PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1

dokumen-dokumen yang mirip
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

PEMAHAMAN DAN KESIAPAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

Oleh: Dr. Marzuki Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

Transkripsi:

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1 Feby Inggriyani 2 PGSD Universitas Pasundan ABSTRAK Pembentukan karakter sangat diperlukan dalam melangsungkan kehidupan, berbangsa dan bernegara yang aman, adil dan sejahtera. Oleh karena itu, pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif untuk membangun generasi bangsa yang lebih baik. Institusi formal perguruan tinggi memiliki kewajiban untuk menumbuhkan karakter yang tangguh pada setiap mahasiswanya. Hal ini disebabkan karena tidak hanya mahasiswa cerdas yang diperlukan dalam dunia pekerjaan, namun diperlukannya mahasiswa pandai dan bermoral yang menjadi benteng dari berbagai tindakan tidak terpuji, wadah untuk pengembangan diri dan menjadi seseorang yang berkepribadian unggul. Kata Kunci : Pendidikan karakter, karakter 1 Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April 2016. 2 Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui: inggriyani.feby@yahoo.com 271

PENDAHULUAN Pendidikan karakter belakangan ini mulai terdengar kembali. Hal ini disebabkan karena adanya keresahan mengenai pergeseran nilai-nilai budi pekerti di kalangan masyarakat, khususnya para pelajar sebagai asset bangsa dan intelektual muda calon pemimpin masa depan. Kecenderungan ini muncul setelah masyarakat mencermati berbagai peristiwa beruntun yang menggambarkan perilaku anak, remaja, orang dewasa mulai dari rakyat biasa, aparatur negara, bahkan elit politik yang dianggap telah menciderai nilai nilai luhur. Dengan adanya hal tersebut semakin menguatkan kesadaran untuk pentingnya mengimplementasikan pendidikan karakter dalam dunia pendidikan. Tujuan pendidikan karakter adalah menciptakan generasi muda yang berkarakter unggul sehingga menjadi warga negara yang lebih baik. Pendidikan karakter yang tertuang dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung. Pendidikan karakter sudah menjadi kewajiban yang harus diberikan pada peserta didik dalam segala satuan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam membangun karakter bangsa khususnya pelajar. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mencanangkan pendidikan karakter mulai dari jenjang SD sampai perguruan tinggi. Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2010 pasal 84 ayat 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi memiliki tujuan membentuk insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berkepribadian luhur, sehat, berilmu dan cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan berjiwa wirausaha serta toleran, peka sosial dan lingkungan, demokratis dan bertanggung jawab. Dengan demikian, sangat jelas bahwa pemerintah Indonesia memberikan dukungan pada pendidikan karakter. Pendidikan Tinggi harus berkomitmen dalam mencetak lulusan yang berkarakter dan berintegritas agar mampu berkiprah dan bersaing dalam dunia global. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan bimbingan kemahasiswaan yaitu bimbingan seluruh kegiatan mahasiswa sebagai peserta didik selama dalam proses pendidikan. Pendidikan karakter di kampus mengarah pada pembentukan individu mahasiswa yang memiliki integritas moral. Semua itu harus didukung budaya dan kebijakan dari kampus. Dalam hal ini kampus menentukan prioritas nilai yang ingin dikembangkan dengan seluruh sivitas akademika, termasuk dosen 272

dan karyawan harus memahaminya sebagai hal penting untuk diperjuangkan secara bersama sama. Selain itu, kemampuan berpikir kritis mahasiswa harus dikembangkan agar mampu memahami nilai-nilai secara objektif. Agar tujuan pendidikan karakter dapat tercapai, dibutuhkan adanya pembelajaran, pembiasaan dan keteladanan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu dibutuhkan metode pembelajaran pendidikan karakter yang partisipatif, actual, realistic dan continue. PEMBAHASAN A. Pendidikan Karakter Pada Manusia Menurut kamus bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang belajar (peserta didik) di perguruan tinggi (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008 : 895). Mahasiswa yang ada di Indonesia merupakan calon pemimpin bangsa dimasa depan dan dapat dijadikan partner untuk bersama-sama membantu pemerintah dalam membangun Negara menjadi lebih baik. Hal tersebut dikarenakan bahwa mahasiswa adalah sosok yang cakap dengan pendidikan tinggi serta pola pikir yang memadai, sehingga dapat diajak turut serta dalam usaha memajukan kehidupan masyarakat dan berharap mahasiswa dapat melakukan perubahan di masyarakat. Namun, perilaku mahasiswa tidak semuanya positif ada juga yang memiliki sikap negatif karena kurangnya pendidikan karakter yang ada pada dirinya. Oleh karena itu, mahasiswa perlu pendidikan karakter untuk membentuk insan yang baik dan berkarater. Karakter merupakan nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini melalui tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Aqib (2012 : 3) menjelaskan, untuk membangun watak manusia kita perlu mengikuti jejak perilaku Rasulullah Muhammad sebagai panutan umat. Beliau memiliki karakter yang harus diteladani. Karakter tersebut adalah sidiq yang artinya benar atau jujur, amanah artinya dapat dipercaya, tabliqh artinya menyampaikan kebenaran dan fathanah atinya cerdas. Dengan demikian sebagai manusia kita harus memiliki sikap sidiq, amanah, tabliq dan fathanah sesuai dengan anjuran Rasulullah. Kemendiknas (2011, 6) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan demikian, mahasiwa dapat berperilaku sesuai dengan norma-norma dan mampu memfilter gagasan dari luar sehingga mampu memilih mana yang baik dan buruk serta mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi Pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2011 : 2) adalah (1) membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur dan mampu berkontribusi 273

terhadap pengembangan kehidupan umat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni. Oleh karena itu, pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan. Hal ini berdampak positif bagi bangsa Indonesia apabila seluruh warga masyarakat memiliki sikap karakter yang baik. Pusat Kurikulum Depdiknas (2010) menyatakan, dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu : (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/ Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial dan (18) Tanggung Jawab. Nilai-nilai ini merupakan nilai yang harus dimiliki oleh seluruh warga Negara Indonesia. Dengan adanya nilai-nilai ini, maka Negara Indonesia akan semakin baik lagi karena dapat membentuk karakter bangsa. Oleh karena itu, karakter harus ditanamkan dari mulai anak usia dini dalam keluarga dengan di dukung oleh sekolah dan lingkungannya, supaya kelak dewasa nantinya karakter tersebut akan menempel dalam dirinya yang akan menjadikan watak atau kepribadiannya. B. Penerapan Pendidikan Karakter Pada Mahasiswa Lickona (2012 ; 84) menjelaskan bahwa komponen karakter yang baik adalah 1) pengetahuan moral yaitu kesadaran moral, mengetahui pengetahuan nilai moral, memiliki perspektif, pemikiran moral, membuat keputusan dan memiliki pengetahuan, 2) Perasaan moral yaitu berhati nurani, percaya diri, empati, mencintai hal yang baik, kendali diri/ mengontrol diri dan kerendahan hati, serta 3) Tindakan moral yaitu kompetensi/berkemampuan, memiliki keinginan dan kebiasaan yang baik. Dengan demikian, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, melainkan menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga mahasiswa menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah serta mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan bisa melakukannya dalam kehidupan sehari-hari (psikomotor). Oleh karena itu, pendidikan karakter yang baik bukan saja melibatkan aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terusmenerus dipraktekkan dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan menjadi jati dirinya masing-masing. Soetanto (2012) menjabarkan, bahwa 274

penerapan pendidikan karakter di perguruan tinggi didasarkan pada lima pilar utama : 1) Tri Darma Perguruan Tinggi Pendidikan karakter bisa diintegrasikan ke dalam kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkarakter. 2) Budaya Perguruan Tinggi (kampus) / Budaya Organisasi Mahasiswa dituntut untuk dapat membiasakan diri dalam kehidupan keseharian di lingkungan perguruan tinggi 3) Kegiatan Kemahasiswaan Pendidikan karakter dapat diciptakan melalui integrasi ke dalam kegiatan kemahasiswaan, antara lain pramuka, olahraga, karya tulis, seni, workshop dan kegiatan lainnya yang melibatkan mahasiswa dalam sistem kepanitiaannya.. 4) Kegiatan Keseharian Pendidikan karakter dapat dimunculkan dengan penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di lingkungan keluarga, asrama dan masyarakat. Melalui pembiasaan positif yang sering dilakukan, maka lama kelamaan akan menjadi kebiasaan yang positif yang sering dilakukannya. 5) Budaya Akademik Nilai pendidikan karakter secara persfektif terbentuk dengan adanya totalitas budaya akademik. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik tersebut. Berdasarkan teori di muka, pendidikan karakter sebenarnya bisa diterapkan pada mahasiswa. Hal ini disebabkan karena setiap unit yang ada di perguruan tinggi mampu menampung pemberdayaan pendidikan karakter. Oleh karena itu semua pihak yang terlibat harus bekerja sama dalam rangka penerapan pendidikan karakter. Soetanto (2012) mengungkapkan bahwa ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam penerapan pendidikan karakter: 1) Melalui pembelajaran Strategi penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran bisa dilakukan melalui 2 cara, yaitu (a) dengan penguatan mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Alamiah Dasar, dan Ilmu Sosial Budaya Dasar, (b) dengan pengintegrasian pendidikan karakter kesetiap mata kuliah bidang keilmuan, teknologi, dan seni. Dalam pembelajaran, mahasiswa harus diberi peran aktif dalam pembelajaran. Peranperan tersebut antara lain sebagai partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dan lain sebagainya. 275

2) Melalui ekstrakulikuler Strategi ini dengan cara menerapkan proses pendidikan karakter melalui kegiatan yang melibatkan mahasiswa di dalamnya, yaitu (a) lembaga kemahasiswaan, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa, Keluarga Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa, dan Kelompok Belajar, (b) melalui unit kegiatan mahasiswa, seperti pramuka, Menwa, olahraga, pecinta alam dan lain sebagainya. Dengan demikain, kegatan kemahasiswaan akan menambah wawasan mahasiswa sehingga mendapatkan pengalaman yang berharga. 3) Melalui pengembangan budaya perguruan tinggi Budaya perguruan tinggi dibagi menjadi tiga unit, (a) budaya akademik. Melalui budaya akademik, penerapan pendidikan karakter bisa melalui pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya (b) budaya humanis. Hubungan harmonis sesama warga perguruan tinggi serta warga perguruan tinggi dengan masyarakat berdasarkan cinta kasih kepedulian, dan gotong royong diharapkan mampu mengembangkan pendidikan karakter, (c) budaya religious, pendidikan karakter dapat diterapkan melalui iman dan taqwa kepada Tuhan YME, menjalankan syariat agama, saling menghormati antar sesama pemeluk agama dan antara pemeluk agama lainnya. Dengan adanya strategi penerapan pendidikan karakter, maka akan mempermudah dalam menanamkan karakter kepada mahasiswa. Mahasiswa akan memiliki karakter yang positif yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya dengan dimulai dari penanaman nilai dan adanya pembiasaan yang sering dilakukan sehingga membentuk watak atau karakter dari mahasiswa tersebut. Suksesnya implementasi pendidikan karakter menurut Melinda dan Berkowitz (2005:1-7) adalah :1)budaya kampus dan praktek-praktek interpersonal menjamin bahwa mahasiswa diperlakukan dengan perhatian dan hormat, 2) Dosen, staf menjadi model karakter yang baik bagi mahasiswa, menghidupkan nilai-nilai dalam interaksi keseharian dengan mahasiswa, 3) memberikan kesempatan pada mahasiswa memiliki otonomi dan pengaruh dalam pengelolaan perguruan tinggi seperti memberikan wadah untuk menampung aspirasi mahasiswa, 4) memberikan kesempatan mahasiswa untuk reflesi, berdebat maupun berkolaborasi mencari pemecahan masalah isu-isu moral, 5) sharing visi dan sense of collectivity and responsibility, 6) social skill training, artinya kampus menyelenggarakan pelatihan bagi mahasiswa, 7) memberi kesempatan lebih pada mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan masyarakat. Dengan demikian, supaya implementasi pendidikan karakter terlaksana dengan baik harus memperhatikan aspek-aspek tersebut. Aspek ini memiliki kesatuan yang berpengaruh terhadap berlangsungnya penerapan pendidkan karakter. 276

PENUTUP Karakter menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku dengan nilai-nilai yang luhur. Pendidikan karakter di kampus adalah sebuah upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu mahasiswa dalam memahami nilai-nilai yang berkaitan dengan hubungan dirinya dengan Tuhannya ataupun dengan sesamanya serta sebagai proses penanaman nilainilai dan pembiasaan. Pendidikan karakter pada mahasiswa bertujuan agar mahasiswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menghadapi era globalisasi, karakter generasi muda harus lebih meningkatkan pembangunan budi pekerti dan sikap menghormati dengan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan dengan adanya pembelajaran, keteladanan, pembiasaan dan kegiatan pembinaan kemahasiswaan. Untuk membangun karakter, semua pihak harus saling berkontribusi, tidak hanya dosen sebagai pengampu mata kuliah, namun juga semua civitas akademika, orang tua, masyarakat dan mahasiswa yang bersangkutan. Pendidikan karakter akan menghasilkan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi menjadikan mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosi untuk meningkatkan kualitas perilaku cerdas ditengah masyarakat maupun dalam dunia kerja DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zaenal. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah Membangun Karakter dan Kepribadian Anak. Bandung : Yrama Widya. Kemendiknas. 2011. Panduan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Kebukuan Kemendiknas. Lickona, Thomas. 2012. Educating For Character. How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan tentang sikap Hormat dan Bertanggung Jawab, terjemahan Juma Abdu Wamaungo. Jakarta : Bumi Aksara. Melinda,CB and Berkowitz MW. 2005. What Work in Character Education?, Leadership For Students Activities, Vol. 34, No. 2. Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum Depdiknas. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas. Soetanto, Hendrawan. 2012. Pendidikan Karakter. Malang: Universitas. Brawijaya. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 277

278