Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

Pemanfaatan pembangkit tenaga listrik, baru dikembangkan setelah Perang Dunia I, yakni dengan mengisi baterai untuk menghidupkan lampu, radio, dan ala

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa banyak di. sewa yang telah diberikan oleh pihak penyewa.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

[FIKA ASHARINA KARKHAM,SH]

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi menunjukkan capaian yang cukup menggembirakan akhirakhir. persen, sebagaimana tersaji dalam tebel berikut ini.

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA. Hubungan kerja adalah hubungan antara seseorang buruh dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. 1

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN ANTARA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN PELANGGAN AIR MINUM DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. mengenal adanya perikatan yang ditimbulkan karena undang-undang dan perikatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Terhadap Perjanjian Pada Umumnya. hukum perdata adalah sama penyebutannya secara berturut-turut seperti

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah :

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat berbagai jenis jasa pengiriman. Jasa pengiriman tersebut

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN DI DARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. mencapai dan mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. 1 Kestabilan

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin ada kehidupan bersama-sama. Interaksi sosial ini berguna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

II. TINJAUAN PUSTAKA. yaitu Verbintenis untuk perikatan, dan Overeenkomst untuk perjanjian.

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah perjanjian bernama (benoemd/nominaat) dan perjanjian

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan meningkat setiap harinya, masyarakat pun menganggap kebutuhan yang ada baik diri maupun hubungan dengan orang lain tidak dapat dihindarkan. Dari masalah mendapatkan informasi dalam negeri dan luar negeri serta bentuk keinginan untuk memberikan serta mengirimkan suatu barang dan jasa mengingat keuntungan yang dapat diperolehdari hubungan tersebut. Pembangunan pos, telekomunikasi dan informatika diarahkan pada peningkatan kelancaran dan mutu pelayanan arus informasi, komunikasi, pos, giro, barang dan jasa kepada masyarakat, serta perluasan jangkauan dan jaringan dalam dan luar negeri dengan meningkatkan kemampuan teknologi, mutu, kescepatan, dan ketetapan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin meluas dengan biaya terjangkau serta dengan meningkatkan efisiensi pengolahan dan kerjasama internasional. Dewasa ini banyak berkembang perusahaan yang bergerak dibidang jasa angkutan, perusahaan itu bukan hanya milik swasta tetapi juga ada beberapa perusahaan Negara yang bergerak dibidang tersebut seperti perusahaan umum kereta api, PT Pos Indonesia (Persero), dan sebagainya. Adanya perusahaan milik Negara ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa angkutan yang belum terpenuhi.

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur tertentu yang menguntungkan saja, sehingga tidak semua daerah terjangkau. Adapun alasan lainnya adalah biaya angkutan yang ditentukan oleh pihak swasta terlalu mahal, sehingga tidak dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan adanya perusahaan Negara yang bergerak dibidang ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa angkutan. Bagi masyarakat yang menggunakan PT Pos Indonesia (Persero) sebagai alternatif pilihan untuk mengirimkan barang, salah satunya adalah pengiriman paket pos. Menurut pasal 1 Ayat 6 UU No 6 Tahun 1984 bahwa paket pos adalah kemasan yang berisi barang dengan bentuk dan ukuran tertentu. Penjelasan pasal tersebut tertuang di Undang-undang terkait tentang PT Pos Indonesia (Persero). 1 Pengangkutan adalah salah satu unsur yang penting dan sangat menunjang dalam berbagai jenis usaha. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan manusia maka pengangkutan semakin banyak ragam dan kualitasnya. Baik pengangkutan orang maupun barang semakin bertambah dan merupakan usaha bagi manusia agar kebutuhan akan pengangkutan bisa tercapai. Fungsi dari sarana pengangkutan dalam setiap kegiatan perdagangan adalah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. 2. Di mana melalui PT Pos Indonesia (Persero) Yogyakarta Pemerintah ingin mendorong untuk 1 Selanjutnya Undang-undang No 6 Tahun 1984 Tentang Pos dalam tulisan ini disebut UU No 6 Tahun 1984. 2 H.M.N Purwosujipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, jilid 3, Djambatan, Jakarta, 1981, hlm 1

