Refungsi Penjaminan Mutu di Satuan Penddikan. Oleh: Alif Noor Hidayati

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan peserta didik, baik secara mental maupun intelektual, digembleng agar

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

ISKANDAR HASAN Pengawas Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kota Gorontalo

KATA PENGANTAR. menengah.

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Nasional menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Terkait

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

GRAND DESAIN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia yang. bermartabat dan mencapai kemajuan. Hal tersebut dilakukan secara

KAK/TOR PER KELUARAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. telah disajikan dalam bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dari para penulis, maupun para penyusun kurikulum khususnya

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi

KEBIJAKAN MAJELIS AKREDITASI BAN-PT TENTANG PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian:

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI ERA DISRUPSI: PELUANG DAN TANTANGAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, yang bermoral untuk menghadapi dampak negative dari. masyarakat yang penuh tantangan, perubahan dan tuntutan.

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

PANDUAN PELAKSANAAN. Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan

pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Kebudayaan R.I. Fuad Hasan berpendapat bahwa, "Sebaik apapun kurikulum jika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cahyo Budi Santoso, 2015

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyandang predikat guru professional. Hal tersebut tertuang dalam

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina.

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan

ABDURAHMAN ADISAPUTERA BAN-PT

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

RUBRIK KETERLAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SD/SMP/SMA/SMK. Nama SD/SMP/SMA/SMK Alamat Sekolah. Kabupaten/Kota. Nama Kepala Sekolah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN AKREDITASI

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia

Jurnal Elementary ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 Januari 2018, Hal A. LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya dapat ditarik simpulan sebagai berikut; 1. Model pembelajaran praktik mengajar yang selama ini digunakan di

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN. ( As ari Djohar )

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

Transkripsi:

Refungsi Penjaminan Mutu di Satuan Penddikan Oleh: Alif Noor Hidayati Hari Pendidikan Nasional tahun 2013 menjadi satu tonggak melakukan evaluasi sistem pendidikan nasional. Di tengah berbagai persoalan pendidikan yang tengah terjadi di negeri ini perlu adanya refleksi dan evaluasi terhadap proses penjaminan mutu terhadap fungsi dari lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan, salah satunya adalah satuan pendidikan. Evaluasi dan refleksi dilakukan bukan dalam konteks mencari kesalahan atau mendeskreditkan tetapi sebagai masukan untuk berproses menjadi lebih baik. Satuan pendidikan merupakan kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19/Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab XV, pasal 91 dinyatakan bahwa: (1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Di berbagai Negara yang memiliki proses pendidikan yang baik meletakkan satuan pendidikan sebagai sentra penjaminan mutu. Satuan pendidikkan adalah ujung tombak dari segala proses membelajarkan peserta didik. Merujuk pada PP no 19 tahun 2005 yang mengamanatkan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai standar minimial pendidikan yang meliputi standar isi, SKL, proses, pengelolan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pembiayaan dan penilaian. Pemetaan ketercapaian 8 SNP yang diantaranya telah dilakukan melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) menjadi dasar satuan pendidikan melakuan kajian posisi kekurangan/keberhasilannya. Hasil EDS memberikan gambaran performa satuan pendidikan pada posisi belum, telah atau melampaui standard, berikut rekomendasi dan program yang akan dilakukan oleh satuan pendidikan. Satu persoalan utama adalah apakah satuan pendidikan sebagai ujung tombak terlaksananya pendidikan telah melakukan tindak lanjut dari proses evaluasi tersebut? apakah proses penjaminan mutu untuk mengawal ketercapaian 8 SNP telah terjadi dengan melibatkan komponen sekolah dan stakeholders? 1 / 6

Tiga standard yang akan menjadi fokus pembahasan dalam konteks penjaminan mutu pendidikan kali ini adalah standar isi, proses, dan pendidik-tenaga kependidikan. Penjaminan Mutu Pendidikan Penjaminan mutu adalah seluruh rencana dan tindakan sistematis yang penting untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dari kualitas (Elliot, 1993). Core bisnis pendidikan (persekolahan) yang berpijak pada kebijakan dan regulasi negara akan mengakomodir sumber daya di satuan pendidikan untuk dikelola sebaik-baiknya bagi perubahan kompetensi peserta didik. Hasil dari proses belajar berupa kualitas yang ditunjukkan pada hasil maupun dampak belajar. Fokus pada Kualitas Sistem pendidikan seharusnya berada pada tataran untuk membelajarkan siswa, bukan sekedar memproduksi angka-angka statistikal. Ketika digunakan untuk memberikan justifikasi konten dan kualitas dari sebuah sistem maka pertanyaan yang seharusnya digunakan oleh pendidik dan satuan pendidikan adalah: apakah siswa telah belajar?, Bagaimana secara kualitatif mereka belajar?, seberapa jauh dan seberapa cepat? (Philip H. Combs). Kurikulum di Indonesia pada beberapa dekade baik di KBK, KTSP maupun rancangan kurikulum 2013 mengedepankan kompetensi sebagai capaian hasil belajar. Mendudukkan kompetensi sebagai acuan hasil belajar tidak lepas dari penguasaan pendidik menentukan tingkat belajar siswa dan penguasaan konten materi pelajaran. Analisis komprehensif terhadap kompetensi dan keluasan konten materi akan menguatkan guru menyusun pedagogi materi subjek, berupa penyajian materi dengan cara dan kedalaman yang berbeda sesuai tingkat 2 / 6

perkembangan psikologis siswa. Satu topik yang sama pada jenjang belajar yang berbeda akan disajikan bergradasi melihat tingkat bernalar siswa. Siswa di masa operasional konkrit harus menerima pembelajaran dengan contoh-contoh riil, benda-benda nyata yang hadir pada kehidupannya sehari-hari. Hal ini tentu saja berbeda penyajian materinya dengan siwa yang telah berada pada fase operasional formal yang dapat melakukan proses berpikir lebih tinggi melalui observasi, analisis, sintesis. Berbeda pula untuk siswa pada tahap transisional, yang berangkat dari pengalaman belajar riil menuju abstrak. Mestinya tidak akan terjadi guru menyajikan materi semata-mata berdasar keluasan pembahasan sajian pada text book tanpa memperhatikan kemampuan dan perkembangan psikologis siswa. Memudarnya esensi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran menjadi hanya semata pemenuhan administratif pembelajaran. Desain sebuah proses belajar bermakna di kelas sering dianggap hanya menjadi beban admnistratif. Sesungguhnya merencanakan proses belajar yang joyful learning, menyenangkan karena adanya sebuah proses berpikir dengan melakukan sesuatu (lerning and thinking by doing) adalah keniscayaan dari proses belajar yang baik.. Pepatah mengatakan orang yang gagal membuat perencanaan yang baik, maka sesunguhnya ia telah merencanakan kegagalan. Di proses belajar itulah akan ditanamkan pada siswa kemampuan mengamati, bertanya, berkomunikas dengan orang lain, mengatasi masalah hingga membuat produk tertentu yang menjadi kebutuhan dasar siswa untuk mandiri di masa depan mereka. Seberapa berkualitas pendidik menyiapkan resources di sekitar siswa sebagai media belajar. 3 / 6

Pendidik dan Tenaga Kependidikan Memberikan penjaminan mutu terhadap proses belajar yang baik di dalam kelas tidak lepas dari membicarakan guru sebagai pendidik yang professional, kompeten dan bermartabat. Di sebagian besar satuan pendidikan kita, seorang pendidik tetap merupakan tokoh sentral belajar. Di mata siswa guru adalah pusat informasi dan tempat bertanya. Apapun persoalan yang ada pada siswa, maka gurulah tumpuan harapan untuk mendapatkan pencerahan. Persoalan pemahaman keagamaan, kesulitan materi dan proses belajar, kesulitan dalam kehidupan sosial ataupun memaknai norma, etika dan budaya hingga implementasi teknologi informasi maka kepada gurulah siswa berharap adanya pintu solusi. Siapkah guru dengan tuntutan-tuntutan kompleks seperti itu? Menjawab tuntutan dan tantangan profesi guru yang amat kompleks maka tuntutan kualifikasi minimal S1/D4 menjadi sebuah keniscayaan. Tetapi itu saja belum cukup memadai. Untuk pengembangan diri seorang guru maka up date pengetahuan melalui sharing ide dengan teman sejawat atau supervisor menjadi sebuah kebutuhan. Pembiasaan belajar secara kolektif kolegial di kalangan pendidik menjadi kebutuhan untuk menciptakan budaya ilmiah. Bertukar gagasan dan saling memberikan refleksi untuk mendapatkan proses belajar terbaik, memilih media belajar dan strategi penyajian materi hingga penentuan jenis asesmen otentik yang tepat akan jauh lebih mudah bila dilakukan bersama-sama. Sistem belajar kolektif kolegial berkelanjutan di satuan pendidikan atau kelompok kerja guru di beberapa negara terbukti mampu mengubah wajah pendidikan menjadi sangat berdaya mengubah performa negara dan mempertahankan budaya. Jepang melalui budaya belajar bersama, jokyu kenkyu (lesson study) yang telah berjalan tidak kurang dari satu abad membuktikan bahwa sistem pendidikan yang baik dimulai dari menguatkan proses dan budaya belajar di satuan pendidikan, bukan semata-mata dengan membangun sekolah yang megah dan representatif. Melakukan perencanaan belajar bersama-sama, melakukan proses belajar terbaik dan memberikan evaluasi refleksi menjadi sebuah kebiasaan akademik yang membudaya di setiap sekolah. Bahkan pada masa-masa periodik tertentu sekolah dengan bangga melakukan open lesson untuk dipertunjukkan secara terbuka untuk mendapat refeleksi, motivasi sekaligus apresiasi dari berbagai kalangan. Mendudukkan kembali kelompok kerja sekolah atau kelompok kerja mata pelajaran sebagaimana fungsinya akan memberikan ruang bagi guru untuk berinteraksi secara akademik, membangun budaya belajar dan bersinergi untuk menyajikan KBM terbaik bagi siswanya. 4 / 6

Jerman dengan program seperti SEQIP (Science Education Quality Improvement Project) menunjukkan membangun pendidikan harus dimulai dengan menata kegiatan secara komprehensif. Proses belajar di desain secara rinci dan cerdas tahap demi tahap sehingga benar-benar memberi warna penguatan keterampilan bernalar siswa melalui aktivitas minds on dan hands on. Setiap tatap muka guru dengan siswa adalah sarana membelajarkan. Baik berlangsung di dalam kelas ataupun di luar kelas. Pendek kata kunci dari keberhasilan sebuah proses pendidikan adalah keberhasilan proses belajar di sekolah secara berkelanjutan. Sebuah kurikulum implementatif yang berkualitas akan memberikan kontribusi bagi pengembangan moral dan produktivitas kompetensi. Kepala Sekolah dan Pengawas Memberikan penjaminan mutu pada proses dan hasil belajar dilakukan melalui kontrol kualitas oleh kepala sekolah dan pengawas. Supervisi kepala sekolah berupa bantuan dan bimbingan agar guru mengalami pertumbuhan secara maksimal dan integral baik profesi maupun pribadinya yang dilakukan sepanjang tahun. Evaluasi dilakukan terhadap guru dalam rangka penilaian kinerja sebagai potret performa bagaimana seorang guru melakukan transfer ilmu dan nilai-nilai pada proses belajar siswa. Pengawas mengambil peran memastikan pelaksanaan peta kebutuhan sekolah yang hasilnya akan digunakan untuk menentukan prioritas program. Penjabaran dari visi misi dan tujuan satuan pendidikan dalam bentuk program, indikator ketercapaian dan item kegiatan sebagai rujukan dalam menentukan strategi implementasi. Pendampingan dan bimbingan klinis pengawas dilakukan dalam rangka memastikan proses tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Pengawas juga berperan melakukan quality control atas capaian sekolah. Proses deteksi dan eliminasi komponen dan produk agar standar dilakukan sejak penentuan input, pelaksanaan proses hingga capaian hasil. Bagaimana input sekolah diperoleh, seberapa besar kompetensi dan prestasinya, bagaimana minat dan motivasinya, bagaimana dukungan dari keluarga atau masyarakat di lingkungannya. Apakah proses belajar di sekolah dikelola untuk benar-benar mengkayakan kompetensi, menerampilkan kemampuan fisik dan meneguhkan karakter telah terlampaui sebagaimana mestinya. Apakah hasil belajar menunjukkan peningkatan dari kemampuan awalnya. Untuk mencapai hal tersebut supervisi dan pendampingan yang dilakukan seorang pengawas dilakukan dengan kontinuitas yang terprogram. 5 / 6

Untuk memastikan keterlaksanaan sistem kendali yang terintegrasi selama proses, maka pemerinah (dinas pendidikan/mapenda) perlu memastikan pelaksanaannya. Secara teknis bahkan perlu disusun penjadwalan pelaksanaan hingga pelaporan supervisi dan evaluasi pengawas ke satuan pendidikan secara teratur dan berkala di bawah arahan pemerintah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai unit pelaksana teknis pemerintah pusat dalam bidang pendidikan bersinergi dalam bentuk pemetaan mutu, memberikan fasilitasi, hingga supervisi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah akan mensupport proses-proses strategis penjaminan mutu di satuan pendidikan dan pemerintah daerah. Kemitraan LPMP dalam bentuk sharing ide, program-program peningkatan mutu, penyediaan education tools seperti assessment maupun placement test dan contoh terbaik model pembelajaran akan mengkayakan pendidikan dengan ragam item inovatif. Dari itu semua memposisikan tiap elemen untuk mendudukkan diri dalam bingkai tanggung jawab memberikan layanan terbaik bagi ketercapaian output dan outcome pendidikan adalah bentuk esensi dari penjaminan mutu pendidikan. 6 / 6