MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH NINING DENGO NIM : 153 411 097 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2015
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO Jurnal Oleh : Nining Dengo Pembimbing I Pembimbing II Dra.Tuti Wantu, M.Pd Kons Dr. Setiyo Utoyo, M.Pd NIP. 196103161986032003 NIP. 1972082220050110 Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Irvin Novita Arifin, S.Pd M.Pd NIP. 19801101 200912 2 001
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Membutsir Dengan Menggunakan Playdough di Paud Kamboja Kota Gorontalo Nining Dengo Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Dra.Tuti Wantu, M.Pd Kons dan Dr. Setiyo Utoyo, M.Pd ABSTRAK Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough di PAUD Kamboja Kota Gorontalo. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam bentuk siklus setiap siklus dilakukan dalam 4 tahap penelitian yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pemantauan dan evaluasi dan tahap analisis dan refleksi, serta teknik pengumpulan data Berdasarkan teknik analisis data dan pembahasan peneliti telah menggunakan playdough sebagai media pembelajaran dengan hasil yang dicapai pada siklus I pertemuan I mencapai 8 orang anak atau 40% yang memiliki kemampuan motorik halus dan 12 orang atau 60% yang belum memiliki kemampuan motorik halus. Pada siklus 1 pertemuan 2 mencapai 12 orang atau 60% yang memiliki kemampuan motorik halus, dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus 8 orang anak atau 40%, pada siklus 2 pertemuan 1 mengalami peningkatan mencapai 16 orang anak atau 80% yang memiliki kemampuan motorik halus, siklus II pertemuan 2 mencapai 18 orang anak atau 90% yang memiliki kemampuan motorik halus dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus sisa 2 orang anak atau 10%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough, kemampuan motorik halus anak di PAUD Kamboja Kota Gorontalo meningkat. Kata kunci: Motorik Halus, Membutsir Playdough Nining Dengo, Mahasiswa Jurusan PG PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Dra. Tuti Wantu M.Pd Kons. Dosen Pembimbing I, Dr. Setiyo Utoyo, M.Pd Dosen Pembimbing II.
Pendahuluan Perkembangan motorik anak terdiri dari dua bagian yaitu motorik kasar dan motorik halus. Dalam meningkatkan kemampuan koordinasi gerakan motorik kasar pada anak diperlukan kegiatan-kegiatan gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan. Sedangkan kemampuan motorik halus anak usia dini ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan aktivitasaktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pencil dengan benar, menggunting, melipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing dan menarik ritsleting. Aktivitas tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak dapat melakukannya secara baik dan benar. Sesuai kenyataan yang ditemui peneliti di PAUD Kamboja Kota Gorontalo, dari 20 orang anak, terdapat 11 orang anak atau 55% yang mengalami keterlambatan perkembangan kemampuan motorik halus dan 9 orang atau 45% yang sudah menunjukkan keterampulan motorik halus. Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya latihan motorik halus secara rutin dan berkelanjutan, serta belum tepatnya teknik yang digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Keterlambatan perkembangan ketrampilan motorik halus tersebut dapat ditemui dan dilihat ketika anak sedang menulis atau memegang alat tulis. Dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas meereka belum trampil dalam menulis bahkan terlihat kaku ketika sedang memegang krayon bahkan dua orang anak tangannya terlihat gemetaran ketika sedang memegang krayon untuk mewarnai. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga peneliti sebagai guru yang mengajar PAUD tersebut tertarik ingin menggunakan kegiatan membutsir sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Membutsir atau modeling adalah membentuk atau mematung dengan menggunakan bahan yang sifatnya masih lentur atau lunak. Proses membutsir dilakukan dengan cara membentuk secara langsung bahan yang dipilih atau yang digunakan dengan tangan atau memakai
