ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUSUI KALIMANTAN TIMUR DAN DI DAERAH SATUI KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertambangan di Institut Teknologi Bandung Oleh RICKY SIMANJUNTAK 12101053 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUSUI KALIMANTAN TIMUR DAN DI DAERAH SATUI KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR Disetujui untuk Departemen Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Oleh : Dr. Ir. Komang Anggayana, M.S. NIP 131414798 ( Pembimbing )
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Filipi 4 : 13 Kupersembahkan tugas akhir ini untuk kedua orang tuaku, adik-adikku dan orang yang kucintai
THE ANALYSIS OF DEPOSITIONAL ENVIRONMENT OF BUSUI COAL, EAST KALIMANTAN AND SATUI COAL, SOUTH KALIMANTAN Abstract Coal has the qualities and charactheristics which are unique for each location. Many factors cause those differences, e.g. coal facies, depositional environment, plants as coal constituents and geological process such as structures. In this case, the coal depositional environment is determined based on Diesel (1986) and Calder (1991) parameters. The coal samples are taken from two locations: Busui coal of Miosen age Warukin formation, Pasir basin, East Kalimantan and Satui coal of Eosen age Tanjung formation, Asam Asam basin, South Kalimantan. Coal samples from each location are taken by channel sampling. Every channel has been divided in three samples based on their genetic characteristics which are represented by the interval difference of cleat characteristics. The samples are observed petrographycally to determine the reflectant vitrinite and coal maceral composition (%). As the result, Busui A (average reflectant vitrinite Rv = 0,59%), Busui B (average Rv = 0,56%), Satui A (average Rv = 0,54%), Satui B (average Rv = 0,58%) and Satui C (average Rv = 0,57%) could be categorized into sub bituminous coal, while Busui C (average Rv = 0,61%) has the rank of high volatile bituminous (Australian Standard, 1986). Coal depositional environment of Busui and Satui coal based on Diesel and Calder parameters is lower upper delta plain with peat type of bog ombrotrophic and bog forest ombrotrophic.
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUSUI KALIMANTAN TIMUR DAN DI DAERAH SATUI KALIMANTAN SELATAN Abstrak Batubara memiliki karakteristik dan kualitas yang berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lainnya. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan karakteristik dan kualitas batubara antara lain fasies batubara, lingkungan pengendapan, tumbuhan pembentuk batubara dan kontrol dari proses proses geologi seperti struktur geologi. Dalam hal ini, penulis melakukan analisis lingkungan pengendapan batubara menurut parameter Diessel (1986) dan Calder (1991). Sampel batubara yang diteliti diambil dari 2 lokasi yaitu di daerah Busui pada Formasi Warukin yang berumur Miosen pada Cekungan Pasir di Kalimantan Timur dan di daerah Satui pada Formasi Tanjung yang berumur Eosen pada Cekungan Asam-asam di Kalimantan Selatan, masing-masing terdiri dari 3 titik lokasi pengambilan sampel. Pengambilan sampel batubara dilakukan dengan menggunakan metoda channel sampling yang berbasis genetik berdasarkan selang perbedaan karakteristik cleat. Kemudian sampel dianalisis dengan metode analisis petrografi batubara untuk mengetahui reflektansi vitrinit dan komposisi maseral (%) batubara. Hasil pengukuran reflektansi vitrinit, batubara di daerah Busui A (rata-rata Rv=0,59%), Busui B (rata-rata Rv=0,56%), Satui A (rata-rata Rv=0,54%), Satui B (rata-rata Rv=0,58%) dan Satui C (rata-rata Rv=0,57%) berperingkat subbituminus sedangkan Busui C (rata-rata Rv=0,61%) berperingkat high volatile bituminus (Australian Standart, 1986). Hasil analisis lingkungan pengendapan batubara yang diteliti pada daerah Busui dan Satui terendapkan pada lingkungan lower-upper delta plain dengan tipe gambut yang bersifat bog-ombrotrophic dan bog forest-ombrotrophic.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Yesus Kristus, atas segala kasih karunia dan pertolongan-nya, maka tugas akhir dengan judul Analisis Lingkungan Pengendapan Batubara Di Daerah Busui Kalimantan Timur Dan Di Daerah Satui Kalimantan Selatan ini dapat diselesaikan. Penulisan tugas akhir ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Komang Anggayana, MS, selaku dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, bimbingan dan nasihat selama penyusunan tugas akhir ini. 2. Ir.Teti Indriati, MT, selaku dosen wali yang telah banyak memberikan nasehat kepada penulis selama study di Teknik Pertambangan ITB. 3. Ir. Bambang Kuncoro Prasongko, MT atas segala bimbingannya. 4. Seluruh dosen pengajar dan staf karyawan Program Studi Teknik Pertambangan ITB. 5. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, selalu mendoakan penulis dan dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 6. Bapak tua R Simanjuntak dan keluarga, yang telah memberikan dukungan moril dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan study di program Sarjana Teknik Pertambangan ITB. 7. Adik-adikku tercinta (Irfan, Andri, Noven dan Ansen) yang selalu memberi semangat dan doa. 8. Adventina Situngkir, buat kasih dan kepercayaannya, dukungannya yang tiada henti memberi semangat kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. 9. Ir. R. Aditya Resmawan, MT, yang telah memberikan masukan-masukan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. ii
10. Teman-teman satu kost (Alex, Tian dan Diman), atas hari-hari yang telah dilalui bersama suka dan duka sampai saat ini dan Putri yang telah meramaikan kosan kami serta untuk Altur, Martin dan Ronald. 11. Teman-teman Tambang 2001 : August, Sahat, Henry JOP, Sandes, Jepri dan lain-lain dimanapun kalian berada. 12. Teman-teman HMT dan junior-junior Teknik Eksplorasi 13. Semua pihak yang telah berjasa membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan tugas akhir ini. Harapan penulis semoga dengan selesainya tugas akhir ini, penulis dapat melanjutkan perjuangan meraih cita-cita yang tertunda. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu di masa kini dan masa yang akan datang. Bandung, Juni 2008 Penulis, Ricky Simanjuntak iii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN.. ii iv vii ix x BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penelitian 1.3 Daerah Penelitian 1.4 Metodologi Penelitian. 1 1 1 2 2 BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI. 2.1 Kesampaian Daerah 2.1.1 Kesampaian Daerah Busui... 2.1.2 Kesampaian Daerah Satui 2.2 Iklim... 2.2.1 Iklim Busui.. 2.2.2 Iklim Satui 2.3 Geologi... 2.3.1 Geologi Regional. 2.3.2 Morfologi. 2.3.3 Statigrafi... 2.3.4 Struktur Geologi.. 4 4 4 4 5 5 6 6 6 8 8 13 iv
BAB III DASAR TEORI 3.1 Pembentukan Batubara.. 3.2 Pengambutan (peatification).. 3.3 Pembatubaraan (coalification)... 3.4 Fasies Batubara.. 3.5 Materi Penyusun Batubara. 3.5.1 Materi Organik. 3.5.1.1 Maseral... 3.5.1.1.1 Maseral dan Lingkungan Pengendapan Batubara 3.5.1.1.2 Pengaruh Air Tanah dan Vegetasi... 3.5.1.2 Mikrolitotip 3.5.1.3 Litotip. 3.5.2 Materi Anorganik. 3.5.2.1 Mineral Matter... 3.5.2.2 Tipe Mineral pada Batubara.. 3.5.2.3 Elemen Jejak.. 14 14 15 17 20 27 27 27 31 33 35 35 36 36 37 39 BAB IV ANALISIS SAMPEL.. 4.1 Pengambilan Sampel (Sampling)... 4.2 Uji Laboratorium... Analisis Petrografi. 4.3 Hasil Laboraturium 40 40 41 41 44 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Maseral. 5.1.1 Komposisi Maseral Daerah Busui 5.1.1.1 Komposisi Maseral Daerah Busui A.. 5.1.1.2 Komposisi Maseral Daerah Busui B... 5.1.1.3 Komposisi Maseral Daerah Busui C... 45 45 45 45 47 49 v
5.1.2 Komposisi Maseral Daerah Satui. 5.1.2.1 Komposisi Maseral Daerah Satui A 5.1.2.2 Komposisi Maseral Daerah Satui B 5.1.2.3 Komposisi Maseral Daerah Satui C 5.2 Interpretasi Lingkungan Pengendapan 5.2.1 Interpretasi Lingkungan Pengendapan Daerah Busui... 5.2.1.1 Interpretasi Lingkungan Pengendapan Daerah Busui A.. 5.2.1.2 Interpretasi Lingkungan Pengendapan Daerah Busui B.. 5.2.1.3 Interpretasi Lingkungan Pengendapan Daerah Busui C.. 5.2.2 Interpretasi Lingkungan Pengendapan Daerah Satui 5.2.2.1 Interpretasi Lingkungan Pengendapan Daerah Satui A.. 5.2.2.2 Interpretasi Lingkungan Pengendapan Daerah Satui B.. 5.2.2.3 Interpretasi Lingkungan Pengendapan Daerah Satui C.. 5.3 Konsep Eksplorasi Daerah Busui dan Satui.. 51 51 53 55 63 63 67 70 73 77 84 87 90 94 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.2 Saran.. 96 96 97 DAFTAR PUSTAKA xi LAMPIRAN.. xiii vi
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian... 3 2 Gambar 2.1 Lokasi Penelitian.. 5 3 Gambar 2.2 Peta Geologi Regional Kalimantan (Satyana dkk., 1999)... 7 4 Gambar 2.3 Peta Geologi Daerah Busui.. 8 5 Gambar 2.4 Peta Geologi Daerah Satui... 8 6 Gambar 2.5 Stratigrafi daerah penelitian pada Cekungan Barito (Moore, 1992)... 11 7 Gambar 3.1 Sketsa lingkungan pengendapan dan kondisi akumulasi gambut (Diessel, 1992)... 27 8 Gambar 4.1 Pengambilan sampel berbasis genetik berdasarkan selang perbedaan karekteristik cleat 41 9 Gambar 4.2 Foto mikroskop sinar pantul merk Carl Zeiss. 42 10 Gambar 5.1 Komposisi Maseral pada Daerah Busui... 57 11 Gambar 5.2 Komposisi Maseral pada Daerah Satui 58 12 Gambar 5.3 Komposisi Maseral asal Kayu dan Perdu pada Daerah Busui... 59 13 Gambar 5.4 Komposisi Maseral asal Kayu dan Perdu pada Daerah Satui... 60 14 Gambar 5.5 Komposisi Mineral Matter pada Daerah Busui... 61 15 Gambar 5.6 Komposisi Mineral Matter pada Daerah Satui. 62 16 Gambar 5.7 Plot nilai TPI GI pada Diagram Diessel (1986) Daerah Busui... 65 17 Gambar 5.8 Daerah Busui 67 vii
18 Gambar 5.9 Plot nilai TPI GI pada Diagram Diessel (1986) Daerah Busui A... 68 19 Gambar 5.10 Daerah Busui A 69 20 Gambar 5.11 Plot nilai TPI GI pada Diagram Diessel (1986) Daerah Busui B 71 21 Gambar 5.12 Daerah Busui B 72 22 Gambar 5.13 Plot nilai TPI GI pada Diagram Diessel (1986) Daerah Busui C. 74 23 Gambar 5.14 Daerah Busui C 75 24 Gambar 5.15 Plot nilai TPI GI pada Diagram Diessel (1986) Daerah Satui. 80 25 Gambar 5.16 Daerah Satui. 83 26 Gambar 5.17 Plot nilai TPI GI pada Diagram Diessel (1986) Daerah Satui A.. 85 27 Gambar 5.18 Daerah Satui A. 86 28 Gambar 5.19 Plot nilai TPI GI pada Diagram Diessel (1986) Daerah Satui B.. 88 29 Gambar 5.20 Daerah Satui B. 89 30 Gambar 5.21 Plot nilai TPI GI pada Diagram Diessel (1986) Daerah Satui C.. 91 31 Gambar 5.22 Daerah Satui C. 92 32 Gambar 5.23 Kondisi tipe gambut daerah ombrotrophic.. 95 viii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Tabel 3.1 Peringkat batubara (Taylor et.al., 1998)... 18 2. Tabel 3.2 Klasifikasi grup maseral berdasarkan Standar Australia (1986)... 30 3. Tabel 3.3 Mikrolitotip batubara (Taylor et. al., 1998).. 35 4. Tabel 3.4 Litotip batubara (Taylor et. al., 1998)... 36 5. Tabel 3.5 Keterdapatan mineral-mineral pada batubara (Taylor et.al, 1998)... 38 6. Table 4.1 Hubungan reflektansi vitrinit dan peringkat (rank) batubara (Australian Standart, 1986)... 43 7. Tabel 5.1 Hasil perhitungan nilai TPI GI pada daerah Busui 64 8. Tabel 5.2 Hasil perhitungan nilai VI GWI pada daerah Busui... 66 9. Tabel 5.3 Hasil perhitungan nilai TPI GI pada daerah Satui... 78 10. Tabel 5.4 Hasil perhitungan nilai VI GWI pada daerah Satui.. 81 ix
DAFTAR LAMPIRAN Halaman A B C Hasil Reflektansi Vitrinit pada Daerah Busui dan Satui. Persentase rata-rata grup Maseral pada Daerah Busui dan Satui.. Hasil Analisis Petrografi (Komposisi Maseral) pada Daerah Busui dan Satui.. xiii xvii xxi x