BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Psychological Well-Being menjelaskan istilah Psychological Well-Being sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

BAB I PENDAHULUAN. system saluran kemih. Selain itu fungsi ginjal adalah untuk menyaring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. serta dapat menjalar ke ke tempat yang jauh dari asalanya yang disebut metastasis.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia ini menganggap jaringan dalam tubuh sebagai benda

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

KELAHIRAN Kelahiran: - Suatu kerahasiaan hidup yang menimbulkan kekaguman dan perhatian periode memberikan harapan baik - Menjaga kontinuitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

3 KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, baik sehat secara fisik maupun sehat secara psikis, karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sehat, baik fisik-bio-psiko-sosio-spiritual. Karena dengan kondisi sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD BANYUMAS

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik sehat secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi pada kenyataannya selama rentang kehidupannya, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan kesehatan dan salah satunya berupa penyakit yang diderita. Jenis penyakit yang diderita beraneka ragam, ada yang tergolong penyakit ringan dimana dalam proses pengobatannya relatif mudah dan tidak terlalu menimbulkan tekanan psikologis pada penderita. Tetapi, ada juga yang tergolong penyakit berat yang dianggap sebagai penyakit yang berbahaya dan dapat menganggu kondisi emosional bagi penderitanya. Menurut hasil penelitian Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa dikenal sebagai Holmes and Rahe Social Readjustment Rating Scale yang mengukur stres dalam perubahan hidup, terbukti bahwa sakit merupakan kondisi yang menimbulkan tekanan secara psikologis dengan angka cukup tinggi yaitu 53 poin, berada pada peringkat ke-6 dari 43 kategori. Angka ini menunjukkan banyaknya perubahan kehidupan yang harus dilakukannya. Salah satu penyakit yang tergolong berat adalah penyakit gagal ginjal terminal (The Social Readjustment Rating Scale, 1967). 1

2 Ginjal memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh. Fungsi utama ginjal adalah membersihkan darah dan mengeluarkan kelebihan cairan tubuh. Jika kedua ginjal gagal menjalankan fungsinya (pada tahap akhir penyakit ginjal), sisa-sisa hasil metabolisme yang diproduksi oleh sel normal akan kembali masuk ke dalam darah (uremia) (Niken D. Cahyaningsih, S.Kep.Ns, 2008). Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009). Gagal ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) adalah proses kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu lebih dari 3 bulan. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berada pada usia dewasa, terutama pada kaum lanjut usia. Hemodialisis adalah suatu cara untuk memisahkan darah dari sampah metabolisme dan racun tubuh bila ginjal sudah tidak berfungsi, disini digunakan ginjal buatan yang berbentuk mesin hemodialis. Hemodialisis merupakan proses eliminasi sisa-sisa produk metabolisme (protein) dan koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrilit antara kompartemen darah dan dialisat melalui selaput membran semipermiabel yang berperan sebagai ginjal buatan. Proses pengobatan tersebut dapat membantu memperbaiki homeostatis tubuh, namun tidak untuk mengganti fungsi ginjal yang lainnya, sehingga untuk

3 mempertahankan hidupnya, pasien harus melakukan hemodialisis secara berkesinambungan dua sampai tiga kali seminggu sepanjang hidupnya (www.wikipedia.com). Penyakit gagal ginjal merupakan penyakit dengan resiko kematian yang cukup tinggi. Penyakit ini menyebabkan pasien mengalami permasalahanpermasalahan yang bersifat fisik, psikologis, dan sosial yang dirasakan sebagai kondisi yang menekan (www.wikipedia.com). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Steven D. Weisbord dkk, didapatkan bahwa penderita gagal ginjal pada umumnya memperlihatkan permasalahan fisik seperti merasa lelah, kulit dan mulut menjadi kering, gatal, tulang atau sendi terasa sakit. Selain itu, keluhan fisik lainnya berupa penurunan fungsi seksual, sembelit, sakit kepala, penurunan selera makan dan kesakitan pada otot (Clinical Journal of the American Society of Nephrology, 2009). Pada penelitian yang sama, ditemukan pula dampak psikologis yang pada umumnya dialami oleh penderita gagal ginjal berupa merasa khawatir, merasa sedih, mudah marah dan cemas. Selain itu, dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mira Suminar (Skripsi, 2001) ditemukan bahwa dampak psikologis yang biasanya dialami pasien gagal ginjal kronis ditunjukkan dari semenjak pertama kali pasien divonis mengalami gagal ginjal. Beberapa pasien mengalami frustrasi, putus asa, marah dan perasaan tidak percaya akan hasil diagnosa dokter, bahkan ada seorang pasien yang menjadi marah pada dokter dan mogok makan ketika dia diberitahu bahwa dia mengalami gagal ginjal dan harus menjalani hemodialisis.

4 Saat ini Rumah Sakit masih menjadi tempat rujukan bagi penderita gagal ginjal untuk menjalani hemodialisis. Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung (RSMB) merupakan salah satu Rumah Sakit yang menyediakan fasilitas bagi penderita gagal ginjal untuk menjalani hemodialisis. Terdapat 6 buah mesin hemodialisis yang bekerja selama 11 jam perhari dan 6 hari disetiap minggunya. Dengan visi nya yaitu Terwujudnya RS Islam modern yang memiliki kemampuan yang handal mampu bersaing dan terciptanya pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat dan konsumen, menjadikan RS Muhammadiyah memiliki program Islami untuk mendukung terwujudnya visi tersebut. Program Islami yang tersedia di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung adalah Lantunan Ayat Suci Al-Qur an dan Bimbingan Do a. Selama proses hemodialisis yang berlangsung selama 4 sampai 5 jam, pasien diperdengarkan lantunan-lantunan ayat suci Al-qur an yang diberikan melalui speaker yang ada di ruangan hemodialis dan untuk bimbingan do a dilakukan setiap hari jum at yang dipimpin oleh seorang ustadzah. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada perawat, perawat pun sering mengeluhkan pasien yang tidak bisa menjaga asupan makanan. Sebagian besar pasien yang datang untuk menjalani cuci darah, berat badannya akan naik lebih dari 2,5 kg. Hal tersebut sebenarnya merugikan pasien itu sendiri karena dengan terbatasnya waktu cuci darah maka kemungkinan besar pasien akan pulang dengan kondisi darah yang tidak bersih. Selain itu, terkadang pasien juga tidak datang pada jadwal cuci darah yang sudah ditentukan tanpa memberikan alasan.

5 Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, para pasien memang merasa kesulitan mengikuti anjuran dokter untuk tidak mengkonsumsi buah dan air putih dalam jumlah yang berlebihan. Mereka akan tetap mengkonsumsinya walaupun mereka tahu hal tersebut akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Ketika peneliti bertanya mengenai keadaan pasien saat ini, para pasien mengaku sudah dapat menerima keadaan diri mereka saat ini, namun mereka menyatakan bahwa masih ada rasa iri atas kesehatan yang dimiliki orang lain. Hal itu membuat mereka membatasi diri untuk bertemu dengan orang lain, salah satunya dengan mengurangi keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungan rumah. Salah seorang pasien pun mengaku tidak akrab dengan tetangga di sekitar rumahnya karena jarangnya ia keluar rumah. Ia beranggapan bahwa tetangganya memiliki pemikiran yang buruk mengenai dirinya. Selain itu, dampak terapi hemodialisis seperti kulit yang menghitam dan menjadi kering serta perut yang membuncit membuat mereka lebih merasa tidak percaya diri ketika bertemu dengan orang lain. Keharusan mencuci darah 2 kali dalam seminggu juga dirasakan menjadi suatu hal yang sangat memberatkan dari segi keuangan. Walaupun sudah mendapatkan bantuan dari tempat kerja atau rumah sakit, mereka tetap beranggapan mereka menjadi beban dan tidak dapat membahagiakan keluarga karena uang yang ada dihabiskan hanya untuk membiayai pengobatan mereka sendiri. Beberapa pasien menyatakan bahwa mereka masih merasakan takut ketika akan menjalani cuci darah bahkan tidak bisa tidur pada malam sebelum dilakukannya cuci darah.

6 Ketika peneliti bertanya mengenai apa yang ingin dicapai dalam hidup, mereka hanya berharap bisa terus menjalani proses hemodialisis. Mereka tahu bahwa belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit yang mereka derita selain itu melihat beberapa teman sesama pasien yang terlebih dahulu meninggalkan mereka, membuat mereka tidak mau berharap lebih. Para pasien pun mengaku merasa menyesal karena tidak menjaga kesehatannya sejak dulu. Mereka berharap bisa kembali ke masa lalu dan merubah semuanya agar mereka tidak pernah menderita sakit seperti ini. Mereka merasa sangat sedih jika harus mengingat kejadian-kejadian masa lalu yang menyebabkan mereka seperti saat ini. Fenomena tersebut dapat menggambarkan bahwa penyakit yang diderita, yaitu gagal ginjal terminal dapat membuat kesejahteraan psikologis (Psychological Well-Being) seseorang menjadi terganggu. Psychological Wellbeing merupakan suatu kondisi seseorang yang memiliki kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu (self-acceptance), pengembangan atau pertumbuhan diri (personal growth), keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan (purpose in life), memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others), kapasitas untuk mengatur kehidupan dan lingkungan secara efektif (environmental mastery), dan kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri (autonomy) (Ryff, 1989). Berdasarkan gambaran fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti Psychological Well-Being pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Bandung.

7 1.2 Identifikasi Masalah Setiap individu dalam hidupnya senantiasa menghadapi berbagai masalah yang tidak menyenangkan seperti yang dikatakan oleh Davis & Newstrom (1989), stress merupakan kondisi ketegangan yang terjadi pada emosi, fisik dan psikologis seseorang. Sesungguhnya stres merupakan reaksi individu dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Adanya stres dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi lingkungan. Stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan apakah stressor itu dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul. Menurut Sarafino (1994) sumber stress salah satunya berasal dari individu yaitu melalui adanya penyakit. Penyakit yang diderita individu menyebabkan tekanan biologis dan psikososial sehingga dapat menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat stres yang dialami individu terhadap penyakitnya dipengaruhi oleh faktor usia dan keparahan penyakit yang dialaminya. Kesehatan mental (Ryff, 1989) seringkali dikaitkan dengan tidak adanya gangguan psikologis daripada psikologis yang berfungsi secara positif. Oleh sebab itu, orang-orang lebih mengenal kesehatan mental dengan istilah tidak adanya penyakit daripada berada dalam kondisi Psychological Well-Being. Psychological Well-Being didefinisikan sebagai derajat seberapa jauh seseorang dapat berfungsi secara optimal.

8 Aristoteles (Ryff,1989) menyatakan bahwa pengertian bahagia bukanlah diperoleh dengan jalan mengejar kenikmatan dan menghindari rasa sakit, atau terpenuhinya segala kebutuhan individu melainkan melalui tindakan nyata dimana individu mengaktualisasikan potensi-potensinya. Hal inilah yang merupakan tugas dan tanggung jawab manusia sehinga merekalah yang menentukan apakah menjadi individu yang merasa bahagia, merasakan apakah hidupnya bermutu, berhasil atau gagal. Ryff (1995) berpendapat bahwa Psychological Well Being adalah suatu kondisi seseorang yang memiliki kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu (self-acceptance), pengembangan atau pertumbuhan diri (personal growth), keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan (purpose in life), memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others), kapasitas untuk mengatur kehidupan dan lingkungan secara efektif (environmental mastery), dan kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri (autonomy). Sugianto (2000) menambahkan bahwa Ryff merumuskan teori Psychological Well Being pada konsep kriteria kesehatan mental yang positif. Deskripsi orang yang memiliki Psychological Well Being yang baik adalah orang yang mampu merealisasikan potensi dirinya secara kontinu, maupun menerima diri apa adanya, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial, memiliki arti dalam hidup, serta mampu mengontrol lingkungan eksternal.

9 Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Psychological Well Being adalah suatu kondisi di mana seseorang melakukan penilaian terhadap hidupnya sehari-hari yang meliputi reaksi emosional terhadap suatu peristiwa dan evaluasi sadar yang dilaporkan baik pada saat suatu peristiwa terjadi atau secara global setelah waktu yang lama. Menurut Ryff (1989) ada enam dimensi dari Psychological Well Being, yaitu (a) self-acceptance, (b) positive relationship with others, (c) autonomy, (d) environmental mastery, (e) purpose in life, dan (f) personal growth. Untuk memperjelas penelitian, permasalahan di atas dapat dijabarkan ke dalam perumusan masalah dengan bentuk pertanyaan sebagai berikut, Bagaimana gambaran psychological well-being pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai Psychological Well-Being pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Bandung. 1.4 Kegunaan penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Sebagai sarana untuk memperdalam pengetahuan mengenai Psychological Well-Being pada pasien penderita gagal ginjal terminal juga

10 dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya, pada topik yag serupa. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1.4.2.1 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisis agar dapat meningkatkan Psychological Well-Being sehingga pasien dapat bertahan dan tetap optimis dengan keadaannya. 1.4.2.2 Memberikan informasi kepada pihak rumah sakit sebagai acuan untuk diadakannya program konseling Psychological Well-Being kepada pasien.