BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Pasal 5 ayat 2



dokumen-dokumen yang mirip
JUNAINA Karya Tulis Ilmiah STIKes U BUDIYAH Banda Aceh. Abtract

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. Ethiopia (13 000), Indonesia ( 8800), Pakistan (7900), Republik Tanzania

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses fisiologis dan berksinambungan. Kehamilan dimulai dari konsepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan adalah

146 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

suplemen Informasi Jampersal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia lebih dari ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga.

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar

NURLAILA RAMADHAN Tenaga Pengajar Pada StiKes Ubudiyah Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pada generasi mendatang. Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan bahwa kelahiran caesar darurat menyebabkan risiko kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran hasil konsepsi, plasenta dan selaput ketuban oleh ibu,

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38).

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Kementerian kesehatan RI, 2011). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2016, Angka

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

Dinamika Kesehatan Vol. 7 No. 2 Desember 2016 Rahman, et. al.,gambaran Tingkat...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity

TENTANG BUPATI SERANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu bersalin (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan nasional salah satunya adalah agar setiap penduduk mendapatkan hak-hak kesehatannya seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Pasal 5 ayat 2 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Kemudian pada ayat 3 menyatakan bahwa setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Pasal 28 disebutkan bahwa pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan dan pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi sosial sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu tetap terjamin. (UU Kesehatan, 2009) Untuk mempercepat pencapaian tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional serta Milenium Development Goals (MDGs), pada tahun 2011, Menkes RI telah meluncurkan program Jaminan Persalinan atau disingkat dengan Jampersal. Jampersal adalah salah satu program andalan di bidang kesehatan yang salah satunya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu ( AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). (Amin, 2012). Jampersal ditujukan untuk masyarakat yang belum mempunyai jaminan pelayanan kesehatan, dan tidak terbatas pada masyarakat miskin atau kurang mampu meski sebenarnya jampersal adalah perpanjangan dari jamkesmas (Depkes RI, 2012). 1

2 Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 yang dilakukan sejak tahun 2001, Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 KH. Angka Kematian Bayi baru lahir (AKN) 19 per 1000 KH. Berdasarkan kesepakatan global MDG s, diharapkan pada tahun 2015 angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 pada tahun 2015 (Depkes RI, 2012). Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT, 2001). Kejadian kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca persalinan, dan hari-hari pertama kehidupan bayi masih menjadi tragedi yang terus terjadi di negeri ini. Untuk menurunkan AKI dan Bayi Baru Lahir diperlukan upaya dan inovasi baru, tidak bisa dengan cara-cara biasa. Upaya untuk menurunkan AKI dan bayi baru lahir harus melalui jalan yang terjal. Terlebih kala itu dikaitkan dengan target MDGs 2015 yang harus segera dicapai. Waktu yang tersisa hanya tinggal tiga tahun (sekarang tinggal dua tahun), ini tidak akan cukup untuk mencapai sasaran itu tanpa upaya-upaya yang luar biasa (Depkes RI, 2012). Dalam pemilihan perawatan/penolong ibu pada masa maternity (hamil, bersalin dan paska persalinan), ibu juga akan dipengaruhi orang sekitarnya karena

3 hubungan antara individu/ interpersonal dengan orang di sekitarnya (suami, orangtua, tetangga). Dalam pemilihan penolong kehamilan (ANC), persalinan dan pasca persalinan pada tingkat komunitas, penetapan praktek perawatan atau pertolongan kehamilan (ANC), persalinan dan paska persalinan juga ditentukan oleh ketanggapan fasilitas kesehatan terhadap kebutuhan ibu terkait harapan, dukungan/kemudahan serta hambatan dalam mengakses tenaga kesehatan. Hal ini juga dipengaruhi kebijakan pemerintah yang diberlakukan antara lain pembiayaan kesehatan berupa Jampersal (Depkes RI, 2012). Program Jampersal yang digulirkan sejak 2011 ini dinilai terobosan termutakhir dari Pemerintah yang diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan. Keberhasilan Jampersal tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian pertolongan kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam hal kemudahan transportasi serta pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting. Target pemerintah tahun 2012 pembiayaan persalinan adalah sekitar 2,5 juta ibu hamil mendapatkan layanan persalinan oleh tenaga kesehatan dan bayi yang dilahirkan sampai dengan masa neonatal di fasilitas kesehatan. Program yang punya slogan Ibu Selamat, Bayi Lahir Sehat ini diharapkan memberikan kontribusi besar dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2012).

4 Mengingat program jampersal adalah program baru Pemerintah, pada tahun 2012 Depkes RI telahmelakukanriset tentang implementasi Jampersal oleh masyarakat dan diketahui hasil bahwa masih ada sebagian masyarakat (66,7%) yang belum mengetahui dan menggunakan jasa layanan Jampersal (Depkes RI, 2012). Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai 69,3%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melaui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan. Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang didalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir (Riskesdas, 2010). Menurut penelitian sebelumnya oleh Sumiati pada tahun 2012, yang memilih jampersal sebanyak 19,05% dan yang tidak memilih sebesar 80,95% dengan pendidikan pasien rendah 26,31%, kurang 21,88% yang bekerja 34,21% dan berpenghasilan tinggi 33,33%. Sementara hasil penelitian Siska Amalia, diketahui sebagian besar tingkat kepuasan ibu bersalin di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan sebanyak 32 orang dengan ASKES adalah cukup puas yaitu sebanyak 12 orang

5 (75%) dan sebagian besar tingkat kepuasan bersalin dengan JAMPERSAL adalah cukup puas yaitu sebanyak 14 orang (87,5%) (Kompas, 2012). Berdasarkan hasil laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Tahun 2012, Jumlah ibu bersalin 8954 jiwa, jumlah AKI 22 jiwa jumlah sasaran. Sementara jumlah bayi 8531 jiwa, AKB 101 jiwa dari jumlah sasaran. Jumlah ibu hamil yang memeriksa kehamilannya di fasilitas kesehatan mencapai 9.384 orang, yang memanfaatkan program jaminan persalinan mencapai 6.152 orang (65,55%) dan sisanya diperkirakan bersalin di fasilitas kesehatan swasta yang tidak melakukan perjanjian kerja sama (PKS) program jaminan persalinan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie. Total alokasi dana Jampersal tahun anggaran 2012 untuk kabupaten Pidie Rp. 3.496.100.000,- (Dinkes Pidie, 2012). Data yang diperoleh dari BPS Rosmawarni pada tahun 2012 jumlah ibu bersalin periode Januari s/d Desember adalah 349 pasien. Sementara jumlah pasien periode Januari s/d Juni 2013 sebanyak 187 pasien. Jadi jumlah pasien periode Januari 2012 s/d Juni 2013 adalah 536 pasien. BPS Rosmawarni adalah salah satu BPS di Kabupaten Pidie yang melayani pasien peserta Jampersal. B. Perumusan Masalah Bedasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pemanfaatan program jaminan persalinan oleh ibu bersalin di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan program jaminan persalinan oleh ibu bersalin di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan program jaminan persalinan berdasarkan pengetahuan ibu bersalin di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013. b. Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan program jaminan persalinan berdasarkan informasi ibu bersalin di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013. c. Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan program jaminan persalinan berdasarkan pendapatan ibu bersalin di BPS Rosmawarni Mesjid Gumpueng Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dengan pemanfaatan program jaminan persalinan oleh ibu bersalin. 2. Untuk BPS Sebagai bahan masukan dalam upaya menyukseskan program jaminan persalinan.

7 3. Penelitian Selanjutnya. Bagi peneliti lain dapat di jadikan bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian sejenis yang berkaitan dengan program jaminan persalinan.

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1. Definisi Persalinan Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Sarwono, 2010). Sementara menurut Prawirohardjo (2007), persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan tubuh di dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang telah cukup bulan (37-42 minggu) atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau dengan jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri. Menurut Ambar Dwi. E (2011), persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukp bulan atau bayi hamper cukup bulan, di susul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Masih menurutnya, ada tiga jenis persalinan yaitu persalinan spontan, persalinan buatan dan persalinan anjuran. Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan

9 menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan. Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran, mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran, merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi, memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi, pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko, pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit, memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat, pemberian ASI sedini mungkin (Depkes RI, 2008). Menurut Ambar Dwi. E (2011) ada lima penyebab mulainya persalinan, yaitu a. Penurunan Kadar Progerteron, yang menyebabkan timbulnya relaksasi otot uterus,sedangkan estrogen meningkatkan kerentanan otot uterus. b. Teori ektitosin, pada akhir kehamilan kadar eksitosin bertambah. Oleh sebab itu timbul timbul kontraksi otot uterus. c. Kereganan otot, uterus seperti halnya kandung kemih dan lambung. d. Pengaruh janin, hipofisis dan kelenjar suprarenal janin memegang peran karena pada anensefalus kehamilan sering lebih lama dari biasanya. e. Teori prostaglandin, yang menjadi salah satu penyebab permulaan awalnya persalinan.

10 2. Tujuan Persalinan Depkes RI (2008) menjelaskan bahwa tujuan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Fokus utama asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. 3. Tanda Persalinan Ada beberapa tanda persalinan (Mochtar, 2006) yaitu: a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks. c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. d. Pada pemeriksaan dalam servik teraba mendatar dan pembukaan telah ada. 4. Penyebab Mulainya Persalinan Menurut Ambar Dwi. E (2011) ada lima penyebab mulainya persalinan, yaitu

11 a. Penurunan Kadar Progerteron, yang menyebabkan timbulnya relaksasi otot uterus,sedangkan estrogen meningkatkan kerentanan otot uterus. b. Teori ektitosin, pada akhir kehamilan kadar eksitosin bertambah. Oleh sebab itu timbul timbul kontraksi otot uterus. c. Kereganan otot, uterus seperti halnya kandung kemih dan lambung. d. Pengaruh janin, hipofisis dan kelenjar suprarenal janin memegang peran karena pada anensefalus kehamilan sering lebih lama dari biasanya. e. Teori prostaglandin, yang menjadi salah satu penyebab permulaan awalnya persalinan. 5. Tanda Persalinan Ada beberapa tanda persalinan (Mochtar, 2006) yaitu: a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks. c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. d. Pada pemeriksaan dalam servik teraba mendatar dan pembukaan telah ada. 6. Tahap Persalinan Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala : a) Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :

12 1) Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Henderson (2006) menjelaskan bahwa fase laten adalah fase persalinan pada pembukaan 0-3 cm. Dikenal sebagai tahap yang dimulai dari kontraksi uterus yang teratur sampai pembukaan fase aktif, durasi maksimum yang direkomendasikan pada fase ini bervariasi dan telah ditetapkan yaitu selama 20 jam pada wanita primi dan 16 jam pada wanita multi. 2) Fase aktif adalah fase persalinan yang dikenal dari pembukaan 4cm dan seterusnya dengan adanya aktivitas uterus yang reguler. Kontraksi menjadi semakin kuat dan sering sampai kira-kira 3-4 kali kontraksi per 10 menit (Henderson, 2006). Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm. Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap jam. Menurut Muchtar (2006) kala I ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (Bloody Show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effasement). Darah berasal fari pecahnya

13 pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Dimulai dari his persalinan sampai pembukaan serviks menjadi lengkap. Melalui fase laten yaitu pembukaan yang sangat lambat dari 0 sampai 3 cmyang membutuhkan waktu sampai 8 jam, dan fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat, terbagi dalam fase akselerasi, fase dilatasi maksimal, dan fase deselerasi (Ambar Dwi E, 2011). b) Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada multipara. Menurut Depkes (2006) Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi, Kala II dikenal juga dengan kala pengeluaran. Kala II Yaitu tahap persalinan yang dimulai dari pembukaan serviks lengkap sampai bayi keluar dari uterus. Biasanya berlangsung 0,5 jam sampai 1,5 jam. Pada kala ke II terjadi perubahan pada kontraksi, uterus dan pergeseran organ dasar panggul (Ambar Dwi E, 2011). Pemberian kenyamanan pada ibu di Kala II persalinan diantaranya, pemberian posisi ibu saat melahirkan, seperti berbaring miring, jongkok, merangkak, berlutut berdiri, setengah duduk, berbaring miring dan duduk di pangkuan atau di kursi kecil. Posisi persalinan ibu hamil menentukan lama tidaknya proses persalinan berlangsung (Anik, 2010).

14 c) Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir. Menurut Mochtar (2006) Kala III dimulai setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Kala III yaitu periode waktu yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta sudah dilahirkan seluruhnya. Pelepasan plasenta dimulai dari tengah yang di tandai dengan keluarnya tali pusat secara memanjangdari vagina tanpa adanya perdarahan vagina dan dapat dimulai dari pinggiryang di tandai keluarnya tali pusar memanjang dan keluarnya darah tidak melebihi 400ml (Ambar Dwi E, 2011). d) Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan (Sarwono, 2010). Atau menurut Ambar Dwi E (2011) yaitu masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Secara klinis masih di akui kala ke IV sesuai pertimbangan klinis, meskipun masa itu adalah termasuk masa nifas. Mengingat masa ini adalah masa yang sering terjadi perdarahan.

15 B. Jaminan Persalinan 1. Pengertian Jaminan persalinan adalah salah satu program andalan di bidang kesehatan yang salah satunya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jampersal sendiri sudah diperkenalkan oleh Menteri Kesehatan sejak tahun 2011. Jampersal ditujukan untuk masyarakat yang belum mempunyai jaminan pelayanan kesehatan, dan tidak terbatas pada masyarakat miskin atau kurang mampu meski sebenarnya jampersal adalah perpanjangan dari jamkesmas. Beda jamkesmas dan jampersal adalah pada jenis pelayanan yang diberikan, dimana jampersal hanya melayani ibu hamil (empat kali pemeriksaan selama hamil), melahirkan baik di puskesmas, bidan polindes (bidan desa), Bidan Praktek Mandiri (BPM) atau klinik bersalin yang mengikuti program jampersal, atau bahkan di Rumah Sakit pemerintah atau di Rumah Sakit Swasta yang mengikuti program Jampersal (sampai kemungkinan dilakukan tindakan operasi atas indikasi), pemeriksaan ibu nifas dan bayinya (empat kali pemeriksaan), rujukan ke rumah sakit atas indikasi, termasuk fasilitas layanan KB satu kali untuk ibu yang baru melahirkan (diberikan selama masih dalam masa 42 hari) (Depkes, 2011). 2. Tujuan a. Tujuan Umum Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga

16 kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. b. Tujuan Khusus 1) Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tnaga kesehatan yang kompeten. 2) Meningkatnya cakupan pelayanan : a) Bayi baru lahir b) Keluarga Berencana pasca persalinan c) Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. 3) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yan efisien, efektif, transparan, dan akuntabel (Depkes RI, 2011). 3. Manfaat dan Tata Laksana Pelayanan Jaminan Persalinan Manfaat yang diterima oleh penerima Jaminan Persalinan sebagaimana diuraikan dibawah ini adalah : a. Pemeriksaan Kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu pada buku Pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi : 1) 1 kali pada triwulan pertama 2) 1 kali pada triwulan kedua 3) 2 kali pada triwulan ketiga

17 Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melebihi frekuensi diatas pada tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini. b. Penatalaksanaan Persalinan meliputi : 1) Persalinan per vaginam 2) Persalinan per abdominam 3) Persalinan dengan komplikasi c. Penatalaksanaan Neonatus dan Post Natal Care meliputi : 1) Perawatan esensial neonatus bayi baru lahir. 2) Perawatan bayi baru lahir dengan komplikasi (asfiksia, BBLR, infeksi, ikterus, kejang dan RDS) sesuai standar yang dibiayai oleh program ini. 3) Tatalaksana asuhan PNC merupakan pelayanan ibu dan bayi baru lahir sesuai dengan buku pedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir dan kunjungan neonatal (Depkes RI, 2011). 4. Sasaran Jaminan Persalinan Sesuai dengan tujuan Jaminan Persalinan yakni untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, maka sasaran yang dijamin oleh jaminan persalinan adalah : a. Ibu hamil b. Ibu bersalin c. Ibu nifas (sampai 42 hari pasca persalinan) d. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari).

18 Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak mendapatkan pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan persalinan normal maupun dengan komplikasi atau risiko tinggi untuk mencegah angka kematian ibu dan angka kematian bayi dari suatu proses persalinan (Kemenkes RI, 2011). 5. Ruang lingkup Jaminan Persalinan Jaminan Persalinan merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi proses kehamilan, persalinan, paska persalinan dan pelayanan KB pasca salin serta komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak maksudkan untuk melindungi semua masalah kesehatan individu. a) Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama (Puskesmas) Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan atau pertolongan persalinan di puskesmas. b) Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan (Rumah Sakit) Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang spesialitik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis.

19 c) Pelayanan Persiapan Rujukan Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (Depkes RI, 2011). 7. Pendanaan Jaminan Persalinan Pendanaan Jaminan Persalinan merupakan bagian intergrasi dari pendanaan Jamkesmas untuk pelayanan kesehatan tingkat pertama / pelayanan dasar maupun untuk pelayanan tingkat lanjutan dan pelayanan rujukan merupakan belanja bantuan sosial (Bansos) bersumber APBN yang dimaksudkan untuk mendorong pencapaian, percepatan pencapaian MDG s 2015 serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan termasuk persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan (Depkes RI, 2011). 8. Kebijakan Operasional Jaminan Persalinan a. Pengelolaan jaminan persalinan di setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). b. Pengelolaan kepesertaan jaminan persalinan merupakan perluasan kepesertaan dari program Jamkesmas yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen Jamkesmas, namun dengan kekhususan dalam hal penetapan pesertanya. c. Peserta program jaminan persalinan adalah seluruh sasaran yang belum memiliki jaminan persalinan.

20 d. Peserta jaminan persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) di kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota. e. Pelaksanaan pelayanan jaminan persalinan mengacu pada standar pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). f. Pelayanan jaminan persalinan diselenggarakan dengan prinsip portabilitas, pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan. g. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan usulan POA Puskesmas. h. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan swasta dibayarkan dengan mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat (lokasi wilayah) pelayanan persalinan dilakukan (Depkes RI, 2011). C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan. Penyebaran masalah kesehatan berbeda-beda tiap individu, kelompok/masyarakat dibedakan atas ciri-ciri manusia/ karakteristik, tempat dan waktu (Timmreck, 2004). Salah satu faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan di masyarakat adalah ciri manusia atau karakteristik manusia. Yang termasuk dalam unsur karakteristik manusia antara lain : pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status sosial

21 ekonomi, ras/etnik, agama dan sosial budaya. Begitu juga halnya dalam masalah pemanfaatan program jaminan persalinan juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan lingkungan sosial budaya (Azwar, 1999). 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar manusia memperoleh mata dan telinga (Notoatmodjo 2007). Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2010), pengetahuan yaitu apabila seseorang dapat menjawab pertanyaanpertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan benar, baik secara lisan maupun tulisan maka dapat disimpulkan bahwa ia mengetahui bidang tersebut. Masih menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu : a. Pendidikan. Merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. b. Informasi. Merupakan yang di peroleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

22 (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. c. Sosial budaya dan ekonomi. Merupakan kebiasan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi ekonomi seseorang. d. Lingkungan. Merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. e. Pengalaman. Merupakan sebagai salah satu sumber pengetahuan yaitu suatu cara untuk memperoleh kebenaran, pengetahuan adalah sesuatu cara untuk memperoleh kebenaran yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. f. Usia. Yaitu yang mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuannya yang diperolehnya semakin membaik. Notoatmodjo (2007) juga mengungkapkan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempuyai 6 tingkatan yakni:

23 a. Tahu (Know). Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Memahami (Comprehension). Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Aplication). Diartikan sebagai kemampuan untuk mengutamakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). d. Analisis (Analysis). Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ad kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis). Menunjukan pada kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formmulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation). Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau mengunakan kreteria-kriteria yang telah ada. Pengetahuan dibagi 3 (tiga) kategori. Pengkatagorian ini didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) yaitu: a. Tingkat pengetahuan baik, jika jawaban responden benar 76%-100%.

24 b. Tingkat pengetahuan cukup, jika jawaban benar responden 56%-75%. c. Tingkat pengetahuan kurang, jika jawaban benar responden < 56%. Pengetahuan seseorang erat hubungannya dengan pemanfaatan jampersal oleh ibu hamil dan ibu bersalin dalam mendapatkan layanan persalinan. Jika ibu mengetahui adanya jampersal, ini akan memudahkan ibu untuk mendapatkan persalinan tanpa mengeluarkan biaya pribadi. Ini merupakan tujuan pembangunan kesehatan Indonesia yang dicanangkan oleh Menkes RI pada tahun 2011 bagi seluruh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat kurang mampu. Oleh karena itu pengetahuan ibu tentang Jampersal penting untuk diketahui agar pemanfaatannya lebih maksimal (Depkes RI, 2011). 2. Informasi Informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang yang mengolah, yang masuk kedalam diri individu melalui panca indera kemudian diteruskan ke otak atau ke pusat syaraf untuk diolah atau di proses dengan pengetahuan, pengalaman, selera yang dimiliki seseorang kemudian stimulus tersebut dapat dimengerti sebagai informasi (Wiryanto, 2004). Menurut Notoatmodjo (2007), sumber informasi mempengaruhi pengetahuan baik dari media maupun orang-orang dalam terkaitnya dengan kelompok manusia untuk memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu. Alat bantu media akan membantu dalam melakukan penyuluhan. Agar pesan kesehatan dapat disampaikan dengan jelas. Dengan