A. EVALUASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
A. STUDI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANDUNG

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL. Oleh Drs. Musjafak Assjari, M.Pd

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah... 10

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan kompetensi GPK dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan

BAB VIII PROSEDUR MENDIRIKAN SEKOLAH LUAR BIASA

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

BAB V PENUTUP. kurikulum di sekolah inklusi antara SMP Negeri 29 Surabaya dan SMP Negeri. 3 Krian Sidoarjo. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

MENUJU PENDIDIKAN INKLUSIF

PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut H.B

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 737 TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TENTANG KURIKULUM DAN PEMBELAJARANNYA DI SEKOLAH INKLUSI SD AL FIRDAUS SURAKARTA (STUDI KASUS)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TENTANG KURIKULUM DAN PEMBELAJARANNYA DI SEKOLAH INKLUSI SD AL FIRDAUS SURAKARTA (STUDI KASUS)

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pada bab ini penulis menyajikan uraian tentang hal-hal yang berkaitan. dengan proses, prinsip, prosedur dan pelaksanaan penelitian dalam rangka

Kata Kunci : Pendidikan Inklusi, Sekolah Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskritif

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan secara bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang layak sesuai kebutuhan dan potensinya.

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

IbM TERAPI PRAKTIS BAGI KELUARGA ANAK TUNARUNGU

PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PGSD KAMPUS INDUK BUMI SILIWANGI MELALUI KERJASAMA DENGAN SD INTERNASIONAL Oleh Dra.Tatat Hartati, M.Ed.

L. Sistem Jaminan Mutu 1. Pengelolaan Mutu Secara Internal pada Tingkat Program Studi 2. Hubungan dengan Penjaminan Mutu pada Tingkat Lembaga

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

Oleh: JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Perspektif Historis

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. itu secara total maupun sebagian (low vision). Tunanetra berhak untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan terdahulu berdasarkan fenomena-fenomena esensial di lapangan, maka

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang

PROPOSAL PENELITIAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA Judul : PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA MELALUI TRACER STUDY

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROPOSAL SEMINAR NASIONAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA JURUSAN PKK FPTK UPI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN

MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. provinsi, dan pemerintahan kabupaten/kota. Pemerintahan yang lebih luas

BAB I PENDAHULUAN. Konsep dasar pendidikan inklusif adalah pendidikan yang mengakomodasi

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan demikian research berarti mencari kembali 27. menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dikemukakan metodologi penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HAND OUT : MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN KODE MATA KULIAH : AP 408. PERTEMUAN : 3, 4 dan 5 : BUDGETING (PENGANGGARAN)

PANDUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA STIKES KARYA HUSADA SEMARANG

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan penelitian analisis-kualitatif yaitu penelitian yang temuantemuannya

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdul Majid (2011:78) menjelaskan sabda Rasulullah SAW.

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 27 B. TUJUAN 27 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 27 D. UNSUR YANG TERLIBAT 28 E. REFERENSI 28 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 28

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA

KERANGKA RANCANGAN BELAJAR BI-TANDUR-LS-MK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAGI SISWA DI KELAS INKLUSIF

PANDUAN KOMPETISI PENELITIAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PKM Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M)

Transkripsi:

A. EVALUASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANDUNG B. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengentaskan wajib belajar pendidikan dasar (Wajardikdas 9 tahun) pada tahun 2008/2009, khususnya untuk anak-anak berkebutuhan khusus, sedang dikembangkan model layanan pendidikan inklusif. Pemerintah propinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan sejak tahun 2003 sedang melakukan piloting penyelenggaraan model layanan pendidikan inklusif di 75 SD reguler di 25 kabupaten kota, dan kota Bandung sebagai senter ibu kota propinsi diujicobakan model layanan pendidikan inklusif ini di 3 (tiga) sekolah. Piloting model layanan pendidikan inklusif di kota Bandung yang sementara ini dilaksanakan, telah berjalan selama 3 (tiga) tahun, karena piloting di kota Bandung merupakan paling awal. Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun ini kegiatan piloting sudah menunjukkan suatu perjalanan panjang, sehingga dianggap cukup diadakan kegiatan evaluasi. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan melalui kepala sekolah dan guru disekolah yang dijadikan piloting, diperoleh informasi tentang berbagai permasalahan yang terjadi. Mereka kebingungan mengenai layanan yang bagaimana yang seharusnya diberikan kepada anak yang sangat bervariasi, kurangnya jalinan yang harmonis antara Dinas Pendidikan yang berfunggsi sebagai pembina dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, sehingga membuat sekolah menjadi kesulitan untuk mengembangkan pendidikannya, belum adanya kejelasan dalam sistim evaluasi sehingga bagaimana follow up nya apabila mereka menyelesaikan pendidikannya, dan permasalahan-permasalahan lainnya yang cukup merepotkan selama penyelenggaran pendidikan. Jurusan PLB FIP UPI sebagai pusat sumber pengkajian pengembangan pendidikan inklusif memiliki kewajiban dan tanggungjawab untuk membantu mitranya (Dinas Pendidikan dan sekolah-sekolah piloting) 1

dalam mendukung kelancaran proyek piloting tersebut. Maka melalui studi evaluasi diharapkan dapat ditemukan bagaimana penyelenggaraan piloting pendidikan inklusif yang terjadi secara obyektif di lapangan. Penyelenggara piloting model layanan pendidikan inklusif di kota Bandung merupakan sekolah-sekolah mitra bagi jurusan PLB UPI, selain itu keberadaan anak bervariasi jika dibandingkan dengan sekolah yang ada di luar kota Bandung. Berdasarkan dari fenomaena fenomena yang telah diuraikan maka dipandang perlu untuk diadakan studi tentang evaluasi terhadap penyelenggaraan piloting model layanan pendidikan inklusif, khususnya di kota Bandung yang merupakan senter dari pemerintahan propinsi Jawa Barat. C. Perumusan Masalah Wajib belajar pendidikan dasar (Wajardikdas) 9 tahun merupakan isue nasional yang harus menjadi tanggung jawab semua komponen bangsa, terlebih Departemen Pendidikan Nasional dan pemerintah daerah. Pemerintah dalam mengejawantahkan program ini sedang melakukan berbagai upaya, baik melalui program peningkatan akses (daya tampung), peningkatan mutu, maupun melalui program peningkatan penyelenggaraan program wajar tersebut pada pendidikan dasar 9 tahun, termasuk pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus.. Model penyelenggaraan pendidikan inklusif merupakan gagasan cerdas sebagai salah satu alternatif dalam upaya program peningkatan akses (daya tampung) dalam pengentasan wajardikdas 9 tahun untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Pemerintah propinsi Jawa Barat melalui Subdin PLB Dinas Pendidikan dalam mengejawantahkan program peningkatan akses untuk anak berkebutuhan khusus telah dilaksanakan melalui penyelenggaraan model pendidikan inklusif. Sebelum program ini digulirkan, pemerintah daerah propinsi Jawa Barat terlebih dahulu melakukan piloting ujicoba 2

penyelenggaraan pendidikan inklusif di 25 kabupaten kota, termasuk di kota Bandung. Piloting penyelenggaraan model pendidikan inklusif di propinsi Jawa Barat, termasuk di kota Bandung telah berlangsung selama tiga tahun, dan dalam kurun waktu tersebut belum ada lembaga independen termasuk perguruan tinggi yang melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan program tersebut. Berkenaan dengan program piloting tersebut, jurusan PLB FIP UPI sebagai lembaga pengkajian pengembangan pendidikan inklusif dan sekaligus sebagai mitra Dinas Pendidikan dan sekolah penyelenggara piloting ujicoba memiliki kepentingan untuk melakukan studi evaluasi mengenai pelaksanaan penyelenggaraan program piloting tersebut sehingga dari hasil studi evaluasi tersebut dapat dijadikan masukan dalam pengembangan model pendidikan inklusi, dan diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi sekolah mitra dan pemerintah dalam hal ini Dinas pendidikan dalam melaksanakan dan menggulirkan program ini dalam skala yang lebih luas. Berdasarkan kepentingan itulah jurusan PLB FIP UPI ingin mendalami secara seksama bagaimana hal ihwal pelaksanaan penyelenggaraan piloting ujicoba pendidikan inklusif di kota Bandung, dengan fokus studi evaluasi terhadap: 1. Bagaimana kesiapan sekolah penyelenggara program piloting ujicoba pendidikan inklusif di kota Bandung? dalam hal ini: a. Bagaimana pemahaman personal penyelenggara piloting (kepala sekolah, guru, staf TU, orangtua, komite sekolah) terhadap subyek didik atau anak berkebutuhan khusus (ABK)? b. Bagaimana pemahaman personal penyelenggara piloting (kepala sekolah, guru, staf TU, orangtua, komite sekolah) terhadap konsep pendidikan inklusif? 2. Bagaimana aktualisasi penyelenggaraan program piloting pendidikan inklusif di sekolah di kota Bandung? dalam hal ini: 3

a. Bagaimana model layanan dan setting kelas yang dikembangkan guru dalam layanan pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus yang belajar di tengah-tengah komunitas anak pada umumnya? b. Bagaimana guru memahami setiap potensi siswa yang berkebutuhan khusus yang masih memiliki kemungkinan untuk dikembangkan di tengah-tengah anak pada umumnya yang biasa dilayani dalam layanan klasikal? c. Bagaimana guru mengembangkan program pembelajaran yang diindividualisasikan dalam setting program pembelajaran layanan klasikal? d. Bagaimana guru mengembangkan sarana dan prasarana serta media pembelajaran yang dibutuhkan anak berkebutuhan khusus di tengahtengah pengembangan sarana dan prasarana serta media pembelajarn dalam layanan klasikal? e. Bagaimana guru mengakomodasi perbedaan individual yang sangat mencolok dalam setting pemberian pelaksanaan layanan pembelajaran klasikal? f. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang ramah (pengelolaan kelas) untuk semua siswa dalam setting komunitas belajar anak pada umumnya? g. Bagaimana guru merancang dan melakukan serta mengembangkan evaluasi pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus di tengahtengah pelaksanaan evaluasi untuk anak pada umumnya? h. Bagaimana guru mengembangkan bimbingan individual untuk siswa berkebutuhan khusus? 3. Bagaimana faktor pendukung penyelenggaraan program piloting ujicoba pendidikan inklusif di sekolah-sekolah kota Bandung? dalam hal ini: a. Apa dan bagaimana kebijakan yang dikembangkan pemerintah, sekolah dan guru dalam mendukung kelancaran program piloting? b. Bagaimana jaringan kerja (networking) yang dikembangkan guru maupun sekolah dalam mendukung kelancaran program piloting? 4

c. Bagaimana pengembangan pembinaan kompetensi guru yang dilakukan sekolah ataupun pemerintah? D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan studi evaluasi ini adalah melakukan evaluasi yang komprehensif terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan piloting pendidikan inklusif di kota Bandung. Hasil studi evaluasi ini sebagai informasi/data dalam mengembangkan model pendidikan inklusif di jurusan PLB FIP UPI, juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan pendidikan inklusif dalam rangka peningkatan akses (daya tampung) dan akselerasi program wajardikdas untuk anak berkebutuhan khusus di kota Bandung. Tujuan tersebut antara lain: 1. Mendapatkan gambaran kondisi personal pelaksana piloting pendidikan inklusif (kepala sekolah, guru, staff tata usaha, petugas kebersihan, orangtua, komite sekolah) di setiap sekolah yang dijadikan piloting dalam pemahaman subyek didik (anak berkebutuhan khusus) 2. Mendapatkan gambaran tentang pemahaman kepala sekolah, guru kelas, itenerant, staff TU, orangtua, komite sekolah dan personal sekolah lainnya terhadap rambu-rambu atau petunjuk pelaksanaan pendidikan inklusif 3. Mendapatkan gambaran tentang pemahaman personal penyelenggara piloting (kepala sekolah, guru kelas, itenerant, staff TU, orangtua, komite sekolah dan personal sekolah lainnya) terhadap konsep pendidikan inklusif 4. Mendapatkan gambaran mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan pengadministrasian yang dikembangkan sekolah piloting (model asesmen, media, penciptaan lingkungan belajar (pengelolaan kelas), asesibilitas, evaluasi hasil belajar, sistem pelaporan (akuntabilitas publik), dan program bimbingan yang dikembangkan. 5