bantuan alat butsir ( sudip). Menurut Prawira (2006 : 25) Membutsir adalah membentuk tanah liat atau lilin (plastisin/malam) menjadi bentuk mainan, patung kecil atau bentuk tertentu berdasarkan daya cipta. Sebelum dibentuk, tanah liat sebaiknya dibersihkan dahulu dari butiran batu atau pasir yang kasar, lembutkan adonannya dengan tangan. Jika terlalu lembek biarkan (diangin-anginkan) hingga kadar airnya berkurang, dan jika dipegang tanah tidak lengket pada tangan kita Kegiatan membutsir digunakan oleh peneliti untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak karena hampir setiap anak PAUD telah jarang menggunakan kegiatan tersebut sebagai salah satu aktivitas belajar serta sebagai media dalam belajar begitupun dengan guru, selain itu bahan yang digunakan dalam membutsir mudah didapat dan banyak terdapat di lingkungan tempat tinggal anak. Berdasarkan uraian di atas diperlukan pengkajian melalui penelitian yang sederhana, maka penulis merumuskan judul Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Membutsir dengan Menggunakan Playdough di PAUD Kamboja Kota Gorontalo. Kajian Teoritis Dan Hipotesis Tindakan Hakikat Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Zulkifli Lubis (2008: 6), Motorik adalah segala gerakan yang dapat menimbulkan gerakan-gerakan pada seluruh bagian tubuh. Sedangkan menurut Endah (2008: 6), Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan syaraf, otot, otak, dan spinal cord. Menurut Astandiyar (2006: 20), Kemampuan motorik halus mencakup keluwesan jemari. Ini dapat dilihat dari kemampuan anak untuk menyentuh, menjumput, mencoret, melipat atau memasukkan sendok kemulut. Ketrampilan motorik halus sangat diperlukan sebagai dasar kemampuan menulis dan aktifitas bantu diri seperti makan, minum, mengacingkan baju, memakai kaus kaki, dan sebagainya. Sedangkan menurut Nursalam (2005) kemampuan motorik halus adalah Kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Motorik halus adalah kemampuan melibatkan penggunaan tangan jari-jari secara tepat seperti dalam kegiatan menulis, melipat kertas, menggunting, menggambar dan melukis (Samsiah, 2009: 4). Motorik halus adalah kemampuan yang menyatu antara otot halus dan panca indera Depdiknas (2003: 15). Kemampuan yang menyatu antara mata lalu dirangsang melalui otak dan akhirnya otak menyuruh otot-otot halus menggerakkan jari-jari tangan itu untuk melakukannya. Sedangkan menurut Maryatin (2010: 5), Motorik halus adalah: Kemampuan anak mengembangkan koordinasi mata & jari tangan dalam kegiatan menulis atau menggambar. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas, menggunting, mewarnai, menjiplak, meronce, dan melukis. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 58 Tahun 2009 Tentang Standar PAUD perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun tingkat pencapaian perkembangan motorik halusnya diantaranya adalah: 1) Mampu menciptakan sesuatu dengan bahan alam seperti membutsir 2) Mampu melakukan koordinasi mata-tangan (Motorik halus) 3) Mampu membutsir dengan berbagai media. Misal: plastisin, tepung terigu. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian motorik halus diatas penulis menyimpulkan motorik halus adalah Kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga tetapi melibatkan penggunaan tangan jari-jari secara tepat yang dirangsang melalui otak dan akhirnya otak menyuruh otot-otot halus menggerakkan jari-jari tangan itu untuk melakukannya.
Cara Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Menurut Agus Hamdani (2005;25) cara meningkatkan motorik halus anak dapat dilakukan dengan melatih anak dengan berbagai kegiatan yang positif seperti menggambar dan mewarnai. Kegiatan ini merupakan salah satu cara meningkatkan keterampilan motorik mereka. Beberapa keterampilan tangan yang penting bagi anak untuk dikembangkan adalah: 1. Mampu melengkungkan telapak tangan membentuk cekungan (palmar arching) 2. Menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk memegang suatu benda, sambil menggunakan jari tengah dan jari manis untuk kesetabilan tangan mereka (hand side separation). 3. Membuat bentuk lengkung dengan jempol dan telunjuk (open web space) Berdasarkan beberapa pendapat cara meningkatkan kemampuan motorik halus anak maka disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan melalui aktivitas lain menggambar dan bermain dengan odol/krim serta kegiatan merobek dan meremas kertas serta kegiatan mewarnai menggunakan alat-alat tulis misalnya krayon atau pensil warna. Pengertian Membutsir Membutsir atau modeling adalah membentuk atau mematung dengan menggunakan bahan yang sifatnya masih lentur atau lunak. Proses membutsir dilakukan dengan cara membentuk secara langsung bahan yang dipilih atau yang digunakan dengan tangan atau memakai bantuan alat alat butsir ( sudip). Dalam menambahkan dan mengurangi bahan tersebut sampai dihasilkan model atau bentuk patung yang diinginkan. Berkarya seni membutsir cukup mudah dikerjakan, sehingga bisa dilakukan oleh anak anak TK. Menurut Prawira (2006: 25) Membutsir adalah membentuk tanah liat atau lilin (plastisin/malam) menjadi bentuk mainan, patung kecil atau bentuk tertentu berdasarkan daya cipta. Sebelum dibentuk, tanah liat sebaiknya dibersihkan dahulu dari butiran batu atau pasir yang kasar, lembutkan adonannya dengan tangan.
Kegiatan Membutsir Untuk Anak Usia Dini Kegiatan membutsir untuk anak usia dini dapat dilakukan dengan menggunakan Playdough yang sudah dibuat, serta peralatan dan sudip atau lidi serta alat bantu lainnya berupa karton yang digunakan untuk meletakkan hasil membentuk. Playdough adalah senyawa pemodelan yang digunakan oleh anakuntuk seni dan kerajinan proyek di rumah dan di sekolah. Playdough terdiri dari tepung, air, garam, dan minyak mineral. Playdough (play-doh) adalah adonan mainan (play=bermain, dough=adonan) atau plastisin mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat (lempung). Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan playdough berupa: a) 2 gelas terigu, b) 1 gelas garam halus, c) 2 gelas air hangat, d) 2 sendok makan minyak goreng, e). Pewarna makanan (cair), beberapa warna, f) Minyak aroma buah atau aroma makanan Dalam penelitian ini peneliti tidak memasak terigu dalam panci yang ada diatas kompor, tetapi peneliti menggunakan minyak kelapa sebagai pencampur adonan, hal ini untuk menghindari kecelakaan yang akan terjadi karena dalam penelitian ini anak sendiri mencoba melakukan cara membuat playdough sendiri. Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas,maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan playdough adalah alat bantu pembelajaran berupa adonan mainan yang terbuat dari tepung yang mudahdibentuk oleh anak yang berguna untuk melatih kegiatan koordinasikan jari jemari tangan dengan mata padamotorik halus anak usia dini. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Menggunakan Playdough Meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough sangat bermakna dan menarik karena anak dilibatkan untuk bermain plastisin atau bermain Playdough. Membutsir sangatlah menyenangkan sesuai dengan dunia anak yaitu bermain. Sehingga ketika kemampuan motorik halus ini ditingkatkan melalui kegiatan membutsir anak akan lebih tertarik, tertantang dan anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam berkreativitas membentuk berbagai macam bentuk sesuai
dengan imajinasinya sendiri. Dari kalimat di atas dapat disimpulkan bahwa meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini dapat dilakukan dengan menggunakan permainan Playdough. Manfaat Membutsir Menggunakan Playdough Manfaat membutsir menggunakan playdough banyak kegunaannya bagi anak-anak yang ada di PAUD, Menurut Moeliono, (2004:24) kegiatan membutsir menggunakan playdough sangat bermanfaat bagi anak, bukan hanya bagi pengembangan seni melainkan juga sebagai penumbuh kreativitas, alat untuk mengungkapkan ide, perasaan, serta emosi anak. Melalui kegiatan ini pula, motorik halus anak dilatih dan akan sangat berguna ketika anak mulai belajar menulis di usia sekolah. Disamping itu, kegiatan membutsir menggunakan playdough dapat mengasah otak kanan, otak kiri dan hati nurani anak untuk beraktivitas dan berkreasi dalam menciptakan bentuk yang diinginkan dalam kegiatan membutsir. Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa kegiatan mrmbutsir menggunakan playdough sangat bermanfaat bagi anak untuk melatih emosinya, dapat meningkatkan kreativitas anak dalam mengembangkan seni serta dapat bermanfaat bagi perkembangan anak. Metode Penelitian Metode ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Pada penelitian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan fokus utama untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut yaitu: variabel input, variabel proses, dan variabel out put. Pada prosedur penelitian ini menggambarkan tahap tahap pelaksanaan penelitian yang meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, serta teknik analisis data dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, dan dokumentasi Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Bila hasil yang diperoleh pada
kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Berdasarkan hasil persentase rata-rata kegiatan tindakan kelas pada siklus I dapat dilihat terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough di PAUD Kamboja Kota Gorontalo. Dari tiga aspek kemampuan motorik halus yang diamati mengalami peningkatan mencapai 20% anak belum mampu memahami cara membuat playdough, 20%, Anak mulai mampua memahami cara membuat playdough, 40%, Anak sudah mampu memahami cara membuat playdough dan 20%, Anak mampu memahami cara membuat playdough. Hasil yang dicapai pada siklus I kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough mengalami peningkatan sebesar 30% dari observasi awal. Hasil persentase rata-rata peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough dapat dilihat pada grafik dihalaman lampiran. Melihat hasil capaian tindakan kelas siklus I dapat disimpulkan bahwa penelitian ini harus dilanjutkan ke tindakan siklus II, karena tindakan siklus I belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil persentase rata-rata kegiatan tindakan kelas pada siklus II dapat dilihat terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough di PAUD Kamboja Kota Gorontalo. Dari tiga aspek indikator kemampuan motorik halus yang diamati mengalami peningkatan yaitu: Anak belum mampu memahami cara membuat playdough terdiri dari 2 orang anak atau 10%, Anak kurang mampu memahami cara membuat playdough terdiri dari 4 orang anak atau 20%, Anak telah mampu memahami cara membuat playdough terdiri dari 14 orang anak atau 70%, hasil yang dicapai pada siklus II. Hasil persentase rata-rata peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada halaman lampiran.
