- Nats Pembimbing Yesaya 9:1-2,5 - Nats Renungan Lukas 1:1-7 Bicara natal saudara-saudara kekasih, kita kembali diingatkan pada masa-masa masih kecil, ada sesuatu yang beda dari yang biasa kita lakonkan sehari-hari. Begitu banyak orang mau menyambut Natal. Tidak peduli dari agama manapun, moment Natal adalah moment dinanti-nantikan, tentu bukan karena maknanya, tetapi lebih karena hari liburnya, apalagi hari penuh promo barang-barang baru. Bagi banyak orang Natal sekadar hari libur menjelang akhir tahun yang dinantikan, bisa kumpul dengan keluarga, terima bonus akhir tahun. Banyak orang Kristen juga demikian, ikut arus zaman dimana hanya menjalani rutinitas perayaan natal, pergi ke gereja menghadiri kebaktian Natal, ikut memasang pohon Natal dan pernik-perniknya, tetapi melupakan makna Natal yang sesungguhnya. Hari ini kita bicara tentang natal yang berbeda yaitu natal dalam keluarga dengan tema Keluarga yang dipakai Tuhan. Nats pembimbing telah hantarkan kita pada perjumpaan dengan Yesus melalui natal, seperti pada renungan minggu-minggu advent kita dipersiapkan berjumpa dengan Tuhan melalui peristiwa natal. Sesungguhnya natal itu adalah peristiwa kegembiraan yang menyenangkan. Yesaya menuliskan kegembiraan itu mengatakan, "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar, mereka yang diam di negeri kekelaman atasnya terang telah bersinar"(yes 9:1). Ayat ini menguatkan bahwa sesungguhnya kalau Yesus itu tak pernah ada kita ini adalah orang-orang yang tetap berada dalam kegelapan, ada dalam kekelaman, ada dalam kematian yang kekal, menjadi hamba Iblis. Tetapi Tuhan Allah telah berkenan datang dan menjumpai kita seperti ditulis dalam Yesaya 9:5 "seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan kepada kita" itulah Dia, Yesus yang kita peringati dalam peristiwa natal hari ini. Injil menuliskan kehadiran natal itu secara berbeda-beda, tetapi dapat merangkumnya setidaknya ada peristiwa yang saling berkaitan dengan lahirnya Mesias itu. Dalam Injil Lukas menjelaskan kepada kita secara detil tahap demi tahap peristiwa kelahiran itu, yaitu Tuhan dapat memakai siapa saja untuk menggenapi nubuatan, Tuhan dapat memakai Yusuf dan Maria, Tuhan juga dapat memakai saudara dan saya, Tuhan dapat memakai keluarga kita masing-masing untuk menggenapi segala nubuatan yang pernah ada. Pertama, keluarga yang dipakai Tuhan untuk mewujudkan nubuat para nabi di Perjanjian Lama adalah keluarga Yusuf dan Maria. Mari sejenak mengupas kesiapan mereka menerima berita ajaib, berita paling mengejutkan, berita yang menggemparkan hati mereka dan yang kemudian menggemparkan dunia. Yusuf adalah orang saleh (orang benar dihadapan Tuhan). Mat 1:19 1 / 5
menjelaskan bagaimana Yusuf secara diam-diam ingin melarikan diri dari peristiwa mengejutkan yang baru didengarnya. Ia tidak mampu mencerna peristiwa lahirnya Yesus yang menghebohkan keluarganya dan mengganggu hubungannya dengan Maria. Yusuf tahu ini tak mungkin terjadi, Yusuf tahu ada yang salah pada Maria tunangannya. Karena itu Yusuf menghindar dari tanggung jawab tak ingin ribut, tak ingin bertengkar, ia lebih memilih pergi saja dengan diam-diam, itu jalan ke luar yang terbaik. Saudara dan saya, sering sekali kita tidak mengerti rencana Allah yang dalam keluarga kita kala peristiwa pahit tiba di rumah tangga kita. Seringkali kita berpaling, melarikan diri, menghindar dari kenyataan dan putus asa, kadang berusaha mencari pembenaran terhadap ketidakmampuan kita. Itulah yang dialami Yusuf. Ia putus asa, ia mencintai Maria tetapi ia harus juga melihat kenyataan ada yang salah dalam keluarga yang mereka akan bentuk. Ia menghindar, ternyata Yusuf yang kita kenal ini bukanlah orang yang sungguh pemberani, bukan orang yang sanggup menjawab tantangan. Ia sama dengan kita menghindar dan cepat putus asa. Berbeda benar dengan sikap Maria, dalam Injil Lukas 1:28-38 jelas sekali sikap Maria dalam menerima kabar Natal itu. Ia terkejut, kaget, hatinya tergoncang, mungkin saja sejenak gemetaran, sesak nafasnya dan dalam ketakutannya itu Maria bertanya "bagaimana hal itu mungkin terjadi, sebab aku belum