RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu kota merupakan hasil dinamis berbagai unsur

2015 RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan jasa angkutan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

A. LATAR BELAKANG MASALAH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.

SISTRANS. Rahayu Sulistyorini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB III METODE PENELITIAN

RESPON MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT (BIJB) DI KECAMATAN KERTAJATI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

III. METODE PENELITIAN. sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan dengan sumber

BAB IV ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. relatif (Nursid Sumaatmadja, 1988:118). Lebih lanjut beliau mendefinisikan

BAB III METODE PENELITIAN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP LOKASI PASAR DI DESA TIBO KECAMATAN SINDUE TOMBUSABORA KABUPATEN DONGGALA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek

Teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis pengaruh jarak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin

PENGARUH AKTIVITAS PERDAGANGAN DAN JASA TERHADAP VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN HERTASNING KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

I. PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Fasilitas yang ada

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang

BAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut :

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. berakumulasinya kegiatan administratif, ekonomi, sosial, dan politik skala

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Dalam tinjauan pustaka ini akan di bahas mengenai faktor-faktor penyebab

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix

2015 KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. Pengertian Pusat Pertumbuhan Pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga dapat

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) adalah cara -cara yang digunakan oleh

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam tersebut tersebar di seluruh propinsi yang ada di

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

I. PENDAHULUAN. Geografi merupakan pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

Faktor yang Mempengaruhi Kriteria Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan

selatan Ringroad dan sebagian Sleman yang berada di sebelah utara Ringroad. Meskipun demikian, kondisi wilayah perkotaan yang berada di dalam jalan

BAB VI DATA DAN ANALISIS

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

1 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR Oleh : R. Yulistiani, E.Maryani *), B. Waluya * ) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Email : riri.ghan@gmail.com, enok.maryani@yahoo.com, bagjawaluya_a@yahoo.co.id ABSTRAK Relokasi Pasar Warungkondang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dapat memberikan dampak terhadap keberlangsungan pelayanan bagi pengunjung Pasar Warungkondang. Karena itu, diperlukan analisa kebijakan dilihat dari pelayanan pasar yang akan mempengaruhi respon pengunjung pasar. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pelayanan pasar dan melihat pengaruh pada respon pengunjung, dengan mengacu pada jarak, aksesibiltas, dan sarana prasarana. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel 98 orang yang terdiri atas pedagang dan pembeli. Analisis data yang digunakan dalam menganalisis lokasi menggunakan teori pusat dari Christaller, sedangkan untuk respon menggunakan skala likert. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasar tidak cukup strategis namun cukup ideal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun sulit dijangkau oleh angkutan kota, sehingga berpengaruh kepada minat belanja pengunjung dan pendapatan pedagang. Disisi lain, pengunjung merasa nyaman berbelanja di pasar, karena dilengkapi oleh fasilitas. Karena itu, diharapkan dengan adanya relokasi keberadaan angkutan kota akan mempermudah masyarakat untuk menjangkau pasar. Kata Kunci :Relokasi, Respon, Pasar Warungkondang *) Penulis Penanggung Jawab

2 Yulistiani, dkk Relokasi Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur PENDAHULUAN Perdagangan merupakan proses tukar-menukar barang dan jasa dari penjual kepada pembeli, hal ini menimbulkan interaksi diantara suatu tempat menuju daerah lainnya yang menghasilkan sebuah pergerakan, baik pergerakan barang, hingga mobilitas penduduk menuju pusat perdagangan, dan saat ini pusat perdagangan dan ekonomi masyarakat masih bertumpu di pasar. Betambahnya kebutuhan ruang yang semakin besar dengan perkembangan wilayah yang ada menjadikan penataan keberadaan pasar wajib dilakukan. Pasar Warungkondang merupakan salah satu pasar rakyat yang keberadaannya tidak sesuai dengan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) wilayah perkotaan Warungkondang, sehingga relokasi harus dilakukan dengan realisasi dikeluarkan SK No. 272 tahun 2011 mengenai relokasi Pasar Warungkondang. Pasar sebagai pusat ekonomi masyarakat harus bisa menjangkau kegiatan masyarakat sekitarnya. Hal ini menjadikan letak pasar dimungkinkan dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat di sekitarnya. Pasar harus ditempatkan pada lokasi yang strategis, agar aktivitas ekonomi masyarakat tetap stabil dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Lokasi yang tepat akan mempermudah kegiatan masyarakat, terutama aktivitas ekonomi, dikatakan oleh Sirojuzilam (2006, hal 22) bahwa lokasi adalah suat penjelasan yang dikaitkan dengan tata ruang dari suatu kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi atau sosial. Dijelaskan oleh Diana (2003), bahwa faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi perdagangan meliputi jumlah penduduk (daerah layanan) yang tergantung pada faktor fisik yang mempengaruhi daya tarik suatu fasilitas perdagangan, aksesibilitas (kemudahan pencapaian lokasi), keterkaitan spasial, jarak (adanya kecenderungan untuk berbelanja pada pusat yang dominan, namun jaraknya dekat), dan kelengkapan fasilitas perdagangan, dengan keadaan itu diperkirakan akan mempengaruhi terhadap minat masyarakat dalam berbelanja. Relokasi yang terjadi dapat berdampak positif maupun negatif, namun lokasi yang dapat dijangkau yang diperlukan oleh masyarakat, karena lokasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat akan menimbulkan intensifnya aktivitas dan interaksi masyarakat yang akan membawa pada terpenuhinya setiap kebutuhan masyarakat, dan lokasi yang didatangi oleh banyak masyarakat akan membawa

3 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 dampak baik bagi penjual yang berada di pasar tersebut. Pernyataan di atas memberikan asumsi bahwa lokasi strategis dan kelengkapan fasilitas merupakan hal yang penting dari perkembangan lokasi perdagangan, mengingat lokasi perdagangan sangat penting dan memberikan keuntungan bagi penjual dan pembeli yang berada di sekitar Pasar Warungkondang. Saat sebuah kebijakan pemerintah diambil dengan melakukan relokasi maka dibutuhkan suatu evaluasi dari kebijakan yang diambil, karena pasar merupakan bagian penting dari aktivitas ekonomi masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat dua rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana kondisi pelayanan Pasar Warungkondang dan bagaimana respon pengunjung mengenai relokasi Pasar Warungkondang. METODE Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan pada pengunjung pasar yang diantaranya adalah pedagang dan pembeli di Pasar Warungkondang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 98 orang menurut rumus Slovin. Teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi lapangan, menggunakan angket dan pengambilan dokumentasi. Setelah data didapatkan dari lapangan, data dianalisis dengan menggunakan analisis Christaller dengan meperhitungkan range dan threshold, sementara dalam penentuan kelayakan fasilitas pasar menggunakan Standar Pelayanan Minimal dinas Pekerjaan Umum tahun 2010, standar pasar sehat menurut KMK No. 519 tahun 2008. Sementara untuk perhitungan respon pengunjung menggunakan analisis skala likert dan analisis persentase dalam menentukan karakteristik pengunjung Pasar Warungkondang. HASIL DAN PEMBAHASAN Pasca relokasi dilaksanakan, komponen lokasi dan respon dihitung dengan mengacu pada kondisi jarak, akses, dan sarana prasarana yang menunjang kondisi Pasar. Perhitungan lokasi yang ideal menggunakan K-3 dari Chistaller, artinya sepertiga dari penduduk akan terpengaruh oleh keberadaan pasar, dengan adanya perhitungan jarak dan threshold dari penduduk Kecamatan Warungkondang. Rerata jarak yang ditempuh oleh masyarakat adalah 2,9 km, dengan mayoritas pembeli menyatakan setuju dengan adanya relokasi yang dilakukan artinya pembeli mampu untuk menjangkau pasar dengan jarak > 2,9 km, semntara itu untuk jumlah penduduk yang terpengaruh

4 Yulistiani, dkk Relokasi Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur oleh keberadaan pasar ditujukan pada tabel 1. Tabel 1 Jumlah penduduk terpengaruh K-3 No Nama Desa Threshold (orang) 1 Cieundeur 1170,33 2 Sukamulya 1476,33 3 Cikaroya 6544 4 Cisarandi 1817,67 5 Jambudipa 2726,33 6 Mekarwangi 1713,33 7 Tegalega 1451 8 Bunisari 2227,67 9 Bunikasih 1980,67 10 Sukawangi 1753,67 11 Ciwalen 3128,33 Mayoritas pedagang dengan penghasilan Rp.500.000 Rp. 1.600.000 dengan asumsi keuntungan dari setiap pembeli sebesar Rp.5.000, minimal dalam satu hari mendapatkan 3 11 pembeli dengan frekuensi mayoritas pembeli mendatangi pasar 10 kali dalam satu bulan, maka threshold Pasar Warungkondang 10.800 39.600 orang, maka dengan jumlah penduduk terpengaruh sebesar 25.889 maka keberadaan pasar cukup ideal bagi masyarakat Kecamatan Warungkondang. Tabel 2 menunjukan range dan threshold Pasar Warungkondang. Dilihat dari jarak dari setiap desa, Pasar Warungkondang berada pada jarak paling dekat 1 km (Desa Cikaroya) 7,2 km (Desa Tegalega) dengan waktu tempeh bervariasi dari 3 menit 35 menit menggunakan kendaraan, mayoritas pengunjung menempuh jarak lebih dari 3 km untuk mencapai lokasi Pasar Warungkondang, dengan waktu tempuh 5 15 menit. Tabel 2 Range dan Threshold Pasar Warungkondang No Nama Desa Range Threshold (km) (orang) 1 Cieundeur 2,8 1170,33 2 Sukamulya 5,7 1476,33 3 Cikaroya 1 6544 4 Cisarandi 2 1817,67 5 Jambudipa 6 2726,33 6 Mekarwangi 7,2 1713,33 7 Tegalega 4 1451 8 Bunisari 6,6 2227,67 9 Bunikasih 5 1980,67 10 Sukawangi 5 1753,67 11 Ciwalen 6 3128,33 Tarigan (2005, hal 105) beranggapan bahwa semakin jauh jarak yang ditempuh untuk mencapai sebuah lokasi, maka semakin rendah keinginan seseorang untuk bepergian, sebab itu semakin suatu lokasi berada di lokasi yang sentral dan berada di jarak yang sesuai dan sama dari setiap desanya akan semakin menarik seseorang untuk pergi ke Pasar Warungkondang. Secara lokasi, menurut teori Christaller, semakin suatu tempat terpusat ditengah, maka akan semakin baik, dalam kasus Pasar Warungkondang saat ini sebagai pusat pelayanan umum dikatakan tidak cukup strategis karena tidak berada

5 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 posisi sentral namun bagi penyediaan kebutuhan masyarakat Kecamatan Warungkondang, pasar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, Gambar 1 menunjukan lokasi Pasar Warungkondang beserta sebaran pengunjung pasar. Sementara dengan adanya relokasi, maka seseorang akan menempuh dengan jenis transportasi yang beragam dengan beragamnya biaya transportasi. Biaya menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam berbelanja, semakin kecil buaya transport yang dikeluarkan akan semakin diminati oleh masyarakat. Secara umum kondisi akses menuju Pasar Warungkondang tidak memadai, karena tidak seluruh kendaraan umum mampu mengakses lokasi pasar, dengan kondisi jalan dengan nilai IRI 7,37 jalan dapat dikatakan memiliki kualitas sedang, sepantasnya jalan tersebut dapat dilalui oleh jenis kendaraan seperti mobil, truk, dan sebagainya. Selain itu tingkat kemudahan menemukan transportasi dan frekuensi kendaraan yang berada di sekitar lokasi pasar tidak terlalu ramai. Terdapat pangkalan ojek di depan pasar, namun semakin siang kita akan semakin sulit untuk menemukan kendaraan di sekitar pasar, sehingga pengunjung akan menunggu hingga ojek datang kembali. Relokasi artinya seluruhnya akan berganti, tidak hanya lokasi, bangunan pasar menjadi baru, pasca kebakaran tahun 2010 yang menghancurkan fasilitas yang ada di pasar sebelumnya telah berubah menjadi bangunan yang baru, dengan fasilitas yang cukup memadai, pengunjung terutama pedagang merasakan kenyaman dan keamanan yang lebih pasca relokasi dari segi fasilitas, dan mereka menyambut baik dengan dilengkapinya fasilitas penunjang pasar yang dapat dikatakan sudah layak, dibuktikan dengan perhitungan menurut KMK No. 519 tahun 2008 dengan indikator area parkir, pengelolaan sampah, septic tank, pengelolaan limbah, sanitasi, dan tempat ibadah dengan persentase 66,67 %, artinya dikatakan layak, diselaraskan dengan respon pedagang mengenai fasilitas pasar dengan persentase 65,18 (kuat), sehingga fasilitas dapat dikatakan layak, namun ketiadaan hydran pemadam kebakaran menjadi nilai minus karena mereka takut kejadian tahun 2010 terulang kembali dengan tidak ada penanganan dini untuk peristiwa kebakan, seharusnya di sebuah lokasi sebesar Pasar Warungkondang memiliki lebih dari satu hydran. Permasalahan lokasi pasar sebelum relokasi seperti kepadatan di jalur provinsi yang menghubungkan Sukabumi dan Cianjur, dan permaslahan fasilitas pasar teratasi, namun dengan kondisi akses yang tidak memadai untuk menjangkau pasar seperti tidak tesedianya kendaraan umum seperti angkutan kota (angkot) menuju

6 Yulistiani, dkk Relokasi Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur Pasar Warungkondang mengurangi daya tarik masyarakat, dikhawatirkan kondisi pasar akan sepi pengunjung, sehingga banyak pedagang yang merugi dan memilih beralih, ini menjadi sebuah ancaman akan berkembangnya pedagang non kios yang membuka lapak dilokasi pasar sebelumnya sehingga menjadi pasar tumpah, karena sampai saat ini lokasi pasar yang lama masih belum digunakan oleh pemerintah daerah. Seluruh pengunjung pasar seperti pembeli dan pedagang tidak mempermasalahkan relokasi selama akses menuju lokasi mudah, namun hingga saat ini masih dirasa sulit untuk menjangkau pasar terutama angkutan kota tidak melewati pasar. Pengunjung pasar yang dimaksud terdiri atas pembeli dan pedagang. Respon menurut Azwar (1995, hal 20) terdapat tiga klasifikasi respon yaitu respon kognitif, respon afektik, dan respon konatif, sehingga respon dapat dilihat dari persepsi, sikap dan perilaku dari seseorang. Tabel 3 menunjukan tabel respon pedagang mengenai relokasi Pasar Warungkondang. Tabel 3 Respon Pedagang mengenai Relokasi No Indikator Persentase 1 Persepsi 45,67 2 Sikap 55,9 3 Perilaku 55,10 Persentase Respon 52,21 Persentase respon menunjukan kategori cukup, tiga indicator respon yang diantaranya adalah persepsi, sikap, dan respon, diperoleh respon pedagang terhadap relokasi sebesar 52,21% (cukup), respon ini menunjukan hal yang positif dan respon ini cukup sejalan dengan persepsi, sikap, dan perilaku yang dimiliki oleh pedagang, pedagang cenderung masih beradaptasi dengan kondisi pasar yang baru, sambil melihat kondisi kedepannya, akses dan jangkauan masyarakat dirasa menjadi hal yang penting untuk kemajuan pedagang di pasar, adapun ungkapan menolak relokasi, namun pedagang masih tetap berada di sana, karena tidak mempunyai rencana untuk saat ini. Selanjutnya respon pembeli ditujukan oleh tabel 4. Tabel 4 Respon Pembeli Mengenai Relokasi No Indikator Persentase 1 Persepsi 58,75 2 Sikap 64,63 3 Perilaku 63,88 Persentase Respon 62,42 Dari tiga indicator respon yang diantaranya adalah persepsi, sikap, dan respon, diperoleh respon pembeli terhadap relokasi sebesar 62,42% (kuat), respon ini menunjukan hal yang positif dan respon ini sejalan dengan persepsi, sikap, dan perilaku yang dimiliki oleh pembeli, pembeli tidak terlalu masalah dengan adanya relokasi,

7 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 namun agar lebih meningkatkan minat pembeli untuk berkunjung dibutuhkan kendaraan umum yang dapat menjangkau Pasar Warungkondang. Respon pedagang Pasar Warungkondang banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang dialami oleh pedagang pasar. Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menanamkan reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca indera, diungkap oleh Ahmadi (1992, hal 64) bahwa respon adalah gambaran ingatan dan penglihatan yang mana objek yang telah diamatu tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Pengamatan berarti proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui inderaindera seperti mata dan telinga. Respon akan terpengaruh oleh adanya suatu kondisi yang dilihat oleh seseorang, seseorang tersebut akan memberikan interpretasi mengenai kondisi yang terlihat. Motif, kepentingan, dan harapan akan suatu situasi akan memberikan pengaruh bkepada seseorang untuk memberikan respon baik respon positif ataupun negatif. Respon pedagang cenderung tidak memberikan respon yang baik dikarenakan situasi, kepentingan dan harapan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Pasca relokasi mereka menganggap pasar jadi tidak terlalu ramai dikunjungi oleh masyarakat, ini akan berpengaruh terhadap pendapatan mereka sebagai pedagang yang merupakan pekerjaan utama yang dimiliki, mereka bersyukur dengan adanya penataan kembali fasilitas pasar yang memberikan kenyamanan bagi pedagang untuk beraktivitas, namun tetap pendapatan mereka merupakan hal yang sangat penting bagi mereka, karena apabila pendapatan tidak sesuai harapan mereka, mereka merasa khawatir mereka akan bangkrut. Oleh karena itu persepsi, sikap, dan perilaku cenderung cukup artinya masih menunggu perkembangan kemajuan pasar. Disisi lain respon pembeli termasuk kategori kuat artinya mereka setuju dengan kondisi pasar ini, sebagai pembeli hal yang utama yang penting adalah kenyaman dan keamanan saat berbelanja, dan mereka saat ini merasa sudah nyaman dengan kondisi pasar saat ini, namun memang persepsi menunjukan masih ada yang beranggap pasar ini belum cukup layak untuk masyarakan Kecamatan Warungkondang karena sulit diakses oleh angkutan kota, dan akan menambah biaya transportasi yang dikeluarkan.

8 Yulistiani, dkk Relokasi Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur Gambar 1 Peta Sebaran Pengunjung Pasar Warungkondang Sumber : Peta BAPPEDA lembar Kecamatan Warungkondang tahun 2007 Skala 1:55000 KESIMPULAN Lokasi Pasar Warungkondang saat ini pasca relokasi berada pada posisi yang tidak strategis sebagai unit pelayanan utama, karena tidak berada posisi sentral diantara unit layanan kecil yang berada di sekitar masyarakat. Letaknya berada di ±600 meter dari lokasi sebelumnya yang berada di dekat jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Lokasi pasar saat ini jika dibandingkan dengan lokasi sebelumnya memang lebih strategis, namun saat ini sudah cukup strategis, lokasi cukup ideal dan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kecamatan Warungkondang. Jarak yang ditempuh oleh pembeli beragam, dan pembeli tidak keberatan untuk menempuh jarak lebih jauh dari sebelumnya untuk mencapai pasar, dengan catatan akses angkutan kota segera melewati pasar, dengan kemudahan tersebut akan menambah daya tarik masyarakat untuk menuju Pasar Warungkondang, terutama dengan adanya fasilitas yang nyaman bagi pembeli, karena fasilitas yang nyaman akan membawa kenyamanan dan keamanan bagi pembeli

9 Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April 2016 mauun pedagang. Hanya saja yang dikeluhkan oleh pedagang adalah tidak tersedianya hydran pemadam kebakaran di pasar tersebut, hydran merupakan komponen penting dalam bangunan terutama bangunan sebesar Pasar Warungkondang, mereka takut bahwa kejadian tahun 2010 akan terulang kembali. Dilihat dari aspek respon, respon masyarakat mengenai relokasi pasar beragam, respon terdiri atas respon pedagang dan pembeli, respon pembeli tergolong cukup, pedagang beranggapan bahwa relokasi ini akan membawa dampak negative bagi mereka, hingga saat ini kondisi pasar yang sepi berdampak pada pendapatan mereka, pedagang beanggapan bahwa pembeli lebih banyak berbelanja ke Pasar Induk Cianjur yang memiliki akses angkutan kota. Hingga saat ini mereka masih menunggu perkembangan Pasar Warungkondang, dan belum mengambil keputusan untuk pindah ataupun tidak, hanya saja mereka ingin Pasar Warungkondang terlewati oleh angkutan kota sehngga mempermudah bagi pembeli dan pedagang. Respon pembeli teradap relokasi, mereka menyambut baik dengan adanya relokasi, karena mereka merasakan lokasi saat ini sangat nyaman dan aman untuk dikunjungi, namun hampir sama dengan pedagang, mereka mengeluhkan akses angkutan kota, mereka tidak keberatan dengan jarak yang ditempuh lebih jauh 600 meter bila kemudahan akses menuju pasar didapat. Kenyamanan fasilitas dan akses yang mendukung akan menambah daya tarik bagi pembeli dan merupakan hal yang penting bagi kemajuan Pasar Warungkondang. DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Azwar Syarifudin.(1995) Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Riduwan. 2011. Pengukuran Variabelvariabel Penelitian. Bandung : Alfabeta Sumaatmadja, Nursyid. 1988. Studi Geografi Suatu pendekatan dan Analisa Geografi. Bandung: Alumni Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara Sumber Dokumen Keputusan Menteri Kesehatan No. 519 tahun 2008 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 mengenai Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Tim Penyusun Perda RDTR. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Warungkondang. Cianjur: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Cianjur

Sumber Internet Anonim. Bab 2 : Teori Respon. [online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/22529/3/Chapter%20II.pdf. (2 Februari 2015). Fathir. 2013. Cara Menghitung Skala Likert.[online].https://fathirphoto.wordp ress.com/2013/09/24/cara-menghitungskala-likert/ (15 Januari 2015) Hertanto, Henrik Boby. 2012. Penentuan Lokasi Pasar. [online]. http://geoenviron.blogspot.com/2012/10 /teori-lokasi-kegiatan-perdagangan.html (2 Februari 2015) 10 Yulistiani, dkk Relokasi Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur