BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2009:105) dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (Weningtyas dkk, 2006). a. Mengurangi jumlah sampel dalam audit. b. Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien

BAB I PENDAHULUAN. Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak dijumpai pemberian jasa penjaminan (assurance services) yang. perusahaan adalah jasa audit atas laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. dua kelompok; jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektifuntuk menentukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak

FAJAR DWI NUGROHO B

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Teori ini mengacu pada

Taufik Qurrahman, Susfayetti, Andi Mirdah Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jambi

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan Yogyakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan agar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh manajemen kepada pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diaudit didasarkan atas evaluasi terhadap bukti-bukti audit yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keperilakuan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.

PENGARUH TEKANAN WAKTU, RISIKO AUDIT DAN TINDAKAN SUPERVISI TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan

PRAKTIK PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pada umumnya memiliki laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan penilaian atas kewajaran dari laporan keuangan. khususnya, memperoleh infomasi keuangan yang andal sebagai dasar

atas laporan keuangan yang diaudit (Rikarbo, 2012). Reckers et al. (1997)

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

Pertanyaan. Pertanyaan ini berhubungan dengan prosedur audit. (Sumber : Weningtyas, 2006 ) Tidak. selalu. Pernah. kadang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motif atas perilaku mereka. Teori atribusi yaitu teori yang mempelajari. alasan atas perilaku seseorang (Robbins, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. memastikan kelayakan informasi akuntansi perusahaan, pengelola perusahaan

PENGARUH TEKANAN WAKTU, RISIKO AUDIT DAN PROSEDUR REVIEW & KONTROL KUALITAS TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak ( absolute assurance) mengenai. hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerja perusahaan demi mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

BAB I PENDAHULUAN. mengambil inisiatif untuk menanggapinya dengan melahirkan Forum of Firm

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Perbedaan Standar Auditing Baru dan Standar Auditing Lama Lembaga standar internasional ISO telah menerbitkan standar audit terbaru ISO 19011:2011,

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus yang menimpa beberapa Kantor Akuntan Publik seperti kasus Enron, telah

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

PENGARUH TIME PRESSURE, RESIKO AUDIT, TINDAKAN SUPERVISI, KOMITMEN PROFESIONAL DAN MATERIALITAS TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku profesional akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit behavior). Perilaku disfungsional yang dimaksud di sini adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang auditor dalam bentuk manipulasi, kecurangan ataupun penyimpangan terhadap standar audit. Perilaku ini bisa mempengaruhi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku yang mempunyai pengaruh langsung diantaranya adalah premature sign off atau penghentian prosedur audit secara dini, pemerolehan bukti yang kurang, pemrosesan yang kurang akurat, dan kesalahan dari tahapan- tahapan audit. Praktik penghentian prematur prosedur audit, tentu saja sangat berpengaruh secara langsung terhadap kualitas laporan audit yang dihasilkan auditor, sebab apabila salah satu langkah dalam prosedur audit dihilangkan, maka kemungkinan auditor membuat judgment yang salah akan semakin tinggi. Kesalahan pembuatan opini atau judgment yang disebabkan karena auditor tidak melakukan prosedur audit yang mencukupi dapat menyebabkan auditor dituntut secara hukum (Heriningsih, 2002). Penghentian prematur prosedur audit merupakan tindakan yang dilakukan auditor dengan tidak melaksanakan atau mengabaikan satu atau beberapa prosedur audit yang 1

2 disyaratkan, namun auditor mendokumentasikan semua prosedur audit telah diselesaikan secara wajar. Pada penelitian Suryanita dkk, (2007) dapat dibuktikan hubungan yang signifikan antara time pressure, risiko audit, materialitas serta prosedur review dan kontrol kualitas terhadap penghentian prosedur audit. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2012) menunjukan bahwa variabel time pressure, risiko audit, prosedur review dan kontrol kualitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penghentian prematur prosedur audit dan hanya materialitas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penghentian prematur prosedur audit. Ini tentunya bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2010) dimana hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan locus of control berdampak secara signifikan terhadap penghentian prematur prosedur audit. Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses audit merupakan bagian dari assurance services. AICPA Special Committee on Assurance Service mendefinisikan assurance service sebagai jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Messier (2000) menyatakan bahwa definisi ini mencakup beberapa konsep penting, salah satunya adalah konsep peningkatan kualitas informasi beserta konteks yang dikandungnya.

3 Konsep ini menyatakan bahwa pelaksanaan assurance service dapat meningkatkan kualitas melalui peningkatan kepercayaan dalam hal reliabilitas dan relevansi informasi. Karena pengauditan merupakan bagian dari assurance service, maka jelaslah bahwa pengauditan melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi dari pihak yang melakukan audit (auditor). Dari penelitian Cohen Commision (1978), Rhoden (1978), Alderman dan Deitrick (1982), serta Raghunathan (1991) terdeteksi alasanalasan mengapa auditor melakukan prosedur penghentian prematur prosedur audit, yaitu terbatasnya jangka waktu pengauditan yang ditetapkan, adanya anggapan prosedur audit yang dilakukan tidak penting (risiko kecil), prosedur audit tidak material, prosedur audit yang kurang dimengerti, adanya batas waktu penyampaian laporan audit, serta adanya pengaruh faktor kebosanan dari auditor. Kepercayaan masyarakat terhadap auditor sebagai pihak yang independen dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan sangat besar. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit agar dapat memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Untuk mencapai hal tersebut auditor harus melaksanakan proses audit. Proses audit merupakan salah satu pelayanan assurance. Arens, et.al., (2001) mendefinisikan pelayanan assurance sebagai pelayanan atau jasa

4 profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pembuat keputusan. Meskipun dalam teori sudah dinyatakan secara jelas bahwa proses audit yang baik adalah audit yang mampu meningkatkan kualitas informasi sekaligus dengan konteks yang terkandung di dalamnya, namun dalam prakteknya terdapat perilaku auditor yang dapat menyebabkan berkurangnya kualitas audit yang dilakukan oleh mereka (Hari, 2008). Salah satu bentuk perilaku pengurangan kualitas audit adalah penghentian prematur atas prosedur audit (Malone dan Roberts, 1996; Coram, et al., 2004). Tindakan ini berkaitan dengan penghentian terhadap prosedur audit yang disyaratkan, tidak melakukan pekerjaan secara lengkap dan mengabaikan prosedur audit, tetapi auditor berani mengungkapkan opini atas laporan keuangan yang diaudit. Probabilitas auditor dalam membuat opini yang salah akan menjadi semakin tinggi, jika salah satu atau beberapa langkah prosedur audit dihilangkan. Perilaku penghentian prematur atas prosedur audit ini dianggap paling tidak dapat diterima, paling berat hukumannya dibandingkan dengan bentuk pengurangan kualitas audit lain dan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan hukum terhadap auditor (Malone dan Roberts; Coram, et al.; Heriningsih, 2001). Prosedur audit meliputi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh auditor dalam melakukan audit. Kualitas kerja auditor dapat diketahui dari seberapa jauh auditor menjalankan prosedur-prosedur audit yang tercantum dalam program audit. Penelitian terdahulu mengenai penghentian prematur

5 atas prosedur audit di Indonesia pernah dilakukan oleh Heriningsih dan Mahanani (2003). Kedua penelitian tersebut menggunakan serangkaian prosedur audit yang yang ditetapkan dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang menurut Heriningsih mudah untuk dilakukan praktik penghentian prematur, yaitu: pemahaman bisnis dan industri klien (PSA No. 5/2001), pertimbangan pengendalian internal (PSA No. 69/2001), internal auditor klien (PSA No. 33/2001), informasi asersi manajemen (PSA No. 7/2001), prosedur analitis (PSA No. 22/2001), konfirmasi (PSA No.7/2001), representasi manajemen (PSA No. 17/2001), pengujian pengendalian teknik berbantuan komputer (PSA No. 59/2001), sampling audit (PSA No. 26/2001) dan perhitungan fisik (PSA No. 7/2001). Tindakan supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang dilaksanakan dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf auditor kantor akuntan (Willingham dan Carmichael, 1979). Pentingnya mengenai tindakan supervisi oleh seorang supervisor kepada auditor bagi Kantor Akuntan Publik (auditor eksternal) yang ada di Indonesia telah diatur didalam Standar Profesional Akuntan Publik dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2003). Sedangkan bagi auditor internal, pelaksanaan penugasan audit mengacu pada International Standard for The

6 Professional Practice of Internal Auditing dari The Institute of Internal Auditors (IIA, 2004). Tindakan supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang dilaksanakan dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf auditor kantor akuntan publik. Luasnya supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit. Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, lingkup dan saat prosedur yang harus dilakasanakan, seperti sifat bisnis entitas yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah-masalah akuntansi dan audit. Auditor yang bertanggung jawab akhir untuk audit harus mengarahkan asisiten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing signifikan yang muncul dalam audit, sehingga auditor dapat menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut (IAI, 2001:311.5). Supervisor yang berorientasi pada pekerjaan, ikut menentukan tujuan yang akan dicapai, membantu memecahkan masalah, menyediakan dukungan sosial dan material serta memberikan feedback atas kinerja bawahan, akan membantu mengurangi kebingungan peran dan

7 ketidakpastian yang dialami bawahan sehingga kepuasan kerja bawahannya akan meningkat. Hasil studi ini menunjukan bahwa supervisor merupakan pihak yang paling dekat dengan konteks kerja seseorang karena melalui mereka tercermin budaya atau iklim organisasi, faktor organisasi seperti kebingungan karyawan akan peran dan unsur ketidakpastian turut memperngaruhi hubungan perilaku supervisor. Ada beberapa alasan mengapa auditor melakukan penghentian prematur atas prosedur audit: (a) terbatasnya jangka waktu pengauditan yang ditetapkan, (b) anggapan bahwa prosedur audit yang dilakukan tidak penting, (c) prosedur audit tidak material, (d) prosedur audit yang kurang dimengerti, (e) terbatasnya waktu penyampaian laporan audit, dan (f) faktor kebosanan auditor (Alderman & Deitrick, 1982; Raghunathan, 1991). Berdasarkan alasan-alasan tersebut dapat disimpulkan penghentian prematur atas prosedur audit disebabkan oleh faktor karakteristik personal auditor, di mana faktor karakteristik tersebut merupakan faktor internal dan faktor situasional saat melakukan audit yang merupakan faktor eksternal (Weningtyas dkk., 2007). Perilaku untuk menghentikan prosedur audit secara prematur kemungkinan banyak dilakukan dalam kondisi tekanan waktu (time pressure). Kondisi tekanan waktu (time pressure) adalah suatu kondisi dimana auditor mendapatkan tekanan dari tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dalam bekerja auditor dihadapkan oleh adanya tekanan waktu. Tekanan waktu

8 (time pressure) terdiri dari time budget pressure dan time deadline pressure (Biana, 2007). Pada praktiknya, anggaran waktu digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini menimbulkan tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang dianggarkan. Batas waktu (time deadline) berhubungan dengan tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan audit dengan tanggal tertentu. Adanya batas waktu (time deadline) menyebabkan seseorang dituntut untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan segera dan apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menimbulkan konflik karena waktu yang telah ditentukan untuk suatu pekerjaan audit terlewati serta kualitas dapat terganggu sehingga akan menimbulkan perilaku penghentian prematur atas prosedur audit. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mutia, Ratna dan Choirul (2010). Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah: 1. Variabel independen penelitian Mutia, Ratna dan choirul adalah Tekanan waktu dan Tindakan Supervisi, sedangkan variabel independen penelitian sekarang adalah Tekanan waktu, Risiko Audit dan Tindakan Supervisi. 2. Populasi penelitian Mutia, Ratna dan choirul adalah Auditor junior dan senior yang bekerja di KAP Wilayah Jakarta Selatan, sedangkan populasi penelitian ini adalah Auditor junior dan senior yang bekerja di KAP Surakarta.

9 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengenai penghentian prematur atas prosedur audit. Adapun judul dari penelitian ini adalah: PENGARUH TEKANAN WAKTU, RISIKO AUDIT DAN TINDAKAN SUPERVISI TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah tekanan waktu berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 2. Apakah Risiko Audit berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 3. Apakah tindakan supervisi berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. C. Tujuan Penelitian Sesuai masalah yang dihadapi, tujuan dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh tekanan waktu terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

10 2. Untuk mengetahui pengaruh risiko audit terhadap penghentian prematur atas prosedur audit 3. Untuk mengetahui pengaruh tindakan supervisi terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Untuk menerapkan teori yang pernah diperoleh selama kuliah serta untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman peneliti. 2. Bagi Universitas khususnya Ekonomi Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan di bidang akuntansi dan Kantor Akuntan Publik. Diharapkan dapat memberikan kontribusi kajian ilmu dibidang akuntansi, khususnya terkait dengan bidang audit. 3. Bagi Akademik Bagi Akademik yang berkecimpung dibidang penelitian, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian yang berkaitan dengan penghentian prematur atas prosedur audit.

11 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran penelitian yang lebih jelas dan sistematis sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang relevan dengan penelitian, beberapa penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, populasi, sampel dan metode pengambilan sampel, data dan sumber data, definisi operasional variabel dan pengukurannya serta metode analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi gambaran umum penelitian, hasil analisis data dan pembahasannya. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang simpulan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, keterbatasan penelitian serta saran bagi peneliti selanjutnya.