BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Deterjen yang pertama dibuat adalah garam natrium dari lauril hidrogen sulfat. Saat ini : kebanyakan deterjen adalah garam dari asam sulfonat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

PERTEMUAN IV DAN V VISKOSITAS

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface).

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II PERCOBAAN II PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DENGAN VISKOMETER OSTWALD

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGA. Nur Moh Ahadi

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

A. Sifat Fisik Kimia Produk

PENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

yang lain.. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan

γ adalah tegangan permukaan satuannya adalah N/m

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

II. TINJAUAN PUSTAKA A. DETERJEN CAIR

STUDI KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN PARAMETER VISKOSITAS DAN INDEKS BIAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang telah digunakan beberapa kali.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

Pengaruh Penambahan Pelarut Organik Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

FLUIDA STATIS 15B08001 ALFIAH INDRIASTUTI

Kelarutan & Gejala Distribusi

Partikel Materi. Bab. Peta Konsep. Gambar 8.1 Molekul senyawa. Atom. bermuatan listrik. jenisnya Ion. bergabung menjadi. Molekul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

SURFACE TENSION ( Tegangan Permukaan )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN. I. Definisi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA. Tegangan Permukaan. Disusun oleh: Wawan Gunawan

Skala ph dan Penggunaan Indikator

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI

LAPORAN KIMIA FISIK KI-3141

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Air Secara Umum Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H 2 O.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

contoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

KIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

ION EXCHANGE DASAR TEORI

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI SENYAWA HIROKARBON DAN SENYAWA ORGANIK JENUH DAN TIDAK JENUH

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

SABUN MANDI. Disusun Oleh : Nosafarma Muda (M )

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

Peta Konsep. Kata Kunci. atom produk kimia ion molekul. 156 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Materi. Komposisi Berubah. Ukurannya Kecil/Diabaikan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Detergen sebagai Bahan Pencuci Setiap bahan pembersih kebanyakan dihubungkan dengan detergen sintetik, bahan ini berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Beberapa tahun yang lalu produksi dunia untuk detergen sintetik (sering disebut dengan syndent ) telah melebihi sabun dan gejala ini terus berlangsung. Keperluan akan detergen meningkat dengan adanya kelemahan pada sabun. Pertama, sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial. Masalah kedua ialah bahwa sabun biasa membentuk garam dengan ionion kalsium, magnesium, atau besi yang ada dalam air sadah (hard water). Garam-garam itu tidak larut dalam air, sehingga garam yang tak larut ini membuat warna cokelat pada pakaian. Masalah-masalah ini dapat dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya air dapat dilunakkan diperusahaan air minum atau di rumah-rumah, dengan cara mengurangi ionion kalsium. Cara lain untuk mengurangi masalah sabun ialah menciptakan detergen yang lebih efektif. Detergen sintetik ini harus mempunyai beberapa sifat, termasuk rantai hipofilik yang panjang dan ujung ionik polar. Juga ujung yang polar tidak membentuk garam yang mengendap dengan ion-ion dalam air sadah, sehingga tidak mempengaruhi keasaman air. Deterjen dalam kerjanya dipengaruhi beberapa hal, yang terpenting adalah jenis kotoran yang akan dihilangkan dan air yang digunakan. Deterjen, khususnya surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik untuk mengangkat kotoran, baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Salah satu ujung dari molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air, akibatnya bagian ini menetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih suka air, bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran dari kain dan mendispersikan kotoran.

Detergen pertama kali disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkil hidrogen sulfat. Alkohol berantai panjang di buat dengan cara penghidrogenan lemak dan minyak. Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hidrogen sulfat dan kemudian dinetralkan dengan basa. CH 3 (CH 2 ) 10 CH 2 OH + HOSO 2 OH CH 3 (CH 2 ) 10 CH 2 OSO 2 OH + H 2 O Laurel Alkohol Asam Sulfat Lauril Hidrogen Sulfat O CH 3 -(CH 2 ) 10 CH 2 O S O - Na + + H 2 O O Natrium Lauril Sulfat Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat, larutannya netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam larutannya, sehingga dapat di pakai dengan air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergen yang umum digunakan ialah alkil benzene sulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 10-14 direaksikan dengan benzene dan katalis Friedeft-Craft (AlCl 3 atau HF) akan membentuk ikatan alkil benzene. Sulfonasi dan penetralan dengan basa akan melengkapi proses ini. Rantai alkil sebaliknya tidak bercabang. Alkil benzene sulfonat yang bercabang bersifat tidak dapat diuraikan jasad renik (biodegradable). Detergen ini mengakibatkan masalah polusi berat pada tahin 1950-an berupa buih pada unit-unit penjernihan serta di sungai dan di danau-danau. Sejak tahun 1965 digunakan benzene sulfonat yang tak bercabang. Detergen jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan tidak berakumulasi di lingkungan kita. 1 1 Hart, Harold. 1998. Kimia Organik. Edisi ke Enam. Jakarta : Penerbit Erlangga.

2.2. Detergen Detergen berasal dari kata detergree yang merupakan bahasa latin yang berarti membersihkan. Detergen merupakan penyempurnaan dari produk sabun. Kelebihannya dibandingkan sabun adalah bisa mengatasi air sadah dan larutan asam, serta harganya lebih murah. Detergen sering disebut dengan istilah detergen sintetis yang mana detergen yang di buat berasal dari bahan-bahan sintetis. 2 Ketidak untungan sabun muncul bila digunakan dalam air sadah, yang mengandung kation logam-logam tertentu seperti Ca, Mg, Ba, Fe, dan Fe. Kation-kation tersebut menyebabkan garam-garam natrium atau kalium dari asam karboksilat yang semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larut. 3 Berdasarkan dapat tidaknya zat aktif terdegradasi, detergen terbagi atas dua bagian yaitu, detergen keras dan detergen lunak. a. Detergen Keras Detergen ini mengandung zat aktif yang sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan itu telah di pakai dan telah di buang. Hal ini diakibatkan adanya rantai cabang pada atom karbon, akibatnya zat tersebut masih aktif dan jenis inilah yang dapat menyebabkan pencemaran air, seperti Alkil Benzene Sulfonat (ABS). b. Detergen Lunak Detergen ini mengandung zat aktif yang relative mudah untuk di rusak mikroorganisme karena umumnya zat aktif ini memiliki rantai karbon yang tidak bercabang, sehingga setelah dipakai, zat aktif ini akan rusak, contohnya Linier Alkil Benzene Sulfonat (LAS). 4 2 Luis, S. 1994. Soap and Detergents ; A Theoretical and Practical Review. New York : AOCS Press. 3 Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik, (stereokimia, karbohidrat, lemak, dan protein). Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. 4 Schwartz, A.M. 1958. Surface Aktive Agents and Detergents. New York : Interscience Publisher, Inc.

Deterjen Cair Secara umum, deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk. Hal yang membedakan hanyalah bentuknya : bubuk dan cair. Produk ini banyak digunakan di laundry modern yang menggunakan mesin cuci kapasitas besar dengan teknologi yang canggih. 2.3.Komponen Penyusun Detergen. Komponen penyusun deterjen diantaranya adalah: 2.3.1. Surfaktan Detergen termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut dengan surfaktan (surface active agents), yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai hidrokarbon atau lebih) dan satu ujung hidrofobik. Porsi hidrokarbon dari suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif. 5 ekor hidrofobik Gambar 2.1. Lambang umum untuk suatu Surfaktan kepala hidrofilik Molekul-molekul dan ion-ion yang diadsorbsi pada antar muka dinamakan surface aktive agent atau surfaktan. Nama lainnya adalah amfifil, yang menunjukkan bahwa molekul atau ion tersebut mempunyai affinitas tertentu terhadap baik solven polar maupun non polar. Tergantung dari jumlah dan sifat dari gugus-gugus polar dan non polar yang ada padanya, amfifil dapat bersifat hidrofilik (suka air), lipofilik (suka minyak) atau bersifat seimbang diantara dua sifat yang ekstrim tersebut. 5 Ralp, J. Fessenden. 1982. Kimia Organik, Edisi ke empat, Jilid II, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sebagai contoh, alkohol-alkohol berantai lurus, amina-amina dan asam asam semuanya adalah amfifil yang sifatnya dapat berubah dari hidrofilik atau lipofilik jika jumlah atom-atom karbon dalam rantai alkilnya bertambah. Oleh karena itu, etil akohol dapat bercampur dengan air dalam semua perbandingan. Sebagai bandingan, kelarutan amil akohol dalam air sangat berkurang, sedang setil alkohol dapat dikatakan bersifat lipofilik dan tidak larut dalam air. 6 Rosen (1978) menggolongkan surfaktan dari segi struktur kimianya atau berdasarkan sifat gugus hidrofilik dan gugus hidrofobiknya. Surfaktan memiliki rantai atom karbon yang panjang yang merupakan bagian yang hidrofobik. Oleh karena adanya kedua bagian ini dalam suatu senyawa maka disebut dengan ampifilik. 7 a. Surfaktan anionik Surfaktan anionik merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada permukaannya mengandung muatan negatif. Contoh dari jenis surfaktan anionik adalah Linier Alkil Benzene Sulfonat (LAS), Alkohol Sulfat (AS), Alkohol Eter Sulfat (AES), Alpha Olefin Sulfonat (AOS). b. Surfaktan kationik Surfaktan ini merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada permukaannya mengandung muatan positif. Surfaktan ini terionisasi dalam air serta bagian aktif pada permukaannya adalah bagian kationnya. Contoh jenis surfaktan ini adalah ammonium kuarterner. c. Surfaktan nonionic Surfaktan yang tidak terionisasi di dalam air adalah surfaktan nonionik yaitu surfaktan dengan bagian aktif permukaanya tidak mengandung muatan apapun, contohnya: alkohol etoksilat, polioksietilen (R-OCH 2 CH). 8 6 Moechtar, Drs. Apt. 1989. Farmasi Fisika (bagian larutan dan sistem dispersi). Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press. 7 Myers, D. 2006. Surfactant Science and Technology. 3 rd edition. New Jersey : Jhon Wiley and Son, Inc. 8 Luis, S. 1994. Soap and Detergents ; A Theoretical and Practical Review. New York : AOCS Press.

d. Surfaktan ampoterik Surfaktan ini dapat bersifat sebagai non ionik, kationik, dan anionik di dalam larutan, jadi surfaktan ini mengandung muatan negatip maupun muatan positip pada bagian aktif pada permukaannya. Contohnya: Sulfobetain (RN + (CH 3 ) 2 CH 2 CH 2 SO - 3. 9 Surfaktan-surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan. Mereka melakukan ini dengan menaruh kepalakepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air. 2.3.2. Builder (Bahan Penguat) Builder adalah suatu bahan yang dapat menambah kerja dari bahan penurun tegangan permukaan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-mineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Dalam pembuatan detergen, builder sering ditambahkan dengan maksud menambah kekuatan daya cuci dan mencegah mengendapnya kembali kotoran-kotoran yang terdapat pada pakaian yang akan dicuci. Contohnya: Sodium Tri Poli Phosphat (STPP), Nitril Tri Acetat (NTA). 9 Myers, D. 2006. Surfactant Science and Technology. 3 rd edition. New Jersey : Jhon Wiley and Son, Inc.