bersuami?" (Luk 1:34). Maria sungguh tahu dan mengetahui ini adalah suatu bencana, ada yang salah dari berita yang ia dengar. Berita ini sesuatu yang bakal, akan membuatnya seperti masuk neraka, ia akan mati segera kalau saja ada orang yang tahu bahwa ia mengandung dan sebenarnya ia belum bersuami. Kematian membayang-banyangin hidup Maria, hukum orang Yahudi jelas sekali orang yang berzinah harus dihukum mati dengan dilempar batu sampai mati. Maria masuk dalam kepahitan hati, tetapi ada yang beda, Maria percaya sepenuhnya bahwa itu rencana Allah, sehingga ia pasrah pada keadaan, pasrah pada Allah yang memiliki rencana untuk dirinya. Maria dalam ketaatannya menjawab "sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku seperti perkatan-mu itu" (Lukas 1:38). Saudara dan saya harusnya, sepatutnya, baiknya seperti Maria kalau mengalami pergumulan hidup, bukan seperti Yusuf yang berusaha diam-diam menghindar, tetapi seperti Maria yang pasrah dan tabah dan percaya bahwa Allah yang punya rencana dan rencana itu pasti akan berjalan dan mendatangkan keselamatan dan bahkan masa depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11) Yusuf dan Maria dipakai Tuhan untuk menjalankan pekerjaan Tuhan. Kedua, keluarga yang dipakai Tuhan mewujudkan nubuat para nabi adalah gembala-gembala yang ada di padang peternakan. Gembala-gembala terkadang disebut orang-orang yang 2 / 5
hidupnya ada di hutan, bersekutu dengan ternak, mungkin saja sudah berhari-hari tidak mandi, mungkin saja sudah bau tubuhnya, mereka jauh dari keramaian kota, bukan orang yang berada, bukan orang yang cerdik pandai, bukan juga bangsawan. Para gembala itu adalah orang-orang pinggiran, orang-orang yang masih dianggap kurang memiliki kemampuan, orang-orang yang tersisih, tetapi ternyata mereka dipakai Tuhan menyaksikan peristiwa besar kehadiran Yesus di dunia. Lukas 2:8-20 meriwayatkan gembala-gembala itu bertemu dengan tentara surga, mereka terkejut, mereka kaget bahkan tak mampu berkata-kata. Mereka hanya terdiam menyaksikan semua berita yang disampaikan malaikat Tuhan. Tetapi setelah itu gembala-gembala bukan hanya mendengar tetapi cepat-cepat bertindak, cepat-cepat mengambil inisiatif, berbuat dengan cepat tanpa harus bermalas-malasan, bergerak sebelum matahari terbit. Lukas 2:16 menuliskan "cepat-cepat mereka berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf". Tuhan menyuruh dan mereka bertindak menjalankan perintah Tuhan. Saudara dan saya, mungkin saja lebih baik dari gembala-gembala itu, kita masih punya berbagai fasilitas yang diberikan Tuhan, kita masih memiliki banyak hal yang mampu kita gunakan untuk kehidupan kita, kita masih dapat mendengar firman Tuhan, tetapi kadang kita ini tidak seperti gembala-gembala itu. Kita hanya pintar dan cukup untuk mendengar dan kemudian berkata dalam hati nantilah aku kerjakan, tunggu dulu masih punya kegiatan lain, nanti saja melayani kalau sudah ubanan, nanti saja jadi majelis kalau sudah tua, nanti saja berbuat kalau sudah mampu. Itulah kita, itulah keluarga kita, kadang kita jauh dari sikap yang dimiliki oleh gembala-gembala yang nota bene orang tersingkirkan dan terpinggirkan. Kita dalam melayani kadang memperhatikan orang lain dulu, kalau ia rajin aku juga rajin. Mengukur orang lain, kalau ia memberi banyak aku juga memberi banyak. Gembala-gembala menjadi contoh bagaimana mereka bergerak cepat menyongsong keselamatan itu. Saudara dan saya tahu saat ini, pada hari ini, firman sudah ditabur, firman sudah didengar, firman sudah ada dalam hati saudara dan saya, tetapi apakah firman itu berkembang dan berbuah. Yohanes 15:2 "setiap ranting yang tidak berbuah dipotong". Saudara dan saya bisa saja segera dipotong Tuhan karena tak memberikan faedah untuk keluarga kita, tidak berfaedah untuk persekutuan kita, tidak berfaedah untuk gereja Tuhan Kita ini akan binasa, karena Tuhan memotong setiap ranting yang tidak berbuah. Jadi, jadilah seperti keluarga yang berbuah seperti keluarga gembala-gembala yang bertindak dengan cepat tetapi tetap penuh kesederhanaan. Ketiga, keluarga yang dipakai Tuhan untuk mewujudkan nubuat para nabi adalah orang-orang majus yang datang dari Timur. Ensiklopedi Alkitab menyebutkan kehadiran kelompok orang-orang majus ini sudah menjadi tradisi cerita natal. Orang-orang majus ini berbeda dengan gembala-gembala, mereka adalah para bangsawan, orang-orang yang kaya, orang-orang yang cerdik pandai, orang-orang yang bisa membaca pergerakan bintang, ahli dalam meramal yang akan terjadi, bahkan disebutkan lagi mereka itu adalah pemimpin, 3 / 5
