TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perikanan: Armada & Alat Tangkap

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

STUDI KOMPARATIF USAHA ALAT TANGKAP BUBU KARANG

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

PENDAPATAN PANCING ULUR (HAND LINE) DI DESA BONGO, KECAMATAN BATUDAA PANTAI, KABUPATEN GORONTALO

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN NELAYAN PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DAN PANCING TONDA (TROLL LINE) DI PPP TAMPERAN PACITAN, JAWA TIMUR

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

ANALISA BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN SKALA KECIL DI LANGKAT, SUMATERA UTARA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sehingga banyaknya

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Tangkap

rovinsi alam ngka 2011

3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Daerah Penelitian 3.2 Jenis dan Sumber Data

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2004 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008

BAB VI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN OLEH NELAYAN KARIMUNJAWADAN NELAYAN JEPARA

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

VI. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PELABUHANRATU. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DAN KELAUTAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA WALIKOTA LANGSA,

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun Penggunaan Petunjuk Teknis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/Permen-KP/2015. Tanggal 08 Januari 2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE 9 GT DAN 16 GT DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) MORODEMAK, DEMAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan atau binatang air lainnya serta tanaman air. Penangkapan adalah kegiatan penangkapan atau mengumpulkan ikan atau binatang air lainya serta tanaman air yang hidup dilaut atau perairan umum secara bebas dan bukan milik perorangan. Pada umumnya penangkapan ditujukan kepada ikan atau binatang air lainnya serta tanaman air yang masih hidup. Pengumpulan kerang dan lain-lain juga termasuk sebagai penangkapan (Anonimus, 2008) Penangkapan ikan yang dilakukan nelayan secara kuantitas tergantung pada perahu, peralatan tangkap yang digunakan maupun faktor lain seperti musim dan air pasang. Dengan perahu dan peralatan tangkap yang sesuai dan layak dioperasikan maka hasil tangkapan menjadi lebih baik dan dapat memberikan jaminan hidup bagi rumah tangganya (Rangkuti,1995) Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan atau binatang air. Orang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat perlengkapan ke dalam perahu, tidak dimasukan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin dan juru masak yang bekerja diatas perahu penangkapan dimasukan sebagai nelayan, walaupun tidak secara langsung mereka melakukan penangkapan (Anonimus,2008)

Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan, nelayan diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya serta tanaman air. 2. Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yag sebagian besar waktu kerjanya dilakukan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau binatang air lainya serta tanaman air disamping melakukan pekerjaan penangkapan, nelayan kategori ini memiliki pekerjaan lain. 3. Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya tidak digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan (Anonimus, 2008) Berdasarkan perahu penangkap ikan, nelayan pemilik dibagi menjadi nelayan tradisional dan nelayan bermotor. Nelayan tradisional memakai perahu tanpa mesin/motor. Sedangkan nelayan bermotor memakai perahu mempunyai mesin (motor) yang disebut perahu motor. Berdasarkan besarnya mesin (motor) yang digunakan, diukur dengan GT (Gross Tonage), Perahu motor dibagi menjadi: 1. Perahu kecil yaitu <5 GT 10 GT, dengan panjang kurang dari 9 meter. 2. Perahu sedang yaitu 10 GT 30 GT, dengan panjang 9-11 meter.

3. Perahu besar yaitu lebih dari 30 GT, dengan panjang 11 meter atau lebih (Anonimus,2001) Pengelolaan perikanan berkembang menjadi suatu seni dalam menyelesaikan antara produksi perikanan dengan kondisi-kondisi ekonomi. Misalnya karena permintaan ikan makin meningkat dan harganya semakin tinggi maka menarik para pengusaha untuk menambah armada penangkapannya. Tetapi dilain pihak para pengelola harus bisa membatasi daya tangkap perahu agar jumlah tangkapan tetap berada pada batas-batas tertentu. Dalam pengelolaan perikanan dikenal beberapa konsep pembatasan berusaha, antara lain adalah: a. Pembatasan upaya penangkapan yang dilakukan dengan mempersingkat waktu penangkapan atau membatasi peralatan yang digunakan b. Membatasi jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan pada suatu usaha perikanan. Untuk daya guna ekonomi pembatasan berusaha dilakukan dengan mewujudkan keinginan untuk menekan biaya serendah-rendahnya untuk melakukan upaya penangkapan yang menguntungkan (R.L. Strokes,1979) Secara kasar sumber daya perikanan laut dapat dibagi dalam 6 kelompok besar, yaitu krustasea, demersal, pelagis besar, pelagis kecil, perairan karang dan biota laut non ikan lainnya. Kelompok sumber daya ikan tersebut sekaligus menunjukkan kekhususan teknologi alat penangkap yang dipergunakan bagi pemanfaatnya (Barus,dkk.1991)

Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan antara usaha nelayan kecil, menengah, dan besar. Dalam melakukan usaha penangkap ikan dari tiga kelompok nelayan tersebut digunakan sekitar 5 s/d 15 jenis alat penangkap yang dapat dibagi dalam empat kelompok sebagai berikut. Tabel 1. Kelompok Alat Tangkap Ikan Nelayan No Kelompok Nama Alat Tangkap 1 Purse Seine Pukat Cincin, Pukat Langgar, Pukat Linkar 2 Gill Net Jaring Insang, Jaring Hanyut 3 Trammel Net Jaring Tiga Lapis, Jaring Lingkar, Jaring Klitik, Jaring Insang Tetap. 4 Line Fishing Pancing, Pancing Tonda, Pancing Ontak, Jaring Apollo Rawai hanyut, Rawai tetap 5. Drage Penangkap Kerang Sumber : Database Perikanan dan Kelautan Kab. Serdang Bedagai Alat tangkap yang dipakai di Desa Pesisir Kecamatan Tanjung Beringin adalah Gill Net. Alat tangkap Gill Net (Jaring insang) adalah jaring berbentuk empat persegi panjang dan dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung pada tali ris atasnya. Jaring ini dipasang tegak lurus dalam air dan menghadang arah gerak ikan. Ikan-ikan tertangkap karena tersangkut pada mata jaring atau tergulung oleh jaring tersebut (Soeseno,1992) Landasan Teori Analisa usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha perikanan berlangsung. Dengan analisis usaha ini, pengusaha membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan

keuntungan dalam perusahaannya. Untuk memperoleh keuntungan yang besar dapat dilakukan dengan menekan biaya produksi (Rahardi,dkk.1996) Analisis ekonomi adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut Perekonomian secara keseluruhan. Dalam analisis ekonomi yang diperhitungkan adalah hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagai keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut (Kadariah,dkk.1994) Untuk melihat seluk beluk kegiatan usaha dalam memproduksi hasil pertanian diperlukan analisis ke atas berbagai aspek kegiatan memproduksinya. Pertama-tama harus dianalisis sampai dimana faktor-faktor produksi akan digunakan untuk menghasilkan produk yang akan diproduksi. Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan sejumlah faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi produk tersebut. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan tentang pokok dari hubungan diantara tingkat produksi dan faktor produksi untuk mewujudkan produksi tersebut (Sukirno,2003)

Ada beberapa konsep biaya dalam ekonomi yaitu ; biaya produksi adalah kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi baik secara tunai maupun tidak tunai. Dalam analisis ekonomi biaya diklasifikasikan sesuai tujuan. Biaya uang dan in-natural; berupa uang tunai, misalnya upah tenaga kerja, pembelian pupuk dan pestisida. Dalam bentuk in-natural yaitu biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan pajak (Daniel, 2002) Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan produksi. Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk mendapatkan tambahan satu satuan output pada suatu proses produksi tertentu (Daniel, 2002) Penerimaan usaha tani akan meningkat apabila penggunaan input produksi sudah optimal sehingga menghasilkan produksi yang maksimal dan mengurangi biaya produksi sehingga pendapatan bersih petani akan meningkat. Dalam melakukan usahatani setiap petani akan berusaha untuk mengalokasikan input produksi yang dimiliki seefesien mungkin. Akan tetapi dalam usaha memaksimumkan produksi ini petani dihadapkan pada masalah-masalah. Masalah tersebut antara lain tingginya harga input produksi, modal yang terbatas, distribusi

input produksi yang kurang lancar akibat akses yang cukup jauh untuk ditempuh. (Daniel, 2002) Pendapatan nelayan bermotor dipengaruhi oleh pengalaman nelayan, lama melaut, ukuran perahu dan frekuensi melaut. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pengalaman nelayan maka besar pula pendapatan yang diterima. Dengan pengalaman yang dimiliki nelayan sesuai dengan usaha yang dijalankan. Nelayan tahu menentukan di daerah mana operasi penangkapan ikan yang tepat sehingga produksi lebih tinggi, kapan saat melaut yang tepat, bagaimana penggunaan alat tangkap yang tepat, kondisi musim, semua ini tentu berpengaruh terhadap pendapatan yang nelayan terima. Semakin lama melaut maka jumlah hasil tangkapan melaut yang diperoleh juga lebih besar dan hal ini akan mempengaruhi pendapatan nelayan bermotor, semakin besar ukuran perahu maka jumlah hasil tangkapan yang diperoleh juga lebih besar, karena perahu dapat beroperasi lebih jauh dari pantai dan hal ini akan mempengaruhi pendapatan nelayan bermotor. Semakin banyak frekuensi melaut maka jumlah hasil tangkapan perahu yang diperoleh juga lebih besar hal ini akan berpengaruh pada pendapatan nelayan bermotor (Sari, 2005) Pendapatan nelayan tanpa motor dipengaruhi oleh hasil tangkapan, frekuensi melaut, lama melaut dan jumlah tenaga kerja per perahu. Semakin besar jumlah hasil tangkapan perahu maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh nelayan tanpa motor. Semakin banyak frekuensi melaut yang dilakukan

oleh nelayan tanpa motor maka jumlah hasil tangkapan perahu yang diperoleh juga lebih besar dan hal ini akan mempengaruhi penerimaan per perahu yang selanjutnya akan berpengaruh pada pendapatan nelayan tanpa motor. Semakin lama melaut maka jumlah hasil tangkapan melaut yang diperoleh juga lebih besar sehingga akan berpengaruh pada pendapatan nelayan tanpa motor. Semakin besar jumlah tenaga kerja yang terdapat di dalam satu perahu maka jumlah hasil tangkapan perahu yang diperoleh juga lebih besar, sehingga akan mempengaruhi pendapatan nelayan tanpa motor (Sari, 2005) Bagi usaha perikanan komersial, keuntungan (profit) merupakan sasaran yang hendak dicapai nelayan. Karena tugas utama nelayan adalah menghasilkan ikan bermutu tinggi untuk dipasarkan. Untuk itu nelayan harus memperhitungkan permintaan pasar (Market Demand) secara lebih cermat. Nelayan perlu mempelajari informasi pasar antara lain mencakup tipe pasar dari bermacam macam produk yang dihasilkan, variasi harga musiman dan trend harga dari hasil perikanan. Disamping itu nelayan harus merencanakan penjualan yang efektif dan bisa menyesuaikan rencana produksi (usaha) dengan arah perubahan (trend) harga (Hanafiah, 1996) Kerangka Pemikiran Produksi hasil tangkapan nelayan laut tidak terlepas dari keadaan alam, yang berkaitan dengan musim penangkapan ikan terdiri dari tiga. Pertama musim puncak, dimana pada saat ini hasil tangkapan nelayan melimpah. Kedua musim

paceklik, dimana keadaan alam yang ditandai angin kencang (musim timuran dan baratan) pada saat ini hasil tangkapan nelayan sedikit bahkan tidak sedikit nelayan yang tidak mendapatkan hasil, bahkan ada beberapa nelayan yang sama sekali tidak pergi melaut. Ketiga musim sedang (biasa-biasa saja), dimana pada saat ini nelayan dalam mendapatkan hasilnya tidak terlalu melimpah. Trip penangkapan atau lama kegiatan dalam operasi penangkapan di laut antara alat yang satu dengan yang lain tidak sama seperti telah disebutkan yaitu tergantung besar kecilnya usaha penangkapan, selain itu keadaan alam dari setiap daerah yang berbeda pula. Biaya operasional penangkapan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya perahu, jauh dekatnya jelajah perahu menuju lokasi penangkapan ikan di laut (fishing ground), jumlah waktu yang dibutuhkan, biaya ransom dan biaya lainnya (biaya administrasi), sedangkan dalam perhitungan biaya yang dikeluarkan dalam usaha perikanan tangkap tidak terlepas dari perhitungan biaya tetap (fixed cost), biaya tidak tetap (variable cost). Besarnya biaya operasional (biaya tetap dan tidak tetap) antara perahu dengan alat tangkap yang satu dengan perahu alat tangkap lainnya tidak sama. Harga suatu komoditi yang diperjual belikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari komoditi tersebut. Dengan harga komoditi yang dimaksudkan harga yang disepakati penjual dan pembeli. Penentuan harga komoditi bergantung dari penawaran, permintaan dan bentuk pasar dimana penawaran dan permintaan

itu terjadi. Oleh karena itu secara serentak perlu dilakukan analisis terhadap permintaan dan penawaran akan suatu komoditi untuk menentukan harga komoditi tersebut. Kegiatan perikanan meliputi kegiatan penangkapan ikan, binatang air lainnya serta tumbuhan air yang hidup di perairan bebas, serta kegiatan budidaya ikan, binatang air lainnya serta tumbuhan air ditempat bebas atau di tempat tertentu. Dalam penangkapan ikan di perairan bebas dibutuhkan perahu yang digunakan untuk menuju lokasi penangkapan ( fishing ground ) serta mengangkut hasil-hasil tangkapan, serta alat tangkap yang beragam jenisnya. Penggunaan alat tangkap bergantung kepada jenis perahu tangkap yang digunakan. Ada juga alat tangkap yang di pasang secara permanen pada tubuh perahu Baik jenis Perahu tangkap maupun jenis alat tangkap akan berpengaruh terhadap besarnya biaya operasional yang digunakan untuk menangkap ikan, seperti bahan bakar, biaya perawatan, dan lainnya. Seperti pada jenis usaha lainnya, komponen biaya dalam usaha penangkapan ikan juga akan dikelompokan atas biaya tetap ( fixed cost ) dan biaya variabel ( variable cost ). Yang termasuk biaya tetap adalah biaya penyusutan, pemeliharaan perahu tangkap serta alat tangkap yang digunakan. Sedangkan yang termasuk biaya variabel antara lain, bahan bakar, es, persediaan makanan selama melaut.

Jenis Perahu serta jenis alat tangkap yang digunakan tidak hanya berpengaruh terhadap biaya, tetapi juga mempengaruhi perolehan hasil tangkap. Dengan semakin besarnya perahu tangkap maka akan semakin besar yang dapat dia angkut. Begitu juga dengan alat tangkap, semakin besar alat tangkap juga semakin memudahkan menangkap ikan.

GAMBAR 1. SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN NELAYAN USAHA PENANGKAPAN IKAN PERAHU TANPA MOTOR PERAHU BERMOTOR HASIL ( PRODUK) BIAYA OPERASIONAL ANALISIS DAN UJI PERBEDAAN HASIL ( PRODUK) BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN PENDAPATAN Keterangan : : Alur Penelitian

Hipotesis Penelitian 1. Ada perbedaan biaya operasional antara usaha penangkapan ikan dengan menggunakan perahu motor dan tanpa motor. 2. Ada perbedaan penerimaan dan pendapatan antara usaha penangkapan ikan dengan menggunakan perahu motor dan tanpa motor.