2.3.3. Filler (Pengisi / Pengental) Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata-mata ditinjau dari aspek ekonomis. Namun selain digunakan sebagai pembantu proses, bahan pengisi ini juga berfungsi meningkatkan kekuatan ionik dalam larutan pencuci. Pada umumnya sebagai bahan pengisi digunakan Sodium Sulfat (Na 2 SO 4 ). 10 Natrium Sulfat Kira-kira 50% dari Natrium Sulfat yang dikonsumsi di Amerika Serikat digunakan untuk membuat pulp Kraft. Kerk Garam, sesudah direduksi menjadi Natriun Sulfida atau sesudah dihidrolisis menjadi kaustik, digunakan sebagai bahan penolong untuk mencernakan kapur pulp dalam melarutkan lignin. Kira-kira 30% masuk kedalam ramuan detegen rumah tangga dan sisanya digunakan untuk berbagai tujuan,antara lain pembuatan kaca, pakan ternak zat warna, tekstil, dan obat-obatan. Pembuatan Natrium Sulfat. Dari keseluruhan produksi natrium sulfat yang dihasilkan oleh tiga produsen, 46% berasal dari air garam alam. Sumber utama Natrium Sulfat yang berasal dari hasil sampingan akhir-akhir ini adalah dari pembuatan bahan kimia krom. Persama pembuatan Natrium Sulfat dari asam sulfat dan garam menurut proses Mannheim adalah sebagai berikut: NaCl + H 2 SO 4 NaHSO 4 + HCl NaHSO 4 + NaCl Na 2 SO 4 + HCl 10 Permono. Ajar. 2002. Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

Bila suhu didalam tanur sudah mencapai tingkat yang diperlukan, maka garam yang sudah digiling halus dan bahan baku lainnya pun diisikan. Tanur itu dijalankan secara kontinu, tumpak demi tumpak sampai kemudian dihentikan dan ditutup untuk pembersihan dan pemeliharaan berkala. Kebanyakan produk yang berasal dari proses Manhein digunakan untuk membuat bahan kimia laindipbrik yang sama di tempat tanur itu beroperasi. Cara lain untuk membuat Natrium Sulfat bermutu tinggi adalah dengan proses Hargreaves. Cara ini berasal dari Eropa 11. Prsamaan reaksinya adalah: 4NaCl + 2SO 2 + 2H 2 O + O 2 2 Na 2 SO 4 + 4HCl. 2.3.4. Additives ( Bahan Tambahan) Bahan tambahan (additives) digunakan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pemutih, pelembut, pewarna, dan lain sebagainya. Bahan ini tidak berhubungan langsung dengan daya cuci detergen, bahan ini ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. 2.3.5. Air Kualitas air yang digunakan adalah air yang dapat di minum yang berarti air yang bebas kandungan air dari bakteri berbahaya dan ketidakmurnian kimiawi. Air ini harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan. Kadar air menunjukkan banyaknya terdapat dalam suatu bahan, kadar air maksimum sebesar 15%. 12 11 George T. Austin. 1996. Industri Proses Kimia. Edisi ke-5. Jilid 1. Penerbit Erlangga : Jakarta. 12 Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik, (stereokimia, karbohidrat, lemak, dan protein). Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

2.4. Proses Koagulasi Koagulasi adalah peristiwa destabilisasi partikel-partikel koloid dalam larutan. Partikelpartikel tersebut membentuk lapisan secara kimia yang kemudian diikuti dengan proses flokulasi. Zat- zat kimia yang digunakan untuk mendestabilisasi partikel koloid disebut dengan koagulan. Pada dasarnya koagulasi disebabkan oleh ion-ion yang muatannya berlawanan dengan parikel koloid, dalam hal ion-ion koagulan yang bermuatan positip akan menetralisir muatan negatip partikel koloid yang menyebabkan dapat mengurangi gaya tolak-menolak antar partikel-partikel koloid sehingga terjadi pengendapan. Koagulan pada umumnya dikategorikan atas dua jenis yaitu koagulan organik (senyawa polielektrolit yang larut dalam air) dan koagulan anorganik (garam-garm dari logam valensi tiga dan valensi dua). Karakteristik dari kation multivalensi adalah mempunyai kemampuan menarik koagulan kemuatan partikel koloid. Beberapa metode yang digunakan untuk menggambarkan proses koagulasi seperti : penekanan lapisan rangkap listrik, netralisasi muatan, penjaringan partikel dalam endapan, dan pembentukan jembatan antar partikel. 2.5.Kegunaan Koloid pada Bahan pencuci Larutan pencuci atau detergen dapat digunakan untuk membersihkan kotoran pada pakaian. Fungsi dari zat ini adalah sebagai pengemulsi minyak dalam air. Sabun akan terionisasi dalam air menjadi Na + dan anion asam lemak. Baik ujung lemak yang bermuatan negatip bersifat polar sehingga larut dalam air dan ujung lainnya bersifat non polar dan cenderung larut dalam minyak. Hal ini menyebabkan kotoran yang berupa tetesan-tetesan minyak larut dalam air sehingga mudah lepas pada saat pembilasan. 13 13 Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta : Penerbit C.V. Andi Offset.

