PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PERUBAHAN BENTUK USAHA (STUDI KASUS DI RESTORAN T)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

BAB IV PEMBAHASAN. Perbedaan Perlakuan Pajak Penghasilan pada Bentuk Usaha Orang Pribadi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan adalah: yang diperoleh dari bisnis restoran berbentuk franchise

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK : KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

Magdalena Judika Siringoringo. Oloan Simanjuntak

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ruang Lingkup Jasa Konstruksi

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

S-1081/PJ.313/2005 PENGENAAN TARIF ATAS JASA KONSTRUKSI (SE- 13/PJ.42/2002)

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1) TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK

2013, No

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

RENCANA PEMBELAJARANSEMESTER (RPS) MATA KULIAH P E R P A J A K A N II

Tanggal Terbit : 01 Februari 2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga?

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

CONTOH PENERAPAN DAN PENGHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kep DJP No.536/PJ.2/2000 memberikan kebebasan kepada Wajib

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

2013, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH: STUDI KASUS PT. IMS

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

ISSN Rudy. STIE Gentiaras Bandar Lampung

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BIAYA PEMAKAIAN TELEPON SELULER DAN KENDARAAN PERUSAHAAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 220/PJ.

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

KEBIJAKAN PERPAJAKAN TERHADAP YAYASAN/LEMBAGA PENYELENGGARA PENDIDIKAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

Y. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama

Transkripsi:

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PERUBAHAN BENTUK USAHA (STUDI KASUS DI RESTORAN T) Lili Mariana, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No. 9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480 Phone +62.21 534 5830 - +62.21 535 0660 Fax +62.21 530 0244 lili_bestfriend2@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan perlakuan PPh, besarnya PPh yang terutang pada bentuk usaha orang pribadi dan badan hukum, serta memberikan masukan kepada pemilik usaha. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian explanatory yang bersifat diskriptif kualitatif berbentuk strudi kasus. Studi kasus dilakukan pada Restoran T yang berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pencatatan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa memang terdapat perbedaan perlakuan PPh khususnya dalam penghitungan besarnya PPh yang terutang, selain itu dari hasil penghitungan menunjukan bentuk usaha orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan memiliki PPh yang terutang dalam jumlah yang lebih kecil dari bentuk usaha orang pribadi yang menyelenggarakan pencatatan dan bentuk usaha badan hukum. Hal ini dikarenakan besarnya PPh yang terutang pada bentuk usaha orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dipengaruhi oleh faktor besarnya PTKP dan besarnya penghasilan kena pajak. Dimana besarnya penghasilan kena pajak hanya dikenakan hingga lapisan ke dua dari tarif progresif pasal 17 ayat 1 huruf a. Kata Kunci: pencatatan, pembukuan, badan hukum Pendahuluan Setiap wajib pajak baik itu wajib pajak orang pribadi ataupun wajib pajak badan wajib membayar pajak. Namun, tidak setiap wajib pajak bersedia untuk membayar pajak. Hal tersebut menyebabkan setiap wajib pajak berusaha melakukan berbagai cara untuk memperkecil besarnya pajak yang terutang termasuk melakukan perubahan bentuk usaha. Berlandaskan itu, penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui apakah dengan melakukan perubahan bentuk usaha dapat memperkecil besarnya pajak penghasilan yang terutang dengan membahas perlakuan pajak atas perubahan bentuk usaha. Untuk mendukung penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada Restoran T. Dalam penelitian ini, terdapat 3 masalah yang akan dibahas, yaitu: 1. Bagaimana perlakuan pajak penghasilan pada bentuk usaha orang pribadi dan badan hukum? 2. Berapa jumlah PPh yang terutang pada bentuk usaha orang pribadi dan badan hukum 1

3. Bentuk usaha manakah yang memiliki PPh yang terutang dalam jumlah yang lebih kecil? Dari masalah yang akan dibahas tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk membandingkan perlakuan pajak penghasilan pada bentuk usaha orang pribadi dan badan hukum. 2. Untuk membandingkan besarnya pajak penghasilan yang terutang pada bentuk usaha orang pribadi dan badan hukum. 3. Untuk memberikan masukan pada pemilik usaha dalam membangun bisnis baru. Dan berikut adalah manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Dapat mengetahui perbedaan perlakuan pajak penghasilan pada bentuk usaha orang pribadi dan badan hukum. 2. Dapat mengetahui bentuk usaha orang pribadi atau badan hukum yang menghasilkan pajak penghasilan dalam jumlah lebih kecil. 3. Dapat membantu pemilik usaha untuk memperkecil pemenuhan kewajiban dibidang perpajakan, khususnya pajak penghasilan atas usahanya. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah explanatory yang bersifat diskriptif kualitatif berbentuk studi kasus. Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan: 1. Penelitian Literatur Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi teoritis yang berhubungan dengan topik bahasan. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan literatur-literatur, buku-buku dan sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dengan cara membaca, mengumpulkan, dan mencatat serta menganalisisnya. 2. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Inquires of the client Melakukan penelitian dengan mengumpulkan data mengenai latar belakang objek penelitian seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, produk-produk yang dihasilkan, dan bentuk usaha. b. Wawancara Melakukan pengumpulan data dengan wawancara antara penulis dengan pihak yang terkait, seperti wawancara dengan bagian Finance untuk mendapatkan informasi seputar perusahaan. c. Dokumentasi Melakukan penelitian atas dokumentasi dengan meneliti Laporan Laba Rugi Tahun 2011 dan dokumen lain yang mendukung proses penelitian. d. Analytical procedures Analytical procedures merupakan prosedur yang dilakukan dalam menganalisis data yang diperoleh. Dimana analisa dapat dilakukan dengan cara menganalisis data dengan metode analisis diskriptif kualitatif. Hasil dan Bahasan 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan a. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1 tahun kurang dari Rp 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dapat memilih untuk menyelenggarakan pencatatan ataupun pembukuan. Apabila wajib pajak orang pribadi memilih untuk menyelenggarakan pencatatan, maka penghasilan netonya dihitung dari peredaran bruto dikalikan dengan norma penghitungan penghasilan neto. Besarnya norma penghitungan penghasilan neto ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dengan mempertimbangkan jenis kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan lokasi atas kegiatan usaha atau pekerjaan bebas tersebut dilaksanakan. Untuk kasus di Restoran T ini, besarnya norma penghitungan penghasilan neto adalah sebesar 25%. Sedangkan wajib pajak orang pribadi yang memilih untuk menyelenggarakan pembukuan, maka penghasilan neto dapat diperoleh dari peredaran bruto dikurangkan dengan biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan ini diatur dalam UU PPh nomor 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1). Penghasilan neto baik dari penghitungan wajib pajak orang pribadi yang menyelenggarakan pencatatan maupun 2

pembukuan, kemudian dikurangkan dengan PTKP dan hasilnya dikalikan dengan tarif progresif yang ada di Undang-Undang PPh nomor 36 tahun 2008 pasal 17 ayat (1) bagian (a). Hasil dari perhitungan tersebut merupakan besarnya PPh yang terutang. Berikut cara penghitungan untuk orang pribadi yang menyelenggarakan pencatatan: (x) Norma penghitungan penghasilan neto (=) Penghasilan neto (-) PTKP (x) Tarif pasal 17 ayat 1 huruf a (=) PPh yang terutang Berikut cara penghitungan untuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan: (-) Biaya yang diakui (-) Kompensasi kerugian tahun sebelumnya (bila ada) (=) Penghasilan neto (-) PTKP (x) Tarif pasal 17 ayat 1 huruf a (=) PPh yang terutang b. Untuk bentuk usaha badan hukum, besanya penghasilan kena pajak dapat diperoleh dari peredaran bruto dikurangkan dengan biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Kemudian penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif untuk badan, yaitu sebesar 25% dan hasilnya merupakan PPh yang terutang. Berdasarkan UU PPh nomor 36 Tahun 2008 pasal 31E ayat (1), apabila peredaran bruto kurang dari Rp 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), maka seluruh penghasilan kena pajak mendapatkan fasilitas pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif 25%. Apabila peredaran bruto antara Rp 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) hingga Rp 50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah), maka hanya sebagian penghasilan kena pajak yang mendapatkan fasilitas pengurangan tarif. Dan apabila peredaran bruto lebih dari Rp 50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah), maka tidak mendapatkan fasilitas pengurangan tarif. Berikut cara penghitungan untuk badan hukum yang tidak memperoleh fasilitas pengurangan tarif : (-) Biaya-biaya yang diakui (-) Kompensasi kerugian tahun sebelumnya (bila ada) (x) Tarif pasal 17 ayat (2a) (=) PPh yang terutang (-) Kredit pajak (=) PPh Kurang Bayar (Lebih Bayar) Apabila memperoleh pengurangan tarif, maka: (-) Biaya-biaya yang diakui (-) Kompensasi kerugian tahun sebelumnya (bila ada) (x) Tarif pasal 17 ayat (2a) (x) Pengurangan tarif sebesar 50% (=) PPh yang terutang (-) Kredit pajak (=) PPh Kurang Bayar (Lebih Bayar) Apabila memperoleh pengurangan tarif, maka: (-) Biaya-biaya yang diakui (-) Kompensasi kerugian tahun sebelumnya (bila ada) 3

