BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Brunner

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berumur 30 tahun (Riskesdas 2013) , dengan usia 15 tahun sebanyak 6,9 %, data Rikesdas 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang. diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

AFAF NOVEL AININ ( S

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis merupakan penyakit yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kematian karena non communicable disease sangat besar yakni mencapai

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. keduanya (American Diabetes Association, 2007; Perkeni, 2006). Secara klinis terdapat

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin. meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup lainya kapanpun diabetes bisa menyerang tanpa kita sadari. Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. (DM) merupakan salah satu penyakit Non-Communicable Disease

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup.dalam praktek umum insiden depresi dapat mencapai 20%. Di Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai 17,1%. Dari studi epidemiologi WHO tahun 1991-1992, dari 15 negara pada penderita yang berobat dipelayanan kesehatan primer dengan keluhan fisik, ternyata 10% menderita depresi. Laporan prevalensi tersebut umumnya merupakan depresi berat atau mayor. Bila diakumulasikan dengan depresi ringan, minor, depresi terselubung, depresi karena penyakit kronik ataupun yang tidak terdiagnosis tentu prevalensinya akan lebih tinggi (Siswanto, A. dan Sofia, N.A, 2012). Dari beberapa laporan penelitian prevalensi depresi pada kondisi medis kronis, rata-rata sekitar 15%. Sedangkan pada kondisi tertentu prevalensinya lebih tinggi seperti pada pasien diabetes mellitus 20%, stroke 20%-50%, gagal ginjal kronis yang memerlukan dialysis 10%-40%. Pada penyalahgunaan obat 25% dan pada orang yang sering menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, prevalensi depresi sekitar 40%(Siswanto, A. dan Sofia, N.A, 2012). Studi WHO di 15 negara, didapatkan penderita depresi yang berobat dipusat pelayanan kesehatan primer, 60%-90% datang dengan keluhan fisik.di Negara berkembang seperti Indonesia, keluhan fisik tentu lebih tinggi dari negara 1

maju.kebanyakan pasien mengedepankan keluhan fisiknya dari pada keluhan psikisnya.laporan dari catatan klinik psikosomatis RSCM Jakarta didapatkan insiden depresi sekitar 30% (Siswanto, A. dan Sofia, N.A, 2012). Ulkus kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi pada pasien diabetes melitus (DM) dan tergolong luka kronik yang sulit sembuh (Brem et al., 2004 dalam Foley, 2007).Kerusakan jaringan yang terjadi pada ulkus kaki diabetikdiakibatkan oleh gangguan neurologis (neuropati) dan vaskuler pada tungkai (WHO, 2001 dalam Foley, 2007).Gangguan tersebut tidak secara langsung menyebabkan ulkus kaki diabetik, namun diawali dengan mekanisme penurunan sensasi terhadap nyeri, perubahan bentuk kaki, atrofi otot kaki, pembentukan kalus, penurunan ketajaman penglihatan dan penurunan aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan(frykberg, 1991).Perubahan-perubahan ini dapat terjadi dalam jangka waktu kira-kira 15 tahun bila kondisi hiperglikemia tidak terkontrol (Brunner dan Suddarth, 2002). Pasien DM diperkirakan 15%-20% akan mengalami ulkus kaki diabetik dan insidennya akan terus meningkat dengan rentang kenaikan 1,9%-2,6% setiap tahunnya. Pada pasien DM tipe 2 usia tua yang memiliki satu atau lebih faktor risiko, insiden ulkus kaki diabetik dapat mencapai 50% (Boulton et al., 2008). Setiap tahun sekitar 7%-20% pasien ulkus kaki diabetik memerlukan tindakan amputasi dan sekitar 85% mengalami amputasi ekstremitas bawah dan 40% tindakan amputasi dapat dicegah melalui pendekatan tim dalam perawatan ulkus kaki diabetik. 2

Ulkus kaki diabetik bila tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi berupa infeksi, gangren, amputasi dan kematian (Frykberg et al., 2006). Depresi dikatakan memiliki korelasi dengan terjadinya ulkus kaki diabetik, komplikasi dan pemberatannya serta proses penyembuhan. Depresi menyebabkan kontrol glukosa darah dan keadaan metabolik yang buruk, sebaliknya pasien DM dan komplikasinya menyebabkan terjadinya kondisi depresi, termasuk pasien-pasien DM dengan ulkus kaki diabetik dan pada keadaan depresi mayor terjadipeningkatan risiko insidensi ulkus kaki diabetik 2 kali lipat diantara pasien-pasien DM selama 4 tahun (Williams et al., 2010). Faktor risiko utama neuropati perifer (60%) dan penyakit arterial perifer (50%) merupakan mediator antara depresi dan ulkus kaki diabetik (Campbel, 2011). Penelitian cross-sectional memperlihatkan bahwa depresi berkaitan dengan neuropati perifer dan penyakit arterial perifer. Dalam studi besar prospektif population-based yang umumnya bukan pasiendm; berdasarkan gejala depresi memiliki hubungan dengan peningkatan kejadian penyakit arterial perifer (Williams et al., 2010). Depresi berperan terhadap DM, kontrol glukosa darah dan metabolik yang buruk serta kejadian komplikasi DM termasuk ulkus kaki diabetik dan pemberatannya, maka penanganan terhadap ulkus kaki diabetik memerlukan pendekatan yang komprehensif, berupa pendekatan biopsikososial.sejauhini pendekatan penangananulkus kaki diabetik masih dititikberatkan pada pendekatan biologik. Sementara aspek psikologi belum mendapat perhatian yang maksimal. 3

Pendekatan psikologis memiliki peran yang penting terhadap proses penyembuhan ulkus diabetik (Williamset al.,2010 dan Papelbaumet al., 2011). Prevalensi depresi bervariasi 11%-60% pada pasien dengan DM. Pasien DM dengan ulkus kaki diabetik, 64% memiliki depresi sedang, 10% memiliki depresi berat. Infeksi pada ulkus kaki diabetik pada 80 pasien usia tua 65 tahun dengan geriatric depression scale (GDS) > 10 (41 pasien) dan GDS < 10 (39 pasien), dideteksi 75% mengalami infeksi (Geraldo et al., 2011). Skrining dan terapi depresi pada pasien DM sangat bermanfaat pada pencegahan insidensi ulkus kaki diabetik, pencegahan komplikasi dan pemberatan ulkus kaki diabetik serta proses penyembuhannya. Oleh sebab itu penelitian tentang hubungan dan efektifitas skrining depresi pada pasien DM sangat diperlukan(williams etal., 2010). B. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan variasi gejala depresi pada pasien-pasien DM dengan ulkus kaki diabetik. 2. Apakah terdapat perbedaan variasi derajat ulkus kaki diabetik terhadap berat ringannya gejala depresi. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk melakukan evaluasi terhadap intensitas gejala depresi pada pasien-pasien DM dengan ulkus kaki diabetik. 2. Untuk melakukan evaluasi variasi derajat ulkus kaki diabetik terhadap berat ringannya gejala depresi. 4

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian secara akademik adalah bahwa diketahui terdapat variasi intensitas simtom depresi pada pasien-pasien DM dengan ulkus kaki diabetik dan mengetahui variasi derajat ulkus kaki diabeti. 2. Manfaat penelitian terhadap pasien adalah pasien diedukasi bahwa kondisi psikologis memiliki pengaruh terhadap DM dan komplikasinya, termasuk kejadian ulkus kaki diabetik dan pemberatannyasehingga pasien harus menjaga kestabilan kondisi psikologisnya. 3. Manfaat penelitian secara praktek klinik adalah dengan mengetahui adanya variasi intensitas simtom depresi pada pasien DM dengan ulkus kaki diabetik, maka manajemen tata laksana depresi haruslah mendapat perhatian dalam penanganan ulkus kaki diabetik. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini untuk pertama kali dilakukan dan belum pernah dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.Penelitian-penelitian sebelumnya tentang hubungan depresi dengan DM dan komplikasi ulkus kaki diabetik; 1. Pada tahun 2001, De Groot et al, melakukan penelitian meta-analysis di Washington dengan 27 penelitian dari tahun 1983-1999, hasilnya terdapat hubungan yang signifikan antara depresi dan komplikasi DM. Persamaan 5

dengan penelitian yang kami lakukan adalah menemukan simtom depresi dan melihat pengaruh depresi terhadap komplikasi DM. Perbedaan dengan penelitian yang kami lakukan adalah hanya melihat intensitas variasi simtom depresi dan variasi pemberatan ulkus, sampel yang kecil, penelitian bersifat cross-sectional dan tidak mengukur korelasi depresi dengan komplikasi DM. 2. Pada tahun 2008, Monami et al, melakukan penelitian kohort prospektif di Italy dengan subyek penelitian 80 pasien DM tipe 2, usia 60 tahun dengan ulkus kaki diabetik kronik. Hasilnya 44 (55%) pasien memiliki skor Geriatric Depression Scale 10. Persamaan dengan penelitian yang kami lakukan adalah melihat simtom depresi pada pasien DM dengan ulkus kaki diabetik. Perbedaannya, pada penelitian yang kami lakukan subyek penelitian pasien DM tipe 1 dan 2, usia 18 tahun, penelitian bersifat deskriptif dan cross sectional. 3. Pada tahun 2010, George et al, melakukan penelitian cross sectional di Nigeria dengan 200 pasien DM. Hasilnya terdapat 30 pasien DM dengan depresi. Persamaan dengan penelitian yang kami lakukan adalah meneliti simtom depresi pada pasien DM, penelitian bersifat cross-sectional. Perbedaannya, pada penelitian yang kami lakukan subyek penelitiannya pasien DM dengan komplikasi ulkus kaki diabetik. 4. Pada tahun 2010, Williams et al, melakukan penelitian kohort prospektif di Washington dengan 3474 pasien DM tipe 2. Hasilnya 401 subyek 6

depresi mayor, 290 subyek depresi minor dan 2783 subyek tidak depresi dan subyek dengan depresi mayor memiliki risiko insidensi kejadian ulkus kaki diabetik 2 kali lipat selama 4 tahun. Persamaan dengan penelitian yang kami lakukan adalah subyek penelitiannya termasukpasien DM tipe 2, melihat simtom depresi dan mengkategori depresi mayor, depresi minor. Perbedaan dengan penelitian yang kami lakukan adalah penelitian yang kami lakukan bersifat cross-sectional, subyek penelitian semua pasien DM tipe 1 maupun tipe 2, penelitian yang kami lakukan hanya melihat perbedaan variasi intensitas simtom depresi pada pasien DM dengan ulkus kaki diabetik dan perbedaan pemberatan ulkus kaki diabetik. 5. Pada tahun 2011, Papelbaum et al, melakukan penelitian cross-sectional di Brazil dengan subyek penelitian 70 pasien DM tipe 2. Hasilnya, terjadi peningkatan kadar hemoglobin glikasi pada pasien DM tipe 2 dengan depresi. Persamaan dengan penelitian yang akan kami lakukan adalah penelitian bersifat cross-sectional pada pasien DM tipe 2 dan melihat simtom depresi dan pengaruhnya. Perbedaannya, pada penelitian yangakan kami lakukan subyeknya semua pasien DM tipe 1 maupun tipe 2, melihat variasi intensitas simtom depresi dan variasi pemberatan ulkus kaki diabetik. 6. Pada tahun 2011, Salome et al, melakukan penelitian deskriptif, analitik dan cross-sectional di Brazil dengan subyek penelitian 50 pasien DM tipe1 dan 2, usia 18 tahun. Hasilnya 41 pasien memiliki derajat simtom 7

depresi. 32 pasien (64%) mengalami depresi moderat, 5 pasien (10%) mengalami depresi berat. Persamannya dengan penelitian yang kami lakukan adalah penelitian bersifat deskriptif, analitik dan cross-sectional. Subyek penelitiannyapasien DM tipe 1 dan 2, usia 18 tahun, tujuan penelitiannya mengevaluasi perbedaan intensitas simtom depresi pada pasien DM dengan ulkus kaki diabetik. Perbedaan dengan penelitian yang kami lakukan adalah penelitian dilakukan ditempat yang berbeda, penelitian kami juga melihat perbedaan variasi pemberatan ulkus kaki diabetik terhadap berat ringannya gejala depresi. 8