2.6.Viskositas Ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida adalah viskositas. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Cairan yang mengalir cepat seperti air, alkohol, dan bensin memiliki nilai viskositas yang kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor, dan madu mempunyai viskositas yang besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan. Viskositas ( kekentalan ) cairan akan menimbulkan gesekan antara bagian-bagian atau lapisan-lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau gesekan yang tejadi ditimbulkan oleh gaya kohesi dalam zat cair. Sedangkan viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang terjadi antara molekul-molekul gas. Di dalam Satuan Internasional (SI), satuan viskositas adalah Nsm -2 (kgm -1 s -1 ) atau Pa s (pascal sekon). Di dalam CGS satuan viskositas adalah dyne s cm -2 (gcm -2 s -1 ). Satuan ini disebut Poise di beri simbol P (1 poise = 0,1 Pa s). Ini merupakan penghargaan kepada ilmuan Prancis, Poisseuille yang menurunkan rumus penentuan viskositas dan metode untuk menentukan viskositas larutan. Satuan viskositas lain adalah centipoise (1/100 poise) dan milipoise (1/1000 poise). 14 Koefien viskositas adalah kekuatan dalam dyne yang menggunakan tekanan di antara dua lapisan sejajar, dapat juga dianggap sebagai gaya per satuan luas yang diperlukan untuk mengerakkan ataupun memindahkan satu lapisan cairan yang mempunyai kecepatan 1 cm detik -1 melewati garis sejajar yang lain yang berjarak 1 cm. Ketika suatu zat cair mengalir melalui suatu pipa, lapisan dari cairan dalam kontak dengan dinding pipa adalah tetap dimana cairan pada pusatnya mempunyai kecepatan yang tertinggi untuk mengalir. Konstanta, η adalah koefisien viskositas dalam unit cgs mempunyai dimensi gcm -1 det -1 dan unitnya adalah poise. Kuantitas lain adalah fluiditas, f = 1/ η dan viskositas kinematik (v) didefenisikan sebagai viskositas di bagi densitas (v = η/d). 15 14 Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta : Penerbit C.V. Andi Offset. 15 Findlay, Alexander. 1960. Practical physical Chemistry. Eight Edition. London : William Clowes and Sons Limited.

