Jurnal Bahan Alam Terbarukan

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Bahan Alam Terbarukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

LAPORAN AKHIR. Dibuat sebagai Persyaratan untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI ALPUKAT (Persea americana) MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

KATALIS HETEROGEN DARI ABU VULKANIK UNTUK PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK MIKROALGA CHLORELLA Sp

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

KATALIS HETEROGEN DARI ABU VULKANIK UNTUK PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK MIKROALGA CHLORELLA SP

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MIKROALGA CHLORELLA SP MELALUI PROSES ESTERIFIKASI DAN TRANSESTERIFIKASI

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 7 No. 2 Februari 2015

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

KAJIAN PEMANFAATAN BIJI KOPI (ARABIKA) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN METIL ESTER SKRIPSI

PEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS

Oleh: Nufi Dini Masfufah Ajeng Nina Rizqi

4 Pembahasan Degumming

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Senja Dewi Kinanti

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL DIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

EKSTRAKSI MINYAK ALGA Spirulina sp. DENGAN DUA JENIS PELARUT, HCL DAN ETANOL. Riana Giarti 1) dan Elida Purba 2)

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MIKROALGA CHLORELLA Sp MELALUI DUA TAHAP REAKSI IN-SITU Shintawati Dyah P. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI ALPUKAT (Persea gratissima) DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MENGGUNAKAN CAMPURAN MINYAK KELAPA SAWIT DAN MINYAK JARAK DENGAN TEKNIK ULTRASONIK PADA FREKUENSI 28 khz

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET DENGAN PENGUJIAN MENGGUNAKAN MESIN DIESEL (ENGINE TEST BED)

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemanfaatan Biji Mangga Madu sebagai Minyak dengan Metode Ekstraksi

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

MODIFIKASI PROSES IN SITU ESTERIFIKASI UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI

PRODUKSI BIODIESEL MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK CURAH DENGAN METODE DISTILASI REAKTIF BERDASARKAN RATIO UMPAN

PERBANDINGAN BIODIESEL HASIL TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KEPAYANG (PANGIUM EDULE REINW) DENGAN KATALIS NaOH DAN H-ZEOLIT ABSTRACT

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

PEMANFAATAN BIJI MANGGA MADU SEBAGAI MINYAK DENGAN METODE EKSTRAKSI

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

PRODUKSI BIODIESEL DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS ORGANOTIMAH TESIS. Karya tulis ini sebagai salah satu syarat. untuk memperoleh gelar Magister dari

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

OPTIMASI KONVERSI BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT

SINTESIS METIL ESTER DARI LIPID Bacillus stearothermophilus DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN BF 3. Dessy Dian Carolina NRP

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. Dibagi menjadi: biofuel (5%), panas bumi (5%), biomasa nuklir, tenaga air dan tenaga angin (5%), batu bara cair (2%)

KARAKTERISASI SIFAT FISIS BIODISEL SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF ABSTRAK

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

ANALISIS KADAR ASAM LEMAK ESENSIAL PADA KULIT BIJI JAMBU METE (Annacardium occidentale L.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

Soal Open Ended OSN PERTAMINA 2015 Bidang Kimia. Algae Merupakan Bahan Bakar Terbarukan

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN METIL ESTER (BIODIESEL) DARI MINYAK DEDAK DAN METANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI DAN TRANSESTERIFIKASI

MODIFIKASI PROSES IN-SITU DUA TAHAP UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI LOGO

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

KONVERSI MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT TERAKTIVASI HCl

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Pembuatan Biodiesel dari Biji Kapuk (Ceiba pentandra) dengan Katalis Padat H-Zeolit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN A DATA BAHAN BAKU

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II)

PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PRODUKSI METIL ESTER FEBNITA EKA WIJAYANTI

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

OPTIMASI PERBANDINGAN MOL METANOL/MINYAK SAWIT DAN VOLUME PELARUT PADA PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN PETROLEUM BENZIN

Transkripsi:

Jurnal Bahan Alam Terbarukan ISSN 2303-0623 SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK MIKROALGA Chlorella vulgaris DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KOH Catur Rini Widyastuti 1,*) dan Ayu Candra Dewi 2 1,2 Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Jl Raya Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229, Indonesia *E-mail penulis: c.rini.widyastuti@gmail.com Abstrak Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang dianggap mampu menjawab permasalahan kelangkaan bahan bakar minyak. Biodiesel dapat disintesis dari minyak nabati melalui reaksi transesterifikasi. Sumber minyak nabati yang potensial adalah mikroalga yang memiliki produktifitas minyak yang lebih tinggi per satuan luas lahan yang digunakan jika dibandingkan dengan tanaman darat. Mikroalga jenis Chlorella sp diketahui mengandung komponen lipid cukup tinggi yaitu sebesar 14-22%. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan meliputi ekstraksi minyak mikroalga dengan n-heksana, reaksi transesterifikasi minyak mikroalga dan metanol dengan katalis KOH, dilanjutkan dengan filtrasi untuk memisahkan produk biodiesel dengan gliserol yang terbentuk. Untuk mengetahui kandungan kimia dalam bahan baku dan produk, minyak hasil ekstraksi mikroalga dan biodiesel yang dihasilkan dianalisis dengan GC-MS. Dari hasil uji GC-MS diketahui dua kandungan asam lemak terbesar dalam minyak mikroalga, yaitu Dodecanoic acid sebesar 59.52% dan n- Decanoic acid sebesar 12.64%. Dari proses transesterifikasi, yield biodiesel yang diperoleh sebesar 59.85% dengan densitas 0.88 g/cm 3. Kandungan kimia biodiesel diketahui terdiri dari senyawa Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebesar 15.4% dan Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE) sebesar 21.14%. Kata kunci: mikroalga, transesterifikasi, biodiesel, Fatty Acid Methyl Ester (FAME), Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE) Abstract Biodiesel is one of the alternative energy which expected to provide a solution towards our dependence of fossil fuel. Biodiesel could be synthesized from vegetable oil through transesterification process. One of the most potential sources of vegetable oil is microalgae which is more productive than a land-based plant. One of the species of microalgae which is Chlorella sp is known for containing high lipid content from 14 to 22%. The steps of the research including extraction of microalgae oil using n-hexane, transesterification reaction between microalgae and methanol using KOH as a catalyst, and continued by filtration to separate the biodiesel product with the glycerol. To determine the chemical compound of the raw material and the product, the oil of the extracted microalgae and the biodiesel were analyzed using GC-MS. The GC-MS test shows two biggest fatty acid compound are Dodecanoic acid which is 59.52% and n-decanoic acid which is 12.64%. From the transesterification process, the obtained biodiesel yield is 59.85% with density of 0.88 g/cm 3. The chemical compound of the biodiesel known as fatty Acid Methyl Ester (FAME) which is 15.4% and Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE) which is 21.14%. Keywords: microalgae, transesterification, biodiesel, Fatty Acid Methyl Ester (FAME), Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE)

I. PENDAHULUAN Kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi belakangan ini telah memberikan dampak yang sangat luas di berbagai sektor kehidupan. Sektor yang paling cepat terkena dampaknya adalah sektor transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi, salah satu caranya dengan mengembangkan bahan bakar alternatif ramah lingkungan seperti biodiesel (Kawaroe, 2012 dan Sofyan, 2012). Biodiesel merupakan bahan bakar minyak dari nabati maupun lemak hewan yang memiliki sifat menyerupai minyak diesel. Biodiesel terdiri dari monoalkil ester yang dapat terbakar bersih. Biodiesel bersifat terbarukan, dapat menurunkan emisi kendaraan, bersifat melumasi dan dapat meningkatkan kinerja mesin. Biodiesel dibuat secara transesterifikasi maupun esterifikasi minyak nabati dengan katalis basa maupun asam sehingga menghasilkan metil ester (Nilawati, 2012). Kebutuhan minyak diesel yang tinggi akan meningkatkan kebutuhan bahan bakunya. Konsep dalam memilih bahan baku biodiesel bukan sebagai pengganti bahan baku yang telah ada, tetapi untuk memenuhi kekurangan bahan baku pembuatan biodiesel (Sulistyo, 2010). Dari sekian banyak potensi alam yang dimiliki oleh Indonesia, mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintesis penghasil minyak yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu alternatif bahan baku pembuatan biodiesel. Dibandingkan dengan tanaman darat penghasil minyak, mikroalga memiliki produktivitas minyak yang lebih tinggi per satuan luas lahan yang digunakan (Hadiyanto, 2011). Semua jenis mikroalga memiliki komposisi kimia sel yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat, dengan persentase yang bervariasi tergantung jenis alga. Jenis alga Chlorella sp, seperti ditunjukkan pada Gambar 1, memiliki komponen fatty acids sebesar 14-22% (Sofyan, 2012). Komponen fatty acids dalam minyak mikroalga ini dapat disintesis menjadi biodiesel (Nilawati, 2012). Gambar 1. Bentuk sel Chlorella sp. dan serbuknya Salah satu tantangan dalam penggunaan mikroalga sebagai bahan baku biodiesel adalah proses pengambilan minyaknya yang cukup sulit dan mahal. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengambil minyak alga diantaranya Press, Hexane Solvent Oil Extraction, Supercritical Fluid Extraction, Osmotic Shock dan Ultrasonic Extraction (Sofyan, 2012). Namun tidak semua metode tersebut menghasilkan rendemen minyak yang cukup besar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari metode ekstraksi minyak mikroalga yang menghasilkan rendemen yang cukup besar. Selanjutnya, penelitian dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak hasil ekstraksi mikroalga Chlorella sp melalui reaksi transesterifikasi Transesterifikasi merupakan reaksi antara lemak/minyak nabati dengan alkohol membentuk ester dan gliserol. Karena reaksi ini merupakan reaksi reversibel, maka 36

diperlukan alkohol berlebih untuk menggeser kesetimbangan ke arah produk. Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester dapat dilihat pada Gambar 2 (Nilawati, 2012). Gambar 2. Reaksi Transesterifikasi dari Trigliserida dan Alkohol Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi yang berjalan lambat sehingga diperlukan katalis untuk mempercepat reaksinya (Sari, 2011). Pada penelitian ini akan dikaji kualitas biodiesel yang dihasilkan dari minyak mikroalga melalui reaksi transesterifikasi dengan metanol yang dikatalisis dengan KOH. II. METODE Bahan penelitian. Mikroalga Chlorella sp yang diperoleh dari Balai Budidaya Air Payau Jepara, pelarut n-heksana, dan metanol. Prosedur penelitian. Ekstraksi minyak mikroalga dilakukan dengan dua metode, yaitu maserasi dan metode sokhlet menggunakan pelarut n-heksana. Pada proses maserasi, mikroalga Chlorella sp. kering sebanyak 40 gram ditempatkan pada erlenmeyer, kemudian ditambahkan pelarut n-heksane sebanyak 150 ml. Proses pengadukan dilakukan dengan orbital shaker selama 450 menit. Kemudian campuran disaring untuk memisahkan filtrat dan residu. Untuk mengambil komponen minyak dari filtrat dilakukan dengan distilasi. Pada proses ekstraksi dengan sokhlet, jumlah bahan yang digunakan sama seperti dengan proses maserasi. Namun, pada proses ini ekstraksi dilakukan dalam ekstraktor sokhlet yang beroperasi pada suhu 70 o C. Minyak hasil ekstraksi diuji dengan GC-MS untuk mengetahui kandungan asam lemaknya. Setelah proses ekstraksi, minyak mikrolaga ditransesterifikasi dengan metanol dan katalis KOH. Perbandingan minyak dan metanol adalah 1:6. Reaksi dilakukan dalam reaktor selama 1 jam pada suhu 60 o C. Biodiesel yang terbentuk dipisahkan dari gliserol dengan pencucian menggunakan aquadest sampai ph netral. Kandungan air dievaporasi sampai berat larutan stabil, kemudian dihitung rendemen biodiesel yang dihasilkan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Rendemen Minyak Proses ekstraksi minyak mikroalga Chlorella sp. dilakukan dengan 2 metode yaitu maserasi dan ekstraksi sokhlet. Perbedaan variabel dari kedua metode tersebut disajikan pada Tabel 1, sedangkan hasil yang diperoleh disajikan pada Tabel 2 berikut. 37

Tabel 1. Metode dan Variabel Ekstraksi Minyak Mikroalga Metode Variabel Maserasi Sokhletasi Jenis Pelarut n-heksana n-heksana Jumlah Pelarut (ml) 150 ml 150 ml Massa Sampel (gram) 40 gram 40 gram Suhu ( C) 30 C 70-75 C Waktu (menit) 450 menit 47 siklus Tabel 2. Perbandingan Hasil dari Dua Metode Ekstraksi Mikroalga Metode Ekstaksi Rendemen Minyak (%) Sokhletasi pelarut n-heksana 6,9 Maserasi pelarut n-heksana 15,775 Dari Tabel 2 terlihat bahwa metode maserasi dengan pelarut n-heksana lebih efektif untuk mengekstrak minyak dari mikroalga dibandingkan metode sokhletasi. Metode maserasi memungkinkan terjadinya kontak yang lebih besar antara pelarut dengan minyak yang terkandung dalam mikroalga. 3.2 Hasil Uji GC-MS dari Minyak Mikroalga Chlorella sp. Uji GC-MS digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dari minyak mikroalga Chlorella sp. Hasil analisa kromatogram minyak mikroalga Chlorella sp. menggunakan GC-MS dapat lihat pada Gambar 2. Gambar 2. Kromatogram Minyak dari Mikroalga Chlorella sp. Analisa kromatogram yang diperoleh pada Gambar 2 menunjukkan adanya 8 senyawa yang terkandung dalam minyak mikroalga Chlorella sp., seperti yang telah tersaji dalam Tabel 3. 38

Tabel 3. Analisa Kromatogram Puncak Minyak Mikroalga Chlorella sp. Waktu Retensi Konsentrasi (%) Komponen 7.596 7.936 8.196 8.441 9.106 10.347 11.722 15.929 12,64 3,26 2,31 4,68 59,52 4,53 4,61 8,45 n-decanoic acid Azulene 7-Methanoazulene Azulene Dodecanoic acid 2-Cyclohexen-1-one Lauric acid α-monoglyceride Lauric acid β-monoglyceride Dari hasil analisis yang disajikan pada Tabel 3 diketahui kandungan asam lemak yang paling besar adalah Dodecanoic acid (Asam laurat) dan n-decanoic acid (Asam kaprat). 3.3 Transesterifikasi Minyak Mikroalga Chlorella sp. dengan Katalis KOH Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan merefluks campuran minyak dan metanol dalam reaktor pada suhu 60 o C. Karena reaksi transesterifikasi merupakan reaksi yang berjalan lambat (Sari, 2012), penambahan katalis KOH merupakan faktor yang penting. Seperti yang diusulkan Nilawati (2012), reaksi transesterifikasi dengan katalis KOH menghasilkan rendemen metil ester yang tinggi dengan waktu yang relatif cepat. Rasio molar minyak terhadap metanol pada penelitian ini adalah 1:6. Dari percobaan yang dilakukan, yield biodiesel yang diperoleh adalah 59,85%. Biodiesel yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Biodiesel Hasil Transesterifikasi Mikroalga Chlorella sp. 3.4 Hasil Uji Biodiesel dari Minyak Mikroalga Chlorella sp. Dari hasil uji yang dilakukan, densitas biodiesel dari minyak mikroalga Chlorella sp. adalah 0,88 g/cm 3. Nilai densitas ini memenuhi salah satu syarat SNI. Sementara untuk mengidentifikasi senyawa yang terdapat dalam biodiesel dilakukan analisis menggunakan GC-MS, dengan hasil kromatogram yang ditunjukkan pada Gambar 4. 39

