HUJAN DAN PANAS SILIH BERGANTI ( 2 ) PENERBANGAN TERAKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
HUJAN DAN PANAS SILIH BERGANTI ( 3 ) DINGINNYA UDARA SYDNEY

Aku ada dengan dirinya kali ini bukan karena keinginanku. Bukan karena cinta. Bukan karena kenal. Namun ini kebetulan. Diriku berdiri di depan sini.

Per jalanan Masa Depan

Budi Mulyanto. Hati Bicara

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

Sarah mengemas barangnya dengan cemberut. Entah yang keberapa. kalinya Dia harus pindah. Dari Jakarta ke Jogja lalu ke Makassar dan kali ini dia

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

kegiatan sehari hari pelajaran 2

Mahesa Bayu Suryosubroto

MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK

Arif Rahman

karena kita begitu istimewa Cantik

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Ya sudah aku mau makan mie saja deh hari ini, kebetulan aku lagi pengen makan mie pakai telur ceplok.

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402

Di Pantai Pasir Putih

1. Mendarat di Batam EE GAK ADA MATINYEE

Yune Andryani Pinem 1), Made Yukta Dewanti 2) Program Studi D3 Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ANTRIAN PENUMPANG DI BANDARA ADI SUMARMO SURAKARTA. Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

Mungkin mereka tidak akan menemuiku, ujarku dalam hati.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

Pada suatu hari saat aku duduk di bangku sudut sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.

Mr Knight, tadi Mr. Boyd menelepon untuk membuat janji temu di hari Jumat jam 2 siang. Apakah saya ada janji di hari itu?

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Hardiyana STTKD Yogyakarta

cxütçvtçztç hätçz gxüå ÇtÄ cxçâåñtçz UtÇwtÜ hwtüt g} Ä ~ e ãâà ctätçz~t etçt

Nur Makkie Perdana Kusuma 1), Annisa Nurul Sucianingsih Palisoa 2) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

Serunya Menjajal Kereta Cepat di China

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

MORIENDO. Terlihat uluran tangan yang melepaskan butiran-butiran yang begitu cemerlang bagaikan kristal ke angkasa

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

Ini tepat tengah malam, Tepat saat aku merasa sendiri, Hanya aku dan hening, Tenggelam bersama aksara-aksara yang kutulisakan,

Perjalanan Singkat ke Batam. Kata Pendahuluan

Sore yang indah bergerak memasuki malam. Langit yang bertabur warna keemasan mulai menghitam dengan taburan bintang-bintang. Aku masih duduk di kursi

Putri Sinar Alam dan Putri Sinar Kaca (Cerita Rakyat dari daerah Jabung)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak penemuan roda sampai dengan penerbangan pesawat ulang-alik, daya tarikdan

Di Unduh dari : Bukupaket.com

UJIAN TENGAH SEMESTER PERANCANGAN FILM KARTUN

SOAL PSIKOTEST KEMAMPUAN TEKNIKAL

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG

Coffee Break : Kegalauan Raya

RUNDOWN KEGIATAN PENGAWAS PUSAT HARI H 3 (PERSIAPAN DAN KOORDINASI)

Pada hari dan waktu yang telah ditentukan, Muna sengaja berangkat tidak dari Jakarta seperti biasanya, tapi langsung dari rumahnya, sesuai dengan

BAB II RINGKSAN CERITA. timah yang bernama Djuasin bin Djamaludin Ansori. Isi surat itu menyatakan kuli yang naik

PAGI itu Tahir dengan terburu-buru menuju

Jalan ke Taman Safari Pantai yang Indah

Pasang Surut Ombak Segare Sopianus Sauri XII IPA

JUDUL FILM: Aku Belum Mati tapi Tidak Hidup

TERPERANGKAP. merakitkata.blogspot.com

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

Pemilik jiwa yang sepi

Terdengar suara ayam berkokok yang menandakan hari sudah mulai pagi, aku pun bangun untuk siap-siap berangkat sekolah. Nama ku Dinda aryani aku masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat


Ooo ternyata sungai besarnya pun ada tujuh, aku tahu cuma Thames aja, pikirku dalam hati.

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Total Penumpang

ANALISIS DESKRIPSI MENGENAI KENDALA PELAYANAN DI BOARDING GATE PT. GAPURA ANGKASA BANDARA AHMAD YANI SEMARANG. Indro Lukito STTKD Yogyakarta ABSTRAK

tempat umum gambar 1

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

Musim Semi Buku harian untuknya Satu Hari bolong

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN

Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar

Well, aku rasa tidak ada yang salah.

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

László Hankó: Kebahagiaan Marina

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA. Oktober 2011

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Manajemen Risiko Keamanan Bandara. Keamanan Bandara

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

angkasa. Tidak ada lagi gugusan bintang dan senyuman rembulan. Langit tertutup awan kelam. Dan sesaat kemudian hujan turun dengan deras.

Secangkir Kopi. Intro. Saat ini aku tidak memiliki seorang kekasih, tidak memiliki pekerjaan dan mungkin juga tidak memiliki teman sesungguhnya.

PATI AGNI Antologi Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Berangkat Transit Total % Pertumbuhan

banyak sudah mewarnai perjalanan hidup kami. Jika sebagian anak-anak lain berada dalam lingkungan rumah adem-ayem, tidak demikian dengan kami,

Karya Kreatif Tanah Air Beta

HANYA KAMU BAB 1 AMANDA

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Belasan kota kudatangi untuk menjadi tempat pelarianku. Kuharap di sana bisa kutemukan kedamaian atau cinta yang lain selainmu.

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN KEDATANGAN DAN PEMBERANGKATAN PESAWAT UDARA (STUDI KASUS PADA BANDARA HANG NADIM BATAM)

dengan penuh hormat. rumah. mata.

HUJAN DAN PANAS SILIH BERGANTI ( 1 )

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

Hanya Lima. Penulis: Boy Candra, Dkk Copyright 2012 by Boy Candra. Desain Sampul: (Nuzula Fildzah) Editor: (Nuzula Fildzah)

Ah sial aku selingkuh!

Transkripsi:

HUJAN DAN PANAS SILIH BERGANTI ( 2 ) PENERBANGAN TERAKHIR B andara Tabing memang dekat dengan tempat kosku, karena letaknya pas di ujung selatan landasan pacu. Tanah terasa berguncang dan telinga menjadi pekak ketika pesawat sedang mandarat, brisik sekali. Pertama kali tinggal disini, suara itu sangat mengganggu. Tetapi lama kelamaan menjadi terbiasa. Pada sore hari atau hari minggu, kami sering main ke bandara untuk melihat pesawat secara dekat dan melihat gagah dan cantik-cantiknya orang yang baru turun dari pesawat. Aku membayangkan bagaimana bangganya, alangkah senangnya, jika suatu saat aku menjadi salah satu dari mereka, sebagai penumpang pesawat. Di dalam pesawat, di cockpit, di ruang kemudi pesawat itu, kulihat dua lelaki tampan memakai baju putih dan topi biru dongker duduk bersebelahan sambil ngobrol dan melihat-lihat ke bawah ke arah orang banyak yang berkerumun di luar pagar. Tetapi daripada menjadi penumpang, akan lebih bahagia lagi jika aku kelak bisa seperti kedua lelaki yang duduk di ruang kemudi pesawat itu, beprofesi sebagai pilot. Angan-anganku semakin melambung tinggi. Bagai pungguk rindukan bulan. Aku di bumi, cita- 1

citaku terlalu jauh berada di angkasa luar. Mana mungkin tercapai. Tetapi, itulah cita-cita, itulah keinginan. Kalau realita tidak tercapai, masa untuk berangan-angan saja tak boleh, pikirku. Pertengah bulan Juli, tanpa sengaja terbaca olehku pengumuman yang tertempel di dinding kantor Angkasa Pura bahwa telah dibuka pendaftaran calon taruna Sekolah Penerbangan dengan ikatan dinas. Ketika itu yang dibuka adalah jurusan penerbang 1, mekanik, teknik listrik, teknik radio, dan pengatur lalu lintas udara. Aku jadi ingat pemuda gagah yang duduk di cockpit yang sering kulihat di apron, area parkir pesawat bandara Tabing. Ini kesempatan emas, tak boleh dilewatkan. Kesempatan emas tak datang dua kali, maka kesempatan ini harus diambil, mana tahu aku diterima, tekadku ketika itu. Setelah diteliti seluruh persyaratannya, ternyata aku memenuhi syarat: lulus SMA jurusan IPA dengan nilai ratarata 7, tinggi minimal 165 cm, tidak berkacamata, tidak pakai alat bantu pendengaran, sehat jasmani dan rohani. Di samping itu bersedia menerima ikatan dinas dan bersedia ditempatkan di mana saja setelah lulus serta tidak akan berhenti sampai berakhirnya masa perjanjian. Tekadku sudah bulat untuk mendaftar, tidak lulus tidak jadi soal, yang penting sudah mencoba. Dua minggu setelah mendaftar, aku mengikuti tes seharian penuh dari pagi hingga sore. Materi ujiannya mencakup matematika, fisika, mekanika, bahasa inggiris dan pengetahuan umum serta psikotes. Sore itu juga hasilnya 1 Jurusan pilot. 2