Penghasilan kena pajak Rp4.800.000.000 x penghasilan kena pajak dari bagian bruto yang = peredaran bruto memperoleh fasilitas Penghasilan kena pajak dari bagian bruto yang tidak memperoleh fasilitas penghasilan kena pajak = penghasilan kena pajak - dari bagian bruto yang memperoleh fasilitas PPh (50% x 28%) x penghasilan 28% x penghasilan kena Terutang = kena pajak dari bagian pajak dari bagian peredaran bruto yang + peredaran bruto yang memperoleh fasilitas tidak memperoleh fasilitas. 2. Penghitungan pajak penghasilan pada Restoran T a. Besarnya PPh yang terutang tahun 2011 pada Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pencatatan adalah Rp 71.672.250. PPh yang terutang ini diperoleh dari: Peredaran Bruto Rp 1.690.119.364 Norma Penghitungan Penghasilan Neto 25% x Penghasilan Neto Rp 422.529.841 PTKP (TK/0) Rp 15.840.000 Penghasilan Kena Pajak Rp 406.689.841 Penghasilan Kena Pajak (Pembulatan) Rp 406.689.000 PPh yang terutang: 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000 25% x Rp 156.689.000 = Rp 39.172.250 + Total PPh yang terutang Rp 71.672.250 b. Besarnya PPh yang terutang tahun 2011 pada Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan adalah Rp 37.189.000. PPh yang terutang ini diperoleh dari: Penghasilan Neto Rp 284.596.568 PTKP (TK/0) Rp 15.840.000 Penghasilan kena pajak Rp 268.756.568 Pembulatan Rp 268.756.000 PPh yang terutang: 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000 25% x (Rp 268.756.000 Rp 50.000.000 Rp 200.000.000) = Rp 4.689.000 + Total PPh yang terutang Rp 37.189.000 c. Besarnya PPh yang terutang tahun 2011 pada Restoran T berbentuk badan hukum adalah Rp 39.861.875. PPh yang terutang ini diperoleh dari 50% x 25% x Rp 318.895.000 = Rp 39.861.875. Restoran T mendapatkan fasilitas pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif 25% karena peredaran bruto selama tahun 2011 tidak melebihi Rp 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). 3. Analisa laporan laba rugi Restoran T a. Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan badan hukum dapat memperkecil besarnya PPh yang terutang dengan melakukan pemotongan atau pemungutan PPh 21 atas imbalan sehubungan dengan jasa konsultasi pengembangan Restoran T sebesar Rp 2.795.125. Besarnya pemotongan atau pemungutan PPh 21 atas imbalan sehubungan dengan jasa dapat dihitung dari Rp 111.805.000 x 50% x 5% = Rp 2.795.125. 4

b. Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan badan hukum dapat memperkecil besarnya PPh yang terutang dengan melakukan pemotongan atau pemungutan PPh 21 atas gaji, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai/karyawan. Pemotongan PPh 21 yang terutang pada karyawan sebesar Rp 1.270.456 untuk bentuk usaha orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan sebesar Rp 2.473.456 untuk bentuk usaha badan hukum. Pemotongan PPh 21 yang terutang pada karyawan sebesar Rp 1.270.456 untuk bentuk usaha orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dapat diperoleh dari: Nama Status Ph. Bruto B. Jabatan Ph. Neto PTKP PKP PPh 21 Abdullah * TK/0 Rp 19,045,000 Rp 952,250 Rp 18,092,750 Rp 15,840,000 Rp 2,252,000 Rp 135,120 Samsul * TK/0 Rp 13,479,667 Rp 673,983 Rp 12,805,684 Rp 11,880,000 Rp 925,000 Rp 55,500 Ainy * TK/0 Rp 19,200,000 Rp 960,000 Rp 18,240,000 Rp 15,840,000 Rp 2,400,000 Rp 144,000 Pungki TK/0 Rp 17,500,000 Rp 875,000 Rp 16,625,000 Rp 9,240,000 Rp 7,385,000 Rp 369,250 Yanto TK/0 Rp 13,500,000 Rp 675,000 Rp 12,825,000 Rp 11,880,000 Rp 945,000 Rp 47,250 Vera TK/0 Rp 14,250,000 Rp 712,500 Rp 13,537,500 Rp 6,600,000 Rp 6,937,000 Rp 346,850 Alloy TK//2 Rp 5,250,000 Rp 262,500 Rp 4,987,500 Rp 1,540,000 Rp 3,447,000 Rp 172,375 Total Rp 102,224,667 Rp 1,270,345 Pemotongan PPh 21 yang terutang pada karyawan sebesar Rp 2.473.456 untuk bentuk usaha badan hukum dapat diperoleh dari: Nama Status Ph. Bruto B. Jabatan Ph. Neto PTKP PKP PPh 21 Abdullah * TK/0 Rp 19,045,000 Rp 952,250 Rp 18,092,750 Rp 15,840,000 Rp 2,252,000 Rp 135,120 Samsul * TK/0 Rp 13,479,667 Rp 673,983 Rp 12,805,684 Rp 11,880,000 Rp 925,000 Rp 55,500 Indra TK/0 Rp 42,000,000 Rp 2,100,000 Rp 39,900,000 Rp 15,840,000 Rp 24,060,000 Rp 1,203,000 Ainy * TK/0 Rp 19,200,000 Rp 960,000 Rp 18,240,000 Rp 15,840,000 Rp 2,400,000 Rp 144,000 Pungki TK/0 Rp 17,500,000 Rp 875,000 Rp 16,625,000 Rp 9,240,000 Rp 7,385,000 Rp 369,250 Yanto TK/0 Rp 13,500,000 Rp 675,000 Rp 12,825,000 Rp 11,880,000 Rp 945,000 Rp 47,250 Vera TK/0 Rp 14,250,000 Rp 712,500 Rp 13,537,500 Rp 6,600,000 Rp 6,937,000 Rp 346,850 Alloy TK/2 Rp 5,250,000 Rp 262,500 Rp 4,987,500 Rp 1,540,000 Rp 3,447,000 Rp 172,375 Total Rp 144,224,667 Rp 2,473,320 Keterangan: *) Tidak memiliki NPWP sehingga tarif penghitungan PPh 21 20% lebih tinggi daripada yang memiliki NPWP. c. Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan badan hukum dapat memperkecil besarnya PPh yang terutang dengan mengakui biaya penyusutan harta berwujud. Baik itu dengan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp 6.834.333 ataupun dengan metode garis lurus sebesar Rp 3.417.167. 5

Besarnya biaya penyusutan yang dapat diakui sebagai biaya berdasarkan metode saldo menurun diperoleh dari: Bulan Nama Barang Masa Manfaat Harga Penyusutan Februari mesin pompa air 4 tahun Rp 2,324,000 Rp 1,065,167 Maret kompor mawar 4 tahun Rp 500,000 Rp 208,333 Maret rombong sate 4 tahun Rp 1,596,000 Rp 665,000 April komputer utk adm 4 tahun Rp 1,800,000 Rp 675,000 Mei kamera cctv 4 tahun Rp 10,850,000 Rp 3,616,667 Agustus aircurtain 4 tahun Rp 2,500,000 Rp 520,833 Nov mesin serut es 4 tahun Rp 1,000,000 Rp 83,333 Total Rp 6,834,333 Besarnya biaya penyusutan yang dapat diakui sebagai biaya berdasarkan metode garis lurus diperoleh dari: Bulan Nama Barang Masa Manfaat Harga Penyusutan Februari mesin pompa air 4 tahun Rp 2,324,000 Rp 532,583 Maret kompor mawar 4 tahun Rp 500,000 Rp 104,167 Maret rombong sate 4 tahun Rp 1,596,000 Rp 332,500 April komputer utk adm 4 tahun Rp 1,800,000 Rp 337,500 Mei kamera cctv 4 tahun Rp10,850,000 Rp 1,808,333 Agustus aircurtain 4 tahun Rp 2,500,000 Rp 260,417 Nov mesin serut es 4 tahun Rp 1,000,000 Rp 41,667 Total Rp 3,417,167 d. Restoran T berbentuk badan hukum dapat memperkecil besarnya PPh yang terutang dengan melakukan pemotongan atau pemungutan PPh 23 atas jasa. Besarnya PPh 23 yang harus dipotong atau dipungut atas: 1. Jasa pembasmi hama = Rp 1.591.000 x 2% = Rp 31.820 2. Royalti = Rp 18.447.805 x 15% = Rp 2.767.171 3. Jasa service peralatan dipungut = Rp 14.259.963 x 2% = Rp 285.199 4. Penghitungan Pajak Penghasilan di Restoran T bila telah sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku a. Besarnya PPh yang terutang tahun 2011 pada Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan adalah Rp 3.207.400. PPh yang terutang ini diperoleh dari: Penghasilan Neto Rp 70.556.901 PTKP (TK/0) Rp 15.840.000 Penghasilan kena pajak Rp 54.716.901 Pembulatan Rp 54.716.000 PPh yang terutang: 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15% x (Rp 54.716.000 - Rp 50.000.000) = Rp 707.400 + Total PPh yang terutang Rp 3.207.400 b. Besarnya PPh yang terutang tahun 2011 pada Restoran T berbentuk badan hukum adalah Rp 3.570.750. PPh yang terutang ini diperoleh dari 50% x 25% x Rp 28.566.000 = Rp 3.570.750. 6

5. Analisa perbandingan Pajak Penghasilan yang terutang a. Besarnya PPh yang terutang pada Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pencatatan adalah sebesar Rp 71.672.250. Besarnya PPh yang terutang pada Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pencatatan ini dipengaruhi oleh besarnya peredaran bruto dan status wajib pajak orang pribadi (PTKP). b. Untuk yang berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan, besarnya PPh yang terutang adalah sebesar Rp 41. 801.000. Besarnya PPh yang terutang pada Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan ini dipengaruhi oleh besarnya peredaran bruto, besarnya biayabiaya yang dapat dikurangkan dan status wajib pajak orang pribadi (PTKP). c. Besarnya PPh yang terutang dalam bentuk badan hukum adalah Rp 39.861.875. Besarnya PPh yang terutang pada Restoran T berbentuk bada Simpulan dan Saran Simpulan Yang menjadi subjek pajak penghasilan dapat berupa orang pribadi dan badan. Kedua subjek pajak tersebut memiliki perlakuan pajak penghasilan yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada cara menghitung PPh yang terutang. Berdasarkan penghitungan diperoleh: 1. Besarnya PPh yang terutang tahun 2011 pada Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pencatatan adalah Rp 71.672.250. 2. Besarnya PPh yang terutang tahun 2011 pada Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan adalah Rp 37.189.000. 3. Besarnya PPh yang terutang tahun 2011 pada Restoran T berbentuk badan hukum adalah Rp 39.861.875. Besarnya PPh yang terutang pada Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan badan hukum tersebut dapat lebih diperkecil apabila: 1. Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan badan hukum melakukan pemotongan atau pemungutan PPh 21 atas imbalan sehubungan dengan jasa konsultasi pengembangan Restoran T sebesar Rp 2.795.125. 2. Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan badan melakukan pemotongan atau pemungutan PPh 21 atas gaji, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai/karyawan. Pemotongan PPh 21 yang terutang pada karyawan sebesar Rp 1.270.456 untuk bentuk usaha orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan sebesar Rp 2.473.456 untuk bentuk usaha badan hukum. 3. Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan badan hukum mengakui biaya penyusutan harta berwujud. Baik itu dengan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp 6.834.333 ataupun dengan metode garis lurus sebesar Rp 3.417.167. 4. Restoran T berbentuk badan hukum melakukan pemotongan atau pemungutan PPh 23 atas jasa. Besarnya PPh 23 yang dipungut atas jasa pembasmi hama dalah Rp 23.865, atas royalti sebesar Rp 2.767.171, dan atas jasa service peralatan sebesar Rp 855.598. Pemotongan PPh 23 ini dapat dijadikan kredit pajak (pengurang PPh yang terutang). Apabila Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan badan hukum melakukan pemotongan atau pemungutan (sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku), maka: 1. Besarnya PPh yang terutang tahun 2011 pada Restoran T berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan adalah Rp 3.207.400. 2. Besarnya PPh yang terutang tahun 2011 pada Restoran T berbentuk badan hukum adalah Rp 3.570.750. Dengan demikian, untuk kasus di Restoran T dimana peredaran bruto selama tahun 2011 tidak melebihi Rp 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), bentuk usaha yang memiliki PPh terutang dalam jumlah lebih kecil adalah berbentuk orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan. 7

Saran Diharapakan Restoran T memotong atau memungut PPh 21 atas gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai, PPh 21 atas imbalan sehubungan dengan jasa, dan mengakui biaya penyusutan atas harta berwujud serta memotong atau memungut PPh 23 sebagai wajib pajak badan. Dengan demikian, biaya-biaya yang tadinya tidak dapat diakui sebagai biaya menjadi dapat diakui sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan. Sehingga akan memperkecil besarnya PPh yang terutang. Referensi Admin.(2012).PPh atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan (Online).Diakses tanggal 22 Juni 2012 dari http://perpajakan.net/tag/pph-final-2/. Direktorat Jenderal Pajak.(2012).Belajar Pajak. Diakses tanggal 15 April 2012 dari http://www.pajak.go.id/ content/belajar-pajak. Indrawati, S.M.(2009). Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan nomor 96/PMK.03/2009 tentang Jenis- Jenis Harta yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan. Diakses tanggal 23 April 2012 dari http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2009/ 96~PMK.03~2009PerLamp.pdf.. Mardiasmo.(2009).Perpajakan.Yogyakarta: ANDI. Mas Ahmad.(2011).Pengertian Koreksi Fiskal. Diakses tanggal 20 April 2012 dari http://duniapajak.com/ artikel-pajak/2011/pengertian-koreksi-fiskal. Pajak Penghasilan Pasal 23.(n.d). Diakses tanggal 22 Juni 2012 dari http://www.pajak.net/info/pph23.htm. Priantara, D.(2012).Perpajakan Indonesia.Jakarta: Mitra Wacana Media. Republik Indonesia. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-536/PJ./2000 Tentang Norma Penghitungan Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Yang Dapat Menghitung Penghasilan Neto Dengan Menggunakan Norma Penghitungan. Republik Indonesia. Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan nomor 96/PMK.03/2009 Tentang Jenis-Jenis Harta yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan. Republik Indonesia. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ./2009 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi. Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005 berlaku mulai 1 Januari 2006 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Republik Indonesia. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-09/PJ.42/2002 Tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler Dan Kendaraan Perusahaan. Republik Indonesia. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-29/PJ.4/1995 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 633/KMK.04/1994 Tanggal 29 Desember 1994 (Seri PPh Umum Nomor 12). Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008. 8

Tansuria, B.I.(2011).Pajak Penghasilan Final.Yogyakarta: Graha Ilmu. Waluyo (2011).Perpajakan Indonesia.Jakarta: Salemba Empat. Riwayat Penulis Lili Mariana lahir di kota Bekasi pada 17 Maret 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada tahun 2012. 9