Gambar 4. Kromatogram Biodiesel dari Mikroalga Chlorella sp. Analisa kromatogram yang diperoleh pada Gambar 4 menunjukkan adanya 5 puncak tertinggi senyawa yang terkandung dalam biodiesel dari minyak mikroalga Chlorella sp., seperti yang telah tersaji dalam Tabel 4. Tabel 4. Komponen Kimia Biodiesel dari Minyak Mikroalga Chlorella sp. Waktu Retensi Area (%) Komponen 4.054 6.39 Butanoic acid, 3-methyl 18.170 15.4 1-Benzoxirene, 5a-[3-oxo-1-butenyl]perhydro-2- hydroxy-1a,5,5-trimethyl- Acetate 19.340 18.67 5-Isopropyl-6-methyl-hepta-3,5-dien-2-ol 21.726 21.14 n-hexadecanoic acid 24.072 38,39 Octadecanoic acid, 2-(2-hydroxyethoxy)ethyl ester Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dua kandungan terbesar dalam biodiesel yang dihasilkan dari minyak mikroalga Chlorella sp dari percobaan ini adalah Octadecanoic acid, 2-(2-hydroxyethoxy)ethyl ester sebesar 38,39% yang merupakan FAEE (Fatty Acid Ethyl Ester), dan senyawa 1-Benzoxirene, 5a-[3-oxo-1-butenyl]perhydro-2-hydroxy- 1a,5,5-trimethyl-Acetate sebesar 15,4% yang merupakan FAME (Fatty Acid Methyl Ester). IV. KESIMPULAN Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ekstraksi minyak mikroalga dengan metode maserasi dengan pelarut n-heksana menggunakan Orbital Shaker menghasilkan rendemen minyak yang paling besar, yaitu 15,775%. 2. Hasil uji GC-MS minyak mikroalga Chlorella sp. menunjukkan 2 komponen terbesar yaitu Dodecanoic acid dan n-decanoic acid sebesar 59,52% dan 12,64%. 3. Dari reaksi transesterifikasi minyak mikroalga dengan metanol menggunakan katalis KOH diperoleh yield biodiesel sebesar 59,85%. 4. Hasil uji GC-MS biodiesel yang diperoleh menunjukkan komponen terbesar adalah Octadecanoic acid, 2-(2-hydroxyethoxy)ethyl ester sebesar 38,39% yang merupakan FAEE (Fatty Acid Ethyl Ester). 40

5. Biodiesel yang dihasilkan memiliki densitas 0,88 g/cm 3, yang memenuhi salah satu syarat SNI. DAFTAR PUSTAKA Hadiyanto. 2011. Valorisasi Mikroalga Untuk Sumber Bioenergi dan Pangan Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan dan Energi di Indonesia. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Kawaroe, Mujizat., Rachmat, Ayi., Haris, Abdul. 2012. Optimalisasi Seleksi Spesies Mikroalga Potensial Penghasil Minyak Mikroalga Untuk Menunjang Keayakan Ekonomi Produksi Biodiesel. Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi LPPM IPB. Nilawati, Destya. 2012. Studi Awal Sintesis Biodiesel dari Lipid Mikroalga Chlorella vulgaris Berbasis Medium Walne melalui Reaksi Eserifikasi dan Transesterifikasi. Skripsi Universitas Indonesia. Sari, Fresty Anita. 2011. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia catappa L.) Menggunakan Katalis KOH. Universitas Negeri Semarang. Sofyan, Putra. 2012. Panduan Membuat Sendiri Bensin & Solar. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Sulistyo, Joko. 2010. Eksplorasi Sumber Daya Mikroba Penghasil Lemak Sel Tunggal Untuk Pengembangan Bioenergi Alternatif Berbasis Biodiesel dan Biometan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 41