meningkatkan jasa pengangkutan terutama barang secara lebih cepat dan singkat kebijaksanaan pos ini meliputi peningkatan jangkauan pemerintah mutu efisiensi pelayanan, peningkatan teknologi serta peningkatan sumber daya manusia. Pengangkut bekerjasama dengan perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya ganti rugi yang akan dibayarkan kepada pemilik barang, adakalanya penerima barang merasa kurang pas dengan besarnya ganti rugi yang diberikan oleh pengangkut sehingga dia mengajukan klaim ganti rugi yang lebih besar kepada pengangkut. Dalam praktek, pengangkut mewajibkan pengirim untuk mengisi kertas formulir surat pengiriman barang yang telah disediakan oleh pengangkut, dengan demikian timbul kesan bahwa semua syarat pengangkutan ditentukan oleh pengangkut. Dan jelas menguntungkan. Pada pengangkutan barang melalui darat misalnya ketentuan seperti tanggungjawab pengangkut, ganti rugi dan sebagainya dibuat oleh pengangkut secara sepihak. Dengan ditutupnya perjanjian pengangkutan maka pengirim dianggap telah menyetujui ketentuan-ketentuan tersebut. Di dalam pasal 12 ayat 1 UU No 6 Tahun 1984 bahwa badan yakni PT Pos Indonesia (Persero) bertanggung jawab kepada pengirim apabila terjadi : a. Kehilangan atau kerusakan isi surat atau isi paket pos yang dikirim dengan harga tanggungan; b. Kehilangan surat pos tercatat atau paket pos tanpa harga tanggungan; c. Kerusakan isi paket pos tanpa harga tanggungan.

Kerugian yang diderita oleh pihak konsumen sering terjadi tetapi pihak konsumen tidak dapat berbuat banyak untuk melindungi kepentingannya. Kerugian yang ditimbulkan oleh pihak penyedia jasa pengiriman bisa terjadi karena sumber daya manusianya (karyawan) atau sarana dan prasarananya dari perusahaan jasa pengiriman tersebut. Atas terjadinya kerugian selama berlangsungnya pengangkutan dimana pengangkut yang bertanggungjawab, maka tuntutan ganti rugi dapat diajukan kepada pengangkut, baik pengirim maupun penerima. Tuntutan ganti rugi ini biasanya diajukan oleh pihak yang mengalami kerugian. Menurut Pasal 12 ayat 2 UU No 6 Tahun 1984 bahwa ganti rugi yang diberikan oleh badan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 Ayat 3 yaitu: a. Untuk peristiwa menurut ketentuan ayat 1 huruf a adalah sebesar jumlah yang dipertanggungkan dengan ketentuan bahwa jika isi kiriman itu hanya sebagian yang hilang, maka ganti rugi diberikan untuk bagian yang hilang itu; b. Untuk peristiwa menurut ketentuan ayat 1 huruf b ditetapkan oleh Menteri; c. Untuk peristiwa menurut ketentuan ayat 1 huruf c adalah sebanding dengan kerusakan yang diderita dengan memperhatikan jumlah maksimum yang ditetapkan. Usaha menyuarakan hak konsumen sering terbentur pada masalah mengetahui atau tidaknya konsumen akan hak-haknya, dalam arti konsumen itu mengetahui atau tidak tentang peraturan yang mengatur tentang perlindungan hak dan kewajiban bagi konsumen. Selain itu, kesadaran konsumen yang belum tinggi akan bersikap meneriam apa adanya tentang apa yang telah terjadi, konsumen yang sadar akan hak-haknya, akan selalu berusaha mencari perlindungan secara hukum terhadap kerugian yang dideritanya. Namun kalau ditelaah lebih lanjut

dalam prakteknya, mengapa konsumen tetap tidak terlindungi dan praktek seperti itu masih saja berlangsung. Bahwa pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi ini harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka barang dan jasa yang memiliki kandungan teknologi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dan sekaligus mendapatkan kepastian atas barang dan atau jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen. 3. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatasdapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tanggungjawab PT Pos Indonesia (Persero) Yogyakarta terhadap konsumen yang mengalami kerugian? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi konsumen yang mengalami kerugian akibat wanprestasi PT Pos Indonesia (Persero) Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah : a. Untuk mengetahui bagaimanakah bentuk penyelesaian tanggungjawab PT Pos Indonesia (Persero) Yogyakarta terhadap konsumen yang mengalami kerugian. 3 R I. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