Berdasarkan temuan dalam kegiatan siklus II tersebut menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus anak telah berkembang secara maksimal Dengan demikian pelaksanaan tindakan pada siklus II telah mampu memperbaiki serta meningkatkan kemampuan motorik halus anak di PAUD Kamboja Kota Gorontalo melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough. Dengan demikian penelitian dinyatakan selesai. Pembahasan Dalam penelitian ini peneliti telah menggunakan playdough sebagai media pembelajaran dengan hasil yang dicapai pada siklus I pertemuan I mencapai 8 orang anak atau 40% yang memiliki kemampuan motorik halus dan 12 orang atau 60% yang belum memiliki kemampuan motorik halus. Pada siklus 1 pertemuan 2 mencapai 12 orang atau 60% yang memiliki kemampuan motorik halus, dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus 8 orang anak atau 40%, pada siklus 2 pertemuan 1 mengalami peningkatan mencapai 16 orang anak atau 80% yang memiliki kemampuan motorik halus, dan 4 orang anak atau 20% belum memiliki kemampuan motorik halus, pada siklus II pertemuan 2 mencapai 18 orang anak atau 90% yang memiliki kemampuan motorik halus dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus sisa 2 orang anak atau 10%. Untuk jelasnya hasil penelitian tindakan setiap siklus dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada halaman lampiran. Hasil penelitian dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membutsir menggunakan playdough di PAUD Kamboja yang dicapai pada siklus I yaitu 14 orang atau 60%. Selanjutnya pada siklus II diperoleh yaitu 18 orang atau 90%. Peningkatan ini terjadi karena peneliti dan pengamat memberi motivasi pada anak untuk dapat melakukan kegiatan membutsir menggunakan playdough, pemberian reinforcement pada anak yang sudah mampu melakukan kegiatan membutsir menggunakan playdough. Berdasarkan hasil refleksi terungkap bahwa guru mulai berhasil merancang pembelajaran, terutama menyesuaikan tema pembelajaran dengan melakukan kegiatan membutsir menggunakan playdough. Dengan melihat capaian
yang ada, maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang menyatakan: Jika pendidik menggunakan kegiatan membutsir dengan menggunakan playdough di PAUD Kamboja Kota Gorontalo maka kemampuan motorik halus anak akan meningkat. Kesimpulan Dan Saran Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan membutsir menggunakan playdough dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan telah diperoleh hasil persentase rata rata, Siklus I pertemuan I mencapai 8 orang anak atau 40% yang memiliki kemampuan motorik halus dan 12 orang atau 60% yang belum memiliki kemampuan motorik halus. Pada siklus 1 pertemuan 2 mencapai 12 orang atau 60% yang memiliki kemampuan motorik halus, dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus 8 orang anak atau 40%, pada siklus II pertemuan 1 mengalami peningkatan mencapai 16 orang anak atau 80% yang memiliki kemampuan motorik halus, dan 4 orang anak atau 20% yang belum memiliki kemampuan motorik halus pada siklus II pertemuan 2 mencapai 18 orang anak atau 90% yang memiliki kemampuan motorik halus dan yang belum memiliki kemampuan motorik halus sisa 2 orang anak atau 10%. Peningkatan ini terjadi, adanya kerja sama antara peneliti dengan pengamat dalam merancang pembelajaran membutsir menggunakan playdough, dan terutama menciptakan kelas yang kondusif. Berdasarkan simpulan peneliti memberikan beberapa saran atau rekomendasi sebagai arahan untuk perkembangan pendidikan anak kearah yang lebih baik yaitu Kemampuan motorik halus perlu dan penting dimiliki oleh setiap anak, karena itu orang tua harus membantu anak dalam mengarahkannya. Penyampaian pembelajaran kepada anak usia dini harus menggunakan media yang menarik dan tidak monoton agar perkembangannya optimal dan sesuai dengan karakteristik perkembangan anak, maka guru dituntut untuk kreatif dalam merancang berbagai kegiatan pembelajaran untuk anak terutama dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
DAFTAR PUSTAKA Andini. 2009, Perkembangan Motorik Halus Anak, http://www. duniaedukasi.net // perkembangan-motorik-halus-anak.html. diakses 20 Juni 2014 Agus hamdani 2005.. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Depdiknas. 2003. Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak. Depdiknas Jakarta Isnu Nursalam. 2005. Melukis Itu Mudah. Intan Pariwara. Permen No. 58 Tahun 2009, Tentang Standar PAUD. Depdiknas Jakarta Samsiah. 2009. Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah. Cahaya Mentari Nasution.. Zulkifli Lubis. 2008. Seni Kemampuan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka