Buletin Veteriner Udayana Vol.1 No.2. :47-53 ISSN : Agustus 2009

dokumen-dokumen yang mirip
Struktur Populasi Monyet Ekor Panjang di Kawasan Pura Batu Pageh, Ungasan, Badung, Bali

VASEKTOMI PADA MONYET EKOR PANJANG (MACACA FASCICULARIS)DI LOKASI WISATA SANGEH

Sebaran Geografi Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Semenanjung Badung

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

VARIASI MORFOMETRI MONYET EKOR PANJANG (Macaca. fascicularis) DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO DAN TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI

PENDAHULUAN Latar Belakang

Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang telah divasektomi di Wenara Wana Ubud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea

Struktur Genetika Populasi Monyet Ekor Panjang Di Alas Kedaton Menggunakan Marka Molekul Mikrosatelit D18S536

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai Besar Taman

" Fakultas Kedokternn Hewtln IPB, Bogor

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

Struktur populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat

UKURAN KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN DESA CUGUNG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAJABASA LAMPUNG SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang di Kawasan Jawa Timur, Pulau Bali, dan Pulau Lombok

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Kehutanan Buku Informasi 50 Taman Nasional di Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia

GROOMING BEHAVIOUR PATTERN OF LONG-TAILED MACAQUE (Macaca fascicularis, Raffles 1821) IN PALIYAN WILDLIFE SANCTUARY, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

Azhari Purbatrapsila, Entang Iskandar, Joko Pamungkas. Kata Kunci: Macaca fascicularis, pola aktivitas, stratifikasi vertikal, Pulau Tinjil

RIWAYAT HIDUP Kadar Kolesterol Monyet Ekor Panjang ( Macaca fascicularis) Obesitas di Pura Uluwatu Bali

STRUKTUR DAN KERAGAMAN GENETIK POPULASI LOKAL MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI JAWA TIMUR, BALI, DAN LOMBOK I NENGAH WANDIA

POLIMORFISME GEN SRY PADA POPULASI MONYET EKOR PANJANG DI KAWASAN JAWA TIMUR I

AKTIVITAS MENDAPATKAN MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles) DI DESTINASI WISATA PURA LUHUR ULUWATU, BALI

KAJIAN EKOLOGI, POPULASI DAN KRANIOMETRI BANGE (Macaca tonkeana) DI KABUPATEN MOROWALI SULAWESI TENGAH MOHAMAD IRFAN

Kata kunci : monyet ekor panjang, aspartat aminotransferase, alanin transaminase, obesitas

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

065 PERILAKU SEKSUAL MONYET EKOR PANJANG (Mncncn fascic~lnris) Di BUM1 PERUMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA LILA MULYATI

STUDI POPULASI DAN POLA PENGGUNAAN RUANG MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

PERILAKU KEWASPADAAN MONYET HITAM SULAWESI PULAU BACAN, MALUKU UTARA

I. PENDAHULUAN. tailed macaque) (Lekagul dan Mcneely, 1977). Macaca fascicularis dapat ditemui di

Karakteristik Lokus Mikrosatelit D10s1432 pada Populasi Monyet Ekor Panjang Di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi

I. PENDAHULUAN. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis, Raffles 1821) telah hidup berdampingan

POLIMORFISME LOKUS MIKROSATELIT D10S1432 PADA POPULASI MONYET EKOR PANJANG DI SANGEH

PEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

DAFTAR PUSTAKA. Alikodra H.A Pengelolaan satwa Liar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

STUDI POPULASI DAN POLA PENGGUNAAN RUANG MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT ANDOKO HIDAYAT

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Monyet ekor panjang termasuk kelompok monyet dunia lama ( Old World

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

ARTIKEL ILMIAH. OLEH Azrul Ahmar RSA1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JANUARI 2018

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan

HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert, 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JAWA BARAT FEBRIANY ISKANDAR

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR LAMPIRAN... ix

AKTIVITAS HARIAN KERA EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN WISATA ALAM SANGEH, KABUPATEN BADUNG, BALI

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

Jantan Dewasa/Adult (Macaca Maura).

PENDUGAAN PARAMETER DEMOGRAFI DAN MODEL PERTUMBUHAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI PULAU PEUCANG, TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

Analisis Populasi Kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah

Kadar Glukosa Darah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Obesitas di Pura Luhur Uluwatu Bali

STRUKTUR KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles, 1821) DAN INTERAKSINYA DENGAN PENDUDUK SEKITAR SUAKA MARGASATWA PALIYAN

1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN. Banteng (Bos javanicus d Alton 1823) merupakan salah satu mamalia

PROFIL DARAH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN BERENERGI TINGGI PADA PERIODE OBESITAS EMPAT BULAN KEDUA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Monyet ekor panjang merupakan mamalia dengan klasifikasi sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

Populasi Owa Jawa (Hylobates moloch) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

Evaluasi Tatalaksana Pemeliharaan dan Tingkah Laku Sosial Macaca di Taman Marga Satwa Tandurusa Kecamatan Aertembaga Kota Bitung Sulawesi Utara

Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah

Status Populasi Satwa Primata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Halimun Salak, Jawa Barat

SEBARAN POPULASI DAN POTENSI KERBAU MOA DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN PARAMETER DEMOGRAFI POPULASI MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) CORY WULAN

IV. METODE PENELITIAN

Kajian Perilaku Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dan Lutung (Trachypithecus auratus) di Coban Rondo, Kabupaten Malang

Polimorfisme Lokus Mikrosatelit D18S536 pada Populasi Monyet Ekor Panjang di Pancasari, Bali

Jl. Gn. BatuNo. 5 Bogor ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkah Laku Owa Jawa (Hylobates moloch) di Fasilitas Penangkaran Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Satwa dalam mencari makan tidak selalu memilih sumberdaya yang

Keragaman Genetik Populasi Monyet Ekor Panjang di Pura Pulaki menggunakan Marka Molekul Mikrosatelit D13s765

Polimorfisme Lokus Mikrosatelit D10S1432 Pada Populasi Monyet Ekor Panjang Di Sangeh

STRUKTUR DAN KERAGAMAN GENETIK POPULASI LOKAL MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI JAWA TIMUR, BALI, DAN LOMBOK I NENGAH WANDIA

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

ANALISIS POPULASI OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert 1797) DI KORIDOR TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

6/7/2013. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.

I. PENDAHULUAN. Macaca endemik Sulawesi yang dapat dijumpai di Sulawesi Utara, antara lain di

PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR DENGAN METODE CONTENTRATION COUNT. Oleh :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melakukan grooming. Pola perilaku autogrooming tidak terbentuk. dikarenakan infant tidak terlihat melakukan autogrooming.

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi 2) Alumni Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi * korespodensi:

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi

ELEKTROKARDIOGRAM MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) YANG TERANESTESI KOMBINASI KETAMIN-SILASIN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

HIERARKI JANTAN DEWASA PADA DUA KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI SITUS CIUNG WANARA KARANGKAMULYAN, CIAMIS ADIMAS BRAMANTYA

Transkripsi:

DINAMIKA POPULASI MONYET EKOR PANJANG (MACACA FASCICULARIS) DI HUTAN WISATA ALAS KEDATON TABANAN (The Population Dynamic of Long Tail Monkey (Macaca fascicularis) in Alas Kedaton, Tabanan) I Gede Soma 1,2, I Nengah Wandia 1,2, I Ketut Suatha 1,2, Sri Kayati Widyastuti 1,2, Aida LT Rompis 1,2, dan Gede Yudhi Arjentinia 1,2 1)Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana 2)Pusat Kajian Primata, Lambaga Penelitian Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang dinamika populasi Macaca fascicularis(monyet ekor panjang) di hutan wisata Alas Kedaton dengan menggunakan metode observasi dan sensus. Seluruh populasi monyet ekor panjang yang ada di hutan wisata Alas Kedaton di hitung jumlahnya, dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin dan diamati untuk menentukan kelompoknya. Jumlah total populasi monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedaton adalah 364 ekor terdiri atas 54 ekor (14,8%) jantan dewasa, 104 ekor (28,6%) betina dewasa, 164 ekor (45,1%) monyet muda dan 42 ekor (11,5%) anakan, yang terbagi menjadi 4 kelompok sosial yaitu kelompok Parkir, kelompok Utara, kelompok Tengah dan kelompok Selatan. Perbandingan / rasio monyet jantan dewasa dengan betina dewasa adalah 1 : 2. Tingkat kepadatan populasi adalah 30 ekor / Ha. Angka kelahiran monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedaton sebesar 11,5%. Kata Kunci: Monyet ekor panjang, Dinamika populasi, Angka Kelahiran, Kepadatan populasi, Rasio jantan-betina ABSTRACT Overall population dynamic were observed in identified individuals between August and October 2008, in large group of long failed macaques in the AlasKedaton, Bali. Total population was 364 monkeys consisted of 54 (14,8%) adult males, 104 (28,6%) adult females, 164 (45,1%) juvenile and 42 (11,5%) infant. They were divided into 4 different small social groups i.e., Parking area group, North area group, Centre area group and South area group. Ratio of adult male and adult female was 1: 2.Population densities of Macaca fascicularisin Alas Kedaton were 30 monkeys / Ha and population natalities were 11, 5%. Key words:macaca fascicularis, infant, juvenile, adult, population dynamic, population density, male-female adult ratio, population natality. 47

PENDAHULUAN Monyet ekor panjang di Bali berada dalam beberapa populasi lokal yang saling terpisah yang diduga berasal dari Jawa. Migrasinya diperkirakan beberapa kali, dengan migrasi terakhir terjadi ± 18 ribu tahun yang lalu (Eudey 1980; Fooden 1995). Saat ini tidak kurang dari 42 populasi lokal monyet ekor panjang ditemukan di Pulau Bali (Pusat Kajian Primata Universitas Udayana, 2001). Keberadaan monyet ekor panjang di Bali memiliki makna penting bagi masyarakat. Di beberapa tempat dijadikan obyek wisata dan telah berkontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Karenanya, mempertahankan keberadaan jangka panjang populasi monyet ekor panjang secara in situ sangat penting dan mesti mendapatkan prioritas perhatian. Namun bila jumlah monyet ekor panjang melebihi daya tampung (carrying capacity) habitatnya akan menimbulkan efek yang kurang baik kepada monyet itu sendiri, pengunjung, dan masyarakat sekitar. Kepadatan populasi pada satu habitat akan menyebabkan tingginya frekwensi ketegangan, perkelahian dan agresivitas antar anggota sekelompok atau antar kelompok. Hal ini akan membahayakan pengunjung/wisatawan yang datang. Insiden pengunjung tergigit oleh monyet (Wheatley 1989) akan meningkat pada populasi yang demikian. Untuk menghindari ketegangan atau perkelahian, beberapa anggota populasi akan keluar dari habitatnya. Keadaan ini akan merugikan penduduk karena kerusakan pertanian atau perkebunan yang ditimbulkannya (Wandia 2007). Untuk mengatasi konsekuensi negatif kelebihan populasi, usaha penyeimbangan jumlah monyet dengan daya tampung habitat perlu diupayakan. Data demografi atau struktur populasi, luas habitat, dan jumlah pakan yang tersedia (Alikodra 2002) sangat dibutuhkan untuk dapat mewujudkan usaha tersebut. Alas Kedaton dengan luas lebih kurang 12 ha selain merupakan hamparan hutan sekunder juga merupakan habitat monyet ekor panjang yang keberadaannya di lokasi ini sudah melebihi 30 tahun yang lalu (Kawamoto et al. 1984). Sampai saat ini belum ada data tentang struktur populasi monyet ekor panjang yang ada di Alas Kedaton. METODE PENELITIAN Monyet ekor panjang dim Alas Kedaton sebagai sampel penelitian, dihitung jumlahnya dengan cara survey dan sensus (Wandia 2007). Koleksi data diawali dengan identifikasi jumlah kelompok sosial berdasarkan pada informasi petugas jaga yang kemudian dikonfirmasi dengan pengamatan pendahuluan. Setelah penentuan kelompok sosial, penghitungan anggota masing-masing kelompok sosial dilakukan secara langsung. Anggota populasi dikelompokkan menjadi empat yaitu jantan dewasa, betina dewasa, muda, dan anakan (Fooden 1995). Monyet jantan ditandai oleh wajah dengan cambang kurang lebat, berkumis, 48

bantalan duduk kiri dan kanan menyatu, dan adanya skrotum (tetes). Monyet jantan dikelompokkan ke jantan dewasa apabila badannya besar, taringnya panjang, dan tingkah lakunya relatif superior. Monyet betina ditandai oleh wajah dengan cambang yang lebat, berjenggot, bantalan duduk kiri dan kanan terpisah, dan adanya vulva vagina. Monyet betina dikelompokkan menjadi betina dewasa apabila ambing dan puting susunya sudah menggelantung (pendulus). Pada kelompok muda, jenis kelamin tidak dibedakan melainkan digabung menjadi satu karena kesulitan untuk membedakannya. Monyet jantan yang badannya lebih kecil dan tingkah lakunya permisif terhadap jantan dewasa yang ada saat itu, dan betina yang belum menunjukkan puting susu menggelantung dikelompokkan sebagai monyet muda. Batas bawah umur monyet muda adalah berubahnya warna rambut hitam di kepala menjadi ke abu-abuan. Sementara, monyet baru lahir dan monyet yang masih memiliki warna hitam pada rambut kepala dikelompokkan sebagai anakan. Jumlah anggota masing-masing kelompok sosial, selanjutnya digabung menjadi satu data populasi lokal. Penghitungan secara langsung bisa dimulai dari kelompok anakan atau jantan dewasa atau lainnya sesuai situasi dan kondisi. jumlah anggota populasi lokal, komposisi umur, rasio jantan dewasa dengan betina dewasa, dan angka kelahiran. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Jumlah keseluruhan populasi monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedaton adalah 364 ekor meliputi jantan dewasa 54 ekor (14,8%), betina dewasa 104 ekor (28,6%), monyet muda 164 ekor (45,1%) dan anakan 42 ekor (11,5%). Populasi monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedaton terbagi menjadi 4 kelompok sosial yaitu kelompok Parkir, kelompok Utara, kelompok Tengah dan kelompok Selatan. Masing-masing kelompok diberi nama sesuai wilayah yang ditempatinya. Kelompok Parkir berjumlah 87 ekor terdiri atas jantan dewasa 7 ekor, betina dewasa 35 ekor, muda 37 ekor dan anakan 8 ekor, kelompok Utara berjumlah 73 ekor terdiri atas jantan dewasa 11ekor, betina dewasa 18 ekor, muda34ekor, dan anakan 10 ekor. Kelompok tengah berjumlah 135 ekor, terdiri atas jantan dewasa 20 ekor, betina dewasa 35 ekor, muda 64 ekor, dan anakan 16 ekor. Kelompok Selatan berjumlah 69 ekor, terdiri atas jantan dewasa 16 ekor, betina dewasa 16 ekor, muda 29 ekor dan anakan 8 ekor (Table 1). Data yang telah dikoleksi dianalisis secara deskriptif mengenai jumlah kelompok sosial, struktur populasi, dan kepadatannya. Struktur populasi meliputi 49

Tabel 1. Data Jumlah Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) berdasarkan umur pada tiap kelompok di Hutan Wista Alas Kedaton Pembahasan Dari data yang diperoleh seperti paparkan pada Tabel 1 dan Gambar 1, secara umum tampak kelompok umur muda menempati jumlah yang paling tinggi (45,1%). Hal yang sama juga tampak pada tiap kelompok monyet (Gambar2). Kelompok Parkir merupakan kelompok baru. Pada tahun 2001 monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedatonhanya ada 3 kelompok yaitu kelompok Tengah, kelompok Selatan dan kelompok Utara (Pusat Kajian Primata, 2001). Tingginya jumlah monyet ekor panjang umur muda serta adanya kelompok baru (kelompok Parkir) menunjukkan populasi monyet ekor panjang yang ada di hutan wisata Alas Kedatonmerupakan populasi yang berkembang (progressive population) dengan tingkat angkakelahiran sebesar 11,5%. Secara umum rasio jantan dewasa dengan betina dewasa adalah1 : 2. Pada masingmasing kelompok rasio jantan dewasa dengan betina dewasa berturut-turut adalah sebagai berikut kelompok Parkir1 : 5,kelompok Utara 1: 2,kelompok Tengah 1 : 2dan kelompok Selatan adalah 1: 1. Monyet ekor panjang merupakan satwa 50 yang hidup berkelompok dengan banyak jantan (multi male group). Rasio jantan dengan betina yang demikian juga ditemukan pada Macaca mulatta (Napier dan Napier, 1985). Tingginya jumlah pejantan sering menyebabkan tingginya tingkat ketegangan / perkelahian dalam memperebutkan betina birahi. Pejantan yang kalah dalam persaingan akan meninggalkan kelompoknya / bermigrasi keluar tempat kelahirannya dan membuat kleompok baru (Swindler, 1998). Tampaknya hal itu tidak terjadi sepenuhnya pada populasimonyet ekor panjang yang ada di hutan wisata Alas Kedaton. Ini bisa terjadi karena secara geografis hutan wisata Alas Kedaton merupakan hutan yang terisolasi ada ditengah-tengah perkampungan penduduk dan cukup sumber pakan karena diberikan pakan tambahan oleh pengelola hutan wisata. Kepadatan populasi monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedatonyaitu 30 ekor / Ha, jauh melebihi batas kepadatan maksimum di habitat liar. Pada kawasan liar tanpa ada pakan tambahan daya tampung maksimum sekitar 1000 kg biomasa / Km 2 atau sekitar 333 ekor/km2

dengan rataan berat monyet 3 kg, atau sekitar 3 4 ekor /Ha (Lesson at al. 2004). Kepadatan yang tinggi akan meningkatkan ketegangan dan agressivitas diantara anggota populasi (Alikodra, 2002).Tingginya ketegangan diantara anggota populasi monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedaton telah menyebabkan terbentuknya kelompok baru yang menempati areal parkir. Terbentuknya kelompok Parkir ini mencerminkan wilayah hutannya sudah tidak mampu lagi menampung jumlah populasi. Tingginya tingkat kepadatan ini besar kemungkinan akibat adanya sumber pakan tambahan dan habitat yang terisolasi. Tersedianya sumber pakan yang cukup akan menyebabkan rata-rata jumlah populasi per satuan luas habitat akan meningkat. Namun peningkatan jumlah populasi akan dibatasi oleh menurunnya tingkat kenyamanan yang menyebabkan keluarnya beberapa anggota populasi walaupun sumber pakan relatif cukup tersedia. Keadaan ini akan merugikan penduduk karena kerusakan pertanian atau perkebunan yang ditimbulkannya (Wandia 2007). Gambar 2. Diagram Batang Monyet Ekor Panjang Berdasarkan Dinamika Umur dihutan Wisata Alas Kedaton pada tiap Kelompok Simpulan SIMPULAN DAN SARAN 1. Jumlah populasi monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedaton adalah 364 ekor, terdiri atas54 ekor (14,8%) jantan dewasa, 104 ekor (28,6%) betina dewasa, 164 ekor (45,1%) monyet mudadan 42 ekor (11,5%) monyet anakan. 2. Populasi monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedaton terbagi dalam 4 kelompok sosial yaitu kelompok Parkir, kelompok Utara, kelompok Tengah dan Kelompok Selatan. 3. Rasio jantan dewasa dengan betina dewasa monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedaton adalah 1:2 Gambar 1.Diagram Batang Monyet Ekor Panjang Berdasarkan Dinamika Umur di Hutan Wisata Alas Kedaton 51 4. Tingkat kepadatan populasi monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedaton yaitu 30 ekor / Ha. 5. Angka kelahiran monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedaton sebesar 11,5%.