b. Untuk mengetahui bagaimanakah upaya hukum bagi konsumen yang mengalami kerugian akibat wanprestasi yang dilakukan oleh PT Pos Indonesia (Persero) Yogyakarta. D. Tinjauan Pustaka Sesuai dengan tema penelitian yakni tentang Tanggung Jawab PT. Pos Indonesia (Persero) Yogyakarta, maka ada baiknya kita mengetahui tentang pengertian dari perjanjian. Perihal ketentuan - ketentuan yang mengatur perjanjian terdapat dalam KUHPerdata Buku III dengan judul Tentang Perikatan. Kata perikatan mempunyai arti yang lebih luas dari pada kata perjanjian. Sebab dalam kata perikatan tidak hanya mengandung pengertian hubungan hukum yang timbul dari perjanjian saja, tetapi juga perihal hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari undangundang. Dalam pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perumusan pengaturan perjanjian tersebut berlaku luas dan kurang lengkap. Salah satu ahli hukum yang mengkritik perumusan pengaturan perjanjian tersebut adalah R. Setiawan, menurut beliau, definisi yang terdapat dalam pasal 1313 KUHPerdata tidak lengkapnya karena hanya menyebutkan perbuatan sepihak saja, sedangkan sangat luas karena dengan dipergunakannya kata perbuatan maka didalamya tercakup perbuatan hukum, perwakilan suka rela

dan perbuatan melawan hukum. Untuk itu beliau mengusulkan perlu kiranya diadakan perbaikan mengenai definisi tersebut, yaitu : a. kata perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum. b. Menambahkan perikatan atau saling mengikatkan dirinya. Jadi perumusan perjanjian, yang ada di dalam pasal 1313 KUHPerdata akan menjadi perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih 4. Perjanjian pelayanan jasa pengiriman paket pos termasuk perjanjian untuk melakukan sementara jasa-jasa. Hal ini dapat dilihat dari pasal 1601 KUHPerdata, mengenai definisi dan pengaturan-pengaturan lebih lanjut tidak dijelaskan dan diatur dalam KUPerdata. Menurut Subekti, perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu maksudnya suatu pihak menghendaki dari pihak lawannya dilakukannya suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan, untuk mana ia bersedia membayar upah, sedangkan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali terserah kepada pihak lawan itu. 5. Perjanjian pelayanan jasa pengiriman paket pos ini termasuk perjanjian timbal balik dan konsensual, menurut Abdul Kadir Muhammad perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban kepada kedua belah 4 R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Cet, kedua, Bina Cipta, Bandung, 1979, hal. 49 5 Subekti (A), Aneka Perjanjian, Cet, Ketujuh, Alumni, Bandung, 1985, hal. 63

pihak. Perjanjian konsensual artinya perjanjian yang terjadinya itu baru dalam tahap menimbulkan hak dan kewajiban saja bagi pihak-pihak. 6 Setiap konsumen yang akan menggunakan jasa pengiriman paket pos, kepadanya akan diberikan formulir sesi pengiriman paket yang isinya telah ditentukan terlebih dahulu oleh pihak PT Pos Indonesia (Persero) Yogyakarta dan harus ditaati oleh pengguna jasa pos. Hal ini menunjukan bahwa perjanjian pelayanan jasa pengiriman paket pos. Hal ini menunjukkan bahwa perjanjian pelayanan jasa pengiriman paket pos termasuk perjanjian standar. Menurut Mariam Darus Badrul Zaman, perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir, dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi (ekonomi)- nya lebih kuat. b. Masyarakat (kreditur) sama sekali tidak ikut bersama-sama menentukan isi perjanjian. c. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian itu. d. Bentuk tertentu (tertulis). e. Disiapkan terlebih dahulu secara massal dan konfektif. 7 6 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Aditya, Bandung, 1990, hal 203 7 Mariam Darus Badrul Zaman, Perjanjian Baku (standar), Perkembangannya di Indonesia, hal 96.

Jadi disini konsumen hanya berhadapan dengan dua pilihan, yaitu hanya menerima atau menolak perjanjian beserta syarat-syaratnya yang telah dibuat oleh pengusaha. Berdasarkan pengertian mengenai perjanjian dan perikatan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan tentang unsur-unsur perjanjian yaitu sebagai berikut : a. Adanya pihak-pihak yang sedikitnya dua pihak b. Adanya kesepakatan yang terjadi diantara para pihak c. Adanya tujuan yang akan dicapai d. Adanya prestasi yang akan dilaksanakan Perjanjian memiliki suatu tujuan yang dicari yaitu pemenuhan dengan sempurna segala isi dan tujuan dari ketentuan sesuai dengan kehendak yang telah disepakati dan disetujui oleh para pihak di dalam perjanjian. Berdasarkan pengaturan perjanjian standar tersebut maka terpenuhinya kata sepakat tidak secara nyata atau dengan kata lain kata sepakat yang semu. Hal ini disebabkan salah satu pihak dalam perjanjian tidak mempunyai hak untuk mengutarakan kebebasannya dalam menentukan isi perjanjian dengan demikian, perjanjian standar tidak memenuhi unsur-unsur yang dikehendaki oleh pasal 1320 KUHPerdata, dimana syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian adalah : a. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya b. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian c. suatu hal yang tertentu d. suatu sebab yang halal

Tujuan dibuatnya perjanjian adalah untuk melaksanakan sesuatu, namun ada kalanya pelaksanaan suatu perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak tidak sesuai yang diharapkan. Hal ini bisa terjadi karena kesalahan yang disebabkan oleh kesengajaan atau kelalaian oleh para pihak. Apabila salah satu pihak tidak dapat melaksanakan apa yang telah disepakati maka pihak tersebut dinyatakan melakukan wanprestasi. Oleh karena itu untuk memastikan sejak kapan adanya wanprestasi, dalam ilmu hukum dikenal adanya ingebrekestelling yaitu penyampaian bahwa debitur dalam keadaan lalai untuk menentukan kapan mulai terjadinya wanprestasi. Dalam suatu perjanjian antara PT Pos Indonesia (Persero) Yogyakarta dengan konsumen tidak selamanya berjalan dengan baik seperti yang diharapkan oleh para pihak sebelumnya, karena bisa saja salah satu pihak yang tidak memenuhi prestasinya dalam perjanjian dinamakan wanprestasi. Wanprestasi berarti tidak melaksanakan apa yang telah disepakati karena kesalahannya baik disebabkan kesengajaan maupun kelalaian. Dalam suatu perjanjian wanprestasi ini dapat berupa empat macam yaitu: 1. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan untuk dilaksanakan. 2. Melaksanakan apa yang telah diperjanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan. 3. Melakukan apa yang telah diperjanjikan tetapi terlambat. 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Perihal adanya wanprestasi dari pihak debitur harus dinyatakan terlebih dahulu secara resmi, yaitu berupa peringatan bagi pihak debitur bahwa pihak kreditur menginginkan pembayaran seketika atau dalam jangka waktu tertentu. Sehubungan dengan masalah itu maka wanprestasi yang dimaksud dalam pelaksanaan perlindungan konsumen adalah wanprestasi karena penyedia jasa tidak dapat melaksanakan apa yang telah disepakati, sehingga dapat merugikan konsumen. Jika hal tersebut terjadi akan mewajibkan debitur dalam hal ini penyedia jasa untuk mengganti kerugian yang timbul seperti yang terdapat dalam pasal 1239 KUHPerdata yaitu tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, apabila siberhutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan pengganti biaya, rugi dan bunga. Ketentuan tentang overmacht yang berarti membebaskan debitur dari kewajibannya untuk memenuhi prestasinya itu ternyata ada perkecualianny, yaitu dimana resiko overmacht tetap menjadi beban yang dipikul oleh debitur, adapun resiko overmacht yang harus dipikul oleh debitur itu adalah : a. Kalau undang-undang menentukan secara tegas demikian. b. Kalau diperjanjian secara tegas sekalipun terjadi overmacht resiko ada pada debitur. c. Kalau kebiasaan memang sudah mengatur bahwa sekalipun terjadi overmacht, resiko ada tetap pada debitur. d. Debitur pada saat perjanjian dibuat oleh pihak debitur sendiri telah menduga dan terjadi overmacht. Keadaan demikian sering

diistilahkan voordebitur yaitu jika telah mampu memperhitungkan akan terjadinya peristiwa yang akan menghalangi namun debitur tetap tidak memperdulikan. Menurut Prof Subekti, yang dimaksud resiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak. Misalnya : paket pos tersebut tidak sampai tujuan sehingga konsumen mengalami kerugian, inilah yang dinamakan resiko. Maka besar tanggung jawab dirumuskan dalam syarat-syarat perjanjian. Dalam rumusan tersebut terdapat tanggung jawab yang menjadi beban konsumen dan yang menjadi beban pengusaha. Apabila ditelaah secara cermat, beban tanggung jawab konsumen lebih ditonjolkan daripada beban tanggung jawab pengusaha. Bahkan terlintas kesan bahwa pengusaha berusaha supaya bebas dari tanggung jawab. Keadaan ini dirumuskan sedemikian rapi dalam syarat-syarat perjanjian, sehingga dalam waktu relatif singkat kurang dapat dipahami oleh konsumen ketika membuat perjanjian dengan pengusaha. Syarat yang berisi pembebasan tanggung jawab ini disebut klausula eksonerasi. E. Metode Penelitian 1. Obyek Penelitian Tanggung jawab pengangkut dalam pengangkutan barang dengan menggunakan alat transportasi untuk mencapai tujuan. 2. Subyek penelitian Pejabat dan karyawan PT Pos Indonasia (Persero) Yogyakarta.

3. Sumber data a. Data primer Data primer ini bersumber pada data-data yang ada pada lokasi penelitian sebagai hasil wawancara dengan subyek penelitian. b. Data sekunder Data sekunder ini bersumber dari studi kepustakaan. Studi kepustakaan informasi dilakukan melalui penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji buku-buku, makalah, serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan dan kemudian dipelajari serta dianalisa berdasarkan kompetisi dan kualitas data. 4. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan : a. Wawancara Wawancara ini dilakukan terhadap subyek penelitian, nara sumber dan responden secara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan bebas dan terpimpin, dalam hal ini penulis mengadakan tanya jawab dengan pejabat ataupun karyawan PT Pos Indonasia (Persero) Yogyakarta. b. Studi pustaka Penulis menelaah buku-buku yang berhubungan dengan skripsi ini, serta undang-undang dan dokumen yang berkaitan dengan obyek

penelitian untuk dilakukan analisis secara kompetensi dan tingkat kualitas data. 5. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan meninjau serta membahas obyek penelitian dengan menitikberatkan pada aspek yuridis. Sedangkan aspek lainnya sebagai pelengkap atau komplementer. 6. Metode Analisa Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif, yaitu dengan menggambarkan dan menjelaskan data-data yang diperoleh dari penelitian baik lapangan maupun pustaka; sehingga mampu menjawab permasalahan yang ada dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan. F. Sistematika Penulisan Kerangka skripsi dalam penelitian ini diuraikan dalam bentuk babbab sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada Bab ini berisikan uraian tentang permasalahan yang melatar belakangi tema pokok penelitian sehingga sehingga dapat membuat suatu rumusan masalah dan tujuan penelitian. Di samping itu, diuraikan tinjauan pustaka menurut beberapa teori dan landasan hukum yang sesuai dengan masalah penelitian.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN Pada Bab ini berisikan tentang tinjauan teoritis dan yuridis mengenai aspek-aspek pokok dalam mengkaji obyek penelitian. Menguraikan tentang pengertian perjanjian, hak dan kewajiban dalam suatu perjanjian, kesepakatan dalam perjanjian pengangkutan. BAB III : TANGGUNG JAWAB PT POS INDONESIA (Persero) YOGYAKARTA TERHADAP PENGAJUAN KLAIM PADA PENGANGKUTAN PENGIRIMAN PAKET POS. Pada Bab ini akan disajikan hasil-hasil penelitian yang berisikan tentang tanggung jawab serta perlindungan hukum bagi konsumen yang diakibatkan oleh perlakuan wanprestasi debitur pada perjanjian pengangkutan dan penyelesaian hukum yang dilakukan konsumen apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh debitur dalam perjanjian pengangkutan. BAB IV : PENUTUP Pada Bab ini akan disajikan pandangan dari hasil-hasil penelitian sebagai kesimpulan dari seluruh rangkaian penelitian. Di samping itu pula akan di berikan beberapa saran bagi pihak-pihak terkait sebagai bagian dari konstribusi peneliti dalam meningkatkan penegakan hukum di Indonesia.