ABSTRAK. Oleh : Nura, Aminuddin P.Putra, St. Wahidah Arsyad

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

MENINGKATKAN HASIL DAN PROSES BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING. Eko Wahyuningtyas 1, Aminuddin PP 2

ABSTRAK MENGATASI KESULITAN MEMAHAMI KONSEP SISTEM REGULASI MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF PADA SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-1 SMAN 10 BANJARMASIN PADA KONSEP EKOSISTEM

ABSTRAK. Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda Halang

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 8 BANJARMASIN PADA KONSEP HEWAN INVERTEBRATA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING SISWA KELAS VIII SMP AL ISHLAH TAHUN AJARAN 2011 / Nugroho Adi Prayitno

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

KEMAMPUAN BELAJAR KONSEP DAUR BIOGEOKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BANJARBARU

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

Roma Yunita 1), Sriwulandari 2), Suwondo 3) phone :

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI ORGANISASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI KUTA BAK MEE ACEH BESAR

Penerapan Mind Mapping pada Pembelajaran Biologi Konsep Sistem Pernapasan Manusia terhadap Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Siti Aisyah 1 ; H. Muhammad Zaini 2. Abstrak

ABSTRAK. Oleh : Noor Janah, Aminuddin P.Putra, Asri Lestari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Siska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

ABSTRAK. Oleh : Husnul Khatimah, St. Wahidah Arsyad, A. Naparin

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pacet Kecamatan Reban Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aktivitas atau upaya sadar dan terencana, dirancang untuk

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING PADA HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VII A SMPN 3 TANJUNG DALAM KONSEP EKOSISTEM

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIB SMPN 3 PARINGIN PADA MATERI POKOK CAHAYA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

ABSTRAK. Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran IPS, Model Kooperatif Tipe Jigsaw, Media Visual.

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

Keperluan korespondensi, HP : ,

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PGRI ARJOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEKNIK JIGSAW

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

Rina Yulianti, Eko Setyadi Kurniawan, Sriyono

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Kata Kunci: model STAD, pembelajaran, IPA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

Bimafika, 2016, 8, 10 15

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X- 7 SMA NEGERI 7 BANJARMASIN PADA KONSEP EKOSISTEM MELALUI PENGGUNAAN MIND MAP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

Yusuf Gafur Guru Biologi, SMP Negeri 2 Sano Nggoang -

Oleh Ayu* Sonedi** Kata kunci: Hasil belajar Ekonomi, Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V C SDN 002 RATU SIMA, DUMAI BARAT, RIAU TAHUN PELAJARAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X3 SMA PGRI 6 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN

HURIYAH Program Studi Magister Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Saintifik pada materi himpunan kelas VII Semester Ganjil MTs GUPPI Sumberejo Tahun Pelajaran ?

KHAIRUL ANWAR* DAN RIZKY CHAIRU RAMADHAN** *Ketua Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED ** Mahasiswa Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED

Transkripsi:

ABSTRAK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 21 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM DALAM KEHIDUPAN TUMBUHAN DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Oleh : Nura, Aminuddin P.Putra, St. Wahidah Arsyad Pembelajaran konsep Sistem dalam Kehidupan Tumbuhan di kelas VIIIB SMP Negeri 21 Banjarmasin sebagian besar masih dilakukan secara konseptual. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian pada pembelajaran yang lebih menarik dan sesuai dengan tujuan dari disajikannya mata pelajaran IPA itu sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa yang meliputi aktivitas siswa, mendeskripsikan aktivitas guru, meningkatkan hasil belajar siswa serta mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran konsep sistem dalam kehidupan tumbuhan dengan menggunakan pembelajaran Inkuiri terbimbing. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 21 Banjarmasin tahun ajaran 212/213 yang berjumlah 3 orang. Indikator keberhasilan proses belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 yang terlihat dari tindakan siswa dalam setiap sintak pembelajaran dengan inkuiri terbimbing yang telah diamati selama proses pembelajaran. Aktivitas guru juga mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 baik dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 dan dikategorikan cukup baik. Demikian juga, pada ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II sebesar 16,54%. Respon siswa mengenai inkuiri terbimbing juga menyatakan sangat terbantu dalam pembelajaran. Hal dapat dilihat dari 4% siswa menyatakan sangat setuju dan setuju 56,67% serta sedang 3,33% terhadap kegiatan pembelajaran dengan inkuiri terbimbing. Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing disimpulkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP Negeri 21 Banjarmasin. Kata kunci : Konsep sistem dalam kehidupan tumbuhan, pembelajaran inkuiri terbimbing, aktivitas, hasil belajar siswa. 1

PENDAHULUAN IPA merupakan salah satu mata pelajaran sains. IPA bukan hanya pembelajaran yang harus menguasai suatu konsep, fakta-fakta maupun prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mengenal dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Untuk membantu siswa dalam menguasai mata pelajaran biologi sekolah telah menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar siswa seperti ruang laboratorium biologi. Meskipun sekolah telah menyediakan fasilitas untuk mendukung pembelajaran Biologi tetapi pada kenyataannya siswa masih kesulitan dalam menerima materi biologi. Hal ini disebabkan karena sebagian materi bersifat eksakta yang memerlukan pamahaman dan penerapan. Selain itu, kendala lain yang sering kali dialami oleh para siswa diantaranya kejenuhan belajar, tidak menemukan cara belajar yang tepat, proses pembelajaran yang tidak optimal, penyajian guru kurang menarik, faktor-faktor internal atau eksternal dan kesulitan belajar dalam memahami konsep yang sangat banyak dan sulit (Slameto, 23). Berdasarkan wawancara dan disertai dengan analisis materi pembelajaran yang dilakukan pada salah satu guru biologi di SMP Negeri 21 Banjarmasin pembelajaran umumnya masih dilakukan dengan metode ceramah, mencatat dan terkadang sudah mulai dilakukan dengan memusatkan siswa seperti membentuk kelompok untuk menjawab LKS. Cara seperti ini dikatakan belum maksimal karena hanya beberapa siswa yang terlihat aktif dan mengerjakan tugas yang telah diberikan. Selain itu, saat proses belajar mengajar berlangsung masih terlihat adanya siswa yang ribut, berbicara dengan teman, dan melakukan pekerjaan lain. Pada materi sistem dalam kehidupan tumbuhan ini untuk hasil proses pembelajaran masih dibawah standar KKM yang ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada saat ujian akhir semester yang masih di bawah KKM yang telah ditentukan sehingga harus melaksanakan remedial. Begitu pula dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran 2

kurang terlihat, padahal keberhasilan pembelajaran tidak semata-mata diukur dari hasil belajar akan tetapi juga diukur dari proses selama pembelajaran berlangsung. Pada pemberian konsep sistem dalam kehidupan tumbuhan guru hanya menyampaikan materi dengan metode ceramah dan kerja kelompok dengan menjawab soal-soal LKS. Padahal konsep sistem dalam kehidupan tumbuhan cukup luas dan akan akan lebih menarik apabila siswa dilibatkan langsung pada proses pembelajaran, misalnya dengan praktikum sehingga siswa dapat mengetahui dan memahami tentang struktur dan fungsi jaringan tumbuhan, bagian-bagian tumbuhan yang berperan dalam proses pengambilan zat dan unsur hara dan proses fotosintesis dengan secara langsung dan dibimbing oleh guru. Proses pembelajaran seperti ini dapat membangkitkan minat keingintahuan siswa, sehingga indikator keberhasilan juga dapat dicapai dengan baik. Pembelajaran IPA dikembangkan dari lingkungan sehingga dapat mendorong dan membantu siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga dapat mengatasi kesulitan belajar siswa, menjadikan siswa lebih kreatif, teliti, terampil, dan mampu memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari. Salah satu pembelajaran yang menyajikan materi lingkungan adalah pembelajaran berbasis inkuiri. Strategi pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Guru memberikan suatu masalah kepada siswa dan harus dipecahkan oleh siswa dengan mencari informasi dari berbagai sumber. Dalam proses pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak langsung melepas semua kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru tetap memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa mengenai masalah yang harus dipecahkan. 3

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP 21 Banjarmasin pada Konsep Sistem dalam Kehidupan Tumbuhan dengan Menggunakan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu bagaimana pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP Negeri 21 Banjarmasin, bagaimana aktivitas guru pada pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing pada konsep sistem dalam kehidupan tumbuhan kelas VIIIB SMP Negeri 21 Banjarmasin, dan bagaimana respon siswa kelas VIIIB SMP Negeri 21 Banjarmasin tentang pembelajaran pada konsep sistem dalam kehidupan tumbuhan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru yang bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar (Arikunto dkk, 26). Penelitian ini direncanakan menjadi 2 siklus dengan 4 kali pertemuan. Siklus 1 pertemuan 1 mempelajari tentang struktur dan fungsi jaringan pada akar dan batang, pertemuan 2 mempelajari tentang struktur dan fungsi jaringan pada daun dan bunga. Sedangkan pada siklus 2 pertemuan 1 mempelajari tentang proses fotosintesis dan pertemuan 2 mempelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. 4