2.6.1. Viskosimeter Ostwald Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Viskositas dapat di ukur dengan mengukur laju alir yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik dalam cairan maupun gas. Pada viskosimeter Ostwald, yang di ukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalkan 10 cm 3, bergantung pada ukuran viskosimeter) di pipet ke dalam viskosimeter. Cairan kemudian di isap melalui labu pengukur dari viskosimeter sampai permukaan cairan lebih tinggi dari batas atas. Cairan kemudian dibiarkan turun. Ketika permuakaan cairan turun melewati batas atas, stop-watch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati batas bawah, stop-watch dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara atas dan bawah dapat ditentukan. 16 Pengukuran viskositas Ostwald dapat dihitung berdasarkan hukum Poisseuille berikut : η V t P l = viskositas larutan (poise) = total volume larutan (ml) = waktu yang dibutuhkan larutan dengan volume V untuk mengalir melalui viskosimeter (detik) = tekanan yang bekerja pada cairan = panjang pipa 16 Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Pengukuran viskositas yang tepat dengan cara di atas sulit di capai. Hal ini disebabkan harga r dan l sukar ditentukan secara tepat. Kesalahan pengukuran terutama r, sangat besar pengaruhnya karena harga ini dipangkatkan empat. Untuk menghindari kesalahan tersebut dalam prakteknya digunakan cairan pembanding. Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama, diperoleh hubungan : karena tekanan berbanding lurus dengan rapatan cairan (d), maka berlaku : η = viskositas larutan (poise) d = densitas larutan (g/cm 3 ) Jadi, bila η dan d cairan pembanding diketahui, maka dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk mengalir kedua cairan melalui alat yang sama dapat ditentukan η cairan yang sudah diketahui rapatannya. 17 2.6.2. Viskosimeter Hoppler Viskositas lain yang digunakan dalam mengukur viskositas adalah viskosimeter Hoppler. Pada viskosimeter ini yang diukur adalah waktu yang dutuhkan oleh sebuah bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya) dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimun. Kecepatan maksimum akan dicapai bila gaya gravitasi sama dengan frictional resistance medium. Besarnya frictional resistance untuk benda berbentuk bola dapat dihitung menggunakan hukum Stokes : 17 Sukardjo, Prof. Dr. Kimia Anorganik. Cetakan ke-2. Yogyakarta : Penerbit Rineka Cipta.

f = 6πηrv f = frictional resistance η = viskositas r = jari-jari bola v = kecepatan yaitu jarak yang ditempuh per satuan waktu. Pada keseimbangan, gaya ke bawah (m m 0 )g sama dengan frictional resistance sehingga, η = m = massa bola logam m 0 = massa cair yang dipindahkan oleh bola logam g = konstanta gravitasi Tabel 1. Viskositas Cairan berbagai suhu. (dalam satuan poise ) Cairan Suhu o C 0 10 20 30 40 50 Air Gliserin Anilin Bensin Etanol Minyak lobak 0,0179 105,9 0,102 1,0091 0,0177 25,3 0,013 34,4 0,065 0,0076 0,0147 3,85 0,0101 13,4 0,0044 0,0065 0,012 1,63 1,0080 6,29 0,0316 0,0056 0,0100 0,96 0,0065 2,89 0,0237 0,0050 0,0083-0,0055 1,41 0,0185 0,0044 0,007 - Poise (P) = 1 dyne det cm -2 0,1 N det m -2 (satuan SI). 18 18 Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

2.6.3. Faktor yang mempengaruhi viskositas a. Besar dan Bentuk Molekul Molekul-molekul yang mudah berasosiasi mempunyai viskositas yang besar, seperti air dan etanol. Zat ini membentuk asosiasi molekul dengan ikatan hidrogen. Makin besar berat molekul, makin besar pula viskositas. 19 b. Suhu Pada kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan naiknya suhu. Menurut teori lubang terdapat kekosongan dalam cairan dan molekul bergerak secara kontinyu ke dalam kekosongan ini, sehingga kekosongan akan bergerak keliling. Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi karena ada energi pengaktifan yang harus mempunyai suatu molekul agar dapat bergerak ke dalam kekosongan. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang lebih tinggi dan dengan demikian cairan lebih mudah mengalir. c. Tekanan Viskositas cairan naik dengan bertambahnya tekanan. Hal ini disebabkan jumlah lubang berkurang, sehingga bagi molekul lebih sukar untuk bergerak keliling satu terhadap yang lain. d. Konsentrasi Untuk suatu larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau kepekatan larutan. Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi, viskositasnya juga tinggi, sebaliknya larutan yang viskositasnya rendah, konsentrasinya juga rendah. 19 Sukardjo, Prof. Dr. Kimia Anorganik. Cetakan ke-2. Yogyakarta : Penerbit Rineka Cipta.