BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Islam, yang mana telah diketahui bahwa Al-Qur an adalah kalamullah (Firman

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN SOLUSINYA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI SKRIPSI

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas baik melalui pendidikan informal di rumah

Penerapan Strategi Active Learning Dalam Pembelajaran Akidah Di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Salah satu upaya membina dan membangun Sumber Daya Manusia (SDM)

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. spesifik lagi dalam Islam pendidikan tidak hanya dipandang pada batas

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. ketahun maka sekolah dasar harus dipersiapkan dengan sebaik baiknya. genersi yang unggul dari sekolah dasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang bermakna hingga diperoleh suatu kehidupan, baik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan yang telah mengalami perkembangan, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pendidikan Holistik di Sekolah Dasar untuk Mencapai

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. dibatasi oleh waktu, kapan pun dan dimanapun disepanjang hayatnya. dan yang terpenting adalah mempunyai akhlak dan moral yang baik.

KOMPETENSI GURU BAHASA ARAB DALAM MENINGKATKAN. MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTs. MUHAMMADIYAH WARU BAKI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. menentukan tinggi rendahnya kualitas dan nilai suatu negara, karena itu tujuan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

PENGARUH METODE BILINGUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan, sebagaimana dalam Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Proses belajar siswa perlu ditopang oleh adanya motivasi yang dapat dijadikan pendorong untuk bersemangat dalam belajar sehingga siswa dapat menyerap materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum dan dapat meningkatkan prestasi belajar. Dengan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa, guru dapat mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya, baik yang pandai, sedang, ataupun yang kurang. Hal ini dirasa penting oleh karena rendahnya prestasi siswa dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain kurangnya rangsangan baik dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa. Dengan demikian pelajaran apapun yang diberikan oleh guru, hendaknya guru memotivasi siswanya untuk belajar yang efektif. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 106) bahwa: Belajar di sekolah menjadi pola umum kehidupan warga masyarakat di Indonesia. Dewasa ini keinginan hidup lebih baik telah dimiliki oleh warga masyarakat. Belajar telah dijadikan sarana hidup, wajib belajar selama sembilan tahun merupakan kebutuhan hidup. Oleh karena itu warga masyarakat mendambakan agar anak-anaknya memperoleh 1

2 tempat belajar di sekolah yang mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Salam (2002: 15), mengungkapkan bahwa Usaha pendidikan yang dilakukan di sekolah, merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Karena sekolah ini merupakan lembaga dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga. Sementara itu, dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Bab II Pasal 3 dinyatakan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan di sekolah merupakan sarana untuk memperbaiki keadaan sekarang dan mempersiapkan dunia esok yang lebih baik. Tantangan dalam mutu pendidikan, relevansi, dan efektifitas pendidikan sebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat yang berimplikasi nyata dalam program pendidikan dan kurikulum sekolah. Pendidikan yang berkualitas ditandai dengan mutu pendidikan sekolah yang baik pula. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki semua elemen pendukung sekolah, termasuk metodemetode yang digunakan dalam pendidikan, salah satu metode tersebut adalah demontrasi.

3 Penerapan metode demontrasi dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan langsung mempraktekkan atau melakukan setelah guru memberikan teori dan contohnya. Dapat diungkapkan bahwa demontrasi yang dilakukan berulang kali atau kontinyu dapat memberikan ketrampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari. Lebih dari itu, melalui demontrasi diharapkan agar pengetahuan atau ketrampilan yang telah dipelajari itu menjadi permanen, mantap dan dapat dipergunakan setiap saat oleh siswa. Pada dasarnya pendidikan dan pengajaran yang dilakukan melalui metode demontrasi atau aplikasi langsung akan membiasakan kesan khusus dalam diri siswa, sehingga kekokohan ilmu pengetahuan dalam jiwa siswa semakin terjamin (An-Nahlawi, 1995: 270). Oleh karena itu, metode demontrasi dapat memudahkan belajar siswa, diantaranya pada bidang studi Fiqih Ibadah. Metode demontrasi dalam Fiqih Ibadah yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat serta memberikan ketrampilan pada siswa, di antaranya dalam hal wudhu dan shalat. Dengan demikian, penerapan metode demontrasi dalam kegiatan belajar mengajar merupakan respon yang baik terhadap perkembangan proses pembelajaran Fiqih Ibadah, yang merupakan mata pelajaran yang penting yang harus diketahui dan diamalkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

4 Metode demontrasi merupakan metode yang bersifat mengembangkan ketrampilan siswa (ketrampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini diterapkan pada suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar untuk melakukan demontrasi di dalam situasi yang sesungguhnya. Situasi yang dihadapi siswa dalam menerapkan metode demontrasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan). Pada umumnya anak usia SD belum bisa melakukan wudhu dan shalat dengan baik, benar dan lancar. Namun di SD Islam Terpadu Mutiara Insani siswanya secara umum sudah sedikit mampu melakukan wudhu dan shalat dengan baik (Hasil survei awal, 07/07/2010). Salah satu metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di SD Islam Terpadu Mutiara Insani Delanggu adalah metode demontrasi. Karena metode demontrasi adalah metode yang dianggap praktis dan menyenangkan dalam pembelajaran wudhu dan shalat. Adapun pemilihan objek penelitian yaitu kelas II karena pada masalah bab wudhu dan shalat itu terdapat pada materi kelas II, sehingga peneliti melakukan penelitian hanya pada kelas II. Saat itulah mereka memulai belajar melaksanakan wudhu dan shalat yang mereka peroleh di sekolah menjadi bekal mereka terapkan di dalam kehidupan sehari-hari siswa dalam beribadah. Berdasarkan prestasi ketrampilan yang telah dicapai siswa kelas II SD Islam Terpadu Mutiara Insani Delanggu, penulis tertarik untuk

5 melakukan penelitian dan menuangkan dalam bentuk skripsi dengan mengambil judul Penerapan Metode Demontrasi dalam Pembelajaran Fiqih Ibadah bagi Siswa Kelas II SD Islam Terpadu Mutiara Insani Delanggu Tahun Pelajaran 2010/2011. B. Penegasan Istilah Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah dalam judul skripsi, maka perlu dijelaskan istilahistilah yang digunakan dalam judul skripsi ini. Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut: 1. Penerapan Penerapan adalah pengenaan perihal mempraktekkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 560). Sehingga penerapan dapat diartikan sebagai cara untuk melaksanakan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 2. Metode demontrasi Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996: 53). Sedangkan demontrasi berasal dari kata demonstration atau to show yang artinya memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu. (Yusuf dan Anwar, 1997: 47) Jadi metode demontrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk

6 melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa. To show atau memperkenalkan atau mempertontonkan. 3. Pembelajaran Fiqih Ibadah Pembelajaran adalah proses atau cara (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 17). Dalam pembelajaran menunjukkan adanya interaksi antara guru dan siswa, di satu pihak guru melakukan kegiatan yang membawa anak ke arah tujuan; sedangkan siswa dapat melakukan serangkaian kegiatan yang disediakan guru, yaitu kegiatan belajar yang mengarah pada tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran Fiqih Ibadah adalah upaya belajar salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, pengenaan, pengalaman dan pembiasaan (Depag RI, 2004: 46). 4. SDIT Mutiara Insani SDIT Mutiara Insani yaitu merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar yang bernaung di bawah yayasan Al-Husna. SD ini berada di Jl. Kasuwari, Gatak, Delanggu. Dengan demikian yang dimaksud dengan judul Penerapan Metode demontrasi dalam Pembelajaran Fiqih Ibadah bagi Siswa

7 Kelas II di SD Islam Terpadu Mutiara Insani Delanggu adalah penelitian tentang penerapan sebuah metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah yang dilakukan oleh pendidik untuk mempermudah siswa dalam mendemonstrasikan wudhu dan shalat. C. Rumusan Masalah Berpijak pada latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas, maka dapat ditarik permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah bagi siswa kelas II di SD Islam Terpadu Mutiara Insani Delanggu tahun pelajaran 2010/2011?. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap penerapan metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah bagi siswa kelas II di SD Islam Terpadu Mutiara Insani Delanggu tahun pelajaran 2010/2011. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Manfaat teoritis: untuk memperoleh ketrampilan, pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai pentingnya tentang penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah. b. Manfaat praktis: dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang berkepentingan khususnya guru dan orang tua dalam

8 meningkatkan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah. E. Kajian Pustaka Sebelum penelitian ini dilakukan terdapat penelitian-penelitian yang mengangkat masalah sejenis. Di antara hasil penelitian tersebut akan dipaparkan dalam tulisan berikut: 1. Saprun (UMS, 2009), dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Metode Al- Barqy dalam Pembelajaran Al-Qur an bagi Siswa Kelas III, IV, dan V Sekolah Dasar Muhammadiyah Kayen Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009, menyimpulkan bahwa mayoritas siswa sudah mampu membaca Al-Qur an dengan baik sebanyak 91,13%. Selain prestasi tersebut, siswa juga sudah pernah khatam membaca Al-Qur an sebanyak 74,14%. Hal tersebut disebabkan karena siswa yang sudah hafal huruf-huruf hijaiyah sebelum kelas III yaitu sebesar 77,59%. Kemampuan siswa tersebut juga disebabkan karena 100% siswa sangat memperhatikan jika guru sedang mengajar. Selain itu siswa juga sangat aktif untuk mencari cara agar cepat bisa baca Al-Qur an dengan cara meminta bimbingan atau belajar kelompok. 2. Herman Susilo (UMS, 2010), dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Strategi Problem Solving Pembelajaran Al-Hadits di SMP Darul Arqom Muhammadiyah Karanganyar Tahun Ajaran 2009/2010, menyimpulkan bahwa metode pembelajaran Al-Hadits di SMP Darul

9 Arqom Muhammadiyah Karanganyar tahun ajaran 2009/2010 secara teoritis sudah efektif, akan tetapi dalam tatanan praktis belum bisa optimal dan masih ditemui banyak kendala dikarenakan sekolah ini memiliki fasilitas yang kurang lengkap. 3. Kholis Nur Hidayah (UMS, 2009), dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Active Learning dalam Pembelajaran Tarikh (Studi Kasus di SMA Muhammadiyah I Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009), menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran Tarikh di SMA Muhammadiyah tidak hanya menggunakan metode ceramah tapi juga menggunakan reading guide, guided note taking, information search. Adapun kendala yang dapat menghambat dalam penerapan metode active learning adalah penyediaan alokasi waktu relatif kurang, sebagian siswa masih ada yang membuat keributan saat kegiatan pembelajaran berlangsung, membutuhkan biaya yang banyak, anak kurang konsentrasi. Berdasarkan pada beberapa penelitian di atas, tampak belum ada yang meneliti tentang penerapan metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah bagi siswa kelas II di SD Islam Terpadu Mutiara Insani Delanggu tahun pelajaran 2010/2011. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian yang memenuhi unsur kebaruan.

10 F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research). Dalam hal ini yang menjadi tempat penelitian adalah SD Islam Terpadu Mutiara Insani Delanggu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskritif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong, 2007: 4). 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar, 2010: 34). Dalam hal ini, yang menjadi subjek penelitian metode demontrasi pembelajaran Fiqih Ibadah sebagai berikut: a. Guru pelajaran Fiqih Ibadah di SD Islam Terpadu Mutiara Insani, untuk menggali data tentang pelaksanaan metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah, faktor pendukung dan penghambat. b. Siswa kelas II SD Islam Terpadu Mutiara Insani, untuk mengetahui data tentang berlangsungnya proses pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah. c. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah SD Islam Terpadu Mutiara Insani, untuk mengungkap data tentang sejarah

11 perkembangan, struktur organisasi, kondisi dan situasi sekolah secara umum serta sarana prasarana yang tersedia. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data berikut: a. Metode observasi Metode observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata atau pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek dan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2006: 156). Metode ini penulis gunakan untuk mengamati, mendengarkan, dan mencatat langsung tentang letak geografis, pelaksanaan metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah, faktor pendukung dan penghambat. Dalam pelaksanaan metode demontrasi yang menjadi subjek penelitian guru Fiqih Ibadah berjumlah I, siswa kelas II yang berjumlah 37, dan kepala sekolah beserta wakil kepala sekolah SD Islam Terpadu Mutiara Insani Delanggu. b. Metode interview (wawancara) Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee) (Arikunto, 1998: 126). Maksud penggunaan metode ini adalah untuk menggali data yang

12 berhubungan dengan materi yang digunakan dalam pembelajaran Fiqih Ibadah dan data umum gambaran sekolah. Dalam hal ini dilakukan dengan guru bidang studi dan kepala sekolah SD Islam Terpadu Mutiara Insani Delanggu. c. Metode dokumentasi Metode dokumentasi atau pengumpulan dokumen adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel dengan meneliti benda tertulis seperti buku-buku, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 158). Metode ini penulis gunakan untuk menggali data yang berhubungan dengan gambaran umum tentang data SD Islam Terpadu Mutiara Insani, yang di dapat pada buku-buku catatan arsip sekolah dan buku Fiqih Ibadah kelas II. 4. Metode Analisis Data Lexy J. Moleong (1990: 103) mengemukakan bahwa metode analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskritif kualitatif yaitu teknik analisis yang akan menggambarkan atau memaparkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi kemudian membuat kesimpulan sehingga mudah

13 dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009: 244). Teknik analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah di SD Mutiara Insani Delanggu. Langkah-langkah yang digunakan yaitu pengumpulan data dan sekaligus reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing) atau verifikasi. Metode analisis data semacam ini merupakan analisis data lapangan model Milles Mathew.B dan Hibermans Micael sebagaimana disunting oleh sugiyono (2009: 246). Pertama, setelah pengumpulan data selesai dilakukan reduksi data, yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan dan pengorganisasian, sehingga data terpilah-pilah. Kedua, data yang telah direduksikan disajikan dalam bentuk narasi. Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua. G. Sistematika Penulisan Skripsi Sebuah skripsi akan lebih sistematis apabila disusun dengan sistematika yang sesuai dengan kaidah penulisan skripsi yang baik. Oleh karena itu, dalam skripsi ini penulis mengawali dengan memaparkan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

14 BAB I Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II Landasan teori tentang metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah. Bab ini membahas: pembelajaran Fiqih Ibadah yang meliputi pengertian, hukum mempelajari Fiqih Ibadah, faktor-faktor pembelajaran Fiqih Ibadah. BAB III Penerapan metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah, membahas: Pertama, gambaran umum SD Islam Terpadu Mutiara Insani Delanggu, yang meliputi sejarah perkembangannya, letak geografis, visi, misi dan tujuan pendidikan, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, dan kondisi sarana dan prasarana. Kedua, penerapan metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah yang meliputi pelaksanaan metode demonstrasi, faktor yang mempengaruhi penggunaan metode demonstrasi, dan faktor pendukung serta penghambat metode demontrasi. BAB IV Analisis data penerapan metode demontrasi dalam pembelajaran Fiqih Ibadah. BAB V Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan, saran dan kata penutup.