ANALISIS KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR

dokumen-dokumen yang mirip
KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU MERANTI DAN ARANG KAYU GALAM

KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU BAKAU

Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

PEMBUATAN BRIKET DARI SEKAM PADI DENGAN KOMBINASI BATUBARA

ANALISA PROKSIMAT TERHADAP PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DURIAN DAN KULIT PISANG SEBAGAI BRIKET BIOARANG

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGARANGAN TERHADAP KUALITAS BRIKET ARANG DARI LIMBAH TEMPURUNG KELAPA SAWIT

PENELITIAN BERBAGAI JENIS KAYU LIMBAH PENGOLAHAN UNTUK PEMILIHAN BAHAN BAKU BRIKET ARANG

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

KUALITAS ARANG BRIKET BERDASARKAN PERSENTASE ARANG BATANG KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSIS JACQ) DAN ARANG KAYU LABAN (VITEX PUBESCENS VAHL)

PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG SAWIT DENGAN PERLAKUAN WAKTU PENGARANGAN DAN KONSENTRASI PEREKAT

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

ANALISIS PEGARUH KOMPOSISI TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOBATUBARA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN OLI BEKAS

UJI KEHALUSAN BAHAN DAN KONSENTRASI PEREKAT BRIKET BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU BRIKET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

VOLUME 12 NOMOR 32 EDISI SEPTEMBER 2011 TAHUN XII ISSN Media Publikasi Ilmiah Ilmuwan dan Praktisi Rimbawan DAFTAR ISI

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Menjadi Briket Arang Menggunakan Kanji Sebagai Perekat

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

PENGARUH PERBANDINGAN MASSA ECENG GONDOK DAN TEMPURUNG KELAPA SERTA KADAR PEREKAT TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG DAN LIMBAH TEH SEBAGAI BAHAN BRIKET

PENGARUH JUMLAH BAHAN PEREKAT TERHADAP KUALITAS BRIKET BIOARANG DARI TONGKOL JAGUNG

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN TEMPURUNG KELAPA DAN ECENG GONDOK SERTA VARIASI UKURAN PARTIKEL TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET SKRIPSI

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KOMPOSISI DAN UKURAN BAHAN

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

BAB III METODE PENELITIAN

Sifat Fisika - Kimia Briket Arang dari Limbah Serbuk Gergajian Acacia mangium Willd

PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJIAN BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN ENCENG GONDOK DAN TEMPURUNG KELAPA DENGAN PEREKAT TETES TEBU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. minyak bumi semakin menipis bisa dilihat dari produksi minyak bumi dari tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU

KARAKTERISTIK BRIKET ARANG DARI SLUDGE DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

PEMANFAATAN CANGKANG KELAPA SAWIT DAN LIMBAH KELAPA SAWIT (SLUDGE) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOBRIKET ARANG SKRIPSI

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN LIMBAH KULIT PISANG DAN SERBUK GERGAJI MENGGUNAKAN PEREKAT TETES TEBU

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

SIFAT FISIK DAN KIMIA WOOD PELLET DARI LIMBAH INDUSTRI PERKAYUAN SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

The effect of starch adhesive variation to the calory value of corncob briquettes

Dylla Chandra Wilasita Ragil Purwaningsih

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

BAB III METODE PENELITIAN A.

TINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN ECENG GONDOK DAN TEMPURUNG KELAPA SERTA VARIASI KADAR PEREKAT TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET SKRIPSI

PENGARUH PERBANDINGAN TEMPURUNG KELAPA DAN ECENG GONDOK SERTA VARIASI UKURAN PARTIKEL TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH CANGKANG KAKAO. The Making of Biobriquette from Cocoa Shell Waste ABSTRAK

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN LIMBAH KULIT PISANG DAN BONGGOL BAMBU MENGGUNAKAN PEREKAT TETES TEBU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Konsumsi BB yang meningkat. Biobriket. Pencarian BB alternatif. Yang ramah lingkungan. Jumlahnya Banyak

METODOLOGI PENELITIAN

Briket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells)

STUDI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PENYUSUN BRIKET DARI KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN. Santosa, Mislaini R., dan Swara Pratiwi Anugrah

PENENTUAN KADAR AIR HILANG DAN VOLATILE MATTER PADA BIO-BRIKET DARI CAMPURAN ARANG SEKAM PADI DAN BATOK KELAPA

PENGARUH VARIASI JUMLAH CAMPURAN PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

Yenni Ruslinda, Fitratul Husna, Arum Nabila

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 No. 1, Januari 2017 ISSN : Briket Arang Berbahan Campuran Ampas Daging Buah Kelapa dan Tongkol Jagung

PEMANFAATAN SEKAM PADI DAN LIMBAH TEH SEBAGAI BAHAN BRIKET ARANG DENGAN PEREKAT TETES TEBU

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

LAPORAN AKHIR. Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya

BRIKET KULIT BATANG SAGU (Metroxylon sagu) MENGGUNAKAN PEREKAT TAPIOKA DAN EKSTRAK DAUN KAPUK (Ceiba pentandra) Nurmalasari, Nur Afiah

TUGAS AKHIR PEMBUATAN BIOCOAL DARI CAMPURAN BATUBARA LIGNIT, SEKAM PADI, DAN TEMPURUNG KELAPA (PENGARUH TEMPERATUR KARBONISASI DAN UKURAN MATERIAL)

(Maryati Doloksaribu)

STUDI BANDING PENGGUNAAN PELARUT AIR DAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

Daun Jati Dan Daun Kakao Sebagai Sumber Energi Alternatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

Lampiran I Data Pengamatan. 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Oleh Emilia Usman

PEMANFAATAN CANGKANG BIJI KARET DAN (Havea brasiliensis) DAN CANGKANG KEMIRI (Aleurites moluccana) SEBAGAI BAHAN BAKU BIOBRIKET

LAMPIRAN I DATA ANALISIS. Tabel 7. Data Hasil Cangkang Biji Karet Setelah Dikarbonisasi

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT HASIL HIDROLISIS DARI KULIT SINGKONG MENJADI BIOBRIKET

Potensi Briket Arang Berbahan Sekam Sebagai Energi Alternatif

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

KUALITAS BIOPELET DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT DAN LIMBAH KAYU PENGGERGAJIAN

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BATOK KELAPA MUDA DAN BONGGOL BAMBU MENGGUNAKAN PEREKAT TETES TEBU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TEKNIK PEMBUATAN DAN SIFAT BRIKET ARANG DARI TEMPURUNG DAN KAYU TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Pengaruh Prosentase Campuran Briket Limbah Serbuk Kayu Gergajian Dan Limbah Daun Kayuputih Terhadap Nilai Kalor Dan Kecepatan Pembakaran

LAPORAN AKHIR PEMBUATAN BRIKET BERKARBONISASI DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN BAMBU BETUNG DAN BUAH BINTARO

VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN DAUN PISANG DAN TEMPURUNG KELAPA PADA PEMBUATAN BIOBRIKET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Transkripsi:

ANALISIS KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mangium Wild) DENGAN BATUBARA Oleh/By NOOR MIRAD SARI, ROSIDAH R. RADAM & RANIFA DWINA Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani KM 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan ABSTRACT Waste charcoal can be used for the manufacture of charcoal briquettes, charcoal is a kind of modification, size and density into a product that is more efficient in its use as fuel. The purpose of this study was to determine the quality of the raw material mix of wood charcoal, charcoal briquettes with coal Acacia Mangium. Differences composition of each treatment to produce the value of water content, ash content, volatile matter, carbon residue, density and calorific value are different. Carbon residue value generated 61.25% - 73.54% of all treated to meet standards of quality Japanesemade charcoal briquettes in the range of 60-80%. Value of volatile matter produced only treatment A1 (24.54%) and A2 (27.67%), only the Japanese standard in the range of 15-30%. Caloric value resulting from 6243.8778 to 7679.0393 is found to comply with briquettes made in Japan, Britain and America. The value of water content, ash content and density of all treatments there is a mixture of charcoal briquettes that do not meet good standards of Japan, Britain and America. Based on research, we recommend carrying out further research on the water content, ash, residual coal, density, content of volatile matter content and calorific power of adhesive material of others and different pressures on the percentage use of the same composition feedstock in the manufacture of coal briquettes in charcoal briquettes Keywords : charcoal briquettes, Acacia mangium Wild, coal Penulis untuk korespondensi: +628125169095 PENDAHULUAN Limbah arang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan briket arang, yaitu arang yang diubah bentuk, ukuran dan kerapatannya menjadi produk yang lebih efisien dalam penggunaannya sebagai bahan bakar. Di Indonesia produksi briket arang mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan karena cukup tersedianya bahan baku berupa limbah logging, limbah industri kayu dan kayu bakar di luar Jawa, sedangkan di Pulau Jawa banyak terdapat limbah hasil pertanian seperti sekam padi dan jerami (Sudrajat, 1982). Salah satu jenis kayu yang dapat dijadikan untuk bahan baku briket arang adalah kayu Akasia Daun Lebar (Acacia mangium Wild). Jenis kayu tersebut termasuk kelas kuat III dan kelas awet IV. Batubara adalah bahan galian yang berasal dari perut bumi yang kegunaannya bermacam-macam. Di Kalsel saat ini batubara digali atau dimanfaatkan dan dipasok ke pembangkit tenaga uap untuk industriindustri dan pembangkit yang menghasilkan tenaga listrik. Manfaat utama yang dapat diharapkan dari penggunaan batubara untuk pembangkit tenaga adalah nilai kalor. Sehubungan dengan uraian di atas, Penulis ingin mencoba meneliti dengan memanfaatkan kayu Akasia Daun Lebar (Acacia mangium Wild) yang dicampur dengan batubara untuk briket arang untuk mengetahui apakah campuran kedua bahan baku tersebut menghasilkan kualitas briket arang yang memenuhi standar atau tidak. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 71

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas briket arang campuran bahan baku arang kayu Akasia Daun Lebar dengan batubara. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada pemerintah dan masyarakat bahwa kayu Akasia Daun Lebar dengan campuran batubara dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan briket arang. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yakni dari bulan Juli sampai Oktober 2009 di Laboratorium Dinas Pertambangan dan Energi Banjarbaru. Peralatan yang digunakan adalah Bomb kalorimeter, ayakan 30 mesh, cetakan besi, kempa hidrolik, desikator, Crusher (lumpung besi dan penumbuknya), gelas ukur, oven tanur dna pengering, timbangan elektrik, cawan porselin, cawan nikel tertutup, kalkulator dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah serbuk arang dari kayu Akasia Daun Lebar dan serbuk Batubara serta tepung tapioka dan air. Prosedur penelitian diawali dengan pembuatan contoh uji yakni dengan menyediakan bahan baku berupa arang dari kayu Akasia dan batubara. Menghancurkan arang dengan Crusher sehingga menjadi serbuk arang. Serbuk arang tersebut kemudian disaring melalui saringan 30 mesh. Memanaskan air kemudian ditambah tepung tapioka sebanyak 10% dari berat serbuk arang yang dibuat contoh uji (30 gram), lalu diaduk supaya larutan semi solid. Mencampur serbuk arang dengan perekat, lalu memasukkan ke dalam cetakan sebanyak 10 gram dan dilakukan pengepresan dengan tekanan 100 kg/cm 2. Mengeringkan briket arang yang dihasilkan dengan menggunakan oven pengering pada suhu 100-120 0 C selama kurang lebih 4 jam. Setelah dikeringkan, briket arang tersebut diletakkan di udara terbuka selama 24 jam. Kemudian briket arang yang telah kering kemudian siap diuji. Pengujian yang dilakukan antara lain penetapan kadar air, kadar abu, zat terbang, karbon sisa, kerapatan dan nilai kalor yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor penelitian hanya satu faktor (komposisi campuran arang kayu Akasia Daun Lebar dan Batubara; 5 level) dengan ulangan sebanyak 5 kali, sehingga jumlah satuan percobaan adalah sebanyak 1 x 5 x 5 = 25 buah. Faktornya yakni : A 1 = Arang kayu Akasia Daun Lebar 100% + Arang Batubara 0% A 2 = Arang kayu Akasia Daun Lebar 75% + Arang Batubara 25% A 3 = Arang kayu Akasia Daun Lebar 50% + Arang Batubara 50% A 4 = Arang kayu Akasia Daun Lebar 25% + Arang Batubara 75% A 5 = Arang kayu Akasia Daun Lebar 0% + Arang Batubara 100% HASIL DAN PEMBAHASAN Rekapitulasi hasil analisis sifat briket arang dari campuran kayu Akasia Daun Lebar dan Batubara dapat dilihat pada Tabel 1 dan standar kualitas pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan kadar air jika pembuatan briket arang hanya dengan menggunakan komposisi campuran dari arang kayu Akasia Daun Lebar 100% (perlakuan A 1 ) dan campuran Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 72

dari arang kayu Akasia Daun Lebar 75% dengan batubara 25% (perlakuan A 2 ). Hal ini diduga karena perlakuan A 1 dan A 2 tersebut terdiri dari komposisi arang kayu yang memiliki ukuran partikel yang kecil-kecil sehingga mampu membentuk suatu ikatan yang solid dan memiliki kemampuan menyerap air yang rendah. Keadaan demikian diduga menyebabkan pada saat dilakukan pemberian tekanan (kempa), air dan udara serta partikel perekat yang tidak mampu lagi diserap partikel tadi terdesak keluar sehingga kadar airnya menjadi lebih rendah. Kombinasi penggunaan komposisi campuran briket arang dari kayu Akasia Daun Lebar 50% dan Batubara 50% (perlakuan A 3 ) ternyata akan mengakibatkan kadar air briket arang yang semakin meningkat. Hal ini diduga karena kombinasi kedua bahan tersebut menyebabkan adanya volume bahan yang lebih besar sehingga air yang terserap lebih banyak dan ronggarongga yang dibuat oleh serbuk arang ditutupi oleh perekat sehingga susah untuk merembes keluar, adanya air bebas dan terikat yang terdapat di dalam briket, faktor lingkungan juga mempengaruhi seperti suhu dan kelembaban dapat menyebabkan tinggi rendahnya kadar air briket. Perbedaan kadar air antara masing-masing perlakukan ini juga disebabkan oleh proses karbonisasi, yaitu jumlah udara, suhu dan lamanya karbonisasi yang cepat akan menyebabkan kadar air yang terdapat di dalam bahan baku masih tinggi sehingga akan mempengaruhi kualitas arang maupun briket arang yang dihasilkan. Kadar abu yang tertinggi terjadi pada perlakuan briket arang dari kayu Akasia Daun Lebar 75% dan Batubara 25% (perlakuan A 2 ) yakni 2,5915% dan terendah pada perlakuan briket arang dari kayu Akasia Daun Lebar 100% (perlakuan A 1 ) yakni 1,9229%. Pada perlakuan A 5 (briket arang dari Batubara 100%) menghasilkan kadar abu sebesar 2,4284%. Hal ini diduga karena kandungan mineral, jumlah dan jenis perekat yang terdapat dalam arang batubara mudah menguap pada saat proses pengarangan/pengabuan sehingga kadar abunya tinggi. Selain persenyawaan-persenyawaan organik, yang disebut bagian-bagian abu (mineral pembentuk abu yang tertinggal selain lignin dan selulosa habis terbakar). Kadar zat ini bervariasi antara 0,2 1% dari berat kayu. Kualitas briket arang dari seluruh komposisi campuran briket arang dari seluruh komposisi campuran briket arang pada penelitian ini menghasilkan rata-rata kadar abu yang tidak memenuhi persyaratan kualitas untuk standar briket impor. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan antara masing-masing perlakuan. Zat yang keluar dalam bentuk gas pada saat proses pembakaran briket. Kadar zat terbang tertinggi terjadi pada perlakuan briket arang dari Batubara 100% (perlakuan A 5 ) yakni 36,3220% dan terendah pada perlakuan briket arang dari kayu Akasia Daun Lebar 100% (perlakuan A 1 ) yakni 24,5374%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembuatan briket arang dari persentase Batubara yang lebih banyak dan kayu Akasia Daun Lebar yang lebih sedikit akan menghasilkan kadar zat terbang yang lebih tinggi (36,3220%) jika dibandingkan dengan pembuatan briket arang dari persentase kayu Akasia Daun Lebar yang lebih banyak (24,5374%). Sudrajat (1982), mengatakan bahwa briket arang yang baik untuk dijadikan bahan bakar harus memenuhi persyaratan umum yaitu mempunyai kadar zat terbang yang berkisar antara 15 30 %, sedangkan briket arang dari hasil penelitian ini memiliki kadar zat terbang berkisar antara 24,5374 36,3220 %. Jadi semua komposisi campuran atau kombinasi dari kayu Akasia Daun Lebar dan Batubara pada penelitian ini kurang baik dipakai untuk pembuatan briket arang. Karena nilai kadar zat terbang yang dihasilkan ternyata tidak memenuhi standar kualitas briket arang buatan Jepang, Inggris maupun Amerika (diluar batas standar). Pengaruh perbedaan komposisi campuran terhadap kualitas karbon Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 73

sisa briket arang. Semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan satu sama lain. Karbon sisa tertinggi terjadi pada perlakuan briket arang dari kayu Akasia Daun Lebar 100% (perlakuan A 1 ) yakni sebesar 73,5398% dan terendah pada perlakuan briket arang dari Batubara 100% (perlakuan A 5 ) yakni 61,2496%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembuatan briket arang dari persentase Batubara yang lebih banyak dan kayu Akasia Daun Lebar yang lebih sedikit akan menghasilkan karbon sisa yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pembuatan briket arang dari persentase kayu Akasia Daun Lebar yang lebih banyak. Dengan karbon sisa yang tinggi akan lebih lama terbakar dan menghasilkan nilai kalor yang tinggi (Suprianto, 2003). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada perlakuan A 1 memiliki nilai karbon sisa tinggi maka nilai kalornya tinggi pula, dan pada perlakuan A 5 memiliki nilai karbon sisa rendah maka nilai kalor yang dihasilkan pun rendah. Kualitas briket arang dari seluruh komposisi campuran briket arang pada penelitian ini menghasilkan rata-rata karbon sisa sudah memenuhi persyaratan kualitas untuk standar briket impor. Kerapatan yang terendah terjadi pada perlakuan briket arang dari Akasia Daun Lebar 100% (perlakuan A 1 ) yakni 0,6438 gr/cm 3 dan tertinggi pada perlakuan briket arang dari kayu Batubara (perlakuan A 5 ) yakni 0,8720 gr/cm 3. Kerapatan briket arang pada perlakuan A 4 (briket arang dari kayu Akasia Daun Lebar 25% dan batubara 75%) serta pada perlakuan A 3 (briket arang dari kayu Akasia Daun Lebar 50% - Batubara 50%) secara berturutturut adalah 0,8720 gr/cm 3 ; 0,7628 gr/cm 3 dan 0,7082 gr/cm 3. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akan terjadi peningkatan kerapatan jika pembuatan briket arang hanya dengan menggunakan komposisi campuran dari arang Batubara 100%. Sedangkan jika dilakukan penggabungan komposisi campuran pembuatan briket arang dari arang Akasia Daun Lebar akan menghasilkan penurunan kerapatan briket arang. Hal ini diduga karena adanya pengaruh tekanan dan ukuran serbuk serta pengaruh dari jenis perekat yang digunakan dalam pembuatan briket arang ini. Tekanan yang kurang akan menyebabkan rongga dalam briket arang akan semakin banyak dan rongga ini akan diisi oleh air atau udara. Akibatnya kadar air briket arang menjadi tinggi dan kerapatannya akan semakin kecil. Hal ini diperkuat pula oleh pernyataan dari Suprianto (2003), bahwa dengan tekanan yang besar akan menyebabkan masuknya perekat ke dalam pori-pori arang dan mengisi ruang-ruang kosong diantara serbuk arang sehingga akan menghasilkan kerapatan yang tinggi. Nilai kalor tertinggi terjadi pada perlakuan briket arang dari kayu Akasia Daun Lebar 100% (perlakuan A 1 ) yakni sebesar 7679,0393 kal/gr dan terendah pada perlakuan briket arang dari Batubara 100% (perlakuan A 5 ) yakni 6243,8778 kal/gr. Pada perlakuan A 5 (briket arang dari Batubara 100%) memiliki nilai kalor sebesar 6243,8778 kal/gr. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 74

Tabel 1. Hasil analisis sifat briket arang No. Sifat A 1 A 2 Perlakuan A 3 A 4 A 5 1 Kadar Air (%) 8,7746 13,9852 26,0586 22,9203 19,6905 2 Kadar Abu (%) 1,9229 2,5915 2,1934 2,3357 2,4284 3 Kadar Zat 24,5374 27,6669 30,8651 33,4897 36,3220 Terbang (%) 4 Karbon Sisa (%) 73,5398 69,7415 66,9145 64,1746 61,2496 5 Kerapatan (gr/cm 3 ) 0,6438 0,6721 0,7082 0,7628 0,8720 6 Nilai Kalor 7679,0393 7370,3045 7073,0097 6942,9486 6243,8778 (kal/gr) Tabel 2. Standar Penilaian Kualitas Briket Arang dari berbagai negara No. Sifat Standar Jepang Inggris USA 1 Kadar Air (%) 6-8 3-4 6 2 Kadar Abu (%) 3-6 8-10 18 3 Kadar Zat Terbang (%) 15-30 16 19 4 Karbon Sisa (%) 60-80 75 58 5 Kerapatan (gr/cm 3 ) 1-2 0,84 1 6 Nilai Kalor (kal/gr) 6000-7000 7300 6500 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perbedaan komposisi masingmasing perlakuan menghasilkan nilai kadar air, kadar abu, zat terbang, karbon sisa, kerapatan dan nilai kalor yang berbeda pula Nilai karbon sisa yang dihasilkan 61,2496 73,5398 ternyata semua perlakuan memenuhi standar kualitas briket arang buatan Jepang yang berkisar 60 80 %. Nilai zat terbang yang dihasilkan ternyata hanya perlakuan A 1 (24,5374) dan A 2 (27,6669) ini saja yang memenuhi standar Jepang yang berkisar 15 30 %. Nilai kalor yang dihasilkan 6243,8778 7679,0393 ternyata memenuhi standar briket arang buatan Jepang, Inggris maupun Amerika. Nilai kadar air, kadar abu dan kerapatan dari seluruh perlakuan campuran briket arang yang ada tidak memenuhi standar baik Jepang, Inggris maupun Amerika. Saran Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar air, kadar abu, karbon sisa, kerapatan, kadar zat terbang dan nilai kalor briket arang dari bahan perekat yang lain dan tekanan yang berbeda dengan persentase penggunaan komposisi campuran yang sama sebagai bahan baku dalam pembuatan briket arang. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 75

DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Kehutanan, 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Direktorat Jenderal Kehutanan. Departemen Pertanian RI, Jakarta. Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dan Briket Arang secara Sederhana dari Serbuk Kayu Gergaji dan Limbah Perkayuan. Proseding Seminar Pemanfaatan Limbah Pertanian/Kehutanan sebagai Sumber Energi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. Hartoyo dan Nurhayati, 1976. Rendemen dan Sifat Arang Beberapa Jenis Kayu Indonesia. Laporan No. 62. Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor. Sudrajat, 1982. Produksi Arang dari Briket Arang serta Prospek Pengusahaannya. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Pertanian, Bogor. Suprianto, 2003. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang dari Campuran Kayu Galam (Melalueca leucadendron Linn) dan Tempurung Kemiri (Aleurites moluccana Wild). Skripsi S-1 Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru (tidak dipublikasikan). Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 76