Subjek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 21 Banjarmasin tahun ajaran 212/213 yang berjumlah 3 orang, yaitu 17 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dimulai pada bulan Agustus 212 sampai pada bulan Desember 212. Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada sekolah SMP Negeri 21 Banjarmasin kelas VIIIB yang beralamat Jl. Alalak tengah Gang Swarga Tani Banjarmasin. Pengembangan Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini meliputi test, LKS dan alat evaluasi hasil belajar yang berpedoman pada indikator masing-masing rencana pembelajaran serta beberapa buku paket kelas VIII yang relevan. Kedalaman dan keluasan materi soal disusun berdasarkan indikator dalam kurikulum Biologi SMP 26 untuk konsep Sistem Dalam Jaringan Tumbuhan. Teknik Pengumpulan Data Hasil penelitian berupa data kualitatif, data kuantitatif, dan data respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan hasil observasi aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar (pre tes dan post tes) dan tes selama proses pembelajaran (LKS). Data respon siswa diperoleh dari hasil pengisian angket tentang respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. 5

Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilaksanakan sesuai dengan jenis data yang telah dikumpulkan sebagai berikut: 1) Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kualitatif dilakukan melalui reduksi data, pemaparan data, dan penyimpulan hasil analisis yang didasarkan pada hasil belajar proses dan hasil belajar psikomotor dari siswa. 2) Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif yang tertuju pada hasil belajar produk yang dilakukan secara deskriptif. Data ini berasal dari tes hasil belajar dan tes selama proses pembelajaran. Data tes hasil belajar diolah dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan individual dengan rumus sebagai berikut: Ketuntasan individual = Jumlah skor x 1% Jumlah skor maksimal Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa yang tuntas belajar x 1% Jumlah seluruh siswa Keterangan: Ketuntasan individual: Jika siswa mencapai ketuntasan skor > 65 Ketuntasan klasikal: Jika > 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan skor >65 Data hasil selama proses pembelajaran ditafsirkan ke dalam kalimat kualitatif yakni baik (76-1%), cukup baik (56-75%), kurang (4-55%), dan buruk (< 4%) (Arikunto, 1998). 3) Analisis data tentang hasil penelitian yang tergolong data kualitatif dilakukan secara deskriptif tentang observasi aktivitas siswa dan guru, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru serta respon siswa dan guru dalam pembelajaran. 4) Analisis data tentang respon guru dilakukan dengan menghitung persentase jawaban setiap butir soal dari angket respon guru terhadap kegiatan pembelajaran, kemudian dianalisissecara deskriptif. 6

Indikator Keberhasilan Penelitian Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi semua komponen indikator indikator kualitatif dan kuantitatif (Arikunto.,dkk 26). Kedua indikator di atas dilihat dari pergeseran hasil siklus 1 ke siklus 2. a. Indikator kualitatif adalah bilamana aktivitas siswa telah menunjukkan kenaikan dari siklus 1 ke siklus ke 2 atau dominansi aktivitas guru menujukkan penurunan dari siklus 1 ke siklus 2. b. Indikator kuantitatif terdiri atas: 1. Siswa dikatakan tuntas belajarnya jika nilai siswa 65, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya jika terdapat 85% siswa mencapai nilai 65. 2. Hasil selama proses pembelajaran tergolong baik, berdasarkan kategori Arikunto (Arikunto, 1998). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Proses Belajar Siswa 1.1 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus 1 dan 2 Aktivitas siswa pada pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Aktivitas siswa pada pembelajaran dengan Inkuiri Terbimbing Tindakan 1. Guru melaksanak an Kegiatan belajar mengajar (KBM) sesuai dengan di RPP 2. Guru membimbin SIKLUS 1 Analisis Aktivitas siswa Pertemuan I Pertemuan II Siswa menyiapkan Siswa menyiapkan kegiatan belajar kegiatan belajar mengajar sesuai mengajar sesuai dengan di RPP dengan di RPP Siswa menyajikan pertanyaan atau Siswa menyajikan pertanyaan atau Refleksi Siswa menyiapkan pembelajaran dengan baik karena pada kegiatan pendahuluan dalam KBM siswa terlebih dahulu diberikan motivasi dan apersepsi sehingga siswa bersemangat dalam kegiatan pembelajaran, tapi disini juga masih terlihat beberapa siswa yang masih kurang semangat dalam belajar, oleh karena itu perlu ditingkatkan lagi pada siklus 2 Pada menyajikan pertanyaan atau masalah 7