diumumkan. Bagi yang lulus langsung diwawancara. Alhamdulillah, aku termasuk yang dipanggil wawancara. Selesai wawancara, aku dinyatakan memenuhi syarat, dan harus tes kesehataan di Jakarta 4 hari berikutnya. Ternyata yang lulus wawancara hanya 4 orang jurusan pilot yaitu aku, Iwan, Idham dan Heru serta 1 orang jurusan pengatur lalu lintas udara bernama Wildan. Alangkah senangnya hatiku, namun bingung juga bagaimana caranya bisa ikut tes kesehatan di Jakarta dalam waktu yang mepet begini. Dari mana aku akan mendapat uang untuk beli tiket pesawat ke Jakarta yang harganya tidak murah. Jika naik bis, harus berangkat sore ini dan belum tentu sampai dalam waktu 3 hari, mana tahu bisnya rusak di jalan atau ada jalan yang terputus karena longsor. Jika naik kapal laut, jadwalnya berangkat dua hari lagi, berarti sampai di Jakarta 4 hari lagi kalau gelombang laut tidak mengamuk. Bisa terlambat aku. Di samping itu, bagaimana badanku akan fit untuk tes kesehatan karena sudah lelah dalam perjalanan yang cukup jauh. Semalaman aku tak bisa tidur memikirkan kepada siapa harus pinjam uang, siapa yang punya uang tunai sebanyak itu dan mau pula meminjamkannya kepadaku. Jika aku pulang kampung dan meminta kepada orangtua, palingpaling sebulan lagi baru dapat setelah menjual ini dan itu. Padahal paling lambat tiga hari lagi aku harus naik pesawat ke Jakarta. Pusing juga aku jadinya. Kemudian aku teringat bahwa disini masih ada orang kampungku yang menjadi dosen di Unand, aku memanggilnya mamak. Besok akan kucoba mengabarkan berita gembira ini, dan meminta bantuan beliau untuk meminjamkan aku uang guna membeli tiket pesawat. Aku memang cukup dekat dengan mamak ini. Sejak kuliah di 3

Padang, secara berekala aku datang bersilaturrahim ke rumah beliau. Pucuk dicinta ulam tiba, beliau berkenan meminjamkan uang yang kubutuhkan. Alhamdulillah, pertolongan Allah lewat mamak ini bukan main nilainya bagiku. Untung sejak dulu aku rajin bersilaturrahim. Kalau tidak mana berani aku meminjam uang sebanyak itu, dan mana mau beliau meminjamkannya kepadaku. Beliau sekeluarga kelihatannya juga senang setiap kali aku datang meskipun tak ada keperluan yang penting, hanya sekedar bertemu saja, atau sekedar untuk main dengan anaknya yang masih balita. Sepulang dari rumah mamak ini, aku segera menulis surat kepada ibu dan bapak untuk mengabarkan semua berita bahagiaku ini. Surat tersebut langsung kumasukkan ke dalam kotakpos yang tak jauh dari tempat kosku. Berita ini adalah berita bahagia bagiku, tapi bagi kedua orangtuaku merupakan berita bahagia dan sekaligus memusingkan karena harus mencari uang untuk membayar utangku ke mamak tadi. Sesampainya di bandara, kuserahkan tiket Merpati yang kubeli dua hari yang lalu kepada petugas di konter check-in. Sengaja kubeli tiket Merpati karena jauh lebih murah daripada tiket Garuda, dan tidak ada pilihan lain karena cuma dua maskapai penerbangan itu yang melayani rute Padang Jakarta. Setelah tiketku disobeknya selembar, sisanya bersama boarding-pass dikembalikan kepadaku. Kubaca di boarding-pass, tertera Gate 1 dan Seat 20A, berarti aku harus melewati pintu 1 dan nanti duduk di kursi nomor 20A. Sementara Iwan dan Idham mendapat kursi 20B dan 20C. Sedangkan Heru dan Wildan telah berangkat kemaren sore. 4

Ketika melewati pintu pemeriksaan detektor, semua benda yang terbuat dari logam harus dilepaskan dari badan agar alarm tidak berbunyi. Sementara koper yang kubawa dimasukkan ke dalam trowongan x-ray agar semua isinya bisa ditedeksi oleh petugas keamanan penerbangan. Koper kami tak ada yang dimasukkan ke bagasi karena tidak ada yang besar, isinya cuma pakaian dan dokumen. Tak berapa lama duduk di waiting-room, di ruang tunggu keberangkatan, terdengar pengumuman yang memerintahkan semua penumpang Merpati jurusan Jakarta agar segera naik pesawat udara melalui pintu 1. Kami bertiga bergegas berdiri dan berbaris memanjang --- antri --- menunggu giliran pemeriksaan akhir sebelum meninggalkan gedung bandara menuju tangga pesawat. Petugas memeriksa boarding-pass setiap calon penumpang yang lewat untuk memastikan semua orang yang lewat adalah penumpang yang berhak naik pesawat tersebut. Menginjakkan kaki di tangga pesawat, terasa bermimpi. Ku cubit pipiku terasa sakit, kugigit lidahku juga sakit, ku pencet hidungku nafasku sesak, berarti aku tidak sedang bermimpi. Ini memang realita, kenyataan. Maklum, ini adalah pertama kali aku menginjakkan kaki di tangga pesawat, dan ini adalah pertama kali aku akan terbang tinggi di angkasa luas, jauh lebih tinggi dari terbangnya burung. Tingginya sangat tak sebanding dengan tinggi terbangnya burung pipit yang suka makan padi di sawahku. Terbang lebih tinggi dari awan, terbang jauh menuju kota metropolitan Jakarta, kota terbesar di Indonesia dan merupakan pusat pemerintahan negara. Aku tertegun sebentar di pintu pesawat. Wah... alangkah mewahnya dan alangkah canggihnya pesawat ini, pikirku. Dua orang pramugari cantik yang menyambut 5

penumpang dan berdiri dekat pintu mengucapkan selamat sore sambil tersenyum manis dan mempersilahkan masuk. Rupanya di dalam ada lagi pramugari cantik lainnya dan menanyakan nomor kursiku. Dia menunjukkan deretan dua puluh, di mana aku harus duduk. Kursiku berada di dekat jendela kaca sehingga aku bisa melihat keluar dengan leluasa. Kulihat banyak orang berdiri di pinggir pagar sambil melambai-lambaikan tangannya, mengucapkan selamat jalan kepada keluarga atau familinya yang akan terbang bersama kami. Selama 6 bulan terakhir aku juga sering berdiri diluar pagar sana seperti mereka meskipun tak melepas keberangkatan seorangpun. Pesawat mulai bergerak mundur, aku kembali mencubit pipiku, menggigit lidahku, dan memencet hidungku untuk memastikan aku memang berada dalam alam nyata. Pramugari memperagakan bagaimana caranya mengencangkan sabuk pengaman dan bagaimana pula melepaskannya. Ditunjukkan pula cara memasang baju pelampung jika pesawat mendarat darurat di air, dan cara menggunakan masker oksigen bila udara di kabin turun secara tiba-tiba. Tak lupa pula mereka menerangkan di mana letak pintu darurat yang akan dipergunakan sebagai jalur evakuasi bila dalam keadaan bahaya. Peragaannya ditutup dengan ucapan selamat menikmati penerbangan ini. Tanpa kusadari pesawat telah berjalan menuju run-way, landasan pacu, untuk take-off. Diujung run-way, pesawat berhenti sebentar, lalu kulihat baling-baling pesawat berputar semakin kencang, semakin kencang, dan suaranya semakin bergemuruh keras membuat tempat dudukku bergetar. Pesawat mulai bergerak, melaju kencang dan semakin kencang. 6

Tiba-tiba kulihat bumi menjadi miring, pohon kepala yang melambai-lambai ditiup angin juga miring. Tak lama kemudian terlihat garis jarak pandang di lautan lepas di barat pulau Sumatera juga miring... Dan seterusnya... 7