raja-raja di negerinya. Mereka sudah lama menyelidiki bintang-bintang di langit dan mengetahui ada yang sesuatu yang terjadi. (Yesaya, menuliskan; ada terang besar, ada yang lahir yaitu seorang raja). Orang majus percaya, walaupun jauh mereka datang juga kepada raja yang baru lahir itu. Mereka bertanya-tanya dimana dia lahir, tak pernah menyangka bahwa raja itu lahir itu ada di kandang binatang. Mereka datang dan bertemu Raja Herodes dan dari istana raja bergerak ke Betlehem mengikuti bintang yang mereka yakini. Walaupun tidak seperti yang diharapkan, tidak seperti yang dipikirkan sebelumnya, tidak seperti yang dibayangkan ternyata raja ini lahir dari keluarga kecil tak terkenal, lahir dari orang-orang yang tak memiliki kekayaan, orang biasa saja, orang miskin malah, rakyat sederhana. Tak sanggup bayar hotel, tak bisa sewa losmen, bahkan orang-orang tak mau meminjamkan rumahnya untuk sekedar bersalin pada perempuan yang hamil tua itu. Orang majus bertanya-tanya dalam hati keluarga miskin ini bagaimana bisa melahirkan seorang raja, tidak masuk akal, malah mengejutkan lagi ada di kandang binatang, ada dalam palungan, dibungkus kain lapin tak semarak tak ada pesta. Orang majus seakan tak percaya, inilah yang mereka temui. Tetapi mereka tetap menyembah dan mempersembahkan berbagai persembahan yang mahal-mahal dan berbagai hadiah-hadiah lain. Mereka tahu ini tak mungkin salah, ia ini memang raja. Saudara dan saya, kita semua mungkin sering kali memandang persekutuan kita, hubungan kita dengan orang lain, hubungan kita dengan keluarga, hubungan kita dalam pekerjaan dari sudut pandang kita sendiri. Kita sering mengukur orang lain dengan yang ada pada kita, kita sering mengukur kebersamaan dan pergaulan berdasarkan apa yang ia miliki, sehingga kita sering bertindak berdasarkan imbal balik apa yang kudapatkan darinya. Kita tidak sering seperti orang majus berfikir dan bertindak. Orang-orang majus memang berfikir hebat sebelumnya, tetapi ketika melihat kenyataan mereka tidak berubah, tetap pada pendapatnya bahwa memang yang lahir itu raja, patut disembah. Kita sering berfikir sesuatu yang indah, yang baik, yang menyenangkan tetapi kalau berbeda dengan yang kita fikirkan dan yang kenyataan kita langsung berbalik dan tidak lagi menjalankan apa yang kita fikirkan sebelumnya. Kita sering mengukur sesuatu dengan pikiran kita. Sesungguhnya dalam hidup ini kita mengukur sesuatu dengan ukuran yang bukan dari kita, bukan fikiran kita tetapi ukurannya adalah firman Allah. Saudara-saudara yang kekasih dalam Kristus, Keluarga yang dipakai Allah bukanlah yang sempurna, bukanlah yang terbaik, bukanlah yang bagus-bagus banget, bukanlah yang terkaya, tetapi keluarga yang dipakai Allah adalah keluarga yang menggantungkan pengharapannya pada Allah, yang setia, yang turut dalam kehendak Allah dan pasrah pada firman Allah, itulah Maria dan Yusuf. Keluarga yang dipakai Allah bisa saja seperti gembala-gembala walau dalam kekurangan, sebagai orang yang disakiti sekalipun tetap saja bisa dipakai Allah, bisa juga orang-orang majus dalam keberadaan yang berkelebihan memiliki kekayaan, juga itu dapat dipakai Allah dalam pekerjaannya. Saudara dan saya dalam kondisi apapun dapat dipakai Allah 4 / 5
dalam melengkapi pekerjaan Allah di dunia ini. Akhir kata, firman Allah menyatakan siapapun kita berharga dimata Allah dan dapat dipakai Allah untuk pekerjaan Allah. Pertanyaannya apakah keluarga kita siap dipakai Allah seperti Yusuf dan Maria siap dipakai Allah. Amin. (Disampaikan pada ibadah Natal Gereja Protestan Indonesia Luwuk (GPIL) Jemaat Anugerah Tangerang, 25 Desember 2014 oleh Pdt.Drs.Mawardin Zega, MTh) 5 / 5