g siswa dalam menyajikan pertanyaan atau masalah pada materi struktur dan fungsi akar, batang, daun dan bunga. 3. Guru membimbin g siswa dalam membuat hipotesis tentang struktur dan fungsi akar, batang, daun dan bunga. masalah dalam bentuk Bagaimana struktur morfologi dan anatomi akar dan batang dari suatu tanaman yang diamati? Siswa membuat hipotesis atau dugaan sementara dalam bentuk Struktur Morfologi akar terdiri dari badan akar, cabang akar, serabut akar dan anatomi akar terdiri dari epidermis, endodermis, korteks, jaringan pengangkut sedangkan struktur morfologi batang terdiri dari pangkal batang, ruas batang dan anatomi batang terdiri dari epidermis, korteks, berkas pengangkut. masalah dalam bentuk Bagaimana struktur morfologi dan anatomi daun dan bagian-bagian bunga pada tanaman yang diamati? Siswa membuat hipotesis atau dugaan sementara dalam bentuk Struktur morfologi daun terdiri dari pelepah daun, tangkai daun, dan helaian daun sedangkan anatomi daun terdiri dari jaringan epidermis, jaringan tiang, jaringan bunga karang. Pada bagianbagian bunga terdiri dari kelopak, mahkota, benang sari, dan putik. pada materi struktur dan fungsi akar, batang, daun dan bunga siswa masih rendah, hanya ada beberapa siswa dapat menyajikan pertanyaan atau masalah oleh karena itu, pada siklus 2 hendaknya guru dapat menunjuk secara langsung siswa yang kurang aktif sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam pembelajaran dengan inkuiri terbimbing ini Pada membuat hipotesis dalam materi struktur dan fungsi akar, batang, daun dan bunga dalam siklus I masih harus ditingkatkan lagi, karena seperti halnya menyajikan masalah atau pertanyaan pada aktivitas membuat hipotesis ini juga hanya terlihat beberapa oarang siswa saja yang aktif, oleh karena itu juga diharapkan guru dapat menunjuk secara langsung siswa yang terlihat kurang aktif sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam pembelajaran dengan inkuiri terbimbing ini. 8

4. Guru membantu siswa merancang percobaan untuk mengerjaka n LKS Siswa merancang percobaan dengan : menyiapkan alat dan bahan mengamati jenis akar dan batang, mengamati bagian luar (morfologi) dan dalam (anatomi) dari akar dan batang menyebutkan bagian-bagian akar dan batang baik morfologi maupun anatominya menggambar hasil pengamatan membuat kesimpulan dari percobaan yang dilakukan Siswa merancang percobaan dengan: menyiapkan alat dan bahan mengamati struktur morfologi dan antomi daun mengamati bagian-bagian bunga menggambar hasil pengamatan memberikan keterangan pada gambar membuat kesimpulan Pada merancang percobaan siswa dibimbing oleh guru, dalam menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan pada pengamatan struktur akar, batang, daun dan bunga. 5. Guru membimbin g siswa dalam melakukan percobaan untuk memperole h informasi 6. Guru membimbin g kelompok dalam mengumpul kan dan menganalis is data 7. Guru membimbin g siswa dalam membuat kesimpulan Siswa melakukan praktikum dengan menggunakan lup untuk mengamati bagian morfologi akar dan batang dan dengan mikroskop untuk mengamati bagian anatomi akar dan batang. Siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan dan menganalisis hasil pengamatan Guru membimbing siswa membuat kesimpulan Siswa melakukan praktikum dengan menggunakan lup untuk mengamati bagian morfologi daun dan bunga dan dengan mikroskop untuk mengamati bagian anatomi daun. Siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan dan menganalisis hasil pengamatan Guru membimbing siswa membuat kesimpulan Pada aktivitas siswa dalam melakukan percobaan pada siklus I dari pertemuan I ke pertemuan 2 sudah mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari cara siswa dalam menemukan suatu jawaban dari hipotesis yang mereka buat, yaitu melakukan percobaan dari rancangan yang telah dirumuskan Dalam aktivitas mengumpulkan dan menganalisis data siswa sudah mulai bekerja dengan kelompoknya masing-masing untuk memperoleh data dari hasil pengamatan yang telah dilakukan Siswa dibimbing oleh dalam membuat kesimpulan Tindakan 1. Guru melaksanakan KBM sesuai SIKLUS 2 Analisis aktivitas siswa siklus II Pertemuan I Pertemuan II Siswa menyiapkan Siswa menyiapkan kegiatan belajar kegiatan belajar mengajar sesuai mengajar sesuai Refleksi Siswa menyiapkan pembelajaran dengan baik karena pada kegiatan 9

dengan RPP dengan di RPP dengan di RPP pendahuluan dalam KBM siswa terlebih dahulu diberikan motivasi dan apersepsi sehingga siswa bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Pada siklus 2 ini aktivitas siswa meningkat dari siklus 1. Hal terlihat pada kegiatan pendahuluan saat apersepsi dan motivasi siswa lebih banyak bertanya terkait dengan materi yang akan dipelajari yaitu tentang fotosintesis. 2. Guru membimbing siswa dalam menyajikan pertanyaan atau masalah pada materi fotosintesis 3. Guru membimbing siswa dalam membuat hipotesis tentang fotosintesis 4. Guru membantu siswa merancang percobaan untuk mengerjakan LKS Siswa menyajikan pertanyaan atau masalah dalam bentuk Apakah proses fotosintesis menghasilkan oksigen? Siswa membuat hipotesis atau dugaan sementara dalam bentuk Pada proses fotosintesis menghasilkan oksigen Siswa merancang percobaan dengan : menyiapkan alat dan bahan membuat rangkaian percobaan untuk mengamati proses fotosintesis menghitung jumlah gelembung yang muncul dari perangkat percobaan membuat hasil pengamatan membuat kesimpulan Siswa menyajikan pertanyaan atau masalah dalam bentuk Apakah cahaya matahari mempunyai pengaruh pada proses fotosintesis? Siswa membuat hipotesis atau dugaan sementara dalam bentuk Cahaya matahari berpengaruh pada proses fotosintesis Siswa merancang percobaan dengan : menyiapkan alat dan bahan mengambil daun yang sudah terkena sinar matahari dan juga daun yang ditutup sebagian dengan kertas karbon memasukan kedalam air panas yang telah diberi alkohol mengambil daun dengan pinset menetesi daun dengan logul Pada siklus 2 aktivitas siswa dalam merumuskan masalah pada materi tentang fotosintesis sudah lebih baik dibandingkan pada siklus 1. Hal ini dapat dilihat dari jumlah atau persentasi siswa yang mengajukan masalah lebih banyak dari pada siklus 1. Selain itu siswa yang aktif juga bervariasi tidak hanya beberapa siswa saja. Pada membuat hipotesis tentang materi fotosintesis siklus 2 juga meningkat dibandingkan dengan siklus 1. Hal ini dapat dilihat dari persentasi aktivitas siswa dalam membuat hipotesis yang lebih banyak dibandingkan dengan siklus 1. Pada aktivitas merancang percobaan siswa dibimbing oleh guru, tetapi disini terlihat bahwa aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari siklus 1 kesiklus 2, akan tetapi dalam hal merancang percobaan bimbingan guru masih dominan. 1

5. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan untuk memperoleh informasi siswa melakukan praktikum dengan membuat perangkat percobaan pada pengamatan proses fotosintesis kemudian mengamati proses fotosintesis yang terjadi dan menghitung jumlah gelembung udara yang muncul. mengamati perubahan warna yang terjadi membuat kesimpulan. siswa melakukan praktikum dengan mengamati pengaruh cahaya matahari pada proses fotosintesis dengan melakukan percobaan Pada aktivitas siswa dalam melakukan percobaan pada siklus II juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari cara siswa dalam menemukan suatu jawaban dari hipotesis yang mereka buat, yaitu melakukan percobaan dari rancangan yang telah dirumuskan. 6. Guru membimbing kelompok dalam mengumpulka n dan menganalisis data 7. membuat kesimpulan siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan dan menganalisis hasil pengamatan guru membimbing siswa membuat kesimpulan siswa mengerjakan LKS yang dibagikan dan menganalisis hasil pengamatan guru membimbing siswa membuat kesimpulan Dalam aktivitas mengumpulkan dan menganalisis data siswa sudah mulai bekerja dengan kelompoknya masing-masing untuk Siswa dibimbing oleh dalam membuat kesimpulan 1.2 Aktivitas Guru dalam Pembelajaran pada Siklus 1 dan 2 Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 1. 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1,5 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 2 3 4 5 6 pertemuan 1 siklus 1 pertemuan 2 siklus 1 pertemuan 1 siklus 2 pertemuan 2 siklus 2 Gambar 1. Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus 1 dan 2 3 3 11

Keterangan : 1. Guru membimbing siswa dalam menyajikan pertanyaan atau masalah 2. Guru membimbing siswa dalam membuat hipotesis 3. Guru membimbing siswa dalam merancang percobaan 4. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan untuk memperoleh informasi 5. Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan dan menganalisis data 6. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan Aktivitas guru pada umumnya baik dari siklus 1 ke siklus 2 pada pertemuan 1 dan 2 mengalami peningkatan dalam hal kualitas. Sikap yang dilakukan oleh guru senada dengan pendapat dari Slameto (21) yang menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Bila siswa menjadi partisipasi aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik. 1.3 Hasil Belajar Siswa 1.3.1 Hasil Belajar Siswa pada Postest Siklus 1 dan 2 Hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai postest. Postest dilaksanakan setelah diakhir pembelajaran. Pada siklus 1 dan siklus 2, baik pertemuan 1 dan pertemuan 2 umumnya hasil postest siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. 12 1 8 6 4 2 4 siklus 1 pertemuan 1 47,62 siklus 1 pertemuan 2 Hasil postest 75,86 siklus 2 pertemuan 1 96,55 siklus 2 pertemuan 2 Gambar 2. Hasil belajar siswa selama pembelajaran Siklus 1 dan 2 12

Pada siklus 2 pertemuan 1 hasil postest menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan yaitu persentase ketuntasan klasikal sebesar 75,86% dimana ada 7 orang saja yang tidak mencapai ketuntasan individual. Begitu juga pada pertemuan 2 persentase siswa yang tuntas pada kembali menunjukkan peningkatan dengan ketuntasan klasikalnya sebesar 96,55%. Rata-rata ketuntasan klasikal yang diperoleh dari nilai postest pada siklus 2 pertemuan 2 dengan siklus 2 pertemuan 1 yaitu sebesar 86,21 %. Pada siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 16,54%. Hasil belajar pada siklus 2 dapat dikatakan tuntas dan sudah memenuhi persyaratan yang digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembelajaran. Peningkatan ketuntasan hasil belajar tentu saja dapat dijadikan indikator bahwa proses pembelajaran dengan Inkuiri Terbimbing sudah berjalan cukup efektif. Dalam pembelajaran Inkuiri terbimbing ada 6 tahap, tahap pertama adalah tahap mengajukan pertanyaan dan permasalahan. Di setiap pembelajaran terdapat pertanyaan dan permasalahan, siswa dituntut untuk membuat rumusan masalah tersebut. Tahap kedua adalah tahap membuat hipotesis, tahap ini dapat dilakukan ketika menjawab rumusan masalah. Tahap yang ketiga adalah merancang percobaan, pada saat ini siswa diberikan kesempatan merancang langkah-langkah percobaan yang berkaitan dengan hipotesis tersebut. Tahap keempat siswa melakukan percobaan untuk mendapatkan informasi. Tahap kelima adalah menganalis data, setelah data telah terkumpul siswa dapat menyampaikannya pada kelompok yang lain. Selanjutnya tahap terakhir, membuat kesimpulan. Setelah siswa menjawab LKS siswa dapat menarik kesimpulan dari kegiatan tersebut dan menghubungkan dengan hipotesis awal yang dia tentukan tadi sehingga konsep pengetahuan yang ditemukan dapat terbentuk. 13

persentase Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 215 Hal ini juga sesuai dengan penelitian Wirtha & Rapi (28) bahwa model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri, menggunakan konsep-konsep yang sudah dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan kata lain siswa mempunyai kesempatan untuk mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang ada sehingga terjadi belajar bermakna. 1.3.2 Hasil Proses Belajar Siswa pada penilaian LKS Siklus 1 dan 2 Hasil belajar selama proses pembelajaran diperoleh dari kemampuan siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan mengerjakan LKS yang dikerjakan secara berkelompok. Hasil proses belajar siswa pada siklus 1 dan siklus 2 baik pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat dilihat pada Gambar 3. 8 75 7 71,25 penilaian LKS 75 76,8 78 65 siklus 1 pertemuan 1 siklus 1 pertemuan 2 siklus 2 pertemuan 1 siklus 2 pertemuan 2 Gambar 3. Penilaian LKS pada siklus 1 dan 2 Nilai rata-rata pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus 1 adalah 73,13 dengan selisih pertemuan 1 dan pertemuan 2 sebesar 3,75 yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I sudah berjalan dengan baik. Sama halnya dengan siklus 1 untuk hasil belajar selama proses pembelajaran pada siklus 2 diperoleh dari kemampuan siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan mengerjakan LKS yang dikerjakan secara berkelompok yang menunjukkan hasil selama proses pembelajaran yang diperoleh dari nilai LKS pada siklus 2 pertemuan 1 dan pertemuan 2. Rata-rata penilaian pada siklus 2 adalah 77,4 dengan selisih peningkatan pada pertemun 1 ke pertemuan 2 14

sebesar 1,2. Secara keseluruhan hasil selama proses pembelajaran dapat dikatakan terjadi peningkatan dengan selisih 4,2 dari siklus 1 ke siklus 2. Oleh karena itu pada proses pembelajaran dapat dikategorikan baik. Pada hakikatnya, inkuiri ini merupakan proses. Proses merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan akan mengembangkan pemahaman siswa dalam menghafal informasi, dan menguasai konsep. Hal ini dikarenakan pada proses-proses tersebut akan merangsang siswa untuk berpikir secara aktif dalam menyelesaikan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Tindangen (27) yang mengatakan bahwa proses menemukan data, menemukan gagasan, menemukan pemecahan dan mengimplementasikan penemuan merupakan aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. 1.3.3 Hasil Penilaian Proses pembelajaran pada Siklus 1 dan 2 Pada lembar penilaian proses siklus 1 dan 2, ada rincian tugas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran terutama saat diskusi. Penilaian dilakukan oleh siswa sendiri dan juga oleh guru sebagai pendidik. Hasil penilaian proses oleh siswa guru dan observer dapat dilihat pada Gambar 4. 78 76 74 72 7 68 72,12 siklus 1 pertemuan 1 76,9 siklus 1 pertemuan 2 penilaian proses 75,1 siklus 2 pertemuan 1 76,43 siklus 2 pertemuan 2 Gambar 4. Hasil penilain proses pembelajaran pada siklus I dan 2 15

Berdasarkan hasil dari penilaian oleh siswa sendiri ditambah penilaian oleh guru kemudian dirata-ratakan, didapat nilai rata-rata pada siklus 1 adalah 74,1%. Pada siklus 2 pertemuan 1 mengalami penurunan yaitu dengan nilai rata-rata 75,1 tetapi pada pertemuan 2 kembali terjadi peningkatan dengan nilai rata-rata yaitu 76,43 setelah dirata-ratakan pada didapat nilai yaitu 75,56, dimana nilai rata-rata skor pada siklus 2 tergolong dalam kategori sedang. Hasil penilaian proses pada siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan dengan selisih sebesar 1,76. Setelah dirata-ratakan pada siklus 1 dan siklus 2 didapat nilai yaitu 74,98 dimana nilai rata-rata skor tergolong dalam kategori sedang. Walaupun dikategorikan sedang pada siklus 1 dan siklus 2, tetapi penilaian pada tiap pertemuan mengalami peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2. Sehingga penilaian proses dapat dikatakan mengalami peningkatan. Penilaian ini hanya sebagai bahan refleksi bagi siswa untuk menilai kemampuan mereka dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Proses yang diharapkan selama pembelajaran adalah sebagai penunjang tumbuhnya nilai dan sikap siswa terhadap pembelajaran. Berdasarkan kategori penilaian diketahui bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya sehingga setiap siklus secara keseluruhan mengalami peningkatan proses pembelajaran. 16

1.3.4 Hasil Penilaian Psikomotor pada Siklus 1 dan 2 Pada lembar penilaian psikomotorik bahwa ada tugas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dinilai oleh siswa itu sendiri juga dinilai guru sebagai pendidik. Hasil penilaian dapat dilihat pada Gambar 5. 71 7,28 7,37 7 69,71 69,31 69 68 siklus 1 pertemuan 1 siklus 1 pertemuan 2 siklus 2 pertemuan 1 siklus 2 pertemuan 2 Gambar 5. Hasil penilain psikomotor pada siklus I dan siklus 2 Sama halnya juga pada lembar penilaian proses, hasil yang diperoleh juga memiliki variasi penilaian, yaitu penilaian oleh siswa sendiri ditambah penelitian oleh guru kemudian dirata-ratakan didapat nilai psikomotor sebesar 62,28% dimana nilai rata-rata skor pada siklus 1 tergolong dalam kategori sedang. Penilaian psikomotor pada siklus 2 tidak seperti pada siklus 1 yang mengalami peningkatan, tetapi terjadi penurunan. Penilaian psikomotor pada siklus 2 hasil yang diperoleh setelah dirata-ratakan paa sikljus 1 dan 2 adalah 66,1, dimana nilai ratarata skor pada siklus 2 tergolong dalam kategori sedang. Penilaian psikomotor pada siklus 1 dan 2 dilihat secara keseluruhan mengalami peningkatan. Rata-rata penilaian psikomotor adalah sebesar 64,19 dengan selisih peningkatan sebesar 3,82. Hasil penilaian secara keseluruhan menunjukkan bahwa psikomotor siswa mengalami peningkatan. Penilaian ini hanya sebagai bahan refleksi bagi siswa untuk menilai kemampuan mereka dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Dalam pelaksanaannya strategi pembelajaran inkuri banyak dianjurkan karena merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan 17

persentase Jurnal Wahana-Bio Volume XIV Desember 215 psikomotorik secara seimbang sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna, pembelajaran ini dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman selain itu, keuntungan lain pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka (Sanjaya, 27) 1.3.5 Pengamatan Perilaku Berkarakter pada Siklus 1 dan 2 Gambar 6. Pada pengamatan perilaku berkarakter dapat dilihat pada 8 6 4 2 4 74,14 65,52 61,9 Gambar 6. Hasil penilain perilaku berkarakter pada siklus 1 dan 2 Keterangan : A = Baik B = Memuaskan C = Menunjukan kemajuan D = Memerlukan peningkatan 56 38,9 34,38 25,86 A B kategori C D pertemuan 1 siklus 1 pertemuan 2 siklus 2 pertemuan 1 siklus 2 pertemuan 2 siklus 1 4 Berdasarkan hasil penilain pada siklus 1 dan siklus 2 baik pertemuan 1 dan pertemuan 2 perilaku berkarakter siswa baik dari segi bertanggung jawab dan bekerjasama dapat dikategorikan siswa menunjukan memuaskan (B) karena persentase untuk B menunjukan nilai yang lebih besar dibandingkan kategori yang lain. Hal ini menggambarkan bahwa mereka saling membantu dalam menjalin kerja sama sehingga dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan dapat lebih mudah dikerjakan sama halnya dengan tujuan pembelajaran kooperatif. 18

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu pembelajaran kooperatif menuntuk kerja sama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur rewardnya (Suprijono, 29). 1.3.6 Pengamatan Keterampilan sosial pada Siklus 1 dan 2 Pengamatan keterampilan sosial meliputi keterampilan siswa dalam hal bertanya dan menyumbang ide atau pendapat pada siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada pada Gambar 7. 8 67,24 6 48,28 48,28 54 4 3,75 35,71 33,33 3 25,86 2 16 6,9 3,44 A B C D pertemuan 1 siklus 1 pertemuan 2 siklus 1 pertemuan 1 siklus 2 pertemuan 2 siklus 2 Gambar 7. Hasil penilaian keterampilan sosial Berdasarkan data pada Gambar 7 pada siklus 1 diketahui bahwa perilaku berkarakter baik dari segi bertanya, dan menyumbangkan ide/pendapat pada kelas VIIIB SMP Negeri 21 Banjarmasin dapat dikategorikan perilaku sosial siswa perlu ditingkatkan (D) karena persentase untuk kategori D menunjukkan nilai yang lebih besar dibanding kategori yang lain. Hal ini disebabkan karena kondisi siswa yang masih belum siap dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dan juga siswa masih kurang terbiasa dalam pembelajaran kooperatif atau berkelompok. Pengamatan perilaku berkarakter pada siklus 2 pertemuan 1 dan pertemuan 2 diketahui bahwa keterampilan sosial baik dari segi bertanya, dan menyumbangkan ide/pendapat dapat dikategorikan perilaku 19

berkarakter siswa memuaskan (B) karena persentase untuk kategori B menunjukkan nilai yang lebih besar dibanding kategori yang lain. Dari tabel ini juga terlihat bahwa keterampilan sosial siswa sebagian sudah menunjukan kategori baik meskipun masih ada beberapa siswa yang masih harus memerlukan peningkatan. Hal ini menggambarkan bahwa siswa sudah mulai aktif dan menunjukan keterampilan sosial terutama dalam hal bertanya pada saat diskusi kelas maupun kelompok berlangsung. Oleh karena itu dapat disimpulkan pembelajaran dengan Inkuiri terbimbing dapat mengembangkan keterampilan sosial anak. 1.3 Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing pada konsep sistem dalam kehidupan tumbuhan Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilihat pada gambar 8. 6 5 4 3 2 1 56,67 4 3,33 sangat tinggi tinggi sedang kurang sangat kurang sangat tinggi tinggi sedang kurang sangat kurang Gambar 8. Respon Siswa dalam Menggunakan Inkuiri terbimbing Pada Gambar 8 untuk respon siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Inkuiri terbimbing dapat dilihat persentase siswa bahwa 4% siswa memberi respon sangat setuju 56,67% siswa yang memberikan respon setuju dan 3,33% siswa memberikan respon sedang terhadap kegiatan pembelajaran dengan inkuiri terbimbing. Respon siswa sangat setuju menunjukkan adanya minat siswa dalam belajar dengan menggunakan menggunakan inkuiri terbimbing. Seorang siswa dapat 2

belajar dengan baik apabila kondisi dirinya maupun lingkungan sekitarnya menunjang untuk belajar dengan baik. Menurut Slameto (21) minat merupakan faktor intern yang mempengaruhi belajar sisiwa yang ditunjukkan dengan adanya kecenderungan dan kegairahan siswa yang tinggi atau keinginan siswa yang besar terhadap sesuatu. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar. PENUTUP Kesimpulan 1. Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing pada konsep sistem dalam kehidupan tumbuhan meningkatkan aktivitas siswa. Peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa pada setiap sintak dalam pembelajaran inkuiri terbimbing yang diamati selama proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. 2. Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran mengalami peningkatan kualitas. Pengelolaan pembelajaran pada siklus 1 dan siklus II mengalami peningkatan dan tergolong dalam kategori baik. 3. Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing pada konsep sistem dalam kehidupan tumbuhan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat sebesar 16,54% dari siklus I ke siklus II. 4. Respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing menunjukkan jumlah siswa yang setuju sebanyak 56,67%. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran dengan Inkuir Terbimbing telah diterima positif oleh siswa. 21

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. -------------26. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Rapi, N.K. & Wirtha, I.M. 28. Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. 1(2):15-29. Rustini, Tin. 29. Penerapan Model Inkuiri dalam Meningkatkan Pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. 11(3):16-2. Sanjaya, W. 26. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media, Jakarta. -------------- 29. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Prenada Media, Jakarta. Slameto. 23. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta. Suprijono, Agus. 29. Cooverative Learning. Pustaka Pelajar: Surabaya. Trianto. 28. Mendesain Pembelajaran Kontekstual. Cerdas Pustaka: Jakarta. -------- 29. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana: Jakarta. 22