5. Mendapatkan gambaran mengenai kurikulum yang digunakan siswa berkebutuhan khusus (perencanaan (renpel), cara pendekatan, metodologi, adaptasi content, pengelolaan pembelajaran, sistem evaluasi yang digunakan, daya serap atau tingkat penguasaan kompetensi) 6. Mendapatkan gambaran mengenai daya dukung penyelenggaraan piloting (kebijakan-kebijakan sekolah maupun pemerintah, pengembangan jaringan kerja (networking), dan pembinaan kompetensi guru) Sedangkan manfaat hasil studi evaluasi terhadap piloting pelaksanaan pendidikan inklusif antara lain adalah: 1. Dapat dijadikan masukan untuk malakukan tidak lanjut penyelenggaraan pendidikan inklusif dalam rangka peningkatan akses untuk siswa berkebutuhan khusus dan akselerasi wajardikdas 9 tahun siswa berkebutuhan khusus 2. Dapat dijadikan masukan dalam mengembangkan model pendidikan inklusif dan pembuatan kebijakan-kebijakan yang berkait dengan penerapan pendidikan inklusif dalam sekala yang lebih luas 3. Dapat dijadikan masukan bagi para pelaksana pendidikan inklusif untuk meningkatkan peran dan fungsinya sebagai dasar dalam melaksanakan tugas profesionalitas yang produktif. E. Kajian Pustaka F. Metode dan Teknik Penelitian Metode yang digunakan dalam studi evaluasi ini deskriptif analitik. Teknik pengumpulan data: - Wawancara - Angket - Observasi - Dokumentasi penelitian 6

Teknik Analisis Data Analisis data sebagai proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (Moleong, L., 1980). Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan analitical induction, ini dikandung maksud bahwa setelah data terhimpun langsung akan dilakukan pengolahan dengan melakukan penafsiran dan menganalisis secara kritis, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan secara bertahap dan dilakukan pembahasan hingga mencapai tujuan yang diharapkan 7

G. Jadwal No Jenis kegiatan 1. Penyusunan proposal 2. Seminar proposal 3. Revisi proposal 4 Penyusunan Instrumen 5 Studi pendahuluan 6. Revisi instrumen 7. Pengumpulan data 8. Pengolahan data 9. Seminar hasil penelitian 10. Penyusunan hasil penelitian 11. Pelaporan Mrt April Mei Juni Juli Agts Spt Okt Nov Des 8

H. Personalia Ketua : Drs. Musjafak Asjari, M.Pd. Anggota : 1. Dra. Permanarian Somad, M.Pd. 2. Drs. Endang Rusyani, M.Pd. 9

I. Perkiraan Biaya 1 2. 3 Persiapan a. ATK b. Seminar c. Penyusunan Draf Instrumen d. Ujicoba Instrumen e. Revisi Instrumen Pelaksanaan a. Pengambilan data b. Verifikasi data c. Pengolahan data d. Penyusunan hasil Seminar Hasil Studi Kajian Penyusunan hasil Pelaporan. Honorarium dan Uang Saku a. Ketua 1 x (6 bln x 400.000) b. Anggota 2 x (6 bln x 350.000) 3. Lain-lain a. Transportasi ke Lapangan - Ketua 1 x 400.000 - Anggota 2 (300.000) b. Penyusunan dan Pelaporan c. Desiminasi Hasil JUMLAH KEBUTUHAN BIAYA Rp. 500.000.00 Rp 500.000,00 Rp. 250.000,00 Rp. 1.000.000,00 Rp 500.000,00 Rp. 750.000,00 Rp. 2.400.000,00 Rp. 4.200.000,00 Rp.13.100.000,00 Rp. 400.000,00 Rp. 600.000,00 Rp. 400.000,00 1.900.00,00 Rp.15.000.000 (Lima Belas Juta Rupiah 10