Saran Tingginya tingkat kepadatan monyet ekorpanjang di Hutan Wisata Alas Kedaton perlu mendapat perhatian dan segera dilakukan pembatasan populasi seperti dengan relokasi atau cara lain sehingga dampak negatif yang ditimbulkan dapat dihindari dan kelestarian monyet ekor panjang di hutan wisata Alas Kedaton tetap dapat terjamin. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Udayana yang telah mendanai penelitianini dengan Dana DIPA Universitas Udayana tahun anggaran 2008 dengan Nomor. 001652/H.14.11/PG/2008 Tertanggal 26 April 2008. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bendesa Adat Kukuh, Kepala Desa Kukuh dan Pengelola hutan wisata Alas Kedaton atas izin dan kerjasamanya serta adik- adik mahasiswa yang telah ikut serta membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwa liar. Jilid I. YPFK. Bogor. Eudey AA. 1980. Pleistocene glacial phenomena and the evolution of Asian macaques. In The Macacaques. Studies in Ecology, Behavior and Evolution. Edited by D.G. Lindburg. :52-83. Frankham R, Ballou JD, Briscoe DA. 2004. A Primier of Conservation Genetics. Cambridge University Press. Cambridge. Fooden J. 1995. FIELDIANA. Zoology. New Series No. 81. Systematic Review of Southeast Asian Longtail Macaques, Macaca fascicularis (R affles, [1821]).Published by Field Museum of Natural History. USA Hartl DL and Clark AG. 1997. Principles of Population Genetics. Third ed. Snauer Associates, Inc. Pub. Sunderland, Massachusetts. Kawamoto Y, Ischak TM, Supriatna J. 1984.Genetic variation within and between troops of the crab-eating macaque (Macaca fascicularis) on Sumatra, Jawa, Bali, Lombok and Sumbawa, Indonesia. Primates, 25(2):131-159. Klug WS & Cummings MR. 2005. Essentials of Genetics. International Ed. 5 th Ed. Pearson Education, Inc. USA. Lesson C, Kyes RC., Iskandar E. 2004. Estimating population density oflongtailed macaques (Macaca fascicularis) on Tinjil Island, Indonesia, using the line transect sampling method. Jurnal Primatologi Indon esia4(1):7-14. 52

Li WH. 1997. Molecular Evolution. Sinauer Associates Inc. Publisher. Sunderland, Massachusetts, USA. Napier, J.R dan Napier, P.H. 1985. The Natural History of the Primates. British Museum (Natural History), Crowmwell Road, London. Nozawa K, Shotake T, Minezawa M, Kawamoto Y, Kawamoto K, dankawamoto S. 1996. Population-genetic studies of the Javanese macaque, Macaca fuscata. In: Variations in the Asian Macaques. T. Shotake and K. Wada (eds.). Tokai University Press. Tokyo, Japan.: 1-36. Pusat Kajian Primata, Universiras Udayana. 2001. Map of Long Tailed Macaque Populations in Bali. Pusat Kajian Primata Lembaga Penelitian Universitas Udayana. Bali. Rowe.N. 1996. The Pictorial Guide to the Living Primates. Pogonias Press. New York. Swindler, D.R. 1998. Introduction to the Primates. University of Washington Press, Seatle dan London Wandia I N. 2007. Struktur dan Keragaman Genetik Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)di Jawa Timur, Bali, dan Lombok. Disertasi.PRM. IPB. Bogor. 2007. Wheatley BP. 1989. Diet of Balinese temple monkeys, Macaca fascicularis. Kyoto University Overseas Research Report of Studies on Asian Non-Human Primates. Kyoto University Primate Research Institute. No. 7:62-75. 53