sama antara peneliti dengan pengamat dalam merancang pembelajaran membutsir menggunakan playdough, dan terutama menciptakan kelas yang kondusif. Berdasarkan simpulan peneliti memberikan beberapa saran atau rekomendasi sebagai arahan untuk perkembangan pendidikan anak kearah yang lebih baik yaitu Kemampuan motorik halus perlu dan penting dimiliki oleh setiap anak, karena itu orang tua harus membantu anak dalam mengarahkannya. Penyampaian pembelajaran kepada anak usia dini harus menggunakan media yang menarik dan tidak monoton agar perkembangannya optimal dan sesuai dengan karakteristik perkembangan anak, maka guru dituntut untuk kreatif dalam merancang berbagai kegiatan pembelajaran untuk anak terutama dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

DAFTAR PUSTAKA Andini. 2009, Perkembangan Motorik Halus Anak, http://www. duniaedukasi.net // perkembangan-motorik-halus-anak.html. diakses 20 Juni 2014 Agus hamdani 2005.. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Depdiknas. 2003. Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak. Depdiknas Jakarta Isnu Nursalam. 2005. Melukis Itu Mudah. Intan Pariwara. Permen No. 58 Tahun 2009, Tentang Standar PAUD. Depdiknas Jakarta Samsiah. 2009. Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah. Cahaya Mentari Nasution.. Zulkifli Lubis. 2008. Seni Kemampuan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka