BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi seorang entertainer, misalnya menjadi seorang bintang film

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usia tahun. Dewasa awal ditandai oleh adanya eksperimen dan eksplorasi.

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: menjadi dua ketegori pada tingkat kedalaman self disclosure yaitu, 4 siswa

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalani setiap hari, setiap orang pasti membutuhkan sesuatu. Namun, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkuliahan merupakan sebuah proses yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. biasa atau persahabatan yang terjalin dengan baik. Kecenderungan ini dialami

Self-Esteem (Harga Diri)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks,

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. harus diperoleh dari jalur formal di bangku sekolah. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL ESA JUNITA NPM

terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui motivasi belajar

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB II LANDASAN TEORI. kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri. Self - esteem juga dapat

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. orangtua agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Beberapa tahun belakangan ini, banyak sekali masyarakat yang berlombalomba untuk menjadi seorang entertainer, misalnya menjadi seorang bintang film atau seorang penyanyi atau bahkan menjadi seorang model (Arta, 2008). Banyak sekali majalah remaja yang memiliki program untuk pencarian model, di antaranya majalah remaja Aneka Yess!, HighEnd Teen, dan masih banyak lagi. Majalah Aneka Yess (Lubis, 2009) merupakan majalah remaja yang menyelenggarakan pencarian model di Indonesia yang disebut dengan cover boy pada setiap tahunnya. Pada tahun 2009 majalah ini menjaring 80 lebih peserta cover boy dari penjuru wilayah nusantara. Dari 80 lebih peserta ini akan disaring menjadi 40 peserta yang akan mengikuti penyisihan babak pertama. Selanjutnya, finalis tersebut akan disaring lagi menjadi lima besar. Majalah HighEnd Teen telah menyelenggarakan pemilihan cover majalahnya dengan nama Starteen. Starteen pada tahun 2010 diikuti 952 peserta dari seluruh Indonesia dan setelah seleksi dan audisi, terpilih 20 orang finalis yang terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan remaja usia 13-19 tahun (Amaliafitri, 2010). Para finalis tersebut berasal dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Bali. Menurut Chairwoman HighEnd Teen Liliana Tanoesoedibyo (Arta, 2008), Semua pemenang punya empat kriteria yaitu smart, talented, attractive, dan 1

reliable (STAR). Pada tahun 2010 lalu, majalah ini mengambil tema Go Green di mana diharapkan para finalis mereka selain memiliki kriteria STAR juga peduli terhadap lingkungan sekitar (Amaliafitri, 2010). Branden (1992) menyatakan self-esteem adalah kecenderungan seseorang memandang dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan kehidupan dan mencapai kebahagiaan hidup. Menurut Tafarodi dan Swann (1995) selfesteem dibagi ke dalam dua dimensi, yaitu self-competence dan self-liking. Dimensi self-competence merupakan evaluasi diri spesifik dan berhubungan dengan berbagai atribut yang mengarah kepada keberhasilan dan kekuatan individu-individu. Dimensi self-liking merupakan evaluasi diri secara umum dan dipengaruhi oleh penilaian dari individu lain yang mengarah kepada rasa berharga individu tersebut. Berbagai faktor yang mempengaruhi self-esteem adalah keluarga, dukungan sosial, penampilan, prestasi dan budaya. Individu yang mendapat perhatian, kasih sayang, penerimaan, dan kepercayaan dari orang tuanya akan merasa bahwa individu tersebut berharga, dapat dipercaya, dan menghargai orang lain (Myers, 2008). Seseorang yang mendapat dukungan emosional dan penerimaan sosial dari teman-temannya dapat meningkatkan self-esteem individu tersebut (Williams; dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006). Penampilan dapat mempengaruhi self-esteem, melalui pakaian yang disukai, self-esteem individu dapat bertambah sesaat (Kwon; dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006), melalui pakaian yang disukai, self-esteem individu dapat bertambah sesaat. Tingkat self-esteem juga dipengaruhi oleh prestasi individu tersebut, seseorang yang memiliki keterampilan tertentu, dapat dikatakan 2

memiliki suatu prestasi, sehingga individu tersebut dapat meningkatkan selfesteemnya (Bednar, Wells, & Peterson, dalam Santrock, 2003). Ciri-ciri individu dengan self-esteem yang tinggi adalah individu cenderung memiliki emosi stabil dan tidak mudah terpengaruh lingkungannya (Vaughan & Hogg, 2005); individu konsisten dan orientasi motivasinya adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri (Vaughan & Hogg, 2005); dan individu memfokuskan diri pada kekuatan yang ada di dalam diri (Baron & Byrne, 2004). Self-esteem sangat diperlukan oleh seorang model, karena para model ini akan menjadi bintang iklan yang mempromosikan suatu produk di pasaran dan memiliki daya tarik atau perceived attractive (Prasetijo & Ihalau, 2009). Tetapi pada kenyataannya para model tersebut ada juga yang memiliki self-esteem yang rendah. Hal ini terbukti dari hasil survey yang dilakukan oleh Rafisukmawan, Wismaningsih, dan Djunaidi pada OQ Modeling School Bandung tahun 2006 menemukan bahwa dari 23 orang siswa hanya dua orang siswa yang memiliki self-esteem yang tinggi, sedangkan sisanya (21 siswa) memiliki self-esteem yang rendah. Selain itu, wawancara peneliti dengan salah seorang model pada tanggal 7 februari 2011 lalu. Model tersebut menyebutkan bahwa Saya sempat tidak percaya diri saat menunggu antrean untuk audisi model, karena saya melihat sekeliling mereka banyak yang lebih bagus dari pada saya. Menurut Ganster (dalam Andarika, 2004) manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kehadiran manusia lain untuk berinteraksi. Kehadiran orang lain di dalam kehidupan pribadi seseorang begitu diperlukan. Hal ini terjadi karena seseorang tidak mungkin memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologisnya secara 3

sendirian. House (dalam Smet, 1994), menjelaskan dukungan sosial sebagai persepsi seseorang terhadap dukungan potensial yang diterima dari lingkungan, dukungan sosial tersebut mengacu pada kesenangan yang dirasakan sebagai penghargaan akan kepedulian serta pemberian bantuan dalam konteks hubungan yang akrab. Social isolation merupakan contoh dari kurangnya fungsi dan struktur dari suatu sistem dukungan sosial (James & Folen, 2005). Individu akan mengalami kesendirian, dan merasa tidak ada yang memperhatikan dan mencintai mereka. Dimensi dukungan sosial terbagi ke dalam empat jenis, yaitu (House: Depkes, dalam Nursalam & Kurniawati, 2007) adalah dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan; dukungan penghargaan individu membutuhkan penghargaan yang positif, penilaian atas usaha-usaha yang dilakukan, dan peran sosial yang terdiri atas umpan balik; dukungan instrumental aspek ini mencakup bantuan langsung yang dapat berupa jasa, waktu, dan uang; dukungan informatif mencakup pemberian nasihat, saran, pengetahuan, dan informasi serta petunjuk. Rafisukmawa, dkk (2006) dalam penelitiannya pada wanita usia dewasa awal lulusan OQ Modeling School di Bandung menemukan bahwa terdapat peningkatan self-esteem setelah mengalami dukungan dalam support group. Selanjutnya, didapatkan hasil bahwa self-esteem setelah mengalami dukungan dalam support group berkaitan secara positif dengan persepsi siswi mengenai tingkah laku dukungan yang dialaminya. Berdasarkan beberapa sumber yang sudah peneliti peroleh mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan self-esteem, maka melalui penelitian ini, 4

peneliti bermaksud untuk mengetahui lebih jauh mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan self-esteem, dan melakukan penjelasan berdasarkan teori yang sudah ada mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan self-esteem benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau tidak. Mengetahui sejauh mana hubungan antar variabel. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang permasalahan sebelumnya, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial dengan self-esteem pada model di Jakarta? 1.3 Hipotesis HO: Tidak ada hubungan yang positif dan bermakna antara dukungan sosial dengan self-esteem pada model di Jakarta HI: Ada hubungan yang positif dan bermakna antara dukungan sosial dengan self-esteem pada model di Jakarta 5

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai selfesteem. Di samping itu juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan self-esteem pada model di Jakarta, selain itu untuk mengetahui apakah teori-teori tersebut dapat diterapkan pada responden penelitian ini. 1.5 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah untuk memberi sumbangan pengetahuan kepada ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi sosial, mengenai hubungan antara dukungan sosial (House; dalam Nursalam & Kurniawati, 2007) dengan self-esteem (Tafarodi &Swann, 1995) pada model di Jakarta. 1.5.2 Manfaat Praktis Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang peran dukungan sosial pada self-esteem seorang model di suatu agency model. Bagi agency model apabila ada salah seorang model yang ada di agency tersebut mengalami self-esteem yang rendah dapat diberikan dukungan kepada model tersebut. Bagi model agar dapat mengetahui tingkat self-esteem pada dirinya dan mengetahui jenis dukungan yang model tersebut butuhkan. 6

1.6 Definisi Terminologi 1) Dukungan sosial adalah sebagai persepsi seseorang terhadap dukungan potensial yang diterima dari lingkungan, dukungan sosial tersebut mengacu pada kesenangan yang dirasakan sebagai penghargaan akan kepedulian serta pemberian bantuan dalam konteks hubungan yang akrab (House; dalam Smet, 1994). 2) Self-esteem adalah sikap yang positif atau negatif individu secara keseluruhan terhadap dirinya sendiri (Baron, Byrne, dan Brancombe, 2006). 1.7 Cakupan dan Batasan Responden dalam penelitian ini adalah remaja usia 13-21 tahun yang terdiri dari remaja laki-laki dan perempuan. Menurut Erikson (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2007) menyebutkan bahwa orang-orang yang berada dalam usia remaja berada dalam tahap kelima dari perubahan psikososial yaitu identity versus identity confusion. Orang-orang yang berada dalam tahap ini mereka sedang mencari jati dirinya yang unik untuk membedakan satu dengan yang lain. Pada usia tersebut merupakan syarat mendasar untuk mengikuti ajang pemilihan Model. Penelitian ini dilakukan di dalam agency model, di mana hal ini merupakan tempat seseorang bekerja setelah model tersebut mengikuti ajang pencarian bakat khususnya dibidang modeling. Di agency ini individu atau model tersebut mendapat tawaran untuk catwalk, menjadi cover sebuah majalah, casting 7

sebuah film, casting iklan, atau untuk menjadi seorang model yang profesional. Di tempat ini selain model yang berasal dari ajang suatu pemilihan, juga memiliki model yang di dapat berdasarkan pencarian di suatu mall. Seorang model yang baru menjajaki pengalaman ini, apabila kali pertama diminta untuk mengikuti casting, atau catwalk, mereka akan mengalami kurang percaya diri. Model tersebut akan meminta saran kepada model lain, bagaimana cara untuk lolos casting. Pada penelitian ini hanya mengambil hubungan antara dukungan sosial dengan self-esteem pada model di suatu agency. 8